• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler pada CV. Barokah dan Pendapatan antara Peternak Mitra dan Peternak Mandiri di Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler pada CV. Barokah dan Pendapatan antara Peternak Mitra dan Peternak Mandiri di Kabupaten Bogor"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

PADA CV. BAROKAH DAN PENDAPATAN ANTARA

PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI DI

KABUPATEN BOGOR

KEISTY LAW PRIBADI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler pada CV. Barokah dan Pendapatan antara Peternak Mitra dan Peternak Mandiri di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Keisty Law Pribadi NIM H34114089

(4)

ABSTRAK

KEISTY LAW PRIBADI. Analisis Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler pada CV. Barokah dan Pendapatan antara Peternak Mitra dan Peternak Mandiri di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SITI JAHROH.

Peternak ayam broiler mandiri di Kabupaten Bogor pada umumnya memiliki skala usaha kecil yang dihadapkan dengan keterbatasan modal, teknologi budidaya sederhana, manejemen sumberdaya yang masih kurang, risiko harga dan risiko produksi. Hambatan dan keterbatasan dalam melakukan usaha ayam broiler tersebut akan berdampak juga pada pendapatan usaha peternak. Pengelolaan usaha ternak ayam broiler yang dihadapkan pada risiko tinggi harus disertai dengan pengetahuan peternak dalam meminimalkan risiko. Salah satu upaya untuk meminimalkan risiko peternakan ayam broiler yaitu dengan menjalin kerjasama dengan kemitraan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan pelaksanaan kemitraan yang dijalankan oleh CV. Barokah dengan peternak mitra, (2) menganalisis karakteristik peternak mitra dan peternak mandiri, serta (3) menganalisis pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri. Analisis dilakukan dengan analisis usahatani didukung oleh data primer dan sekunder. Hasil penelitan menunjukkan bahwa kemitraan dapat memberikan manfaat kepada peternak antara lain dalam penyediaan sapronak, bimbingan teknis budidaya ayam broiler dan menjamin hasil produksi ayam. Karakteristik peternak mitra dan peternak mandiri tidak jauh berbeda. Karakteristik tersebut meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pengalaman beternak ayam. Hasil perhitungan pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan peternak mitra lebih besar dibandingkan dengan pendapatan peternak mandiri. Dengan demikian, adanya kemitraan dapat memberikan manfaat kepada peternak dalam meningkatkan pendapatan.

Kata kunci: karakteristik peternak, manfaat, risiko, usahatani, usaha ternak

ABSTRACT

KEISTY LAW PRIBADI. Partnership Implementation Analysis of Broiler Chickens at CV. Barokah and Partner and Independent Farmers’ Income in Bogor District. Supervised by SITI JAHROH.

(5)

providing production inputs, technical guidance on broiler raising and buying the products. Characteristics of partner and independent farmers were not much different. These characteristics include age, gender, education, and experience of broiler raising. Income analysis showed that partner farmers’ income was greater than independent farmers’ income. Thus, the partnership can provide benefits to farmers in increasing income.

(6)

ANALISIS PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

PADA CV. BAROKAH DAN PENDAPATAN ANTARA

PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI DI

KABUPATEN BOGOR

KEISTY LAW PRIBADI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

Judul Skripsi : Analisis Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler pada CV. Barokah dan Pendapatan antara Peternak Mitra dan Peternak Mandiri di Kabupaten Bogor

Nama : Keisty Law Pribadi

NIM : 34114089

Disetujui oleh

Siti Jahroh, Ph.D. Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS. Ketua Departemen Agribisnis

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai karya akhir dengan judul Analisis Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler pada CV. Barokah dan Pendapatan antara Peternak Mitra dan Peternak Mandiri di Kabupaten Bogor sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Alih Jenis Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Shalawat serta salam semoga selalu tetap tercurahkan kepada panutan kita Nabi Muhammad SAW, beserta sahabatnya, keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir masa.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Siti Jahroh, Ph.D., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan, saran, serta ilmu pengetahuannya selama penyusunan skripsi.

Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu/Bapak dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis, seluruh peternak mitra dan peternak mandiri di Kabupaten Bogor, serta seluruh pihak yang telah membantu memberikan berbagai informasi kepada penulis. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak dan ibu, keluarga dan teman-teman sekalian atas doa yang tak pernah putus, nasehat, kasih sayang, serta tukar pikiran yang telah diberikan kepada penulis.

Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

Bogor, Agustus 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix 

DAFTAR GAMBAR x 

PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Perumusan Masalah 4 

Tujuan Penelitian 6 

Manfaat Penelitian 6 

TINJAUAN PUSTAKA 6 

Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia 6 

Analisis Pola Kemitraan 7 

Analisis Pendapatan Kemitraan 9 

KERANGKA PEMIKIRAN 11 

Kerangka Pemikiran Teoritis 11 

Kerangka Pemikiran Operasional 21 

METODE PENELITIAN 24 

Lokasi dan Waktu Penelitian 24 

Jenis dan Sumber Data 24 

Metode Pengumpulan Data 24 

Metode Analisis Data 24 

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 27 

Pelaksanaan Kemitraan 36 

Karakteristik Peternak Mitra dan Peternak Mandiri 43  Analisis Pendapatan Usaha Peternak Ayam Broiler 48 

DAFTAR PUSTAKA 55 

LAMPIRAN 57 

RIWAYAT HIDUP 71 

DAFTAR TABEL

1. Konsumsi daging per kapita tahun 2009-2011 1  2. Populasi ternak ayam ras di Kabupaten Bogor tahun 2006-2011

(ekor) 2 

3. Hak dan kewajiban pelaku kemitraan 19 

4. Perbandingan penggunaan input dalam budidaya ayam broiler oleh peternak mitra dan peternak mandiri per 1 000 ekor 31  5. Perbandingan manajemen budidaya ternak ayam broiler peternak

mitra dan peternak mandiri 33 

6. Pelaksanaan kemitraan antara CV. Barokah dengan peternak mitra 36 

7. Harga garansi ayam broiler hidup 40 

8. Harga garansi CV. Barokah 41 

9. Bonus intensif FCR 42 

10. Daftar jumlah dan lokasi peternak mitra dan mandiri di Kabupaten

(11)

11. Kelompok umur responden 44  12. Jenis kelamin peternak mitra dan peternak mandiri 44  13. Tingkat pendidikan peternak mitra dan peternak mandiri 45 

14. Status kepemilikan kandang peternak 45 

15. Pekerjaan diluar usaha ternak ayam broiler 46 

16. Alasan beternak 46 

17. Pengalaman peternak dalam beternak ayam broiler 47  18. Alasan peternak mitra mengikuti kemitraan 47  19. Alasan peternak mandiri tidak mengikuti kemitraan 48  20. Sumber informasi mengenai CV. Barokah 48  21. Struktur biaya produksi peternak mitra dan peternak mandiri 49  22. Komposisi penerimaan peternak mitra dan peternak mandiri 51  23. Perhitungan pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri 52 

DAFTAR GAMBAR

1. Pola kemitraan inti-plasma 14 

2. Pola kemitraan sub kontrak 15 

3. Pola kemitraan dagang umum 16 

4. Pola kemitraan keagenan 16 

5. Pola kemitraan kerjasama operasional 17 

6. Pola kemitraan waralaba 18 

7. Kerangka pemikiran operasional 23 

8. Struktur organisasi CV. Barokah 29 

9. Perbandingan rata-rata harga DOC pasar dan CV. Barokah 41 

LAMPIRAN

1. Populasi dan tingkat mortalitas ayam broiler peternak mitra 58  2. Populasi dan tingkat mortalitas ayam broiler peternak mandiri 59  3. Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mitra 60  4. Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mitra 61  5. Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mitra 62  6. Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mandiri 63  7. Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mandiri 64  8. Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mandiri 65  9. Hasil Uji-t total biaya peternak mitra dan peternak mandiri 66  10. Hasil Uji-t total penerimaan peternak mitra dan peternak mandiri 67  11. Hasil uji-t pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri 68  12. Foto-foto manajemen ayam broiler peternak mitra dan peternak

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi kekayaan alam yang melimpah. Hal ini dapat dilihat dengan tingginya keanekaragaman hayati, dan potensi kekayaan alam lainnya yaitu letak negeri ini yang berada di antara garis khatulistiwa sehingga mempunyai iklim yang tropis. Kekayaan alam tersebut menjadi salah satu modal dalam pengembangan sektor pertanian. Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa besar kemampuan pelaku di sub sektor ini untuk mengembangkan usaha peternakan tersebut agar mempunyai prospek yang baik di pasaran. Terkait dengan hal tersebut, maka sub sektor peternakan yang ingin dibangun di masa depan adalah yang mampu menghasilkan produk-produk yang dapat bersaing di pasar dan mampu berkembang secara berkelanjutan.

Salah satu komoditas peternakan yang mengalami peningkatan produksinya dan berpotensi untuk dikembangkan adalah ayam ras pedaging atau yang biasa disebut dengan ayam broiler. Ayam broiler merupakan populasi ternak jenis ras unggulan hasil persilangan dari ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi dan salah satu hewan yang dibudidayakan manusia untuk diambil dagingnya. Pada tahun 2011 jumlah produksi daging ayam broiler mencapai 1 337 910 ribu ton atau sebesar 52.38 persen dari keseluruhan produksi daging nasional (Direktorat Jenderal Peternakan 2013).

Peningkatan produksi daging ayam broiler di Indonesia di dukung oleh kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi daging sebagai makanan yang memiliki kandungan gizi tinggi dan sebagai pemenuhan protein hewani. Daging ayam broiler memilki kandungan gizi seperti protein sebesar 23.40 persen dan air sebesar 73.70 persen lebih tinggi dari pada daging sapi dan kambing sedangkan kandungan lemak paling kecil dibandingkan dengan daging sapi dan kambing (Balai Besar Industri Hasil Pertanian 2009). Hal ini menunjukkan bahwa daging ayam dapat dikonsumsi sebagai pemenuhan protein hewani dibandingkan dengan daging sapi dan kambing.

Tabel 1. Konsumsi daging per kapita tahun 2009-2011 Komoditi

Sapi potong 0.31 7.41 0.36 7.55 0,42 8.30

Babi 0.21 4.95 0.21 4.31 0,26 5.14

Ayam Ras 3.08 72.80 3.55 73.10 3,65 72.13

Ayam

Kampung 0.52 12.30 0.63 12.90 0,63 12.45

Unggas

lainnya 0.05 1.23 0.05 1.09 0,05 0.99

Daging

Lainnya 0.05 1.23 0.05 1.09 0,05 0.99

Jumlah 4.22 4.85 5,06

(13)

Tabel 1 menunjukkan bahwa konsumsi daging mengalami peningkatan di setiap tahunnya tak terkecuali daging ayam rasa atau ayam broiler. Konsumsi daging ayam broiler pada tahun 2011 mencapai 3.65 kg/kapita/tahun atau sebesar 72.13 persen dari keseluruhan konsumsi daging masyarakat Indonesia. Faktor lain yang juga menjadi pertimbangan masyarakat dalam mengkonsumsi ayam broiler adalah harga daging yang relatif lebih murah dibandingkan dengan harga daging lainnya.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, dapat diketahui bahwa ayam broiler memilki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan. Peternakan ayam broiler mempunyai banyak kelebihan, salah satunya adalah siklus produksi yang sangat pendek yaitu sekitar 30-40 hari. Siklus produksi yang pendek inilah yang menjadi daya tarik bagi para peternak karena perputaran modalnya relatif lebih cepat. Hal inilah yang mendukung perkembangan usaha ayam broiler di Indonesia.

Di Indonesia usaha ayam broiler juga sudah dijumpai hampir di setiap provinsi. Usaha ini berkembang dengan pesat di berbagai provinsi di Indonesia, salah satunya adalah Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang menghasilkan populasi ayam broiler terbesar di Indonesia (Dirjen peternakan, 2013). Usaha ternak ayam broiler di Jawa Barat yang terbesar berasal dari daerah Sukabumi, Bogor, Cianjur, dan Karawang. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah sentra produksi ayam broiler di Jawa Barat. Pada Tabel 2 dapat dilihat mengenai informasi populasi ternak ayam di Kabupaten Bogor.

Tabel 2. Populasi ternak ayam ras di Kabupaten Bogor tahun 2006-2011 (ekor)

No. Tahun Jumlah Pertumbuhan (%)

1. 2006 11 864 000

-2. 2007 12 756 300 7.52

3. 2008 13 775 475 7.99

4. 2009 14 363 496 4.27

5. 2010 15 771 780 9.80

6. 2011 17 175 302 8.90

Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan (2013)

Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa pertumbuhan populasi ayam ras atau ayam broiler di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 pertumbuhan jumlah populasi ayam broiler di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan sebesar 8.90 persen dari tahun 2010. Peningkatan produksi ayam broiler di Kabupaten Bogor disebabkan karena sebagian besar produksi ayam broiler diperuntukkan untuk memenuhi permintaan pasar yang ada di Jakarta. Saat ini, kebutuhan akan daging ayam di kota Jakarta kurang lebih sebanyak 1 juta ekor per hari.1 Selain itu, peningkatan produksi ayam

1

Konsumsi Ayam Broiler di Jakarta

(14)

broiler di Kabupaten Bogor dipengaruhi oleh lokasi usaha peternakan ayam yang tidak jauh dari pemasaran dan tersedianya sarana transportasi yang mendukung.

Usaha peternakan ayam broiler tidak terlepas dari beberapa kendala yang dihadapi. Kendala tersebut merupakan hambatan yang cukup kompleks dalam mengusahakan peternakan ayam broiler. Umumnya usaha ternak ayam broiler di Kabupaten Bogor merupakan usaha ternak mandiri yang memiliki skala usaha relatif kecil. Kondisi peternakan di Kabupaten Bogor dihadapkan pada permasalahan permodalan yang terbatas, teknologi budidaya sederhana, dan manejemen sumberdaya yang masih kurang. Selain itu, kendala yang dihadapi oleh peternak kecil adalah tingginya tingkat risiko yang dihadapi. Aziz (2009) yang melakukan penelitian mengenai risiko dalam usaha ayam broiler di Bogor mengatakan risiko yang dihadapi dalam usaha ternak ayam broiler ini adalah risiko harga, seperti tingginya harga-harga input seperti Day Old Chick (DOC), pakan dan obat-obatan, maupun ketidakjelasan informasi pasar yaitu harga jual output berupa ayam hidup dan daging. Risiko lain yang dihadapi dalam usaha ternak ayam broiler adalah risiko produksi yang disebabkan oleh cuaca dan iklim serta penyakit. Pengelolaan usaha ternak ayam broiler yang dihadapkan pada risiko tinggi harus disertai dengan pengetahuan peternak dalam meminimalkan risiko. Kemampuan mengelola risiko yang baik sangat diperlukan peternak untuk meminimalkan risiko, sehingga peternak bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Salah satu upaya untuk meminimalkan risiko di sektor peternakan khususnya peternakan ayam broiler yaitu dengan adanya lembaga-lembaga kemitraan. Hal ini dikaitkan dengan adanya landasan peraturan mengenai kemitraan di Indonesia yang di atur oleh Peraturan Pemerintah No.44 tahun 1997 yang menyebutkan bahwa kemitraan merupakan kerjasama antara usaha kecil dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Artinya kemitraan merupakan suatu sinergi dalam meningkatkan kinerja pelaku agribisnis khususnya peternak kecil. Pada kemitraan pihak perusahaan memfasilitasi pengusaha kecil dengan modal usaha, teknologi, manajemen yang baik dan kepastian pemasaran hasil. Sementara pihak pengusaha kecil melakukan proses produksi sesuai dengan petunjuk teknis dari pihak perusahaan kemitraan. Hal ini membuktikan bahwa pemerintah mempunyai keberpihakan kepada peternakan rakyat yang merupakan bagian utama dalam pembangunan agribisnis peternakan Indonesia. Melalui pola kemitraan dengan memberikan kesempatan usaha bagi peternak rakyat yaitu berupa kemudahan mendapatkan fasilitas pendukung untuk budidaya ternak ayam ras serta pemasaran produk ternak ayam ras.

(15)

Dalam perjanjian kemitraan, peran perusahaan kemitraan kepada pihak peternak antara lain membantu peternak dalam menyiapkan sarana produksi berupa DOC, pakan, obat-obatan, vaksin dan vitamin. Selain itu, perusahaan kemitraan memberikan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia peternak melalui pelatihan, pembinaan, dan keterampilan teknis produksi. Perusahaan mitra juga mempunyai peran menjamin pembelian hasil produksi peternak sesuai dengan kesepakatan. Sedangkan peternak mitra melakukan proses produksi sesuai dengan petunjuk teknis dari pihak perusahaan kemitraan dan menjual hasil produksinya kepada perusahaan kemitraan.

Adanya manfaat yang ditimbulkan dari pola kemitraan ini, diharapkan peternak sebagai pelaku usaha mendapatkan manfaat dalam kemitraan dengan tujuan tidak hanya dapat meminimalikan risiko yang dihadapi dalam usaha ayam broiler tetapi juga dapat meningkatkan pendapatan dengan adanya jaminan saran produksi peternakan dan pelatihan pemeliharaan yang diberikan oleh perusahaan kemitaraan.

Perumusan Masalah

Peternak ayam broiler mandiri di Kabupaten Bogor pada umumnya memiliki skala usaha kecil yang dihadapkan dengan keterbatasan modal, teknologi budidaya sederhana, dan manejemen sumber daya yang masih kurang. Kegiatan usaha ternak ayam broiler yang dilakukan oleh peternak mandiri dilakukan secara sendiri, mulai dari pemasokan sarana dan produksi hingga pemasaran hasil panen. Semua sarana produksi peternakan diperoleh dari pihak luar dengan menggunakan modal sendiri, demikian halnya dengan ketika menjual hasil produksi ayam broiler sangat tergantung pada pihak luar.

Selain itu, kendala yang dihadapi oleh peternak mandiri adalah harga DOC, pakan dan harga jual ayam yang selalu naik turun bahkan tidak hanya mingguan tetapi sampai harga harian. Naik turunnya harga dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain karena adanya ketidakpastian pasokan pakan dan permintaan pasar.2 Ketika harga sarana produksi naik dan diikuti dengan turunnya harga jual produk ayam broiler, maka semua risiko kerugian ditanggung oleh peternak mandiri. Naiknya harga sarana produksi menyebabkan peningkatan terhadap biaya produksi yang dikeluarkan, sehingga hal ini akan berdampak pada pendapatan yang diperoleh peternak. Kondisi ini dapat menyebabkan peternak mandiri lebih rentan terhadap dampak krisis ekonomi. Hal ini memberikan pengaruh besar pada usaha ayam broiler secara mandiri.

Adanya hambatan dan keterbatasan dalam melakukan usaha ayam broiler, maka akan berdampak juga pada pendapatan dari usaha peternak. Oleh karena itu, beberapa peternak memilih bergabung dengan perusahaan kemitraan. Salah satu perusahaan kemitraan di wilayah Bogor adalah CV. Barokah. Perusahaan CV. Barokah merupakan anak cabang dari perusahaan Janu Putra Sejahtera yang berpusat di Yogyakarta. CV. Barokah berlokasi di perumahan Taman Yasmin sektor 3 Bogor dan telah berdiri selama 7 tahun. Saat ini, jumlah peternak ayam

2

Fluktuasi Harga Pakan dan Harga Jual Ayam Broiler

(16)

broiler yang bermitra dengan CV. Barokah berjumlah 38 peternak yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bogor.

Sebelum melakukan kerjasama, CV. Barokah dan peternak mitra perlu melakukan kontrak perjanjian di awal periode. Perjanjian kontrak berguna untuk penetapan harga input, harga output dan bonus yang didapat peternak selama melakukan kerjasama. Di dalam kontrak perjanjian terkandung aspek-aspek perjanjian berupa identitas kedua belah pihak, luas areal peternak mitra, hak dan kewajiban kedua belah pihak. Selain itu, didalam kontrak juga disepakati jalan yang akan diambil jika timbul perselisihan diantara kedua belah pihak dan bagaimana cara penyelesaian perselisihan tersebut.

Keberadaan perusahaan kemitraan CV. Barokah banyak memberikan keuntungan bagi peternak plasma. Peternak dapat menjalankan usahanya secara berkesinambungan karena adanya bantuan modal berupa DOC, pakan dan obat-obatan dari perusahaan inti, dimana modal tersebut akan dikembalikan kepada perusahaan mitra setelah panen. Selain itu, perusahaan mitra ikut membuka kesempatan kerja bagi peternak, menjamin pemasaran dan turut berperan dalam mengembangkan usaha ayam broiler. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian dalam menganalisis pendapatan usaha ternak ayam broiler pada peternak kemitraan dan peternak mandiri untuk membuktikan dalam pola kemitraan dapat meminimalkan risiko yang dihadapi peternak serta untuk mengetahui pengelolaan usaha ternak mana ynag lebih baik dan lebih menguntungkan.

Namun, dalam kegiatan kemitraan yang dijalankan pada CV. Barokah tidak selalu berjalan sesuai harapan dari kedua belah pihak. Fakta yang terjadi di lapangan, pernah terdapat peternak plasma menjual hasil panen kepada pihak lain. Hal tersebut terjadi karena peternak plasma ingin memperoleh pendapatan yang lebih besar. Dalam pola kemitraan, baik pihak perusahaan kemitraan maupun peternak yang bermitra mempunyai tujuan masing-masing dalam menjalankan usahanya. Perbedaan kepentingan ini akan menimbulkan masalah diantara CV. Barokah dengan peternak plasma. Salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan kepentingan diantara kedua belah pihak yaitu berhubungan dengan pendapatan yang ingin dicapai masing-masing pelaku kemitraan. Hal tersebut yang menyebabkan permasalahan yang mengakibatkan ketidakharmonisan antara peternak dengan CV. Barokah. Sehingga, mengindikasikan bahwa kemitraan yang terjalin belum memberikan manfaat sepenuhnya kepada kedua belah pihak. Hal inilah yang menjadi acuan peneliti untuk mengetahui peranan kemitraan dalam peningkatan pendapatan peternak mitra.

Berdasarkan kondisi di atas, pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dalam penelitian adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan kemitraan yang sedang dijalankan antara CV. Barokah dengan peternak mitra?

2. Bagaimana karakteristik peternak mitra CV. Barokah dan karakteristik peternak mandiri?

(17)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan pelaksanaan kemitraan yang sedang dijalankan antara peternak mitra dengan CV. Barokah.

2. Menganalisis karakteristik peternak mitra CV. Barokah dan peternak mandiri. 3. Menganalisis pendapatan peternak mitra CV. Barokah dengan peternak

mandiri.

Manfaat Penelitian

1. Perusahaan, sebagai masukan atau bahan pertimbangan yang berguna bagi pihak manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan dan menetapkan kebijakan untuk memperbaiki kekurangan dan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan peternak.

2. Penulis, penelitian ini berguna untuk melatih kemampuan dalam menganalisa permasalahan bedasarkan data dan fakta yang diperoleh dan disesuaikan dengan pengetahuan yang didapat selama kuliah.

3. Pihak lain, penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam melihat karakteristik dan tingkat pendapatan peternak pada skala tertentu serta dijasikan bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

Pada tahun 1960, galur murni ayam broiler telah diketahui. Ayam ras pedaging disebut juga sebagai ayam broiler, yang meupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Namun, ayam broiler komersial seperti yang banyak beredar sekarang ini baru popular pada periode 1980-an. Semula ayam yang dipotong adalah ayam petelur, karena masyarakat Indonesia masih banyak yang antipati terhadap ayam broiler karena terbiasa dengan daging ayam kampung. Sehingga pada akhir 1980-an, pemerintah menggalakkan konsumsi daging ayam. Kelebihan dan kekurangan antara ayam broiler dan ayam kampung ternyata saling melengkapi dan tidak saling bersaing karena beberapa masakan khas dareah di Indonesia yang memerlukan pemasakan lama tetap membutuhkan ayam kampung yang mempunyai tekstur daging yang lebih liat. ementara untuk makanan sehari-hari ayam broiler sudah menjadi menu rutin.

(18)

kondisi keamanan (Fadilah, 2006) dalam Sari (2012). Usaha komersial ayam broiler tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Daerah penyebaran ayam broiler komersial di Indonesia bagian barat adalah Pulau Jawa dan sebagian Sumatera. Indonesia bagian tengah adalah Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur, serta Indonesia bagian timur adalah Pulau Sulawesi. Dari ketiga bagian daerah tersebut, Indonesia bagian barat merupakan penyebaran ayam broiler komersial. Populasi ayam broiler terbanyak di Indonesia bagian barat terdapat di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Banten dan Jawa tengah. Menurut Fadilah (2006) dalam Sari (2012), Indonesia bagian barat menjadi daerah penyebaran ayam komersial karena hampir semua perusahaan pembibitan ayam broiler komersial serta pangsa pasar terbesar masih didominasi oleh Indonesia bagian barat, khususnya Pulau Jawa.

Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Dengan jangka waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka hal ini menjadi pendorong peternak baru bermunculan di berbagai wilayah di Indonesia. Namun, bersamaan dengan semakin diterimanya daging ayam oleh konsumen pada tahun 1981 usaha peternakan ayam broiler banyak dikuasai oleh pengusaha besar, keadaan ini membuat peternak kecil semakin sulit dalam melakukan usaha ternak ayam. Untuk melindungi peternak kecil, pada tahun 1981 dikeluarkan Kepres No 51 yang intinya membatasi jumlah ayam petelur konsumsi hanya 5 000 ekor dan ayam broiler sebanyak 750 ekor per minggu. Dengan adanya Kepres tersebut peternakan-peternakan ayam komersial banyak mengalami penurunan. Setelah sembilan tahun berjalan, kebijakan tersebut telah membuat sektor peternakan tidak berkembang, sampai akhirnya Kepres No 51 tersebut dicabut dan diganti dengan kebijakan 28 Mei 1990. Kebijakan tersebut merangsang berdirinya peternakan-peternakan besar untuk tujuan ekspor dan menjadi industri peternakan yang handal dan menjadi penggerak perekonomian.

Pada tahun 1997, terjadi krisis moneter yang menagkibatkan perubahan drastis pada sektor peternakan yang mengalami kemunduran pada industi perunggasan. Harga bahan baku impor untuk industri perunggasan menjadi sangat tinggi, sementara harga ayam dan telur domestik terus menurun seiring dengan menurunnya daya beli masyarakat. Akibatnya, permintaan pakan dan DOC juga menurun dan berdampak pada penurunan populasi ternak di Indonesia. Sehingga, pada tahun 1998 populasi ayam broiler berkurang hingga 80 persen dari tahun sebelumnya. Namun pada akhir tahun 1998, usaha peternakan unggas mulai berkembang, harga daging ayam dan telur mulai dapat dikendalikan dan menguntungkan bagi para peternak, walaupun pada saat ini mayoritas peternak sudah tidak berusaha secara mandiri lagi melainkan bergabung menjadi mitra perusahaan terpadu.

Analisis Pola Kemitraan

(19)

saling menguntungkan. Definisi lain diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama, dengan prinsip saling mambutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Dari beberapa definisi tersebut, kemitraan merupakan jalinan kerjasama usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih dengan prinsip saling menguntungkan.

Menurut Sumardjo et al. (2004) dalam Sari (2012), salah satu pola kemitraan yang dilakukan dalam usaha ternak ayam broiler adalah pola inti plasma. Pola ini merupakan kerjasama antara peternak sebagai plasma dan perusahaan mitra sebagai inti. Dalam pola inti plasma, perusahaan mitra menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis dan memasarkan hasil produksi yaitu ayam broiler. Sedangkan kelompok mitra hanya bertugas dalam memnuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati.

Pada dasarnya, baik pihak perusahaan kemitraan dan peternak mitra mempunyai kedudukan yang sejajar dalam keberlangsungan usaha sesuai dengan prinsip saling menguntungkan. Saputra (2011) yang melakukan penelitian analisis kepuasan peternak plasma terhadap pola kemitraan ayam broiler mengatakan, baik pihak inti maupun plasma memiliki kedudukan yang sama penting. Dalam kegiatan kemitraan yang dilakukan, tidak ada pihak yang posisinya lebih tinggi dari pihak lain. Setiap kegiatan yang berlangsung dalam kerjasama kemitraan telah disepakati di dalam kontrak kerja sama, begitupun dengan kontrak harga sarana produksi dan harga ayam hidup.

Keberadaan perusahaan kemitraan dalam usaha ternak ayam broiler adalah untuk membantu kendala-kendala peternak. Kendala yang sering dihadapi oleh peternak ayam broiler antara lain keterbatasan modal, teknologi yang dipakai masih sederhana, sumber daya manusia atau manajemen yang kurang baik, serta terjadinya fluktuasi harga sapronak dan harga jual ayam broiler. Dengan adanya kemitraan, peternak diberi bantuan modal berupa sarana produksi seperti DOC, pakan, obat-obatan, dan vitamin. Selain itu, perusahaan kemitraan memberikan pelatihan, pembinaan, dan keterampilan teknis produksi serta menjamin pembelian hasil produksi peternak sesuai dengan kesepakatan.

Penelitian yang dilakukan Lestari (2009) mengenai analisis pendapatan peternak pada kemitraan inti plasma, mengatakan keberadaan perusahaan kemitraan banyak memberikan keuntungan bagi peternak plasma. Salah satunya peternak dapat menjalankan usahanya secara berkesinambungan karena kendala modal yang biasanya dihadapi oleh peternak dapat teratasi dengan adanya pinjaman barang modal berupa DOC, pakan dan obat-obatan dari perusahaan inti. Modal tersebut akan dibayarkan jika peternak telah mendapat hasil panen. Perusahaan inti ikut membuka kesempatan kerja bagi peternak, menjamin pemasaran dan pasokan sapronak, dan turut berperan dalam mengembangkan usaha peternakan.

(20)

(Firwiyanto, 2008). Sehingga dapat meningkatkan pendapatan peternak dan memenuhi ketersediaan daging ayam dalam dimensi jumlah, kualitas, dan waktu.

Dalam sistem pola kemitraan inti plasma terdapat beberapa hal yang perlu diketahui dan diperhatikan agar kerjasama dapat berjalan dengan lancar, yaitu mekanisme kemitraan inti plasma. Saputra (2011) mengatakan, mekanisme kemitraan inti plasma meliputi sistem dan prosedur penerimaan mitra, syarat menjadi mitra, hak dan kewajiban perusahaan mitra dan peternak dan penetapan harga input, output dan bonus.

Sistem dan prosedur penerimaan mitra dilakukan dengan peternak mendaftarkan diri kepada perusahaan sebagai calon mitra. Kemudian pihak perusahaan melakukan proses seleksi yang meliputi lokasi kandang, kondisi, serta kelengkapan fasilitas kandang calon peternak plasma. Selanjutnya setelah dinyatakan layak oleh perusahaan mitra untuk bergabung dalam kemitraan, peternak menyerahkan persyaratan dan jaminan serta penandatanganan kontrak perjanjian kerjasama.

Syarat bergabung menjadi peternak mitra yang ditetapkan perusahaan kemitra berbeda-beda. Namun pada dasarnya, syarat menjadi mitra yaitu meliputi kapasitas ayam broiler, dan lokasi kandang dengan menyerahkan jaminan dapat berupa bukti kepemilikan tanah, bpkb, atau uang tunai.

Pihak inti mempunyai hak dalam menentukan pilihan sarana produksi ternak yang meliputi DOC, pakan, obat-obatan, vaksin serta menentukan harga kesepakatan kontrak. Selanjutnya kewajiban pihak inti adalah menentukan dan menyusun program pemeliharaan ayam melalui petugas penyuluh lapang (PPL). Pihak inti juga berkewajiban mengontrol kesehatan ayam peternak dan memberikan bimbingan teknis kepada peternak. Sedangkan hak dari peternak plasma adalah menerima bantuan modal sapronak dan mendapat bimbingan manajemen yang baik dan benar dari perusahaan mitra. Kewajiban peternak plasma yaitu bertanggung jawab dalam mengelola ternaknya dengan baik sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan mitra.

Analisis Pendapatan Kemitraan

(21)

mengeluarkan biaya produksi sedikit lebih murah, namun hanya sedikit peternak skala besar yang memperoleh bonus. Peternak skala sedang sebagian besar memperoleh bonus dari pihak inti, sehingga nilai rasio R/C peternak skala sedang lebih tinggi daripada peternak skala besar.

Lestari juga melakukan analisis mengenai kepuasan peternak plasma terhadap PT. X di Yogyakarta yang menjadi mitra usahanya. Peneltian yang dilakukan adalah terhadap pelayanan administrasi penerimaan mitra, pelayanan sarana produksi, pelayanan teknis budidaya, dan pelayanan pasca panen. Berdasarkan hasil analisis kuadran kinerja dan kepentingan, didapatkan beberapa atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi akan tetapi kinerjanya dinilai masih rendah oleh peternak plasma. Atribut-atribut tersebut antara lain atribut kualitas DOC, kualitas pakan, kecepatan pencairan hasil panen, dan pemberian bonus. Hasil analisis kesesuaian juga menunjukkan keempat atribut tersebut memiliki nilai kesesuaian yang rendah. Secara keseluruhan peternak plasma merasa puas terhadap kinerja atribut-atribut yang terdapat dalam kemitraan PT X. Hal ini dapat diketahui dari nilai indeks kepuasan peternak sebesar 63.38 persen, dimana nilai ini berada pada skala puas.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Febridinia (2010) yang juga menganalisis peran kemitraan dalam pendapatan peternakan ayam broiler. Penelitan ini menganalisis pendapatan pada peternak yang bermitra dan peternak non mitra. Hasil penelitian ini menyatakan terdapat perbedaan total biaya, penerimaan dan pendapatan antara peternak mitra dan non mitra. Biaya tunai peternak mitra lebih besar dibandingkan dengan peternak non mitra, sehingga ada indikasi bahwa peternak non mitra lebih banyak mengakses input dari pasar. Tingkat keuntungan antara peternak mitra dan non mitra juga dapat dilihat dari besarnya R/C rasio. Rasio atas biaya tunai peternak mitra sebesar 1.11 dan peternak non mitra sebesar 1.09. Sedangkan rasio atas biaya total juga diperoleh lebih tinggi oleh peternak mitra yaitu sebesar 1.03 dan 1.02 untuk peternak non mitra. Hal ini berarti usaha ayam peternak mitra lebih efisien dibandingkan dengan peternak non mitra. Berdasarkan perhitungan uji-t didapat hasil bahwa ada perbedaan pendapatan tunai antara peternak mitra dan non mitra. Hal ini dapat dilihat dari p-value yang diperoleh sebesar 0.004 lebih kecil dari nilai α yang ditentukan yaitu 0.05.

Deshinta (2006) melakukan penelitian mengenai dampak kemitraan terhadap peningkatan pendapatan peternak yang dilakukan pada PT Sierad Produce di Kabupaten Sukabumi. Hasil penelitian ini menyatakan pendapat bersih yang diperoleh peternak mitra lebih kecil dibandingkan dengan peternak mandiri. Berdasarkan nilai R/C rasio terhadap total biaya diperoleh hasil Rp. 1 066 untuk peternak mitra, sedangkan peternak mandiri memperoleh tambahan lebih besar yaitu Rp. 1 079. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah biaya yang ditanggung peternak mitra lebih besar dari peternak mandiri seperti pembelian sapronak yang dijual oleh perusahaan kemitraan. Dari hasil uji t yang dilakukan terhadap total pendapatan bersih diperoleh kesimpulan terima Ho, ini menunjukkan bahwa antara pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri tidak memiliki perbedaan secara nyata, atau dapat disimpulkan bahwa kemitraan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan peternak.

(22)

dilakukan oleh Lestari (2009) dan Febridinia (2010) menyatakan terdapat manfaat yang positif dari pelaksanaan kemitraan.manfaat tersebut antara lain peternak yang bermitra mendapatkan jaminan sapronak, risiko usaha lebih rendah, mendapatkan kepastian dalam memasarkan hasil panen dan mendapatkan bimbingan serta penyuluhan dari pihak perusahaan mitra. Namun, pada penelitian Deshinta (2006) dapat dikatakan bahwa adanya kemitraan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan peternak. Peternak mandiri lebih menguntungkan daripada peternak yang bermitra. Hal ini dipengaruhi oleh biaya-biaya yang dikeluarkan oleh peternak mitra lebih besar daripada biaya-biaya yang dikeluarkan oleh peternak mandiri, sehingga mengakibatkan kemitraan menjadi tidak signifikan dampaknya terhadap pendapatan peternak.

Beberapa hal yang menjadi persamaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah mendeskripsikan pelaksanaan kemitraan yang dilakukan antara pihak peternak dengan perusahaan kemitraan dan menghitung tingkat pendapatan antara peternak mitra dan peternak mandiri dengan alat analisis yang sama. Adapun perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah lokasi usaha. Lokasi usaha diduga akan memberikan dampak yang berbeda terhadap pelaksanaan kemitraan karena berbeda topografi wilayah, berbeda sumberdaya manusia, budaya kerja dan berbeda pergerakan harga di pasar. Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Bogor dengan perusahaan kemitraan yaitu CV. Barokah.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

1. Definisi Kemitraan

Definisi kemitraan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari 2 kata, mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Sementara kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra. Definisi lain diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama, dengan prinsip saling mambutuhkan dan saling membesarkan.

Pengertian kemitraan juga terdapat secara jelas pada peraturan perundang-undangan antara lain:

1. Undang-undang Nomor. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, Pasal 1 angka menyatakan bahwa kemitraan adalah “Kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan”.

(23)

Dari beberapa definisi tersebut, kemitraan merupakan jalinan kerjasama usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Hal ini dapat terjadi jika kedua belah pihak saling melengkapi kelebihan satu sama lain, seperti pihak pengusaha yang memiliki tanggung jawab untuk melakukan pembinaan terhadap peternak agar mampu mengembangkan usahanya. Sementara pihak peternak mampu menjalankan kegiatan sesuai dengan perjanjian yang dibuat antara kedua belah pihak. Berkaitan dengan kemitraan yang telah diuraikan diatas, maka kemitraan mengandung beberapa unsur pokok, yaitu:

a. Kerjasama Usaha

Dalam konsep kemitraan, kerjasama yang dilakukan antara pengusaha besar atau usaha menengah dengan usaha kecil didasarkan pada kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama antar kedua belah pihak yang bermitra. Hal ini berarti kedua belah pihak mempunyai hak dan kewajiban yang setara dan tidak ada pihak yang dirugikan. Sehingga tujuan kemitraan tercapai dengan meningkatkan keuntungan atau pendapatan melalui pengembangan usaha tanpa saling mengeksploitasi satu sama lain dan berkembangnya rasa saling percaya diantara kedua belah pihak yang bermitra.

b. Pembinaan dan Pengembangan

Bentuk pembinaan dalam kemitraan yang dilakukan oleh pengusaha besar atau pengusaha menengah terhadap pengusaha kecil dapat berupa pembinaan mutu produksi, pembinaan manajemen usaha, pembinaan manajemen produksi, pembinaan peningkatan sumber daya manusia dan lain-lain.

c. Prinsip Saling Memerlukan, Saling Memperkuat dan Saling Menguntungkan. Pada dasarnya adanya kemitraan diawali dengan mengenal dan memahami posisi kelebihan dan kelemahan kedua belah pihak yang bermitra, sehingga menghasilkan sinergi yang berdampak pada efisiensi dan turunnya biaya produksi. Dalam kemitraan diharapkan pengusaha besar atau pengusaha menengan dapat bekerjasama saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan dengan pengusaha kecil untuk mencapai kesejahteraan bersama.

2. Manfaat dan Tujuan Kemitraan

Pada dasarnya tujuan kemitraan di antara pengusaha besar dan pengusaha kecil adalah mengarah pada pola hubungan simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan yang pada akhirnya bermuara pada win-win solution. Tujuan saling menguntungkan tersebut di dasarkan pada kesejajaran kedudukan antara kedua belah pihak sehingga tidak ada yang merasa saling dirugikan. Dalam hal ini, (Hafsah, 1999) mengatakan ciri kemitraan terhadap hubungan timbal balik antara kedua belah pihak yang bermitra bukan sebagai buruh dan majikan atau atasan dan bawahan melaikan sebagai adanya pembagian risiko dan keuntungan yang proposional. Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan adalah:

1. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat 2. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan

(24)

4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional 5. Memperluas kesempatan kerja

6. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional

Kemintraan bermanfaat bagi pihak-pihak yang melakukan kerjasama didalamnya. Manfaat yang dapat dicapai dari usaha kemitraan antara lain (Hafsah, 1999):

a. Produktivitas

Bagi perusahaan kemitraan, manfaat dari adanya kerjasama dengan petani adalah dapat mengoprasionalkan kapasitas pabriknya secara full capacity tanpa perlu memiliki lahan dan pekerja lapang sendiri karena biaya untuk keperluan tersebut ditanggung oleh petani. Sedangkan bagi petani, dengan adanya kemitraan dapat meningkatkan produktivitas secara simultan dengan cara menambah unsur input baik kualitas maupun kuantitas dalam jumlah tertentu sehingga memperoleh hasil dalam jumlah dan kualitas yang berlipat.

b. Efisiensi

Perusahaan dapat menghemat penggunaan tenaga dalam mencapai target tertentu dengan tenaga kerja yang dimiliki petani. Sedangkan untuk petani yang relatif lemah dalam hal kemampuan teknologi dan sarana produksi, dengan bermitra dapat menghemat waktu produksi melalui produksi yang di sediakan oleh perusahaan.

c. Jaminan Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas

Kualitas, kuantitas dan kontinuitas sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan poduktifitas di pihak petani yang dapat menentukan terjaminnya pasokan pasar.

d. Risiko

Kemitraan bermanfaat mengurangi risiko bagi pihak-pihak yang melakukan kerjasama. Kontrak akan mengurangi risiko yang dihadapi perusahaan karena tidak harus menanamkan investasi atas tanah dan mengelola pertanian yang sangat luas. Sedangkan bagi petani dapat mengurangi risiko produksi dan risiko harga dengan adanya kerjasama melalui kemitraan.

3. Pola Kemitraan

Menurut Keputusan Menteri Pertanian No. 940/kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian yang merupakan penjabaran dari Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 dan PP No. 44 Tahun 1997, pola kemitraan dibagi kedalam enam kelompok yaitu inti plasma, subkontrak, dagang umum, keagenan, kerjasama operasional agribisnis dan waralaba.

1. Pola Inti Plasma

(25)

memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati (Hafsah, 2000).

Adapun kelebihan dari pola inti plasma antara lain:

a) Kemitraan inti plasma memberikan manfaat timbal balik antara kedua belah pihak yang bekerja sama dengan saling ketergantungan dan saling menguntungkan

b) Terciptanya peningkatan usaha

c) Pola kemitraan inti plasma dapat mendorong perkembangan ekonomi Kelemahan dari pola inti plasma antara lain:

a) Kelompok mitra belum memahami hak dan kewajibannya dengan baik sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati

b) Perusahaan mitra sebagai inti belum sepenuhnya menjalani komitmen dalam memenuhi fungsi dan kewajiban sesuai apa yang diharapkan oleh pihak plasma

Gambar 1. Pola kemitraan inti-plasma Sumber: Departemen Pertanian (2013)

2. Sub Kontrak

Pola kemitraan sub kontrak merupakan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana di dalamnya kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan oleh perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Pola kemitraan sub kontrak mensyaratkan bahwa kelompok mitra harus: 1) memproduksi kebutuhan yang dibutuhkan oleh perusahaan mitra sebagai komponen produksinya, 2) menyediakan tenaga kerja, dan 3) membuat kontrak bersama yang mencantumkan volume, harga dan waktu. Sedangkan tugas perusahaan mitra adalah: 1) menampung dan membeli komponen produksi yang dihasilkan oleh kelompok mitra, 2) menyediakan bahan baku/modal kerja, dan 3) melakukan kontrol kualitas produksi.

Menurut Hafsah (1999), keuntungan dari pola kemitraan sub kontrak adalah dapat mendorong terciptanya alih teknologi, modal, keterampilan dan menjamin pemasaran produk kelompok mitra usaha. Sementara kelemahan pola kemitraan sub kontrak antara lain:

a) Seringkali memberikan kecendrungan mengisolasi produsen kecil sebagai sub kontrak pada satu bentuk hubungan monopoli dan monopsoni terutama dalam penyedian bahan baku dan pemasaran.

b) Terjadi penekanan terhadap harga input yang tinggi dan harga output yang rendah karena telah berkurangnya nilai-nilai kemitraan antar kedua belah pihak.

Perusahaan Inti

Plasma

Plasma Plasma

(26)

c) Adanya gejala eksploitasi tenaga untuk mengejar target produksi.

Pola kemitraan sub kontrak biasanya ditandai dengan adanya kontrak bersama yang mencakup volume, harga, mutu dan waktu. Pola ini menunjukkan bahwa kelompok mitra memproduksi komponen produksi yang dibutuhkan oleh perusahaan mitra sehingga hasil produksi yang dihasilkan oleh kelompok mitra sangat penting untuk keberlangsungan usaha mitra. Oleh karena itu, pihak perusahaan mitra perlu melakukan pembinaan kepada kelompok mitra secara intensif.

Gambar 2. Pola kemitraan sub kontrak Sumber: Departemen Pertanian (2013)

3. Dagang Umum

Pola dagang umum merupakan hubungan antara usaha kecil sebagai kelompok mitra dengan usaha menengah atau usaha besar sebagai perusahaan mitra dimana perusaha mitra berfungsi memasarkan hasil produksi kelompok mitranya atau kelompok mitra memasok kebutuhan perusahaan mitra. Pola kemitraan ini memerlukan struktur permodalan yang kuat dari kedua belah pihak yang bermitra, baik mitra usaha besar maupun usaha kecil membiayai sendiri dari kegiatan usaha yang dijalankan masing-masing pihak yang bermitra. Hal ini dikarenakan sifat dari pola kemitraan ini pada dasarnya adalah hubungan membeli dan menjual terhadap produk yang dimitrakan.

Menurut Hafsah (1999), keuntungan dari pola dagang umum ini adalah adanya jaminan harga atas produk yang dihasilkan dengan kualitas yang telah ditentukan atau disepakati. Sedangkan kelemahan dari pola kemitraan dagang umum anatara lain pengusaha besar menentukan dengan sepihak mengenai harga dan volume yang sering merugikan pengusaha kecil. Selain itu, dalam prakteknya pembayaran barang-barang pada kelompok mitra sering tertunda sehingga beban modal pemasaran produk harus ditanggung oleh kelompok mitra. Kondisi seperti ini sangat merugikan perputaran uang pada kelompok mitra yang memiliki keterbatasan permodalan.

Perusahaan Mitra

Kelompok Mitra

Kelompok Mitra Kelompok

Mitra

(27)

Memasarkan Produksi Kelompok Mitra

Gambar 3. Pola kemitraan dagang umum Sumber: Departemen Pertanian (2013)

4. Keagenan

Pola keagenan merupakan hubungan kemitraan dimana kelompok mitra diberi hak khusus untuk memasarkan barang atau jasa dari usaha perusahaan mitra. Hafsah (1999) menerangkan bahwa perusahaan besar/menengah bertanggung jawab atas mutu dan volume produk (barang atau jasa), sedangkan usaha kecil sebagai mitranya berkewajiban memasarkan produk atau jasa tersebut dengan target-target yang harus dipenuhi sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Kelebihan dari pola keagenan ini adalah agen dapat merupakan tulang punggung dan ujung tombak pemasaran usaha besar dan usaha menengah. Oleh karena itu, kepiawaian kelompok mitra dalam memasarkan produk dan mempertahankan pelanggan merupakan keberhasilan bagi perusahaan mitra. Hal ini tentunya dapat terjadi bila perusahaan mitra tetap menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas dari produk yang dipasok kepada kelompok mitra.

Memasok

Memasarkan

Gambar 4. Pola kemitraan keagenan Sumber:Departemen Pertanian (2013)

5. Kerjasama Operasional

Pola KOA adalah hubungan kemitraan antara petani atau kelompok mitra dengan perusahaan mitra. Petani atau kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja, sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal serta sarana untuk mengusahakan dan membudidayakan suatu komoditi pertanian. Kelompok mitra dan perusahaan menggabungkan sumberdaya yang dimilikinya untuk membudidayakan suatu komoditi. Selain itu, perusahaan mitra berperan sebagai penjamin pasar dan mengolah produk tersebut serta dikemas lebih lanjut

Kelompok Mitra Perusahaan Mitra

Konsumen

Kelompok Mitra Perusahaan Mitra

(28)

sebagai nilai tambah untuk dipasarkan. Kemudian hasil yang diperoleh dari kerjasama tersebut akan dibagi sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak. Keuntungan dari pola kemitraan ini pada dasarnya sama dengan pola kemitraan inti-plasma. Sedangkan kelemahan dari pola kerjasama operasional anatara lain pengambilan untung yang terlalu besar dalam penjualan produk dan pengolahan produk dirasakan tidak adil oleh kelompok mitra karena dapat mengurangi keuntungan yang didapat.

Gambar 5. Pola kemitraan kerjasama operasional Sumber: Departemen Pertanian (2013)

6. Waralaba

Pola kemitraan waralaba merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra waralaba dengan memberikan hak lisensi, merek dagang, bantuan manajemen dan saluran distribusi kepada pengelola waralaba. Namun, pemilik waralaba tetap bertanggung jawab terhadap sistem operasi, pelatihan, program pemasaran dan hal-hal lain yang diserahkannya kepada penerima waralaba. Sedangkan pihak pengelola waralaba hanya mengikuti pola yang telah ditetapkan oleh pemilik waralaba serta memberikan sebagian pendapatannya dalam bentuk royalti dan biaya lainnya untuk menunjang usaha yang dilakukannya sesuai kesepakatan bersama.

Menurut Hafsah (1999), kelebihan dari pola waralaba adalah kedua belah pihak yang bekerja sama yaitu pemilik waralaba dan perusahaan terwaralaba mendapatkan keuntungan sesuai dengan hak dan kewajibannya. Keuntungan tersebut dapat berupa adanya alternatif sumber dana, penghemtan modal, dan efisiensi. Selain itu, pola waralaba ini dapat membuka peluang kesempatan kerja kepada masyarakat secara luas. Sementara kelemahan dari pola waralaba ini adalah rentan terjadi perselisihan karena salah satu pihak ingkar dan tidak patuh dalam kesepakatan yang telah dibuat. Selain itu, ketergantungan yang sangat besar

Kelompok Mitra Kelompok Mitra

Lahan Sarana Tenaga

Biaya Modal Teknologi

(29)

dari perusahaan terwaralaba kepada pemilik waralaba dalam hal teknis dan atau peraturan yang mengikat.

Hak lisensi Merk dagang

Bantuan Manajemen Saluran Distribusi

Gambar 6. Pola kemitraan waralaba Sumber: Departemen Pertanian (2013)

4. Peranan Pelaku Kemitraan Usaha

Menurut Hafsah (1999), peranan pengusaha/perusahaan pembimbing antara lain:

1. Perusahaan menyediakan rancangan kerja agribisnis

2. Pengusaha sebagai penyandang dan atau penjamin kredit untuk permodalan peternak

3. Melaksanakan pengemasan dan pemasaran.

4. Menyediakan tenaga penyuluh untuk memberikan bimbingan usahatani kepada peternak.

5. Memberikan pelayanan dan menyediakan segala keperluan untuk usahatani 6. Pengusaha menjamin akan membeli produksi sesuai dengan kesepakatan yang

telah disetujui.

7. Pengusaha membayar semua hasil produksi sesuai dengan kesepakatan.

Menurut Hafsah (1999), dalam kerjasama kemitraan, peternak banyak berperan dalam kegiatan budidaya, antara lain:

a. Kelompok peternak menyusun rencana kerja, dengan berpedoman pada hasil kesepakatan dengan pengusaha

b. Melaksanakan usaha peternakan dengan teknologi dan ketentuan dengan hasil kesepakatan dengan pengusaha

c. Melaksanakan kerjasama diantara peternak baik pada pra panen maupun pasca panen sesuai dengan kebutuhan.

d. Peternak berkewajiban mematuhi dan melaksanakan semua ketentuan dan perjanjian sesuai dengan kesepakatan bersama.

5. Mekanisme Kemitraan

Dalam kemitraan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan agar kemitraan dapat berjalan dengan lancar. Terdapat beberapa syarat untuk melakukan kemitraan, antara lain 3:

a. Menyediakan kandang beserta peralatan peternakan dengan ukuran teknis dan kapasitas yang direkomendasikan oleh perusahaan kemitraan.

3

Peranan Pola Kemitraan Pada Peternak Usaha Ayam Broiler www. disnaksusel.com (20 April 2013)

(30)

b. Lokasi kandang harus mempunyai fasilitas listrik, cukup tersedia air bersih dan dapat dijangkau oleh kendaraan roda empat untuk mengangkut sapronak daan panen ayam.

c. Dapat bekerjasama dengan petugas lapangan inti (technical service) untuk melaksanakan manajemen usaha sesuai dengan petunjuk perusahaan inti. d. Bersedia memberikan jaminan (sertifikat tanah atau BPKB) serta pengadaan

dan penyediaan sarana produksi

6. Hak dan Kewajiban Pelaku Kemitraan

Dalam mencapai tujuan kemitraan antara perusahaan kemitraan dengan peternak mitra, maka tanggung jawab masing-masing pelaku kemitraan harus diperhatikan. Hal ini dikarenakan untuk mencapai tujuan dari kemitraan yaitu menjamin kelangsungan kerjasama anatara kedua belah pihak. Adapun hak dan kewajiban perusahaan kemitraan dan peternak mitra dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hak dan kewajiban pelaku kemitraan

Perusahaan Inti Peternak Plasma

Hak 1. Menerima hasil produksi dari peternak.

2. Jaminan mutu ayam broiler yang baik dari peternak.

3. Pembayaran kredit dari peternak.

1. Adanya jaminan sapronak secara kredit.

2. Mendapatkan bimbingan teknis budidaya ayam broiler.

3. Jaminan pemasaran dari perusahaan kemitraan. Kewajiban 1. Memberikan kredit modal

usaha berupa DOC, pakan dan OVK.

2. Melakukan pembinaan dalam kegiatan budidaya.

3. Membeli kembali hasil produksi dengan harga kontrak.

1. Menyediakan kandang beserta peralatannya.

2. Melaksanakan budidaya ayam broiler.

3. Menyerahkan hasil

produksi kepada perrusahaan kemitraan

Sumber :www. disnaksusel.com (20 April 2013)

7. Analisis Usahatani

Kegiatan usahatani merupakan kegiatan produksi (input) untuk menghasilkan suatu produk (output) dimana kegiatan usahatani tidak terlepas dari penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk yang kemudian dijual (ditawarkan) kepasaran untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan usahatani tersebut. Dalam suatu kegiatan usahatani, petani maupun peternak sebagai pelaku usahatani mengharapkan produksi yang lebih besar agar mendapatkan pendapatan yang besar pula. Untuk itu, petani atau peternak menggunakan modal, tenaga dan sarana produksinya sebagai alat untuk mendapatkan produksi yang diharapkan

(31)

tingkat teknologi, kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga dan jumlah keluarga, faktor-faktor diluar usahatani (ekstern) antara lain: tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani (harga hasil, harga saprodi dan lain-lain) serta sarana penyuluhan bagi petani.

Menurut Suratiyah (2006), keberhasilan suatu usahatani dapat terjadi apabila kegiatan usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunkan, membayar tenaga kerja luar keuarga serta sarana produksi yang lain termasuk kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga keberlangsungan usahanya. Oleh karena itu, keberhasilan suatu usahatani sangat ditentukan oleh bagaimana manajemen yang dijalankan dalam usaha tersebut. Bagaimana pengelolaan sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan modal yang dimiliki menjadi efektif dan efisien. Salah satu ukuran keberhasilan suatu kegiatan ushatani adalah tingkat pendapatan yang diterima oleh petani maupun peternak. Berikut komponen pendapatan petani yang meliputi penerimaan dan biaya yang dikeluarkan.

1. Penerimaan

Penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit, dan yang digunakan sebagai pembayaran yang disimpan. Penilaian ini berdasarkan perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku. Menurut Soekartawi et al. (1986), penerimaan total usahatani (farm receipt) didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan pokok usahatani. Sedangkan menurut Hernanto (1988), menyatakan bahwa penerimaan usahatani adalah penerimaan dari semua usahatani meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, dan nilai yang dikonsumsi. Penerimaan usahatani juga dapat diartikan sebagai total penerimaan atau imbalan balas jasa yang diterima oleh petani maupun keluarganya dari kegiatan usahataninya yang diterima pada akhir proses produksi. Penerimaan ushatani dinilai berdasarkan perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku.

Penerimaan usahatani dapat dibedakan menjadi 2, yaitu penerimaan bersih usahatani dan penerimaan kotor usahatani (gross income). Penerimaan bersih usahatani merupakan selisih antara penerimaan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang habis terpakai dalam proses produksi, tidak termasuk tenaga kerja dalam keluarga petani. Sedangkan penerimaan kotor usahatani adalah nilai total produksi usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun tidak dijual (Soekartawi et al. 1986). Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Dalam menaksir pendapatan kotor, semua komponen produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar.

2. Biaya atau Pengeluaran

(32)

dan biaya variabel (variable cost), sedangkan dalam jangka panjang semua biaya dianggap atau diperhitungkan sebagai biaya variabel (Hernanto, 1988). Biaya usahatani akan dipengaruhi oleh jumlah pemakaian input, harga dari input, tenaga kerja, upah tenaga kerja dan intensitas pengelolaan usahatani.

a) Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya kuantitas produksi yang dihasilkan. Biaya tetap dalam usahatani meliputi gaji yang dibayar tetap, sewa tanah, pajak tanah, alat dan mesin, bangunan ataupun bunga uang serta biaya tetap lainnya. b) Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya variabel merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya biaya variabel berubah menurut tinggi rendahnya ouput yang dihasilkan, atau tergantung kepada skala produksi yang dilakukan. Biaya variabel dalam usahatani meliputi biaya bibit, biaya pupuk, biaya obat-obatan, serta termasuk ongkos tenaga kerja yang dibayar berdasarkan penghitungan volume produksi.

3. Pendapatan

Pendapatan usahatani adalah total pendapatan bersih yang diperoleh dari seluruh aktivitas usahatani yang merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Menurut Soekartawi et al. (1986) membagi pendapatan menjadi 2, pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor (gross farm income) merupakan nilai produk total usahatani baik yang (1) dijual, (2) dikonsumsi oleh rumah tangga petani, (3) digunakan dalam usahatani untuk bibit atau makanan ternak, (4) digunakan untuk pembayaran, (5) disimpan atau ada digudang pada akhir tahun.

Sedangkan pendapatan bersih usahatani merupakan selisih antara pendapatan kotor dan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih usahatani dapat digunakan untuk mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani. Oleh karena itu, pendapatan bersih usahatani merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk dapat membandingkan penampilan beberapa usahatani.

Kerangka Pemikiran Operasional

(33)

maupun ketidakjelasan informasi pasar yaitu harga jual output berupa ayam hidup dan daging. Risiko lain yang dihadapi dalam usaha ternak ayam broiler adalah risiko produksi yang disebabkan oleh cuaca dan iklim serta penyakit. Kendala tersebut merupakan hambatan yang cukup kompleks dalam mengusahakan peternakan ayam broiler secara mandiri. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama yang saling menguntungkan antara peternak mandiri dan perusahaan inti dalam bentuk kemitraan.

Kualitas, kuantitas dan kontinuitas menjadi faktor yang sangat penting dalam melaksanakan program kemitraan ini. Hasil yang diharapkan dari program kemitraan ini bagi petani adalah produksi lebih meningkat, resiko relatif lebih kecil dan terjaminnya pasar ayam broiler yang diproduksi oleh peternak serta dapat meningkatkan pendapatan antara kedua belah pihak. Dengan adanya program kemitraan ini juga diharapkan mampu memecahkan masalah-masalah atau kendala-kendala yang timbul sehingga program kemitraan ini dapat dilanjutkan. Dalam evaluasi pelaksanaan kemitraan antara peternak mitra dengan CV. Barokah ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh kedua belah pihak yang bermitra. Selain itu juga untuk mengetahui tingkat pendapatan peternak selama mengikuti program kemitraan. Kemitraan yang dikaji pada CV. Barokah pada intinya ditujukan untuk mengetahui perbedaan mengenai pendapatan para peternak mitra dan peternak mandiri, sehingga dapat diketahui secara lebih signifikan peranan kemitraan bagi kesejahteraan peternak.

(34)

Gambar 7. Kerangka pemikiran operasional Kendala peternak dalam menjalankan usaha yang meliputi keterbatasan modal, teknologi, manajemen, dan informasi pasar

terbatas.

Peternak Mandiri Peternak Mitra

• Modal tidak terbatas • Teknologi modern

• Manajemen sumberdaya baik • Kepastian informasi pasar bagi

peternak.

• Analisis usahatani • R/C Rasio Tunai • Uji -t

Perbandingan pendapatan dan pengaruh kemitraan terhadap pendapatan peternak mitra.

• Modal terbatas • Teknologi sederhana

• Manajemen sumberdaya kurang • Ketidakpastian informasi pasar

bagi peternak.

Konsep i

Pendapatan k

Analisis k i if

• Analisis usahatani • R/C Rasio Tunai • Uji -t

Pendapatan k

Menjadi bahan pertimbangan peternak mandiri untuk melakukan kemitraan dan perbaikan kinerja serta pelaksanaan

(35)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor dengan responden para peternak ayam broiler yang bermitra dengan perusahaan kemitraan yaitu CV. Barokah. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa CV. Barokah merupakan perusahaan yang sedang berkembang dengan lokasi peternak yang mudah dikunjungi, serta adanya kesediaan perusahaan untuk memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April-Juni 2013.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung terhadap keadaan usaha peternak ayam broiler. Data primer juga diperoleh dari wawancara dengan peternak dan dibantu dengan kusioner yang telah dipersiapkan sebelumnya agar dapat mempermudah peternak dalam pengisian kuisoner tersebut. Data sekunder diperoleh dari sumber-sumber lain dalam bentuk tidak langsung berasal dari usaha yang diteliti atau berasal dari luar. Data ini dapat diperoleh dari buku, Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan LSI IPB, internet dan literatur lain yang berkaitan dan relevan dengan penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive)dalam menentukan lokasi penelitian yaitu CV. Barokah. Begitupun penentuan peternak yang akan di wawancara menggunakan teknik pengumpulan data secara purposive yaitu peternak ayam broiler yang bermitra dengan CV. Barokah dan peternak mandiri sebagai pembanding. Peternak mitra yang dipilih sebagai responden adalah peternak yang aktif atau sedang melakukan usaha ternak ayam broiler dengan CV. Barokah. Sedangkan untuk peternak mandiri yang dipilih menjadi responden adalah peternak yang tersebar di Kabupaten Bogor mendatangi wilayah yang menjadi pusat usaha ayam broiler. Pengumpulan data dari responden dilakukan melalui teknik wawancara dengan panduan kuisioner. Seluruh peternak mitra dan peternak mandiri yang menjadi responden tersebar di berbagai wilayah Kabupaten Bogor yang menjadi pusat peternakan ayam broiler. Jumlah responden peternak dalam penelitian ini berjumlah 60 orang yang terdiri dari 30 orang peternak mitra dan 30 orang peternak mandiri.

Metode Analisis Data

(36)

mendeskripsikan karakteristik peternak dan peran pelaksanaan kemitraan yang terjalin antara peternak yang bermitra dengan perusahaan kemitraan CV. Barokah. Selain itu, data kualitatif diguanakan untuk menguraikan pengaruh kemitraan terhadap pendapatan peternak mitra. Data kualitatif akan diuraikan secara deskriptif. Sedangkan analisis data kuantitatif digunakan untuk menghitung tingkat pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri dengan melakukan analisis pendapatan, analisis R/C rasio, dan uji-t. Kemudian diolah dengan menggunakan program komputer dan disiapkan dalam bentuk tabulasi, sampai akhirnya diuraikan secara deskriptif.

1. Analisis Usahatani

Analisis usahatani yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan yang diperoleh peternak mitra dan peternak mandiri. Komponen yang diperlukan dalam analisis ini adalah penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani.

a. Penerimaan

Menurut Soekartawi (2002), penerimaan atau pendapatan kotor adalah seluruh pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu kegiatan usahatani dan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran dalam kegiatan usahatani. Dengan demikian, penerimaan usahatani adalah penerimaan usahatani semua nilai produk yang dihasilkan dari suatu usahatani dalam 1 periode tertentu, 1 musim tanam atau dalam satuan tahun kegiatan usaha. Adapun rumusannya adalah sebagai berikut :

Dimana:

TR = Penerimaan (revenue) usahatani per periode (Rp) Q = Hasil produksi (quantity) per periode (kg) P = Harga jual (price) produk per unit (Rp/kg.) b. Biaya

Biaya adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam suatu periode produksi tertentu yang dinyatakan dalam nilai uang tertentu. Biaya usahatani dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).

Biaya tetap merupakan biaya atau pengeluaran yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan dan tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang didapat. Biaya tetap dalam usaha ternak ayam broiler meliputi biaya sewa lahan, pajak, penyusutan peralatan, penyusutan bangunan. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh prodduksi yang dihasilkan. Biaya variabel dalam usaha ternak ayam broiler meliputi biaya pembelian DOC, pembelian pakan, pembelian obat, sekam, vaksin dan biaya untuk membayar tenaga kerja luar keluarga.

Dalam usaha ternak ayam broiler ini terdapat kandang dan peralatan. Oleh karena itu, perlu diperhitungkan biaya penyusutan. Biaya penyusutan alat–alat pertanian diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan

(37)

nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal dipakai (Metode Garis Lurus), dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:

Nb = Nilai pembelian (Rp) Ns = Tafsiran nilai sisa (Rp) n = Jangka umur ekonomi (tahun) c. Pendapatan

Analisis pendapatan uasahatani digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pendapatan pada usaha ternak ayam broiler.Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani per musim atau per tahun. Secara metematis ditulis sebagai berikut:

Dimana:

π = Pendapatan usahatani per periode (Rp) TP = Total penerimaan per periode (Rp) BT = Biaya tetap per periode (Rp) BV = Biaya variabel per periode (Rp) 2. Analisis R/C Ratio

Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi. Oleh karena itu, analisa pendapatan selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi. Salah satu ukuran efisiensi adalah Analisis Return Cost (R/C) Ratio merupakan perbandingan (rasio) antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Analisis R/C Rasio digunakan untuk menunjukkan berapa besar tambahan penerimaan yang diperoleh sebagai manfaat di setiap rupiah yang dikeluarkan. Makin besar R/C makin baik usahatani tersebut. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan petani, digunakan rumus sebagai berikut:

Suatu usaha dikatakan berhasil bila nilai R/C rasio > 1. Nilai tersebut mengartikan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan untuk usaha akan memberikan tambahan penerimaan lebih besar dari satu rupiah. Sebaliknya, bila nilai R/C < 1 maka setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan kurang dari satu rupiah, sehingga petani menderita kerugian.

Biaya penyusutan = N N

π bersih = TP – (BT+BV)

Rasio R/C = T P

Gambar

Tabel 1. Konsumsi daging per kapita tahun 2009-2011
Tabel 2. Populasi ternak ayam ras di Kabupaten Bogor tahun 2006-2011 (ekor)
Gambar 1. Pola kemitraan inti-plasma
Gambar 3. Pola kemitraan dagang umum
+7

Referensi

Dokumen terkait

terintegrasi tersebut telah berhasil dirancang dan dibuat (Hermawan, et al., 2009; Hermawan, et al., 2010), namun masih perlu ditingkatkan kinerjanya melalui modifikasi agar

Mengemukakan analisis data sesuai dengan metode yang digunakan, yakni Importance Performance Analysis (IPA) untuk mengidentifikasi dimensi terendah dalam kualitas layanan

Secara umum stasiun di Pulau Payung yang memiliki kandungan logam berat Cu dan Pb yang lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun yang berada pada aliran

Hasil evaluasi kesesuaian lahan menunjukkan bahwa tanah-tanah yang diteliti sesuai marginal (kelas S3) untuk pengembangan tanaman kakao dengan faktor pembatas reaksi

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya aktivitas antibakteri ekstrak metanol dan ekstrak etanol daun kersen dalam bentuk sediaan gel terhadap Staphylococcus

Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak n-heksan tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri MRSA, sedangkan ekstrak metanol dapat menghambat

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa nilai KHM ekstrak etanol daun Bambusa vulgaris terhadap bakteri

Data Perhitungan Bakteri Escherichia coli Pada Mentimun Sebelum Direndam dan Setelah Direndam Dengan Dekok Daun Belimbing Wuluh.