KONTRIBUSI USAHA AGRIBISNIS TANAMAN HIAS DALAM
PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN TANJUNG
MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG
PROPINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Oleh
ASTI WULANDARI
077003014/PWD
S
E K O L A H
P A
S C
A S A R JA NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KONTRIBUSI USAHA AGRIBISNIS TANAMAN HIAS DALAM
PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN TANJUNG
MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG
PROPINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ASTI WULANDARI
077003014/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis KONTRIBUSI USAHA AGRIBISNIS TANAMAN HIAS DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG PROPINSI SUMATERA UTARA
Nama Mahasiswa : Asti Wulandari
Nomor Pokok : 077003014
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) Ketua
(Dr. Ir. Tavi Supriana MS) (Kasyfull Mahalli, SE. M.Si)
Anggota Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)
Telah diuji pada
Tanggal : 10 September 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza
Anggota : 1. Dr. Ir. Tavi Supriana MS
2. Kasyful Mahalli, SE. M.Si
3. Agus Suriadi, S.Sos., M.Si
PERNYATAAN
KONTRIBUSI USAHA AGRIBISNIS TANAMAN HIAS DALAM
PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN TANJUNG
MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG
PROPINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, September 2009
ABSTRAK
Pembangunan tanaman hias diharapkan membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan petani, menambah devisa dan membuka peluang tumbuhnya sarana produksi, produk sekunder dan jasa transportasi. Tujuan Penelitian untuk mengetahui (i) Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pengusaha tanaman hias di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan (ii) Kontribusi usaha agribisnis tanaman hias terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 35 pengusaha. Pengusaha berlokasi di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru. Penelitian dilaksanakan dengan survei langsung ke lapangan dan menggunakan kuesioner. Data penelitian yang diperoleh dianalisis dengan metode Regresi Linear Berganda dan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan pendapatan pengusaha tanaman hias secara serentak dipengaruhi oleh modal, tenaga kerja, pengalaman dan kemampuan pengusaha melakukan ekspektasi selera pasar. Secara parsial, variabel tenaga kerja dan pengalaman berpengaruh nyata terhadap pendapatan pengusaha tanaman hias, sedangkan modal dan kemampuan pengusaha melihat ekspektasi terhadap selera pasar tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan pengusaha. Keberadaan sentra tanaman hias di Kecamatan Tanjung Morawa menyebabkan peningkatan infrastruktur di daerah tersebut terutama infrastruktur jalan. Usahatani tanaman hias memberikan kontribusi dalam perkembangan sektor informal di daerah penelitian yaitu pada sektor transportasi dan usaha penyediaan sarana produksi pertanian, namun usahatani tanaman hias belum dapat memberikan kontribusi yang berarti kepada Pendapatan Asli Daerah.
ABSTRACT
Development of decorative plants is hoped to open the vacancy, to increase the income of farmers, to add the devisa and to open the chance for growth of production facility, secondary product and transportation service. The goal of research is to know analyze (i) Factors effecting the income of decorative plant farmers and (ii) Contribution of decorative plant agribusiness on regional development in subdistrict of Tanjung Morawa, district of Deli Serdang.
This research uses the sample of 35 farmers. Farmers are located in Bangun Sari and Bangun Sari Villages. The research is conducted by survey and using the questionnaire. The data of research gained is analyzed with Multiplier Linear Regression method and descriptive analysis.
The result of research indicated the income of decorative plant farmers is simultaneously effected by capital, labor, experience and ability of management and the expectation of market preference. Partially, variables of labor and experience have significant effect on income of decorative plant of market preference has no significant effect on income of farmers. The existence of decorative plant centre in subdistrict of Tanjung Morawa caused the increase of infrastructures in the region particularly the infrastructure of the road. The decorative plant agribusiness gives the contribution in development of informal sector in the area of research namely the sector of transportation and supply of production facility of agriculture, but this decorative plant afribusiness can not give the significant contribution to pure regional income.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
ini dengan sebaik-baiknya, serta tidak lupa shalawat beriring salam penulis
sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing
kita dari zaman kegelapan kepada zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penelitian ini disusun guna menyempurnakan tugas-tugas dan sebagai salah
satu syarat untuk meraih gelar Magister Sains di Program Studi Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana (S2) Universitas
Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE, Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana MS dan Bapak Kasyful
Mahalli, SE. M.Si selaku Komisi Pembimbing.
Penghargaan sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu
dan memberikan dorongan kepada penulis sejak mengikuti perkuliahan hingga pada
penulisan tesis ini, antara lain:
1. Rektor dan para Pembantu Rektor Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah.
2. Jajaran fungsionaris Fakultas Pertanian Universitas Muslim Nusantara Al
M.Si, Staff Pengajar, Sri Wahyuni, S.Sos pegawai Tata Usaha Fakultas Pertanian
serta Sari Wulandari, SE pegawai Administrasi Fakultas Sastra.
3. Pegawai Kantor Kecamatan Tanjung Morawa, pegawai Kantor Kelurahan Desa
Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru.
4. Bapak dan Ibu pengusaha tanaman hias yang menjadi sampel penelitian ini.
5. Rekan-rekan mahasiswa atau alumni Program Studi PWD SPs USU Medan
angkatan 2007 atas kerjasama yang baik selama ini.
Terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada Bapak Ir. H. Suardi
Santoso, BSc, dan Ibu Prof. Hj. Sri Sulistyawati SH, M.Si, P.hD yang mana beliau
berdua merupakan orang tua wali dari penulis, dan Bagoes Árthiko, SE yang telah
memberikan segala bantuan, dukungan dan perhatian yang tidak terkira kepada
penulis.
Untuk yang terutama penulis mempersembahkan tesis ini untuk almarhumah
Ayahanda Ir. Soedjiarno dan almarhumah Ibunda Yayuk Sri Rahayu, MBA. Untuk
Kakanda Iwan Setiawan, SH, Fauziah Lubis, S.Pd, keponakan tersayang Rafif
Taufiqurrahman dan Herwin Hermawan, SP yang telah sudi untuk memberikan
dukungan sepenuhnya baik secara moril, material dan spiritual kepada penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan, baik dari isi maupun dalam hal penyajiannya. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
Akhir kata dengan mengucapkan alhamdulillah, semoga penelitian ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca terutama bagi penulis sendiri. Amin.
Amin Ya Rabbal Alamin
Medan, September 2009
RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
1. Nama : Asti Wulandari
2. NIM : 077003014
3. Program Studi : PWD – SPs USU
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Tempat/Tgl Lahir : Purwokerto/06 Oktober 1982
7. Alamat : Komp. TASBIH Blok YY No. 99 Medan
8. Anak Ke : 2 (Dua)
9. Kewarganegaraan : Indonesia
10. Status : Belum Kawin
11. Nama Ayah : Ir. Soejiarno (Alm)
12. Nama Ibu : Dra. Yayuk Sri Rahayu, MBA (Alm)
PENDIDIKAN
1. Tamat SD di SD Negeri Sompok II Semarang pada tahun 1994.
2. Tamat SMP di SLTP Negeri 8 Semarang pada tahun 1997.
3. Tamat SMU di SMU Swasta Harapan pada tahun 2000.
4. Tamat Strata Satu (S1) Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara
tahun 2005 di Medan.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
2.1. Pengertian Agribisnis... 9
2.2. Pendapatan Usahatani ... 12
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 29
4.1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang... 29
4.1.1. Letak Geografis ... 29
4.1.2. Kependudukan... 29
4.1.3. Prasarana Perhubungan ... 32
4.1.4. Prasarana Ekonomi... 33
4.1.5. Sarana Sosial Budaya ... 34
4.2. Karakteristik Pengusaha Sampel ... 35
4.2.1. Umur Pengusaha Sampel... 35
4.2.2. Pendidikan ... 36
4.2.3. Pengalaman Pengusaha Menekuni Usahatani ... 37
4.3. Analisis Usahatani Tanaman Hias ... 38
4.3.1. Identitas Usahatani ... 38
4.4. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Tanaman Hias ... 58
4.5. Analisis Kontribusi Usahatani Tanaman Hias di Kecamatan Tanjung Morawa terhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten Deli Serdang ... 63
4.5.1. Kontribusi Usahatani Tanaman Hias terhadap Pendapatan Daerah ... 63
4.5.2. Kontribusi Usahatani Tanaman Hias terhadap Perbaikan Infrastruktur... 64
4.5.3. Kontribusi Usahatani Tanaman Hias terhadap Peluang Kesempatan Kerja... 66
4.5.4. Kontribusi Usahatani Tanaman Hias terhadap Sektor Informal ... 69
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 76
5.1 Kesimpulan ... 76
5.2 Saran ... 77
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1. Perkembangan Produksi Tanaman Hias di Indonesia ... 4
3.1. Jenis dan Sumber Data ... 25
3.2. Banyaknya Pengusaha Agribisnis Tanaman Hias... 25
4.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Tanjung Morawa ... 30
4.2. Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Menurut Desa di Kecamatan Tanjung Morawa ... 31
4.3. Panjang Jalan Berdasarkan Jenis Permukaannya di Kecamatan Tanjung Morawa ... 32
4.4. Prasarana Ekonomi yang Terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa ... 33
4.5. Sarana Sosial Budaya yang Terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa ... 34
4.6. Sarana Pemerintahan yang Terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa ... 35
4.7. Karakteristik Pengusaha Menurut Kelompok Usia... 36
4.8. Jenjang Pendidikan Pengusaha ... 36
4.9. Pengalaman Pengusaha Menekuni Usahatani... 37
4.10. Data Toko dan Jumlah Sarana Produksi Pertanian yang Terjual/Bulan... 55
4.11. Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda... 58
4.13. Banyaknya Sarana Angkutan di Kecamatan Tanjung Morawa
Tahun 2007 ... 73
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Bagan Agribisnis ... 10
2.2. Alur Faktor Produksi-Pendapatan dalam Usaha Tani ... 14
2.3. Skema Kerangka Berpikir ... 22
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Karakteristik Pengusaha Tanaman Hias ... 81
2. Rekapitulasi Data Modal... 82
3. Rekapitulasi Data Pupuk ... 83
4. Rekapitulasi Data Pembelian Pestisida ... 85
5. Rekapitulasi Pembuatan Pondokan ... 86
6. Rekapitulasi Alat Pertanian... 87
7. Rekapitulasi Data Lahan ... 88
8. Rekapitulasi Data Tenaga Kerja ... 89
9. Rekapitulasi Data Subsistem Perawatan Jenis dan Kegiatan Perawatan yang Dilakukan Pengusaha Sampel ... 90
10. Rekapitulasi Data Pengolahan ... 92
11. Rekapitulasi Data Daerah Asal Konsumen ... 93
12. Rekapitulasi Data Kepemilikan Alat Transportasi... 94
13. Rekapitulasi Data Penjualan Jenis Tanaman Hias ... 95
14. Rekapitulasi Data Perhatian dari Pemerintah Daerah Setempat ... 99
15. Rekapitulasi Data Pendapatan... 100
16. Rekapitulasi Data Pungutan Retribusi ... 101
17. Analisis Regresi Linier Berganda ... 102
ABSTRAK
Pembangunan tanaman hias diharapkan membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan petani, menambah devisa dan membuka peluang tumbuhnya sarana produksi, produk sekunder dan jasa transportasi. Tujuan Penelitian untuk mengetahui (i) Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pengusaha tanaman hias di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan (ii) Kontribusi usaha agribisnis tanaman hias terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 35 pengusaha. Pengusaha berlokasi di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru. Penelitian dilaksanakan dengan survei langsung ke lapangan dan menggunakan kuesioner. Data penelitian yang diperoleh dianalisis dengan metode Regresi Linear Berganda dan analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan pendapatan pengusaha tanaman hias secara serentak dipengaruhi oleh modal, tenaga kerja, pengalaman dan kemampuan pengusaha melakukan ekspektasi selera pasar. Secara parsial, variabel tenaga kerja dan pengalaman berpengaruh nyata terhadap pendapatan pengusaha tanaman hias, sedangkan modal dan kemampuan pengusaha melihat ekspektasi terhadap selera pasar tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan pengusaha. Keberadaan sentra tanaman hias di Kecamatan Tanjung Morawa menyebabkan peningkatan infrastruktur di daerah tersebut terutama infrastruktur jalan. Usahatani tanaman hias memberikan kontribusi dalam perkembangan sektor informal di daerah penelitian yaitu pada sektor transportasi dan usaha penyediaan sarana produksi pertanian, namun usahatani tanaman hias belum dapat memberikan kontribusi yang berarti kepada Pendapatan Asli Daerah.
ABSTRACT
Development of decorative plants is hoped to open the vacancy, to increase the income of farmers, to add the devisa and to open the chance for growth of production facility, secondary product and transportation service. The goal of research is to know analyze (i) Factors effecting the income of decorative plant farmers and (ii) Contribution of decorative plant agribusiness on regional development in subdistrict of Tanjung Morawa, district of Deli Serdang.
This research uses the sample of 35 farmers. Farmers are located in Bangun Sari and Bangun Sari Villages. The research is conducted by survey and using the questionnaire. The data of research gained is analyzed with Multiplier Linear Regression method and descriptive analysis.
The result of research indicated the income of decorative plant farmers is simultaneously effected by capital, labor, experience and ability of management and the expectation of market preference. Partially, variables of labor and experience have significant effect on income of decorative plant of market preference has no significant effect on income of farmers. The existence of decorative plant centre in subdistrict of Tanjung Morawa caused the increase of infrastructures in the region particularly the infrastructure of the road. The decorative plant agribusiness gives the contribution in development of informal sector in the area of research namely the sector of transportation and supply of production facility of agriculture, but this decorative plant afribusiness can not give the significant contribution to pure regional income.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan luas
lahan pertanian yang cukup besar. Salah satu kegiatan yang banyak digeluti
masyarakat Indonesia adalah bertani (usahatani), yakni menanam berbagai jenis
tanaman yang menghasilkan, baik untuk kebutuhan sendiri maupun untuk
diperdagangkan.
Usahatani tersebut bukan berasal dari keajaiban, tetapi hasil dari kerja keras
dan efisiensi oleh banyak orang dalam suatu sistem yang mencakup kegiatan-kegiatan
atas bahan masukan (input), produksi (farm), pengolahan (proccesing), dan
pemasaran bahan pangan (output factor). Sistem tersebut dimulai dari berbagai
kegiatan dalam sektor barang perlengkapan pertanian yang memasok berbagai macam
input produksi barang dan jasa (sarana produksi pertanian-saprotan) kepada usaha
tani, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pemrosesan/pengolahan, pemasaran/
tataniaga, dan distribusi barang kebutuhan untuk memuaskan kebutuhan konsumen.
Semakin lama sesuai dengan perkembangan zaman, proses produksi
hasil-hasil pertanian menjadi semakin bertambah kompleks dan terspesialisasi. Di lain
pihak, penghasilan konsumen semakin meningkat sehingga mereka menuntut
pelayanan dan kualitas yang lebih baik dalam pembelian produk-produk pertanian.
semakin penting karena tidak saja bertanggung jawab untuk menyediakan berbagai
jenis dan jumlah bahan input yang tepat, tetapi juga bertanggung jawab terhadap
bauran pemasaran (marketing mix) yang tepat untuk produk, pada saat tersebut
produk bergerak melalui sistem pengolahan bahan pangan sampai dengan ke
konsumen terakhir (Firdaus, 2008).
Sejak dekade terakhir kegiatan usaha tanaman hias berkembang pesat
di berbagai daerah Indonesia dan berperan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang
cukup penting. Pada masa kini kegiatan usaha tanaman hias dilakukan secara
komersial, Usahatani tanaman hias mampu menggerakkan pertumbuhan industri
barang dan jasa, berkembangnya kegiatan usaha tanaman hias di dalam negeri
berhubungan dengan meningkatnya pendapatan konsumen, tuntutan keindahan
lingkungan, pembangunan industri pariwisata, serta pembangunan kompleks
perumahan, perhotelan dan perkantoran. Pengembangan usaha tanaman hias perlu
didorong agar mampu memberi peran yang lebih besar terhadap pembangunan
perekonomian nasional. Pembangunan tanaman hias juga diharapkan membuka
lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan petani, menambah devisa dan
membuka peluang tumbuhnya sarana produksi, produk sekunder dan jasa
transportasi.
Kegiatan usaha tanaman hias dilakukan di berbagai daerah dengan melibatkan
keluarga petani kecil maupun pengusaha. Sejak dahulu tanaman hias telah menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Tanaman hias banyak dimanfaatkan
kematian. Bahkan di beberapa daerah, tanaman hias digunakan untuk acara
keagamaan. Seiring dengan masuknya pengaruh peradaban Barat, penggunaan
tanaman hias semakin meningkat. Kini tanaman hias banyak dibutuhkan untuk
memperindah lingkungan sekitar, termasuk dekorasi ruangan dan halaman rumah.
Bahkan, pemanfaatan tanaman hias telah berkembang menjadi sarana komunikasi
personal untuk menyatakan rasa duka maupun suka kepada teman dan kerabat karib.
Dengan makin berkembangnya pemanfaatan tanaman hias permintaan pasar domestik
dalam beberapa tahun terakhir meningkat cukup tajam (Direktorat Tanaman Hias,
2004).
Semakin meningkat permintaan pasar dunia untuk bunga-bungaan tropis,
maka semakin terbuka prospek wirausaha bagi para pengusaha dan petani bunga
di Indonesia. Keberhasilan pembangunan agribisnis tanaman hias dan bunga
diperlukan keterpaduan para pelaku yang bergerak di bidang bisnis komoditas
tersebut. Salah satu cara yang ditempuh oleh para petani adalah mengubah arah
menjadi lebih profesional. Prospek agribisnis tanaman hias dan bunga potong amat
cerah, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun sasaran ekspor. Permintaan pasar
dunia terhadap tanaman hias dan bunga-bungaan cenderung terus meningkat
Perkembangan produksi tanaman hias di Indonesia dapat dilihat pada Tabel
1.1 berikut:
Tabel 1.1. Perkembangan Produksi Tanaman Hias di Indonesia
Tahun 2001 2002 2003 2004 2005
Orchid (Ton) 4.450.787 4.995.735 6.904.109 8.127.528 7.902.403
Anthurium (Ton) 773.299 1.006.075 1.263.770 1.112.724 2.615.999
Gladiolulus (Ton) 4.448.199 10.876.948 7.114.382 14.416.172 14.512.619
Heliconia (Ton) 448.338 797.139 681.920 823.747 1.131.568
Crisantenum (Ton) 7.387.737 25.804.630 27.406.464 29.503.257 47.465.794
Rose (Ton) 84.951.741 55.708.137 50.766.656 57.983.747 60.719.517
Tuberose (Ton) - - 16.139.563 33.226.112 32.611.284
Yasmine (Ton) - - 15.740.955 21.622.699 22.552.537
Palm (Ton) - - 668.154 445.126 751.505
Dracaena (Ton) - - 2.553.020 1.778.582 1.131.621
Anyelir (Ton) - - 2.391.113 2.196.377 2.216.123
Hebras (Ton) - - 3.071.903 2.349.399 4.065.057
Sumber: BPS Data Produksi Tanaman Hias Indonesia, 2005.
Masalah-masalah yang dihadapi dalam pemasaran tanaman hias diantaranya:
1. Perilaku pasar sangat dinamis sehingga memaksa kita untuk tetap proaktif
mengikutinya.
2. Data dan informasi mengenai tanaman hias jumlahnya terbatas, perlu
sosialisasi antara sesama pelaku pasar sejenis.
3. Trend masyarakat terhadap tanaman cepat berubah.
Penjelasan di atas dapat mewakili beberapa permasalahan yang dialami oleh
pengusaha tanaman hias di Kecamatan Tanjung Morawa yaitu:
1. Pola permintaan pasar yang tidak menentu.
Bagi pengusaha tanaman hias, pasar merupakan tempat melempar hasil
dihasilkan untuk dijual kepasaran harus disesuaikan dengan permintaan pasar, baik
jenis, kualitas maupun kuantitasnya. Permasalahan yang terdapat di pasaran adalah
keinginan pasar akan suatu jenis komoditas tanaman hias cenderung berubah-ubah.
Saat trend pasar menyukai suatu jenis tanaman hias maka harga tanaman hias tersebut
mampu meningkat dengan tajam, namun hanya berselang beberapa waktu saja harga
tanaman tersebut akan jatuh. Hal ini terjadi karena selera pasar berubah pada jenis
tanaman yang lain. Perubahan pola selera pasar yang cenderung tajam, mendorong
kinerja pengusaha untuk selalu memantau perkembangan pasar tanaman hias.
2. Produksi yang dihasilkan.
Permasalahan yang dialami berkaitan dengan penyediaan input adalah apabila
permintaan tanaman hias dalam jumlah besar, pengusaha banyak yang tidak mampu
untuk memenuhinya. Pengusaha mengatasi kekurangan jumlah tanaman hias dengan
membeli kekurangan tersebut dari pengusaha lain. Kenyataan ini tentu dapat
mengurangi pendapatan yang pengusaha peroleh.
Hal ini sesuai dengan tulisan yang dibuat oleh Riskomar dalam harian Pikiran
Rakyat tertanggal 20 Juli 2002 dengan judul Industri Agribisnis Bunga Tunggu
Investor yaitu salah satu kendala terbesar bagi pengusaha yang ingin terjun dalam
bidang ini adalah pola permintaan pasar yang tidak menentu. Permintaan
produk-produk tanaman hias cenderung terus meningkat. Saat ini pasar-pasar dalam negeri,
secara spesifik juga memerlukan produk-produk tersebut dalam volume dan kualitas
yang semakin besar. Bahkan ditingkat produsen, baik domestik maupun internasional
maupun kwantumnya harus kontinyu. Sayangnya, dalam pemenuhan kebutuhan
permintaan pasar tersebut, dinilai masih sangat terbatas.
Di dalam memasarkan produknya, pengusaha tanaman hias di Desa Bangun
Sari dan Desa Bangun Sari Baru telah memiliki pasar tersendiri di masyarakat.
Konsumen berasal dari Aceh, Medan, Riau, Pekanbaru, Padang, maupun Batam.
Pembelian selain dalam jumlah besar, tidak menutup kemungkinan untuk pembelian
dalam jumlah satuan. Permintaan akan tanaman hias cukup berkesinambungan,
namun tidak semua pengusaha tanaman hias merasa bahwa dari usaha taninya
tersebut mereka mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hal ini
disebabkan jumlah pengusaha tanaman hias di daerah tersebut cukup banyak,
sehingga persaingan diantara pengusaha ketat.
Dengan semakin berkembangnya sektor agribisnis tanaman hias di Kecamatan
Tanjung Morawa ini, maka dapat dikatakan bahwa Desa Bangun Sari dan Desa
Bangun Sari Baru merupakan sentral penjualan tanaman hias di Kabupaten Deli
Serdang. Usahatani tanaman hias di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru
pernah menjadi juara III tingkat Provinsi Sumatera Utara pada kategori Desa Sentral
Tanaman Hias. Dengan alasan tersebut, Pemerintah setempat menjadikan wilayah ini
sebagai lokasi pariwisata tanaman hias. Pemerintah mencanangkan Desa Bangun Sari
menuju Desa Wisata tahun 2008.
Keberadaan usahatani tanaman hias tidak saja memberikan keuntungan pada
pengusaha yang berkecimpung di sektor ini, namun diharapkan mampu memberikan
tersebut selain menyumbang retribusi sebagai salah satu Sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD), namun juga menciptakan peluang kesempatan kerja bagi masyarakat
sekitar maupun orang luar.
1.2. Perumusan Masalah
Berkaitan dengan keterangan yang telah diungkapkan pada bagian terdahulu
diperoleh beberapa permasalahan untuk dikaji meliputi:
a. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan pengusaha tanaman
hias di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ?
b. Bagaimana kontribusi usaha agribisnis tanaman hias terhadap pengembangan
wilayah di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis:
a. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan pengusaha tanaman
hias di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.
b. Kontribusi usaha agribisnis tanaman hias terhadap pengembangan wilayah
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini, yaitu:
a. Memberi sumbangan pemikiran kepada para pengusaha tanaman hias dalam
rangka mendorong dan mengembangkan kegiatan usaha.
b. Memberikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dalam
menyusun perencanaan pengembangan usaha agribisnis tanaman hias.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Agribisnis
Sering ditemukan bahwa agribisnis diartikan secara sempit, yaitu perdagangan
atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari
konsep semula yang dimaksud. Konsep agribisnis adalah suatu konsep yang utuh,
mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang
berkaitan dengan kegiatan pertanian. Pengertian agribisnis adalah “Suatu kesatuan
kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi,
pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti
luas. Pengertian pertanian dalam artian yang luas adalah kegiatan usaha yang
menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan
pertanian” (Soekartawi, 2005).
Keterkaitan antara industri hulu, industri hilir, kegiatan usahatani dan
Kegiatan usaha yang Agribisnis
menghasilkan/menye-diakan prasarana/ sarana/input bagi kegiatan pertanian
Gambar 2.1. Bagan Agribisnis
Dalam kegiatan agribisnis akan ada hubungan antara manusia dengan
lingkungan dan upaya memanfaatkan serta menata lingkungan tersebut sedapat
mungkin sesuai dengan tujuan kegunaan yang diinginkan. Maksud dari
memanfaatkan dalam hal ini adalah seperti memberi pupuk, unsur kimiawi yang
dibutuhkan, irigasi dan perlindungan lahan. Sedangkan yang dimaksud menata adalah
memanfaatkan atau menerima suatu keterbatasan seperti menanam dalam musim
hujan, memanen dalam musim kering atau menanam perennial crops pada tanah
miring/lereng dan sebagainya (Siagian, 2003).
Potensi pengembangan sektor agribisnis di Indonesia dapat dilihat dari sisi
penawaran (supply side) maupun sisi permintaan (demand side). Potensi sisi
penawaran antara lain:
a. Indonesia memiliki sumber daya agroklimat yang sangat besar dan terlengkap
di dunia, sehingga hampir semua komoditas agribisnis dapat dihasilkan dari
b. Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya hayati (biodervisity) yang
terbesar di dunia namun belum dimanfaatkan secara optimal, misalnya
tanaman obat-obatan (bahan farmasi) dihasilkan dari seluruh bumi Indonesia.
c. Indonesia memiliki sumber tenaga kerja yang masing-masing terakomodasi
dalam agribisnis.
d. Terdapat lembaga penelitian dan pengembangan agribisnis dari departemen,
perguruan tinggi yang didukung oleh kwalitas sumber daya manusia, hanya
saja belum dimanfaatkan secara optimal.
e. Lembaga pemerintah atau lembaga masyarakat yang ada di setiap daerah telah
berpengalaman dan mempunyai akumulasi pengetahuan dalam membangun
agribisnis (Saragih, 1999).
Secara operasional, pembangunan agribisnis pada tingkat wilayah
dilaksanakan dengan mengoptimalkan pengembangan sentra-sentra produksi
komoditi unggulan. Prinsip dasar pelaksanaan sentra pengembangan agribisnis adalah
pendayagunaan secara optimal sumber daya yang ada melalui pengembangan
komoditas yang berorientasi pasar dalam dan luar negeri dengan memperhatikan
perwilayahan komoditas secara regional maupun nasional serta mempunyai
keterkaitan yang erat dengan industri hulu dan hilir.
Sektor agribisnis memberikan peran yang sangat besar dalam perekonomian
Indonesia dalam hal:
a. Sumber pertumbuhan ekonomi.
c. Mengembangkan pembangunan daerah.
d. Sumber devisa negara.
Menurut Supardi (2001) bahwa akhir tahun 1998 sektor agribisnis
memperlihatkan pertumbuhan yang positif sebesar 0,26% sementara sektor lain
memperlihatkan pertumbuhan yang negatif. Sistem pertanian agribisnis merupakan
model pertanian yang paling cocok untuk dikembangkan saat ini, yang mana terdapat
keterkaitan antara sub sektor dan akan menimbulkan perubahan struktural.
2.2. Pendapatan Usahatani
Tujuan pembangunan pertanian sebagai salah satu pembangunan ekonomi
di Indonesia bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
di bidang usaha pertanian (petani, nelayan dan peternak) di pedesaan. Hal ini dapat
tercapai bila pendapatannya ditingkatkan dari sumber pendapatannya baik dari
pertanian maupun non pertanian.
Pendapatan merupakan fungsi dari jumlah yang terjual dan harga jual. Artinya
pendapatan perusahaan berasal dari penjualan. Sementara nilai penjualan ditentukan
oleh jumlah unit yang terjual dan harga jual. Dalam kenyataan bisnis, pendapatan dan
laba terbesar tidak dicapai pada produksi dan penjualan terbanyak. Dalam
memperoleh pendapatan atau keuntungan dari usaha taninya, petani harus
membandingkan antara hasil yang dicapai (total revenue) dengan biaya yang
dikeluarkan (total cost). Dengan demikian pengusaha perlu memutuskan untuk
Pendapatan usaha tani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya
atau dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total
dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor atau penerimaan total adalah nilai produksi
komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi.
Pendapatan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pd = TR – TC
TR = Y. Py
TC = FC + VC
Di mana:
Pd = Pendapatan usahatani
TR = Total Penerimaan (total revenue)
TC = Total Biaya (total cost)
FC = Biaya Tetap (fixed cost)
VC = Biaya Variabel (variabel cost)
Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py = Harga Y (Rahim, 2007).
Prawirokusumo (1990), menggambarkan bagaimana dalam suatu usahatani
terjadi arus input yang pada akhirnya menjadi output dalam suatu usaha, bagan
Material
Rumah Tangga
Penjualan
Tanaman - Ternak Tenaga Kerja
Usaha Tani
Capital Manajemen
Pengadaan
Pangan
Konsumsi
Cash Income
Pinjaman Pendapatan dari sektor lain
Gambar 2.2. Alur Faktor Produksi-Pendapatan dalam Usaha Tani
Ada beberapa pembagian tentang pendapatan (income) yaitu:
1. Gross dan net income: Gross income adalah pendapatan usahatani yang belum
direduksi dengan biaya, sedang net income adalah pendapatan setelah dikurangi
biaya.
2. Gross income dapat pula dibagi ke dalam dua bentuk yaitu bentuk cash dan non
ternak. Sedang yang non-cash dapat berupa produk yang dikonsumsi langsung
oleh petani atau ditukar komoditi lain atau didonasikan, atau dapat berupa barang
dan service. Hasil usaha yang ditimbun (perubahan inventaris) juga termasuk non
cash.
3. Pendapatan pengelola (management income) adalah pendapatan bagi si pengelola.
Merupakan hasil pengurangan dari total output dengan total input. Sisa ini
merupakan jumlah tersisa setelah semua input untuk produksi, baik yang
benar-benar dibayar maupun yang hanya diperhitungkan telah dijumlahkan. Pendapatan
ini biasanya pendapatan negatif bagi usaha tani kecil ataupun keluarga. Pada
usaha komersial laba ini harus ada, malah setelah pendapatan pengelola masih
harus dibayarkan lagi kedalam:
3. Imbalan jasa manajemen (upah petani sebagai pengelola).
4. Net profit yang disebut pula pure profit yang merupakan imbalan bagi resiko
perusahaan.
4. Pendapatan tenaga kerja petani yaitu pendapatan pengelola ditambah upah tenaga
kerja petani. Pendapatan tenaga kerja keluarga petani adalah pendapatan
pengelola ditambah upah tenaga kerja petani dan anggota keluarga yang dihitung.
Pendapatan petani adalah pendapatan tenaga kerja petani ditambah bunga modal
milik sendiri, sewa tanah milik sendiri. Pendapatan keluarga petani merupakan
pendapatan tenaga kerja keluarga petani ditambah bunga modal milik sendiri.
Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual,
dan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran
(Soekartawi, 1995).
Simanjuntak (1986), menyatakan kita harus menentukan suatu saat (musim)
yang tepat untuk memilih harga tertentu yang akan digunakan dalam menentukan
analisa pasar yang menguntungkan. Harga tidak stabil karena pasar tidak sempurna,
antara lain lembaga pemasaran yang tidak fleksibel, pengawasan harga, informasi
yang tidak sempurna mengenai harga yang tidak ditawarkan oleh penjual dan pembeli
saingan, unsur-unsur monopoli, harga tradisionil dan sebagainya. Untuk menghindari
resiko ketidakpastian yaitu memperhitungkan pengeluaran biaya, penggunaan waktu
(musiman), selera konsumen serta perubahan tekhnologi baik sekarang maupun
dimasa yang akan datang.
2.3. Pengembangan Wilayah
Pada hakekatnya pengembangan (development) merupakan upaya untuk
memberi nilai tambah dari apa yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas hidup.
Menurut Alkadri dalam buku Tiga Pilar Pengembangan Wilayah (1999)
pengembangan lebih merupakan motivasi dan pengetahuan daripada masalah
kekayaan. Tetapi bukan berarti bahwa kekayaan itu tidak relevan. Pengembangan
juga merupakan produk belajar, bukan hasil produksi, belajar memanfaatkan
kemampuan yang dimiliki bersandar pada lingkungan sekitar untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Pada dasarnya proses pengembangan itu juga merupakan proses
hidup meningkat, akan dipengaruhi oleh instrument yang digunakan. Mengacu pada
filosofi dasar tersebut maka pengembangan wilayah merupakan upaya
memberdayakan stakeholders (masyarakat, pemerintah, pengusaha) di suatu wilayah,
terutama dalam memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungandi wilayah tersebut
dengan instrumen yang dimiliki atau dikuasai, yaitu teknologi. Pengembangan
wilayah merupakan upaya mengawinkan secara harmonis sumber daya alam, manusia
dan teknologi dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan itu sendiri.
Wilayah merupakan unit geografis dengan batas-batas tertentu di mana
bagian-bagiannya saling bergantung satu sama lain secara fungsional. Secara umum
pusat/inti berfungsi antara lain: (a) tempat pemusatan pemukiman atau penduduk,
(b) pemusatan industri (c) tempat pemasaran bahan-bahan mansion dan (d) tempat
pemusatan sarana-sarana pelayanan. Daerah bagian belakang (hinterland) berfungsi
sebagai tempat proses bahan mentah dan sebagai tempat pemasaran produk-produk
industri (Sunyoto, 1998).
Pengembangan wilayah dapat diartikan pelaksanaan pembangunan nasional
di suatu wilayah yang disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial wilayah serta
menghormati peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk wilayah pedesaan
yang selalu identik dengan petani dan kemiskinan maka dibutuhkan pembangunan
di sektor pertanian. Pembangunan pertanian yang berhasil adalah jika terjadi
pertumbuhan produksi pertanian yang tertinggi dan sekaligus terjadi perubahan
Suryana (1998), menyatakan bahwa pengembangan agribisnis pada konsepsi
pembangunan pertanian yang modern dan kompetitif pada daerahnya berdasar pada
upaya untuk menumbuhkan sistem agribisnis yang terpadu dan utuh yaitu dengan
menghadirkan seluruh kegiatan dalam sistem agribisnis pada suatu wilayah
pengembangan. Menghadirkan di sini memiliki pengertian baik secara fisik ataupun
keterjangkauan untuk mengembangkan suatu usaha pertanian secara utuh.
Suatu pembangunan pertanian berhasil jika didukung oleh penyediaan
sarana-sarana produksi yang memadai, adanya sistem transportasi dan organisasi pemasaran
yang baik. Dengan tersedianya sarana produksi pertanian dan dialokasikan dengan
baik, maka produktivitas hasil pertanian menjadi tinggi sehingga pendapatan petani
meningkat di samping menyumbangkan devisa negara.
Pembangunan wilayah adalah usaha untuk mengembangkan dan
meningkatkan hubungan interdependensi dan interaksi antara sistem ekonomi
(economic system), manusia atau masyarakat (social system) dan lingkungan hidup
serta sumber-sumber daya alamnya (ecosystem). Konsepsi pembangunan regional
selain menjamin keserasian pembangunan antar daerah, akan menjembatani pula
hubungan rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah.
2.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang terkait dengan agribisnis tanaman hias antara lain
(i) Rahmat (2002) dalam penelitiannya yang berjudul Perspektif Pengembangan
pertumbuhan baru sektor pertanian baik sebagai sumber devisa maupun sumber
pendapatan petani dan penyerapan tenaga kerja pertanian. Hal ini dapat dilihat dari
potensi pasar domestik maupun pasar ekspor (ii) dalam penelitiannya Analisis
Kelayakan Usaha Komoditi Tanaman Hias Bunga Potong Non Anggrek, Arini
Agustini (1999) menyatakan bahwa kuantitas penjualan berpengaruh positif terhadap
tingkat keuntungan yang diperoleh pedagang bunga potong non Anggrek.
2.5. Kerangka Pemikiran
Agribisnis adalah suatu konsep yang utuh terdiri dari proses produksi,
mengolah hasil dan pemasaran. Kegiatan agribisnis merupakan suatu rangkaian
kegiatan sub sistem berupa penyediaan sarana produksi, usaha tani, pengolahan serta
pemasaran. Di mana keseluruhan sub sistem dan pelaksanaannya ditunjang oleh
kegiatan jasa yang dapat berupa jasa transportasi ataupun jasa keuangan. Pengusaha
tanaman hias yang berlokasi di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru
melakukan kegiatan agribisnis ini.
Kegiatan agribisnis yang dijalankan pengusaha terdiri dari serangkaian
perlakuan terhadap tanaman komoditi. Rangkaian kegiatan tersebut terdiri atas
penyediaan sarana produksi yaitu penyediaan modal, tenaga kerja, lahan komoditi
dan manajemen usaha. Pengusaha melakukan usahatani yang terdiri dari penanaman,
pembibitan serta perawatan tanaman. Pemasaran tanaman hias itu sendiri telah
Kegiatan agribisnis dapat berjalan dengan baik karena adanya jasa penunjang
yaitu berupa jasa transportasi. Seluruh rangkaian kegiatan agribisnis dilakukan
dengan harapan untuk dapat meningkatkan mutu ataupun kualitas tanaman sehingga
harga jual tanaman dapat terdongkrak naik yang pada akhirnya dapat mempengaruhi
pendapatan mereka.
Pendapatan usaha tani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya
atau dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total
dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor atau penerimaan total adalah nilai produksi
komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi. Biaya
produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang
akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan
tersebut.
Apabila jumlah faktor produksi yang digunakan selalu berubah-ubah, maka
ongkos produksi yang dikeluarkan juga berubah-ubah nilainya. Jika jumlah suatu
faktor produksi yang digunakan adalah tetap, maka ongkos produksi yang
dikeluarkan untuk memperolehnya adalah tetap nilainya.
Pada dasarnya pengembangan wilayah adalah merupakan upaya untuk
memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah dan
menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah
sangat diperlukan karena kondisi sosial, ekonomi, budaya dan geografis yang sangat
wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi dan permasalahan wilayah yang
bersangkutan.
Apabila memandang suatu wilayah minimal ada tiga komponen wilayah yang
perlu diperhatikan, yaitu: sumber daya alam, sumber daya manusia, dan tekhnologi,
selanjutnya disebut tiga pilar pengembangan wilayah. Pengembangan wilayah
merupakan interaksi antara tiga pilar pengembangan wilayah. Suatu wilayah yang
mempunyai sumber daya yang cukup kaya dan sumber daya manusia yang mampu
memanfaatkan dan mengembangkan tekhnologi akan cepat berkembang
dibandingkan wilayah lainnya.
Untuk memudahkan dan mengarahkan penelitian ini maka disusun skema
Harga tanaman hias:
- Biaya
- Selera pasar Kegiatan agribisnis terdiri
dari:
Gambar 2.3. Skema Kerangka Berpikir
Hipotesis:
1. Modal, tenaga kerja, pengalaman, dan kemampuan pengusaha untuk
melakukan ekspektasi selera pasar berpengaruh positif dan nyata terhadap
pendapatan pengusaha tanaman hias.
4. Kontribusi usaha agribisnis tanaman hias terhadap pengembangan wilayah
di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang terdiri atas
infrastruktur, membuka peluang kesempatan kerja serta peningkatan pada
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada 2 (dua) desa yang terdapat di Kecamatan Tanjung
Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi
terhadap kedua desa meliputi: Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru.
Pemilihan lokasi penelitian pada kedua desa tersebut dengan ketentuan bahwa
dijumpai pengusaha yang bergerak dalam bidang usaha agribisnis tanaman hias.
Pengusaha yang lokasi usahanya berada di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari
Baru berjumlah total sebanyak 350 buah nursery.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Untuk
mengumpulkan kedua jenis data digunakan 3 macam teknik, yaitu:
1. Wawancara, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara meminta
keterangan melalui daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
2. Pencatatan, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mencatat data
yang telah ada pada dinas maupun instansi terkait dengan penelitian.
3. Observasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pengusaha
sampel. Wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner)
yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari literatur, tulisan
ilmiah, buku, dan dinas instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian seperti
BPS, Kantor Kepala Desa dan Kantor Kecamatan.
Tabel 3.1. Jenis dan Sumber Data
No Data Jenis Data Sumber Data
1. Gambaran Umum Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru
Sekunder Kantor Camat,
Kelurahan, BPS
2. Identitas pedagang tanaman hias Primer Survey/kuisioner
3. Usahatani agribisnis tanaman hias Primer Survey/kuisioner
4. Jumlah produksi tanaman hias Primer Survey/kuisioner
5. Sub sistem penunjang yang tersedia Primer Survey/kuisioner
6. Sektor informal yang terkait dengan usaha
agribisnis tanaman hias
Primer Survey/kuisioner
7. Pengembangan wilayah (PAD, kesempatan
kerja, infrastruktur dan sektor lain)
Primer Survey/kuisioner
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian terdiri dari para pengusaha agribisnis tanaman hias yang
usahanya berlokasi di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru.
Tabel 3.2. Banyaknya Pengusaha Agribisnis Tanaman Hias
No Desa Pengusaha (Orang) Sampel (Orang)
1. Bangun Sari 228 23
2. Bangun Sari Baru 122 12
3.3.2. Penentuan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah secara random sampling.
Teknik random sampling ini digunakan karena populasi yang terdapat di lokasi
penelitian adalah homogen. Arti homogen adalah setiap pedagang yang berlokasi
di Desa Bangun Sari dan Bangun Sari Baru mempunyai kesempatan yang sama
sebagai sampel.
Sampel yang digunakan sebanyak 23 orang untuk pengusaha di Desa Bangun
Sari dan 12 orang pengusaha di Desa Bangun Sari Baru sehingga total sampel
sebanyak 35 orang. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) yang
menyatakan sampel dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung
setidak-tidaknya dari:
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya dana.
3.4. Metode Analisis Data
a. Untuk menjawab perumusan masalah (1) dilakukan dengan menggunakan
metode Regresi Linear Berganda, dengan persamaan:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4D + e
Di mana:
Y = Pendapatan pengusaha (Rp)/bulan
β0 = Konstanta
X1 = Modal (Rp)
X2 = Tenaga Kerja (HKP)
X3 = Pengalaman (Tahun)
D = 1 = Pengusaha mampu untuk melakukan ekspektasi selera pasar = 0 = Pengusaha tidak mampu untuk melakukan ekspektasi selera
pasar
e = Term Error
Dengan kriteria uji : Terima H1, tolak H0 jika t hit > t tabel (0,05)
Terima H0, tolak H1 jika t hit < t tabel (0,05)
b. Untuk menjawab perumusan masalah (2) dilakukan dengan menggunakan analisis
deskriptif yang akan menganalisis seberapa besar kontribusi yang diberikan usaha
agribisnis tanaman hias terhadap pengembangan wilayah dilihat dari Pendapatan
Asli Daerah (PAD), penciptaan peluang kesempatan kerja, infrastruktur dan
pengembangan sektor-sektor usaha yang lain.
3.5. Batasan Operasional
1. Pengusaha dalam penelitian ini adalah pengusaha tanaman hias yang usahanya
berlokasi di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru.
2. Agribisnis adalah usaha-usaha atau kegiatan yang terkait erat dengan produksi
(farm production) yaitu pengadaan input produksi (agro input), kegiatan
pengolahan (processing) hasil dan pemasaran hasil.
3. Pendapatan adalah penerimaan dari hasil penjualan produksi dikurangi biaya
4. Tenaga kerja adalah pencurahan atau pemakaian tenaga kerja yang digunakan
dalam mengelola usaha tani tanaman hias dengan menggunakan tenaga kerja
keluarga atau luar keluarga (HKP).
5. Modal meliputi segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia dan digunakan
untuk memproduksi barang-barang dan jasa yang mereka butuhkan. Diukur
dalam satuan rupiah (Rp).
6. Pengalaman kerja seseorang akan menentukan tingkat atau ketrampilannya.
Semakin berpengalaman seseorang dalam suatu bidang pekerjaan maka
ketrampilannya dalam pekerjaan tersebut akan semakin tinggi. Diukur dalam
satuan tahun (Thn).
7. Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh pengusaha
untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan
digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan. Diukur
dalam satuan rupiah (Rp).
8. Harga jual adalah harga tanaman hias yang ditentukan dengan menambahkan
biaya yang dikeluarkan dengan laba yang diinginkan diukur dalam satuan
rupiah (Rp).
9. Jumlah produksi adalah jumlah tanaman hias yang dihasilkan dari kegiatan
agribisnis yang dilakukan dalam suatu periode tertentu, diukur dalam satuan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang
4.1.1. Letak Geografis
Kecamatan Tanjung Morawa merupakan salah satu kecamatan di daerah
Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 131,75 Km2
atau 13,175 Ha. Secara geografis wilayah Kecamatan Tanjung Morawa terletak
di 03030’ sampai dengan 11060’ Lintang Utara dan 98046’ sampai dengan 103083’
Bujur Timur. Memiliki suhu udara rata-rata 230 – 330 Celcius.
Jarak kantor kecamatan dengan ibukota kabupaten 12 Km, sedangkan jarak
kantor kecamatan dengan ibukota propinsi adalah 16 Km. Secara administrasi
Kecamatan Tanjung Morawa berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Beringin.
Sebelah Selatan : Kecamatan STM Hilir.
Sebelah Barat : Kecamatan Patumbak, Percut Sei Tuan dan Kota Medan.
Sebelah Timur : Kecamatan Lubuk Pakam dan Kecamatan Pagan Merbau.
4.1.2. Kependudukan
Kecamatan Tanjung Morawa memiliki jumlah penduduk 175.703 jiwa yang
terdiri dari 88.272 laki-laki, dan 87.431 perempuan dengan jumlah rumah tangga
adalah warga negara Indonesia yang sebahagian besar berasal dari suku atau etnis
Jawa, Melayu, Toba, Karo, Simalungun, Tapsel, Minang, Banjar, Aceh dan lainnya.
Agama yang dianut adalah Islam, Protestan, Katholik, Budha dan Hindu. Untuk
mengetahui distribusi luas wilayah dan kepadatan penduduk di Kecamatan Tanjung
Morawa dapat dilihat pada Tabel 4.1:
Tabel 4.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Tanjung Morawa
No Desa/Kelurahan Luas Desa
(Km)
9. Tanjung Morawa Pekan 0.50 7878 15756
10. Tanjung Morawa A 3.07 11949 3892
11. Limau Manis 8.11 15810 1949
12. Ujung Serdang 3.93 3262 830
13. Bangun Sari 6.61 14748 2231
14. Bangun Sari Baru 6.53 6046 926
15. Buntu Bedimbar 3.00 15880 5293
16. Telaga Sari 2.00 5631 2816
17. Dagang Kelambir 1.25 3177 2542
18. Tanjung Morawa B 6.00 15289 2548
19. Tanjung Baru 5.07 8230 1623
20. Punden Rejo 1.10 2350 2136
21. Tanjung Mulia 1.57 1666 1061
22. Pardamean 4.06 5061 1247
23. Wonosari 7.14 10510 1472
24. Dalu Sepuluh A 4.90 5803 1184
25. Dalu Sepuluh B 10.00 5567 557
26. Penara Kebun 5.53 388 70
Jumlah 131.75 175703 1334
Dari Tabel 4.1 menunjukkan bahwa desa yang paling luas adalah Desa Sei
Merah, dan yang paling banyak penduduknya adalah Desa Buntu Bedimbar.
Jumlah tenaga kerja yang bekerja berdasarkan lapangan pekerjaan menurut
desa di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada Tabel 4.2:
Tabel 4.2. Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Menurut Desa di Kecamatan Tanjung Morawa
No Desa/Kelurahan Tani Indus
tri
Sumber: BPS, Kecamatan Tanjung Morawa dalam Angka, 2008.
Dari Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sektor industri dan tani merupakan jenis
4.1.3. Prasarana Perhubungan
Prasarana perhubungan (jalan) sebagai urat nadi perekonomian suatu wilayah
terlihat sudah memadai di Kecamatan Tanjung Morawa. Panjang jalan di Kecamatan
Tanjung Morawa tersebut dapat terlihat pada Tabel 4.3:
Tabel 4.3. Panjang Jalan Berdasarkan Jenis Permukaannya di Kecamatan Tanjung Morawa
No Desa/Kelurahan Aspal
(Km)
Dari Tabel 4.3 menunjukkan bahwa prasarana jalan yang terdapat pada daerah
penelitian, untuk jalan yang diaspal dan diperkeras merupakan yang terpanjang dari
seluruh desa di Kecamatan Tanjung Morawa. Hal ini, dapat dimaklumi karena daerah
Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru merupakan sentral usaha tani tanaman
hias, yang mana jalan merupakan syarat mutlak untuk alur mobilitas perdagangannya.
4.1.4. Prasarana Ekonomi
Prasarana ekonomi di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada Tabel
4.4:
Tabel 4.4. Prasarana Ekonomi yang Terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa
No Jenis Prasarana Ekonomi Jumlah (Unit)
1. Bank 3
2. BPR 4
3. Pengadaian 1
4. Pasar Desa/Kelurahan 6
5. Toko 286
6. Kios 393
7. Warung 519
Sumber : BPS, Kecamatan Tanjung Morawa dalam Angka, 2008
Dari Tabel 4.4 menunjukkan bahwa prasarana ekonomi yang terdapat
4.1.5. Sarana Sosial Budaya
Sarana sosial budaya di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada Tabel
4.5:
Tabel 4.5. Sarana Sosial Budaya yang Terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa
No Jenis Sarana Sosial Budaya Jumlah (Unit)
Sarana Pendidikan
TK (Taman Kanak-kanak) 16
SD (Sekolah Dasar) 68
SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) 19
1.
SMU (Sekolah Menengah Umum) 23
Sarana Keagamaan
Sumber: BPS, Kecamatan Tanjung Morawa dalam Angka, 2008.
Dari Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana di Kecamatan
Tanjung Morawa sudah berkembang dengan baik. Sarana pendidikan telah tersedia
dari tingkat TK sampai dengan SMU. Untuk pendidikan tingkat Perguruan Tinggi
masyarakat Tanjung Morawa dapat meneruskan di daerah Medan yang letaknya tidak
terlalu jauh dari Kecamatan Tanjung Morawa.
Sarana kesehatan di Kecamatan Tanjung Morawa terdiri atas rumah sakit dan
instansi kesehatan lainnya, telah tersedia dalam jenis bidang sarana kesehatan yang
4.1.6. Sarana Pemerintahan
Untuk mengarahkan roda pemerintahan yang baik dibutuhkan sarana
pemerintahan yang memadai, dan hal tersebut telah cukup terpenuhi di Kecamatan
Tanjung Morawa. Mengenai sarana pemerintahan dapat dilihat pada Tabel 4.6:
Tabel 4.6. Sarana Pemerintahan yang Terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa
No Jenis Prasarana Ekonomi Jumlah (Unit)
1. Kantor Kecamatan 1
2. Kantor Desa 12
3. Balai Desa 1
Sumber: BPS, Kecamatan Tanjung Morawa dalam Angka, 2008.
Dari Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sarana pemerintahan telah memadai. Hal
ini, ditandai dengan tiap-tiap desa telah memiliki kantor Kepala Desa dan terdapat 1
Balai Desa yang digunakan oleh masyarakat untuk berkumpul dan mengadakan rapat.
4.2. Karakteristik Pengusaha Sampel
4.2.1. Umur Pengusaha Sampel
Berdasarkan penelitian ini, usia yang dimaksud adalah umur pengusaha
(sampel) pada saat penelitian dilakukan, usia petani bervariasi yaitu antara 25 sampai
dengan 60 tahun dengan rata-rata 43,17 tahun atau 43 tahun (Lampiran 2). Usia
Tabel 4.7. Karakteristik Pengusaha Menurut Kelompok Usia
Sumber: Data primer, 2009.
Dari Tabel 4.7 menunjukkan bahwa golongan usia pengusaha yang terbesar
adalah berusia antara 36-45 tahun yaitu sebanyak 22 pengusaha atau sebesar 62,86%
dari total jumlah pengusaha sampel, sedangkan yang terkecil berusia 25-35 tahun
yaitu sebanyak 1 orang atau sebesar 2,86%.
4.2.2. Pendidikan
Pendidikan yang dimaksud adalah jenjang pendidikan formal yang pernah
diikuti oleh pengusaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenjang pendidikan
pengusaha bervariasi dari yang tidak sekolah sampai pada tingkat S1 (Lampiran 2).
Tabel 4.8 menyajikan jenjang pendidikan pengusaha di Kota Medan.
Tabel 4.8. Jenjang Pendidikan Pengusaha
No Tingkat
Pendidikan Jumlah Sampel Persentase (%)
1. Tidak Sekolah 1 2,86
Dari Tabel 4.8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pengusaha yang
terbesar adalah tamatan SLTA yaitu sebanyak 17 orang atau sebesar 48,6% dari total
jumlah pengusaha sampel, sedangkan yang terkecil tidak tamat sekolah yaitu
sebanyak 1 orang atau sebesar 2,86%.
4.2.3. Pengalaman Pengusaha Menekuni Usahatani
Pengalaman bertani yang dimaksudkan adalah lamanya pengusaha menekuni
usaha tanaman hias. Pengalaman berusaha para pengusaha bervariasi seperti
dirangkum pada Tabel 4.9:
Tabel 4.9. Pengalaman Pengusaha Menekuni Usahatani
No Pengalaman (Tahun)
Jumlah
Sampel Persentase (%)
1. 5-10 29 82,86
2. 11-15 2 5,7
3. 15-20 4 11,43
Total 35 100
Sumber: Data Primer, 2009.
Dari Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pengalaman pengusaha dalam menekuni
usahatani tanaman hias sebagian besar adalah antara 5 sampai dengan 10 tahun yaitu
sebanyak 29 orang atau sebesar 82,86% dari total jumlah pengusaha sampel,
sedangkan paling sedikit adalah 15 atau 20 tahun sebanyak 4 pengusaha atau sebesar
4.3. Analisis Usahatani Tanaman Hias
4.3.1. Identitas Usahatani
Usahatani tanaman hias adalah suatu jenis usaha pertanian yang banyak
diusahakan oleh penduduk Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru. Sistem
pengusahaan dilaksanakan dalam kegiatan agribisnis yang artinya pedagang
menjalankan kegiatan-kegiatan subsistem dari hilir ke hulu.
Untuk memudahkan dan mengarahkan penjelasan mengenai sistem agribisnis
yang dijalankan oleh pengusaha maka disusun skema usahatani tanaman hias pada
Gambar 4.1:
PENYEDIAAN SAPRODI : - Modal
- Lahan - Tenaga Kerja
- Komoditi (Tanaman Hias) - Toko Penyediaan Sarana
Produksi
Sub Sistem Pendukung : - Transportasi
- Lembaga Keuangan
PENDAPATAN
AGRIBISNIS
Sumber: Soekartawi (2005), dimodifikasi.
Berikut ini adalah uraian tentang aspek budidaya usahatani tanaman hias
di daerah penelitian:
4.3.1.1. Penyediaan sarana produksi
Bahan baku tanaman merupakan salah satu faktor produksi yang sangat
dibutuhkan dalam kelangsungan suatu usaha tanaman hias. Apabila penyediaan bahan
baku terhenti, akan menyebabkan terhambatnya kegiatan usaha. Kegiatan usaha
menjadi terhambat karena perbanyakan tanaman membutuhkan waktu dalam
pengelolaannya. Jeda waktu pengelolaan yang lama dapat menyebabkan larinya
konsumen ke pengusaha lain. Kejadian tersebut dapat mengurangi pendapatan
pengusaha.
Berikut ini adalah sarana produksi yang akan diteliti:
a. Modal
Pada dasarnya rata-rata pengusaha tanaman hias memulai usahanya dengan
menggunakan uang sendiri. Ada beberapa hal yang menyebabkan pengusaha lebih
senang untuk menggunakan modal dari uang mereka sendiri daripada meminjam
bank atau ke orang lain. Alasan tersebut adalah:
1) Usaha tanaman hias dapat dimulai dari skala kecil.
Karakteristik usahatani tanaman hias sedikit berbeda dari usaha pertanian atau
usaha agribisnis lain. Usaha tanaman hias dapat dimulai dari skala kecil terlebih
dahulu yaitu dengan menggunakan lahan yang sempit. Pada umumnya, para
pengusaha memulai usahanya dari pekarangan rumah mereka sendiri. Penggunaan
menyewa lahan dari orang lain. Hal ini dapat menekan biaya yang harus dikeluarkan
untuk lahan, karena itu biaya yang dikeluarkan masih bisa dijangkau oleh uang
simpanan mereka.
2) Pembelian bahan baku dapat dilakukan secara bertahap.
Pembelian bahan baku produksi pada saat pengusaha memulai usahanya tidak
dalam jumlah besar serta jenis yang bermacam-macam. Pengusaha melihat kearah
mana minat pembeli. Pengusaha pada mulanya hanya mengusahakan tanaman yang
memang sedang trend di pasaran. Hal ini menyebabkan modal yang mereka
keluarkan dapat ditekan dan modal tersebut juga dapat diputar untuk
mengembangkan usahanya.
3) Para pengusaha telah berusaha tani sejak lama.
Rata-rata pengusaha telah berusahatani sejak 10 tahun yang lalu, di mana pada
saat itu harga-harga masih stabil. Pada masa 10 tahun yang lalu harga tidak sering
berfluktuasi dengan tajam, terutama untuk bahan baku tanaman hias. Fluktuasi harga
tidak terjadi pada harga tanaman hias, disebabkan tanaman hias bukanlah suatu
kebutuhan primer. Rata-rata pengusaha memulai dengan modal Rp 3.037.143,-
(Lampiran 3).
4) Birokrasi bank yang berbelit-belit.
Peminjaman modal dari bank memiliki syarat-syarat tertentu. Salah satu
syarat tersebut adalah calon pengusaha harus mampu memberikan suatu agunan baik
itu berupa rumah, tanah ataupun usahataninya tersebut. Pengusaha pada saat memulai
Syarat yang berbelit-belit dan lamanya pengurusan peminjaman modal dari
bank menyebabkan calon pengusaha enggan untuk menjadikan bank tempat
meminjam modal usaha.
5) Usaha tani yang turun temurun.
Pengusaha memilih untuk menggunakan modal sendiri adalah dikarenakan
usaha ini telah turun temurun. Usahatani tanaman hias relatif telah stabil, baik dari
manajemen maupun keuangan. Modal yang digunakan untuk pengembangan usaha
diperoleh dari keuntungan penjualan tanaman hias.
Modal pengusaha digunakan untuk lajunya usahatani. Modal tersebut salah
satunya dipergunakan untuk membeli berbagai macam sarana produksi yang terdiri:
1. Pupuk (kompos, kandang, NPK),
2. Pestisida (Antracol, Matador),
3. Bibit tanaman,
4. Peralatan pertanian (cangkul, grobak sorong, sparayer, pompa),
5. Perlengkapan usahatani (rak, pondok).
Pengusaha mengeluarkan biaya untuk pembelian pupuk, rata-rata sebesar
Rp 114.000,-/pickup, kompos Rp 5.318,-/goni, Urea Rp 5.000,-/Kg dan NPK
Rp 11.300, Pedagang saprotan setiap minggu datang untuk mengantar pupuk tersebut
kepada pengusaha. Pengusaha juga dapat memesan pupuk lebih dahulu di toko-toko
yang menjual sarana produksi baik di sekitar lokasi usahatani ataupun di Tanjung
Jenis pestisida yang sering digunakan oleh pengusaha adalah jenis Antracol
seharga Rp 42.000,-/botol dan Matador seharga Rp 45.000,-/botol. Pengusaha
memperoleh pestisida dengan membeli dari agen atau toko yang menjual sarana
produksi baik di daerah sekitar lokasi usahatani ataupun di Tanjung Morawa
(Lampiran 5).
Rak maupun pondokan sangat diperlukan dalam usahatani tanaman hias untuk
menjaga kualitas tanaman, untuk memperindah lokasi usaha, dan tempat beristirahat
pekerja. Rak atau pondokan dapat dibuat sendiri ataupun dengan memesan pada
tukang pembuat rak atau pondokan. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk membuat
pondokan sebesar Rp 1.396.970,-/pondok dan rak sebesar Rp 383.333,-,/rak
(Lampiran 6).
Biaya penyusutan pondokan dan rak biasanya selama 5 tahun atau 1/60 dari
biaya pembuatan yang dikeluarkan. Peralatan pertanian biasanya telah dimiliki oleh
pengusaha pada awal pendirian usahanya, hal ini dimaklumi karena peralatan
memiliki ketahanan yang lebih lama daripada pupuk atau pestisida yang
pemakaiannya hanya sekali periode (baik per sekali masa tanam ataupun per bulan).
Biaya yang dikeluarkan untuk membeli peralatan usaha tani rata-rata
Rp 310.857,-/pengusaha (Lampiran 7). Peralatan memiliki biaya penyusutan yang
dihitung tiap tahunnya sebesar 1/12 harga pembelian peralatan.
b. Lahan
Penelitian menunjukkan bahwa dalam usahatani tanaman hias, luas lahan
bervariasi, mulai dari pekarangan rumah sampai dengan memiliki lahan tersendiri
yang memang diperuntukkan sebagai tempat pembudidayaan tanaman hias.
Pengusaha mengukur luas lahan dengan ukuran rante, di mana 1 rante 400 m2
sedangkan 1 rante 0,25 Ha. Lahan yang dimiliki oleh pengusaha rata-rata 0,24 Ha.
Kontur lahan rata-rata datar (Lampiran 8).
Dilihat dari kepemilikan lahan, status lahan terbagai atas 2 yaitu lahan sewa
dan lahan milik sendiri. Jika lahan yang dimiliki pengusaha adalah lahan sewa maka
penyewa diwajibkan untuk membayar uang sewa setiap tahunnya. Besarnya uang
sewa tergantung kepada luas lahan yang disewa serta lokasi lahan yang disewa.
Rata-rata uang sewa yang dibayarkan Rp 1.500.000,- untuk tiap 1 Ha lahan yang
disewakan (Lampiran 8).
Lahan merupakan lahan sendiri ketika pengusaha membeli lahan dari pemilik
sebelumnya dengan harga yang telah disepakati atau lahan tersebut merupakan lahan
turun temurun yang dimiliki oleh pengusaha. Jumlah pengusaha yang banyak serta
lokasi usaha yang telah dikenal sebagai pusat tanaman hias menyebabkan persaingan
untuk membeli lahan cukup ketat.
Pemilihan lokasi lahan yang akan dibeli atau disewa biasanya dipilih yang
berdekatan dengan tempat usaha. Pertimbangan pemilihan letak lokasi dekat dengan
tempat usaha adalah dapat menghemat waktu, uang serta tenaga. Di dalam usaha
tanaman hias bisa dikatakan bahwa semakin luas lahan yang dimiliki, maka semakin