• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Analisis Usahatani Tanaman Hias 1.Identitas Usahatani 1.Identitas Usahatani

Usahatani tanaman hias adalah suatu jenis usaha pertanian yang banyak diusahakan oleh penduduk Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru. Sistem pengusahaan dilaksanakan dalam kegiatan agribisnis yang artinya pedagang menjalankan kegiatan-kegiatan subsistem dari hilir ke hulu.

Untuk memudahkan dan mengarahkan penjelasan mengenai sistem agribisnis yang dijalankan oleh pengusaha maka disusun skema usahatani tanaman hias pada Gambar 4.1:

PENYEDIAAN SAPRODI : - Modal

- Lahan - Tenaga Kerja

- Komoditi (Tanaman Hias) - Toko Penyediaan Sarana

Produksi PENGELOLAAN : - Repotting - Stek PEMASARAN BUDIDAYA : - Penanaman - Penyiraman - Pemangkasan dan Penyiangan - Pemupukan - Pencegahan dan pemberantasan hama dan penyakit

Sub Sistem Pendukung : - Transportasi

- Lembaga Keuangan

PENDAPATAN

AGRIBISNIS

Sumber: Soekartawi (2005), dimodifikasi.

Berikut ini adalah uraian tentang aspek budidaya usahatani tanaman hias di daerah penelitian:

4.3.1.1. Penyediaan sarana produksi

Bahan baku tanaman merupakan salah satu faktor produksi yang sangat dibutuhkan dalam kelangsungan suatu usaha tanaman hias. Apabila penyediaan bahan baku terhenti, akan menyebabkan terhambatnya kegiatan usaha. Kegiatan usaha menjadi terhambat karena perbanyakan tanaman membutuhkan waktu dalam pengelolaannya. Jeda waktu pengelolaan yang lama dapat menyebabkan larinya konsumen ke pengusaha lain. Kejadian tersebut dapat mengurangi pendapatan pengusaha.

Berikut ini adalah sarana produksi yang akan diteliti: a. Modal

Pada dasarnya rata-rata pengusaha tanaman hias memulai usahanya dengan menggunakan uang sendiri. Ada beberapa hal yang menyebabkan pengusaha lebih senang untuk menggunakan modal dari uang mereka sendiri daripada meminjam bank atau ke orang lain. Alasan tersebut adalah:

1) Usaha tanaman hias dapat dimulai dari skala kecil.

Karakteristik usahatani tanaman hias sedikit berbeda dari usaha pertanian atau usaha agribisnis lain. Usaha tanaman hias dapat dimulai dari skala kecil terlebih dahulu yaitu dengan menggunakan lahan yang sempit. Pada umumnya, para pengusaha memulai usahanya dari pekarangan rumah mereka sendiri. Penggunaan pekarangan rumah sendiri menyebabkan pengusaha tidak perlu membeli ataupun

menyewa lahan dari orang lain. Hal ini dapat menekan biaya yang harus dikeluarkan untuk lahan, karena itu biaya yang dikeluarkan masih bisa dijangkau oleh uang simpanan mereka.

2) Pembelian bahan baku dapat dilakukan secara bertahap.

Pembelian bahan baku produksi pada saat pengusaha memulai usahanya tidak dalam jumlah besar serta jenis yang bermacam-macam. Pengusaha melihat kearah mana minat pembeli. Pengusaha pada mulanya hanya mengusahakan tanaman yang memang sedang trend di pasaran. Hal ini menyebabkan modal yang mereka keluarkan dapat ditekan dan modal tersebut juga dapat diputar untuk mengembangkan usahanya.

3) Para pengusaha telah berusaha tani sejak lama.

Rata-rata pengusaha telah berusahatani sejak 10 tahun yang lalu, di mana pada saat itu harga-harga masih stabil. Pada masa 10 tahun yang lalu harga tidak sering berfluktuasi dengan tajam, terutama untuk bahan baku tanaman hias. Fluktuasi harga tidak terjadi pada harga tanaman hias, disebabkan tanaman hias bukanlah suatu kebutuhan primer. Rata-rata pengusaha memulai dengan modal Rp 3.037.143,- (Lampiran 3).

4) Birokrasi bank yang berbelit-belit.

Peminjaman modal dari bank memiliki syarat-syarat tertentu. Salah satu syarat tersebut adalah calon pengusaha harus mampu memberikan suatu agunan baik itu berupa rumah, tanah ataupun usahataninya tersebut. Pengusaha pada saat memulai usahanya belum memiliki tanah atau barang yang dapat diagunkan kepada bank.

Syarat yang berbelit-belit dan lamanya pengurusan peminjaman modal dari bank menyebabkan calon pengusaha enggan untuk menjadikan bank tempat meminjam modal usaha.

5) Usaha tani yang turun temurun.

Pengusaha memilih untuk menggunakan modal sendiri adalah dikarenakan usaha ini telah turun temurun. Usahatani tanaman hias relatif telah stabil, baik dari manajemen maupun keuangan. Modal yang digunakan untuk pengembangan usaha diperoleh dari keuntungan penjualan tanaman hias.

Modal pengusaha digunakan untuk lajunya usahatani. Modal tersebut salah satunya dipergunakan untuk membeli berbagai macam sarana produksi yang terdiri:

1. Pupuk (kompos, kandang, NPK),

2. Pestisida (Antracol, Matador), 3. Bibit tanaman,

4. Peralatan pertanian (cangkul, grobak sorong, sparayer, pompa), 5. Perlengkapan usahatani (rak, pondok).

Pengusaha mengeluarkan biaya untuk pembelian pupuk, rata-rata sebesar Rp 114.000,-/pickup, kompos Rp 5.318,-/goni, Urea Rp 5.000,-/Kg dan NPK Rp 11.300, Pedagang saprotan setiap minggu datang untuk mengantar pupuk tersebut kepada pengusaha. Pengusaha juga dapat memesan pupuk lebih dahulu di toko-toko yang menjual sarana produksi baik di sekitar lokasi usahatani ataupun di Tanjung Morawa (Lampiran 4).

Jenis pestisida yang sering digunakan oleh pengusaha adalah jenis Antracol seharga Rp 42.000,-/botol dan Matador seharga Rp 45.000,-/botol. Pengusaha memperoleh pestisida dengan membeli dari agen atau toko yang menjual sarana produksi baik di daerah sekitar lokasi usahatani ataupun di Tanjung Morawa (Lampiran 5).

Rak maupun pondokan sangat diperlukan dalam usahatani tanaman hias untuk menjaga kualitas tanaman, untuk memperindah lokasi usaha, dan tempat beristirahat pekerja. Rak atau pondokan dapat dibuat sendiri ataupun dengan memesan pada tukang pembuat rak atau pondokan. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk membuat pondokan sebesar Rp 1.396.970,-/pondok dan rak sebesar Rp 383.333,-,/rak (Lampiran 6).

Biaya penyusutan pondokan dan rak biasanya selama 5 tahun atau 1/60 dari biaya pembuatan yang dikeluarkan. Peralatan pertanian biasanya telah dimiliki oleh pengusaha pada awal pendirian usahanya, hal ini dimaklumi karena peralatan memiliki ketahanan yang lebih lama daripada pupuk atau pestisida yang pemakaiannya hanya sekali periode (baik per sekali masa tanam ataupun per bulan).

Biaya yang dikeluarkan untuk membeli peralatan usaha tani rata-rata Rp 310.857,-/pengusaha (Lampiran 7). Peralatan memiliki biaya penyusutan yang dihitung tiap tahunnya sebesar 1/12 harga pembelian peralatan.

b. Lahan

Penelitian menunjukkan bahwa dalam usahatani tanaman hias, luas lahan memiliki pengaruh terhadap kegiatan usaha. Luas lahan yang dimiliki oleh pengusaha

bervariasi, mulai dari pekarangan rumah sampai dengan memiliki lahan tersendiri yang memang diperuntukkan sebagai tempat pembudidayaan tanaman hias.

Pengusaha mengukur luas lahan dengan ukuran rante, di mana 1 rante 400 m2

sedangkan 1 rante 0,25 Ha. Lahan yang dimiliki oleh pengusaha rata-rata 0,24 Ha. Kontur lahan rata-rata datar (Lampiran 8).

Dilihat dari kepemilikan lahan, status lahan terbagai atas 2 yaitu lahan sewa dan lahan milik sendiri. Jika lahan yang dimiliki pengusaha adalah lahan sewa maka penyewa diwajibkan untuk membayar uang sewa setiap tahunnya. Besarnya uang sewa tergantung kepada luas lahan yang disewa serta lokasi lahan yang disewa. Rata-rata uang sewa yang dibayarkan Rp 1.500.000,- untuk tiap 1 Ha lahan yang disewakan (Lampiran 8).

Lahan merupakan lahan sendiri ketika pengusaha membeli lahan dari pemilik sebelumnya dengan harga yang telah disepakati atau lahan tersebut merupakan lahan turun temurun yang dimiliki oleh pengusaha. Jumlah pengusaha yang banyak serta lokasi usaha yang telah dikenal sebagai pusat tanaman hias menyebabkan persaingan untuk membeli lahan cukup ketat.

Pemilihan lokasi lahan yang akan dibeli atau disewa biasanya dipilih yang berdekatan dengan tempat usaha. Pertimbangan pemilihan letak lokasi dekat dengan tempat usaha adalah dapat menghemat waktu, uang serta tenaga. Di dalam usaha tanaman hias bisa dikatakan bahwa semakin luas lahan yang dimiliki, maka semakin besar usaha tanaman hias tersebut.

c. Tenaga Kerja

Penggunaan tenaga kerja oleh pengusaha dilihat dari besar kecilnya usahatani. Semakin besar usahatani yang dijalankan, maka dapat dipastikan memerlukan jumlah tenaga kerja yang lebih banyak.

Tenaga kerja yang digunakan oleh pengusaha dapat berasal dari dalam dan luar keluarga. Tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga terdiri dari suami, istri serta anak-anak mereka. Tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga biasanya tinggal di sekitar lokasi tempat mereka usaha dan ada juga yang berasal dari luar daerah.

Tenaga kerja sendiri terdiri atas tenaga kerja harian dan tenaga kerja bulanan (tetap). Pekerjaan yang dilakukan oleh para tukang ini meliputi pengolahan tanah yang mana akan digunakan sebagai media tanam, penanaman, pembibitan tanaman hias, perawatan tanaman hias seperti penyiraman, pemangkasan, pemupukan, pemberian pestisida serta pengangkutan jika ada bibit tanaman yang masuk serta ada pembelian dalam jumlah besar. Untuk pemasaran ataupun pembelian tanaman hias biasanya ditangani oleh pemilik.

Mengenai waktu bekerja, biasanya untuk tenaga kerja yang tetap jam kerja mulai dari Pukul 07.00 wib sampai dengan Pukul 17.00 wib. Istirahat mulai dari Pukul 13.00 sampai dengan pukul 14.00 wib. Jam kerja tenaga kerja harian sama dengan tenaga kerja tetap sampai selesai hari kerjanya sesuai dengan perjanjian.

Mengenai gaji ataupun upah sangat tergantung dengan besar kecilnya usaha tani tempat mereka bekerja. Upah tenaga kerja harian biasanya akan diberikan kepada

mereka setiap harinya selama mereka bekerja. Besar upah untuk tenaga kerja harian lebih besar daripada gaji tenaga kerja bulanan jika dirata-ratakan per harinya. Upah tenaga kerja harian lebih besar, karena pada tenaga kerja harian biasanya ada tenggat waktu yang harus terpenuhi selama menyelesaikan pekerjaan. Tenaga kerja harian baru akan dipekerjakan oleh pengusaha jika ada pesanan dalam jumlah besar. Pekerjaan tenaga kerja harian menyangkut pengolahan tanah, penanaman tanaman hias ke dalam polybag serta pengangkutan tanaman.

Rata-rata tenaga kerja harian yang digunakan pengusaha berjumlah 1 orang dan memperoleh upah rata-rata sebesar Rp 44.242,-/hari. Tenaga kerja bulanan (tetap) rata yang dipekerjakan berjumlah 1 orang dengan gaji yang mereka peroleh rata-rata Rp 612.766,-/bulan (Lampiran 9).

d. Komoditi yang Diperdagangkan

Komoditi yang diperjualbelikan merupakan tanaman hias dan terbagi atas tanaman hias koleksi atau musiman, tanaman buah-buhan serta tanaman proyek.

1) Tanaman Hias Koleksi atau Musiman.

Tanaman hias musiman, bersifat menurut dengan selera pasar. Bagi pengusaha, tanaman hias jenis musiman bukan merupakan jenis komoditi yang disenangi. Pengusaha tidak menyukai jenis tanaman hias musiman, karena selain harga modal yang cukup tinggi, pembelian biasanya dilakukan di luar negeri ataupun luar daerah (misal: Thailand ataupun Jakarta), sehingga perawatan harus disesuaikan dengan kebiasaan yang dilakukan pengusaha di negeri atau daerah tersebut.

Harga jual tanaman musiman cepat turun karena jika pasar sudah beralih ke jenis lain maka permintaan akan jenis tanaman hias tersebut akan menurun. Pengalaman serta kemampuan pengusaha dalam ekspektasi selera pasar sangat berpengaruh dalam menentukan pendapatan pengusaha.

Jenis tanaman yang termasuk kedalam golongan jenis tanaman musiman adalah: Anthrium, Euphorbia milii, Sansiviera, keladi, cemara kipas, ekor tupai dan Aglonema. Dengan harga rata-rata pada saat penelitian dilakukan sebesar Rp 35.942,- (Lampiran 14).

2) Tanaman Buah-buahan.

Tanaman buah-buahan selalu ada di dalam persediaan usahatani tanaman hias, karena permintaan dan harga jual yang stabil. Pemeliharaan tanaman buah-buahan pun cukup mudah, bahkan semakin besar tanaman harga jual akan semakin tinggi.

Jenis tanaman yang termasuk kedalam buah-buahan adalah: mangga, rambutan, kelengkeng, sawo dan durian harga rata-rata tanaman buah-buahan adalah Rp 14.895,- (Lampiran 14).

3) Tanaman Proyek.

Pengusaha menyebutnya dengan bunga proyek, hal ini karena jenis tanaman ini sering digunakan untuk menghias taman kantor, taman rumah, taman kota ataupun untuk mempercantik pinggiran jalan raya. Konsumen untuk tanaman proyek adalah perusahaan swasta, instansi ataupun individu. Bagi pengusaha, tanaman inilah yang permintaannya selalu ada dan cenderung stabil, walaupun harga jenis tanaman ini

yang murah dapat tertutupi oleh permintaan yang sangat banyak sampai mencapai ribuan.

Termasuk kedalam tanaman proyek adalah ilalang putih, dracena, pedang-pedangan, cemara taman, melati, mawar taman, asoka, lili putih, palem-paleman (Lampiran 14).

e. Pengalaman

Pengalaman yang dimaksud di sini adalah lama dari para responden di dalam menggeluti usahanya berdagang tanaman hias. Lamanya pengalaman berusaha dapat membuat pengusaha dapat mengetahui teknik-teknik baru di dalam pengembangan tanaman hias serta lebih tanggap atas permintaan pasar. Pengalaman juga dapat membuat pengusaha mengambil keputusan untuk menentukan komoditi yang akan mereka perdagangkan, mengikuti trend pasar atau tetap memperdagangkan komoditi yang mereka yakini akan stabil permintaannya. Lamanya pengusaha sampel berusaha di tempat penelitian rata-rata adalah 9,7 atau 10 tahun (Lampiran 2).

4.3.1.2. Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman di sini meliputi berbagai kegiatan yaitu penanaman, penyiraman, pemangkasan, pemupukan serta pemberantasan hama dan penyakit. a. Penanaman

Berdasarkan penelitian, pengusaha di dalam melakukan kegiatan penanaman melihat dari sifat dan karakter tanaman. Untuk melakukan penanaman maka pengusaha harus menyediakan alat-alat serta bahan sebagai berikut:

a. Alat-alat pertanian, terdiri atas:

1) Polybag ataupun pot, digunakan sebagai media tumbuh tanaman.

2) Sekop, digunakan untuk mengaduk media tanam.

3) Angkung atau sorongan.

Digunakan untuk mengangkut bibit ataupun tanaman ke tempat pembibitan. b. Bahan-bahan produksi, terdiri dari:

1) Bibit atau tanaman dewasa.

2) Pupuk yang terdiri dari pupuk kandang, kompos, NPK dan Urea.

Rata- rata untuk kegiatan penanaman, pengusaha biasanya melakukannya 8 kali dalam setiap bulan (Lampiran 10).

b. Penyiraman

Penyiraman paling baik dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00-09.00 wib dan sore hari pukul 15.00 – 16.00 wib. Penyiraman tanaman juga bergantung pada cuaca. Ketika cuaca sedang panas maka tanaman dapat disiram 1 kali dalam sehari biasanya pada sore hari, namun jika cuaca sedang mendung tanaman akan disiram 2 hari sekali. Alat yang digunakan pengusaha dalam menyiram tanaman dapat bermacam-macam misalnya menggunakan gembor, selang air, ember ataupun dengan pompa.

c. Pemangkasan dan Penyiangan

Penyiangan dan pemangkasan merupakan hal yang cukup penting di dalam perawatan tanaman hias, karena jika gulma dan rumput liar ikut tumbuh dalam satu polybag atau pot dapat menyebabkan persaingan dalam mendapatkan nutrisi.

Pemangkasan perlu dilakukan selain untuk mempercantik tanaman juga mengurangi penguapan air. Pengusaha pada dasarnya tidak menentukan kapan mereka melakukan penyiangan namun rata-rata penyiangan dilakukan 7 kali dalam tiap bulannya (Lampiran 10).

d. Pemupukan

Tanaman membutuhkan unsur hara yang tidak semuanya dapat dipenuhi oleh media tanam saja. Kekurangan unsur hara tersebut dapat terpenuhi dari pemberian nutrisi tambahan berupa pupuk. Pemberian pupuk harus disesuaikan dengan dosis yang tepat serta diberikan secara rutin. Pupuk sangat penting manfaatnya, karena jika tanaman terganggu pertumbuhannya dan terlihat layu maka dapat mengurangi minat pembeli untuk membeli tanaman. Pemberian pupuk ke tanaman hias tidak terlalu tergantung pada dosis yang baku, namun melihat dari ukuran tanaman serta keadaannya. Rata-rata pemupukan dilakukan 2 kali dalam setiap bulannya (Lampiran 10).

e. Pencegahan dan Pemberantasan Hama dan Penyakit

Jika tanaman diusahakan secara komersial maka kemungkinan datangnya hama ataupun penyakit tidak dapat dicegah. Penyakit pada tanaman hias muncul karena jumlah tanaman banyak, jarak tanam yang cukup rapat sehingga penularan lebih mudah terjadi dan kurang terjaganya kebersihan media tanam ataupun lingkungan sekitar. Hama tanaman yang sering mengganggu tanaman hias biasanya terdiri atas jamur, busuk batang, keong, ulat. Pengusaha rata-rata menggunakan Antracol namun selain itu ada juga yang menggunakan jenis lain.

4.3.1.3. Pengelolaan tanaman

Pengelolaan tanaman yang dimaksud di sini adalah pengelolaan terhadap tanaman hias sebagai komoditi yang dijual. Pengelolaan tanaman hias berguna untuk menjaga dan meningkatkan kualitas serta kuantitas tanaman. Kualitas dan kuantitas tanaman yang baik pada akhirnya akan meningkatkan nilai jual tanaman. Pada umumnya pengusaha di dalam meningkatkan harga jual tanaman melakukan beberapa cara yaitu:

1. Repotting.

Repotting merupakan kegiatan memindahkan tanaman dari satu pot ke pot lain atau dari polybag ke pot dikarenakan berbagai sebab. Penyebab terjadinya repotting adalah ukuran tanaman yang telah tumbuh besar sehingga pot sebelumnya ataupun polybag tidak dapat memenuhi syarat tumbuh tanaman. Ukuran pot yang lebih kecil dapat mengganggu penyerapan nutrisi oleh tanaman serta dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Nilai estetika tanaman juga akan berkurang jika tanaman besar berada pada pot yang kecil. Pengusaha sering menggunakan pot plastik hitam karena harganya lebih murah, namun jika ada keinginan dari pembeli untuk memilih pot lain yang lebih bagus maka beberapa pengusaha juga menyediakan pot ditempat mereka berusaha. Jenis-jenis pot ada yang terbuat dari gerabah, keramik, batu ataupun pot dengan merk tertentu.

2. Stek.

Kegiatan ini dilakukan oleh pengusaha karena dapat menghemat untuk membeli bibit yang baru. Dengan melakukan stek, pengusaha telah memiliki

persediaan tanaman hias jenis tertentu sesuai dengan yang distek. Salah satu manfaat pengusaha melakukan stek, adalah ketika pembeli menginginkan jenis tanaman tertentu pengusaha telah memiliki persediaan.

Dokumen terkait