• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Usaha Agribisnis Tanaman Hias Dalam Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kontribusi Usaha Agribisnis Tanaman Hias Dalam Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI USAHA AGRIBISNIS TANAMAN HIAS DALAM

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN TANJUNG

MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

PROPINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

ASTI WULANDARI

077003014/PWD

S

E K O L A H

P A

S C

A S A R JA NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KONTRIBUSI USAHA AGRIBISNIS TANAMAN HIAS DALAM

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN TANJUNG

MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

PROPINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ASTI WULANDARI

077003014/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis KONTRIBUSI USAHA AGRIBISNIS TANAMAN HIAS DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG PROPINSI SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : Asti Wulandari

Nomor Pokok : 077003014

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) Ketua

(Dr. Ir. Tavi Supriana MS) (Kasyfull Mahalli, SE. M.Si)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 10 September 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Bachtiar Hassan Miraza

Anggota : 1. Dr. Ir. Tavi Supriana MS

2. Kasyful Mahalli, SE. M.Si

3. Agus Suriadi, S.Sos., M.Si

(5)

PERNYATAAN

KONTRIBUSI USAHA AGRIBISNIS TANAMAN HIAS DALAM

PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN TANJUNG

MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

PROPINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, September 2009

(6)

ABSTRAK

Pembangunan tanaman hias diharapkan membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan petani, menambah devisa dan membuka peluang tumbuhnya sarana produksi, produk sekunder dan jasa transportasi. Tujuan Penelitian untuk mengetahui (i) Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pengusaha tanaman hias di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan (ii) Kontribusi usaha agribisnis tanaman hias terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 35 pengusaha. Pengusaha berlokasi di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru. Penelitian dilaksanakan dengan survei langsung ke lapangan dan menggunakan kuesioner. Data penelitian yang diperoleh dianalisis dengan metode Regresi Linear Berganda dan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan pendapatan pengusaha tanaman hias secara serentak dipengaruhi oleh modal, tenaga kerja, pengalaman dan kemampuan pengusaha melakukan ekspektasi selera pasar. Secara parsial, variabel tenaga kerja dan pengalaman berpengaruh nyata terhadap pendapatan pengusaha tanaman hias, sedangkan modal dan kemampuan pengusaha melihat ekspektasi terhadap selera pasar tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan pengusaha. Keberadaan sentra tanaman hias di Kecamatan Tanjung Morawa menyebabkan peningkatan infrastruktur di daerah tersebut terutama infrastruktur jalan. Usahatani tanaman hias memberikan kontribusi dalam perkembangan sektor informal di daerah penelitian yaitu pada sektor transportasi dan usaha penyediaan sarana produksi pertanian, namun usahatani tanaman hias belum dapat memberikan kontribusi yang berarti kepada Pendapatan Asli Daerah.

(7)

ABSTRACT

Development of decorative plants is hoped to open the vacancy, to increase the income of farmers, to add the devisa and to open the chance for growth of production facility, secondary product and transportation service. The goal of research is to know analyze (i) Factors effecting the income of decorative plant farmers and (ii) Contribution of decorative plant agribusiness on regional development in subdistrict of Tanjung Morawa, district of Deli Serdang.

This research uses the sample of 35 farmers. Farmers are located in Bangun Sari and Bangun Sari Villages. The research is conducted by survey and using the questionnaire. The data of research gained is analyzed with Multiplier Linear Regression method and descriptive analysis.

The result of research indicated the income of decorative plant farmers is simultaneously effected by capital, labor, experience and ability of management and the expectation of market preference. Partially, variables of labor and experience have significant effect on income of decorative plant of market preference has no significant effect on income of farmers. The existence of decorative plant centre in subdistrict of Tanjung Morawa caused the increase of infrastructures in the region particularly the infrastructure of the road. The decorative plant agribusiness gives the contribution in development of informal sector in the area of research namely the sector of transportation and supply of production facility of agriculture, but this decorative plant afribusiness can not give the significant contribution to pure regional income.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

ini dengan sebaik-baiknya, serta tidak lupa shalawat beriring salam penulis

sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing

kita dari zaman kegelapan kepada zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penelitian ini disusun guna menyempurnakan tugas-tugas dan sebagai salah

satu syarat untuk meraih gelar Magister Sains di Program Studi Perencanaan

Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana (S2) Universitas

Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak

Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE, Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana MS dan Bapak Kasyful

Mahalli, SE. M.Si selaku Komisi Pembimbing.

Penghargaan sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu

dan memberikan dorongan kepada penulis sejak mengikuti perkuliahan hingga pada

penulisan tesis ini, antara lain:

1. Rektor dan para Pembantu Rektor Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah.

2. Jajaran fungsionaris Fakultas Pertanian Universitas Muslim Nusantara Al

(9)

M.Si, Staff Pengajar, Sri Wahyuni, S.Sos pegawai Tata Usaha Fakultas Pertanian

serta Sari Wulandari, SE pegawai Administrasi Fakultas Sastra.

3. Pegawai Kantor Kecamatan Tanjung Morawa, pegawai Kantor Kelurahan Desa

Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru.

4. Bapak dan Ibu pengusaha tanaman hias yang menjadi sampel penelitian ini.

5. Rekan-rekan mahasiswa atau alumni Program Studi PWD SPs USU Medan

angkatan 2007 atas kerjasama yang baik selama ini.

Terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada Bapak Ir. H. Suardi

Santoso, BSc, dan Ibu Prof. Hj. Sri Sulistyawati SH, M.Si, P.hD yang mana beliau

berdua merupakan orang tua wali dari penulis, dan Bagoes Árthiko, SE yang telah

memberikan segala bantuan, dukungan dan perhatian yang tidak terkira kepada

penulis.

Untuk yang terutama penulis mempersembahkan tesis ini untuk almarhumah

Ayahanda Ir. Soedjiarno dan almarhumah Ibunda Yayuk Sri Rahayu, MBA. Untuk

Kakanda Iwan Setiawan, SH, Fauziah Lubis, S.Pd, keponakan tersayang Rafif

Taufiqurrahman dan Herwin Hermawan, SP yang telah sudi untuk memberikan

dukungan sepenuhnya baik secara moril, material dan spiritual kepada penulis dalam

menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan

dan jauh dari kesempurnaan, baik dari isi maupun dalam hal penyajiannya. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun

(10)

Akhir kata dengan mengucapkan alhamdulillah, semoga penelitian ini dapat

memberikan manfaat bagi para pembaca terutama bagi penulis sendiri. Amin.

Amin Ya Rabbal Alamin  

 

Medan, September 2009

(11)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

1. Nama : Asti Wulandari

2. NIM : 077003014

3. Program Studi : PWD – SPs USU

4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Agama : Islam

6. Tempat/Tgl Lahir : Purwokerto/06 Oktober 1982

7. Alamat : Komp. TASBIH Blok YY No. 99 Medan

8. Anak Ke : 2 (Dua)

9. Kewarganegaraan : Indonesia

10. Status : Belum Kawin

11. Nama Ayah : Ir. Soejiarno (Alm)

12. Nama Ibu : Dra. Yayuk Sri Rahayu, MBA (Alm)

PENDIDIKAN

1. Tamat SD di SD Negeri Sompok II Semarang pada tahun 1994.

2. Tamat SMP di SLTP Negeri 8 Semarang pada tahun 1997.

3. Tamat SMU di SMU Swasta Harapan pada tahun 2000.

4. Tamat Strata Satu (S1) Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara

tahun 2005 di Medan.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

2.1. Pengertian Agribisnis... 9

2.2. Pendapatan Usahatani ... 12

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 29

4.1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang... 29

4.1.1. Letak Geografis ... 29

4.1.2. Kependudukan... 29

4.1.3. Prasarana Perhubungan ... 32

4.1.4. Prasarana Ekonomi... 33

4.1.5. Sarana Sosial Budaya ... 34

(13)

4.2. Karakteristik Pengusaha Sampel ... 35

4.2.1. Umur Pengusaha Sampel... 35

4.2.2. Pendidikan ... 36

4.2.3. Pengalaman Pengusaha Menekuni Usahatani ... 37

4.3. Analisis Usahatani Tanaman Hias ... 38

4.3.1. Identitas Usahatani ... 38

4.4. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Tanaman Hias ... 58

4.5. Analisis Kontribusi Usahatani Tanaman Hias di Kecamatan Tanjung Morawa terhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten Deli Serdang ... 63

4.5.1. Kontribusi Usahatani Tanaman Hias terhadap Pendapatan Daerah ... 63

4.5.2. Kontribusi Usahatani Tanaman Hias terhadap Perbaikan Infrastruktur... 64

4.5.3. Kontribusi Usahatani Tanaman Hias terhadap Peluang Kesempatan Kerja... 66

4.5.4. Kontribusi Usahatani Tanaman Hias terhadap Sektor Informal ... 69

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 77

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Perkembangan Produksi Tanaman Hias di Indonesia ... 4

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 25

3.2. Banyaknya Pengusaha Agribisnis Tanaman Hias... 25

4.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Tanjung Morawa ... 30

4.2. Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Menurut Desa di Kecamatan Tanjung Morawa ... 31

4.3. Panjang Jalan Berdasarkan Jenis Permukaannya di Kecamatan Tanjung Morawa ... 32

4.4. Prasarana Ekonomi yang Terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa ... 33

4.5. Sarana Sosial Budaya yang Terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa ... 34

4.6. Sarana Pemerintahan yang Terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa ... 35

4.7. Karakteristik Pengusaha Menurut Kelompok Usia... 36

4.8. Jenjang Pendidikan Pengusaha ... 36

4.9. Pengalaman Pengusaha Menekuni Usahatani... 37

4.10. Data Toko dan Jumlah Sarana Produksi Pertanian yang Terjual/Bulan... 55

4.11. Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda... 58

(15)

4.13. Banyaknya Sarana Angkutan di Kecamatan Tanjung Morawa

Tahun 2007 ... 73

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Bagan Agribisnis ... 10

2.2. Alur Faktor Produksi-Pendapatan dalam Usaha Tani ... 14

2.3. Skema Kerangka Berpikir ... 22

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Karakteristik Pengusaha Tanaman Hias ... 81

2. Rekapitulasi Data Modal... 82

3. Rekapitulasi Data Pupuk ... 83

4. Rekapitulasi Data Pembelian Pestisida ... 85

5. Rekapitulasi Pembuatan Pondokan ... 86

6. Rekapitulasi Alat Pertanian... 87

7. Rekapitulasi Data Lahan ... 88

8. Rekapitulasi Data Tenaga Kerja ... 89

9. Rekapitulasi Data Subsistem Perawatan Jenis dan Kegiatan Perawatan yang Dilakukan Pengusaha Sampel ... 90

10. Rekapitulasi Data Pengolahan ... 92

11. Rekapitulasi Data Daerah Asal Konsumen ... 93

12. Rekapitulasi Data Kepemilikan Alat Transportasi... 94

13. Rekapitulasi Data Penjualan Jenis Tanaman Hias ... 95

14. Rekapitulasi Data Perhatian dari Pemerintah Daerah Setempat ... 99

15. Rekapitulasi Data Pendapatan... 100

16. Rekapitulasi Data Pungutan Retribusi ... 101

17. Analisis Regresi Linier Berganda ... 102

(18)

ABSTRAK

Pembangunan tanaman hias diharapkan membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan petani, menambah devisa dan membuka peluang tumbuhnya sarana produksi, produk sekunder dan jasa transportasi. Tujuan Penelitian untuk mengetahui (i) Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pengusaha tanaman hias di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dan (ii) Kontribusi usaha agribisnis tanaman hias terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 35 pengusaha. Pengusaha berlokasi di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru. Penelitian dilaksanakan dengan survei langsung ke lapangan dan menggunakan kuesioner. Data penelitian yang diperoleh dianalisis dengan metode Regresi Linear Berganda dan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan pendapatan pengusaha tanaman hias secara serentak dipengaruhi oleh modal, tenaga kerja, pengalaman dan kemampuan pengusaha melakukan ekspektasi selera pasar. Secara parsial, variabel tenaga kerja dan pengalaman berpengaruh nyata terhadap pendapatan pengusaha tanaman hias, sedangkan modal dan kemampuan pengusaha melihat ekspektasi terhadap selera pasar tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan pengusaha. Keberadaan sentra tanaman hias di Kecamatan Tanjung Morawa menyebabkan peningkatan infrastruktur di daerah tersebut terutama infrastruktur jalan. Usahatani tanaman hias memberikan kontribusi dalam perkembangan sektor informal di daerah penelitian yaitu pada sektor transportasi dan usaha penyediaan sarana produksi pertanian, namun usahatani tanaman hias belum dapat memberikan kontribusi yang berarti kepada Pendapatan Asli Daerah.

(19)

ABSTRACT

Development of decorative plants is hoped to open the vacancy, to increase the income of farmers, to add the devisa and to open the chance for growth of production facility, secondary product and transportation service. The goal of research is to know analyze (i) Factors effecting the income of decorative plant farmers and (ii) Contribution of decorative plant agribusiness on regional development in subdistrict of Tanjung Morawa, district of Deli Serdang.

This research uses the sample of 35 farmers. Farmers are located in Bangun Sari and Bangun Sari Villages. The research is conducted by survey and using the questionnaire. The data of research gained is analyzed with Multiplier Linear Regression method and descriptive analysis.

The result of research indicated the income of decorative plant farmers is simultaneously effected by capital, labor, experience and ability of management and the expectation of market preference. Partially, variables of labor and experience have significant effect on income of decorative plant of market preference has no significant effect on income of farmers. The existence of decorative plant centre in subdistrict of Tanjung Morawa caused the increase of infrastructures in the region particularly the infrastructure of the road. The decorative plant agribusiness gives the contribution in development of informal sector in the area of research namely the sector of transportation and supply of production facility of agriculture, but this decorative plant afribusiness can not give the significant contribution to pure regional income.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan luas

lahan pertanian yang cukup besar. Salah satu kegiatan yang banyak digeluti

masyarakat Indonesia adalah bertani (usahatani), yakni menanam berbagai jenis

tanaman yang menghasilkan, baik untuk kebutuhan sendiri maupun untuk

diperdagangkan.

Usahatani tersebut bukan berasal dari keajaiban, tetapi hasil dari kerja keras

dan efisiensi oleh banyak orang dalam suatu sistem yang mencakup kegiatan-kegiatan

atas bahan masukan (input), produksi (farm), pengolahan (proccesing), dan

pemasaran bahan pangan (output factor). Sistem tersebut dimulai dari berbagai

kegiatan dalam sektor barang perlengkapan pertanian yang memasok berbagai macam

input produksi barang dan jasa (sarana produksi pertanian-saprotan) kepada usaha

tani, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pemrosesan/pengolahan, pemasaran/

tataniaga, dan distribusi barang kebutuhan untuk memuaskan kebutuhan konsumen.

Semakin lama sesuai dengan perkembangan zaman, proses produksi

hasil-hasil pertanian menjadi semakin bertambah kompleks dan terspesialisasi. Di lain

pihak, penghasilan konsumen semakin meningkat sehingga mereka menuntut

pelayanan dan kualitas yang lebih baik dalam pembelian produk-produk pertanian.

(21)

semakin penting karena tidak saja bertanggung jawab untuk menyediakan berbagai

jenis dan jumlah bahan input yang tepat, tetapi juga bertanggung jawab terhadap

bauran pemasaran (marketing mix) yang tepat untuk produk, pada saat tersebut

produk bergerak melalui sistem pengolahan bahan pangan sampai dengan ke

konsumen terakhir (Firdaus, 2008).

Sejak dekade terakhir kegiatan usaha tanaman hias berkembang pesat

di berbagai daerah Indonesia dan berperan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang

cukup penting. Pada masa kini kegiatan usaha tanaman hias dilakukan secara

komersial, Usahatani tanaman hias mampu menggerakkan pertumbuhan industri

barang dan jasa, berkembangnya kegiatan usaha tanaman hias di dalam negeri

berhubungan dengan meningkatnya pendapatan konsumen, tuntutan keindahan

lingkungan, pembangunan industri pariwisata, serta pembangunan kompleks

perumahan, perhotelan dan perkantoran. Pengembangan usaha tanaman hias perlu

didorong agar mampu memberi peran yang lebih besar terhadap pembangunan

perekonomian nasional. Pembangunan tanaman hias juga diharapkan membuka

lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan petani, menambah devisa dan

membuka peluang tumbuhnya sarana produksi, produk sekunder dan jasa

transportasi.

Kegiatan usaha tanaman hias dilakukan di berbagai daerah dengan melibatkan

keluarga petani kecil maupun pengusaha. Sejak dahulu tanaman hias telah menjadi

bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Tanaman hias banyak dimanfaatkan

(22)

kematian. Bahkan di beberapa daerah, tanaman hias digunakan untuk acara

keagamaan. Seiring dengan masuknya pengaruh peradaban Barat, penggunaan

tanaman hias semakin meningkat. Kini tanaman hias banyak dibutuhkan untuk

memperindah lingkungan sekitar, termasuk dekorasi ruangan dan halaman rumah.

Bahkan, pemanfaatan tanaman hias telah berkembang menjadi sarana komunikasi

personal untuk menyatakan rasa duka maupun suka kepada teman dan kerabat karib.

Dengan makin berkembangnya pemanfaatan tanaman hias permintaan pasar domestik

dalam beberapa tahun terakhir meningkat cukup tajam (Direktorat Tanaman Hias,

2004).

Semakin meningkat permintaan pasar dunia untuk bunga-bungaan tropis,

maka semakin terbuka prospek wirausaha bagi para pengusaha dan petani bunga

di Indonesia. Keberhasilan pembangunan agribisnis tanaman hias dan bunga

diperlukan keterpaduan para pelaku yang bergerak di bidang bisnis komoditas

tersebut. Salah satu cara yang ditempuh oleh para petani adalah mengubah arah

menjadi lebih profesional. Prospek agribisnis tanaman hias dan bunga potong amat

cerah, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun sasaran ekspor. Permintaan pasar

dunia terhadap tanaman hias dan bunga-bungaan cenderung terus meningkat

(23)

Perkembangan produksi tanaman hias di Indonesia dapat dilihat pada Tabel

1.1 berikut:

Tabel 1.1. Perkembangan Produksi Tanaman Hias di Indonesia

Tahun 2001 2002 2003 2004 2005

Orchid (Ton) 4.450.787 4.995.735 6.904.109 8.127.528 7.902.403

Anthurium (Ton) 773.299 1.006.075 1.263.770 1.112.724 2.615.999

Gladiolulus (Ton) 4.448.199 10.876.948 7.114.382 14.416.172 14.512.619

Heliconia (Ton) 448.338 797.139 681.920 823.747 1.131.568

Crisantenum (Ton) 7.387.737 25.804.630 27.406.464 29.503.257 47.465.794

Rose (Ton) 84.951.741 55.708.137 50.766.656 57.983.747 60.719.517

Tuberose (Ton) - - 16.139.563 33.226.112 32.611.284

Yasmine (Ton) - - 15.740.955 21.622.699 22.552.537

Palm (Ton) - - 668.154 445.126 751.505

Dracaena (Ton) - - 2.553.020 1.778.582 1.131.621

Anyelir (Ton) - - 2.391.113 2.196.377 2.216.123

Hebras (Ton) - - 3.071.903 2.349.399 4.065.057

Sumber: BPS Data Produksi Tanaman Hias Indonesia, 2005.

Masalah-masalah yang dihadapi dalam pemasaran tanaman hias diantaranya:

1. Perilaku pasar sangat dinamis sehingga memaksa kita untuk tetap proaktif

mengikutinya.

2. Data dan informasi mengenai tanaman hias jumlahnya terbatas, perlu

sosialisasi antara sesama pelaku pasar sejenis.

3. Trend masyarakat terhadap tanaman cepat berubah.

Penjelasan di atas dapat mewakili beberapa permasalahan yang dialami oleh

pengusaha tanaman hias di Kecamatan Tanjung Morawa yaitu:

1. Pola permintaan pasar yang tidak menentu.

Bagi pengusaha tanaman hias, pasar merupakan tempat melempar hasil

(24)

dihasilkan untuk dijual kepasaran harus disesuaikan dengan permintaan pasar, baik

jenis, kualitas maupun kuantitasnya. Permasalahan yang terdapat di pasaran adalah

keinginan pasar akan suatu jenis komoditas tanaman hias cenderung berubah-ubah.

Saat trend pasar menyukai suatu jenis tanaman hias maka harga tanaman hias tersebut

mampu meningkat dengan tajam, namun hanya berselang beberapa waktu saja harga

tanaman tersebut akan jatuh. Hal ini terjadi karena selera pasar berubah pada jenis

tanaman yang lain. Perubahan pola selera pasar yang cenderung tajam, mendorong

kinerja pengusaha untuk selalu memantau perkembangan pasar tanaman hias.

2. Produksi yang dihasilkan.

Permasalahan yang dialami berkaitan dengan penyediaan input adalah apabila

permintaan tanaman hias dalam jumlah besar, pengusaha banyak yang tidak mampu

untuk memenuhinya. Pengusaha mengatasi kekurangan jumlah tanaman hias dengan

membeli kekurangan tersebut dari pengusaha lain. Kenyataan ini tentu dapat

mengurangi pendapatan yang pengusaha peroleh.

Hal ini sesuai dengan tulisan yang dibuat oleh Riskomar dalam harian Pikiran

Rakyat tertanggal 20 Juli 2002 dengan judul Industri Agribisnis Bunga Tunggu

Investor yaitu salah satu kendala terbesar bagi pengusaha yang ingin terjun dalam

bidang ini adalah pola permintaan pasar yang tidak menentu. Permintaan

produk-produk tanaman hias cenderung terus meningkat. Saat ini pasar-pasar dalam negeri,

secara spesifik juga memerlukan produk-produk tersebut dalam volume dan kualitas

yang semakin besar. Bahkan ditingkat produsen, baik domestik maupun internasional

(25)

maupun kwantumnya harus kontinyu. Sayangnya, dalam pemenuhan kebutuhan

permintaan pasar tersebut, dinilai masih sangat terbatas.

Di dalam memasarkan produknya, pengusaha tanaman hias di Desa Bangun

Sari dan Desa Bangun Sari Baru telah memiliki pasar tersendiri di masyarakat.

Konsumen berasal dari Aceh, Medan, Riau, Pekanbaru, Padang, maupun Batam.

Pembelian selain dalam jumlah besar, tidak menutup kemungkinan untuk pembelian

dalam jumlah satuan. Permintaan akan tanaman hias cukup berkesinambungan,

namun tidak semua pengusaha tanaman hias merasa bahwa dari usaha taninya

tersebut mereka mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hal ini

disebabkan jumlah pengusaha tanaman hias di daerah tersebut cukup banyak,

sehingga persaingan diantara pengusaha ketat.

Dengan semakin berkembangnya sektor agribisnis tanaman hias di Kecamatan

Tanjung Morawa ini, maka dapat dikatakan bahwa Desa Bangun Sari dan Desa

Bangun Sari Baru merupakan sentral penjualan tanaman hias di Kabupaten Deli

Serdang. Usahatani tanaman hias di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru

pernah menjadi juara III tingkat Provinsi Sumatera Utara pada kategori Desa Sentral

Tanaman Hias. Dengan alasan tersebut, Pemerintah setempat menjadikan wilayah ini

sebagai lokasi pariwisata tanaman hias. Pemerintah mencanangkan Desa Bangun Sari

menuju Desa Wisata tahun 2008.

Keberadaan usahatani tanaman hias tidak saja memberikan keuntungan pada

pengusaha yang berkecimpung di sektor ini, namun diharapkan mampu memberikan

(26)

tersebut selain menyumbang retribusi sebagai salah satu Sumber Pendapatan Asli

Daerah (PAD), namun juga menciptakan peluang kesempatan kerja bagi masyarakat

sekitar maupun orang luar.

1.2. Perumusan Masalah

Berkaitan dengan keterangan yang telah diungkapkan pada bagian terdahulu

diperoleh beberapa permasalahan untuk dikaji meliputi:

a. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan pengusaha tanaman

hias di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ?

b. Bagaimana kontribusi usaha agribisnis tanaman hias terhadap pengembangan

wilayah di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis:

a. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan pengusaha tanaman

hias di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

b. Kontribusi usaha agribisnis tanaman hias terhadap pengembangan wilayah

(27)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini, yaitu:

a. Memberi sumbangan pemikiran kepada para pengusaha tanaman hias dalam

rangka mendorong dan mengembangkan kegiatan usaha.

b. Memberikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dalam

menyusun perencanaan pengembangan usaha agribisnis tanaman hias.

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Agribisnis

Sering ditemukan bahwa agribisnis diartikan secara sempit, yaitu perdagangan

atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

konsep semula yang dimaksud. Konsep agribisnis adalah suatu konsep yang utuh,

mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang

berkaitan dengan kegiatan pertanian. Pengertian agribisnis adalah “Suatu kesatuan

kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi,

pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti

luas. Pengertian pertanian dalam artian yang luas adalah kegiatan usaha yang

menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan

pertanian” (Soekartawi, 2005).

Keterkaitan antara industri hulu, industri hilir, kegiatan usahatani dan

(29)

Kegiatan usaha yang Agribisnis

menghasilkan/menye-diakan prasarana/ sarana/input bagi kegiatan pertanian

Gambar 2.1. Bagan Agribisnis

Dalam kegiatan agribisnis akan ada hubungan antara manusia dengan

lingkungan dan upaya memanfaatkan serta menata lingkungan tersebut sedapat

mungkin sesuai dengan tujuan kegunaan yang diinginkan. Maksud dari

memanfaatkan dalam hal ini adalah seperti memberi pupuk, unsur kimiawi yang

dibutuhkan, irigasi dan perlindungan lahan. Sedangkan yang dimaksud menata adalah

memanfaatkan atau menerima suatu keterbatasan seperti menanam dalam musim

hujan, memanen dalam musim kering atau menanam perennial crops pada tanah

miring/lereng dan sebagainya (Siagian, 2003).

Potensi pengembangan sektor agribisnis di Indonesia dapat dilihat dari sisi

penawaran (supply side) maupun sisi permintaan (demand side). Potensi sisi

penawaran antara lain:

a. Indonesia memiliki sumber daya agroklimat yang sangat besar dan terlengkap

di dunia, sehingga hampir semua komoditas agribisnis dapat dihasilkan dari

(30)

b. Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya hayati (biodervisity) yang

terbesar di dunia namun belum dimanfaatkan secara optimal, misalnya

tanaman obat-obatan (bahan farmasi) dihasilkan dari seluruh bumi Indonesia.

c. Indonesia memiliki sumber tenaga kerja yang masing-masing terakomodasi

dalam agribisnis.

d. Terdapat lembaga penelitian dan pengembangan agribisnis dari departemen,

perguruan tinggi yang didukung oleh kwalitas sumber daya manusia, hanya

saja belum dimanfaatkan secara optimal.

e. Lembaga pemerintah atau lembaga masyarakat yang ada di setiap daerah telah

berpengalaman dan mempunyai akumulasi pengetahuan dalam membangun

agribisnis (Saragih, 1999).

Secara operasional, pembangunan agribisnis pada tingkat wilayah

dilaksanakan dengan mengoptimalkan pengembangan sentra-sentra produksi

komoditi unggulan. Prinsip dasar pelaksanaan sentra pengembangan agribisnis adalah

pendayagunaan secara optimal sumber daya yang ada melalui pengembangan

komoditas yang berorientasi pasar dalam dan luar negeri dengan memperhatikan

perwilayahan komoditas secara regional maupun nasional serta mempunyai

keterkaitan yang erat dengan industri hulu dan hilir.

Sektor agribisnis memberikan peran yang sangat besar dalam perekonomian

Indonesia dalam hal:

a. Sumber pertumbuhan ekonomi.

(31)

c. Mengembangkan pembangunan daerah.

d. Sumber devisa negara.

Menurut Supardi (2001) bahwa akhir tahun 1998 sektor agribisnis

memperlihatkan pertumbuhan yang positif sebesar 0,26% sementara sektor lain

memperlihatkan pertumbuhan yang negatif. Sistem pertanian agribisnis merupakan

model pertanian yang paling cocok untuk dikembangkan saat ini, yang mana terdapat

keterkaitan antara sub sektor dan akan menimbulkan perubahan struktural.

2.2. Pendapatan Usahatani

Tujuan pembangunan pertanian sebagai salah satu pembangunan ekonomi

di Indonesia bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

di bidang usaha pertanian (petani, nelayan dan peternak) di pedesaan. Hal ini dapat

tercapai bila pendapatannya ditingkatkan dari sumber pendapatannya baik dari

pertanian maupun non pertanian.

Pendapatan merupakan fungsi dari jumlah yang terjual dan harga jual. Artinya

pendapatan perusahaan berasal dari penjualan. Sementara nilai penjualan ditentukan

oleh jumlah unit yang terjual dan harga jual. Dalam kenyataan bisnis, pendapatan dan

laba terbesar tidak dicapai pada produksi dan penjualan terbanyak. Dalam

memperoleh pendapatan atau keuntungan dari usaha taninya, petani harus

membandingkan antara hasil yang dicapai (total revenue) dengan biaya yang

dikeluarkan (total cost). Dengan demikian pengusaha perlu memutuskan untuk

(32)

Pendapatan usaha tani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya

atau dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total

dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor atau penerimaan total adalah nilai produksi

komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi.

Pendapatan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut:

Pd = TR – TC

TR = Y. Py

TC = FC + VC

Di mana:

Pd = Pendapatan usahatani

TR = Total Penerimaan (total revenue)

TC = Total Biaya (total cost)

FC = Biaya Tetap (fixed cost)

VC = Biaya Variabel (variabel cost)

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani

Py = Harga Y (Rahim, 2007).

Prawirokusumo (1990), menggambarkan bagaimana dalam suatu usahatani

terjadi arus input yang pada akhirnya menjadi output dalam suatu usaha, bagan

(33)

Material

Rumah Tangga

Penjualan

Tanaman - Ternak Tenaga Kerja

Usaha Tani

Capital Manajemen

Pengadaan

Pangan

Konsumsi

Cash Income

Pinjaman Pendapatan dari sektor lain

Gambar 2.2. Alur Faktor Produksi-Pendapatan dalam Usaha Tani

Ada beberapa pembagian tentang pendapatan (income) yaitu:

1. Gross dan net income: Gross income adalah pendapatan usahatani yang belum

direduksi dengan biaya, sedang net income adalah pendapatan setelah dikurangi

biaya.

2. Gross income dapat pula dibagi ke dalam dua bentuk yaitu bentuk cash dan non

(34)

ternak. Sedang yang non-cash dapat berupa produk yang dikonsumsi langsung

oleh petani atau ditukar komoditi lain atau didonasikan, atau dapat berupa barang

dan service. Hasil usaha yang ditimbun (perubahan inventaris) juga termasuk non

cash.

3. Pendapatan pengelola (management income) adalah pendapatan bagi si pengelola.

Merupakan hasil pengurangan dari total output dengan total input. Sisa ini

merupakan jumlah tersisa setelah semua input untuk produksi, baik yang

benar-benar dibayar maupun yang hanya diperhitungkan telah dijumlahkan. Pendapatan

ini biasanya pendapatan negatif bagi usaha tani kecil ataupun keluarga. Pada

usaha komersial laba ini harus ada, malah setelah pendapatan pengelola masih

harus dibayarkan lagi kedalam:

3. Imbalan jasa manajemen (upah petani sebagai pengelola).

4. Net profit yang disebut pula pure profit yang merupakan imbalan bagi resiko

perusahaan.

4. Pendapatan tenaga kerja petani yaitu pendapatan pengelola ditambah upah tenaga

kerja petani. Pendapatan tenaga kerja keluarga petani adalah pendapatan

pengelola ditambah upah tenaga kerja petani dan anggota keluarga yang dihitung.

Pendapatan petani adalah pendapatan tenaga kerja petani ditambah bunga modal

milik sendiri, sewa tanah milik sendiri. Pendapatan keluarga petani merupakan

pendapatan tenaga kerja keluarga petani ditambah bunga modal milik sendiri.

Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual,

(35)

dan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran

(Soekartawi, 1995).

Simanjuntak (1986), menyatakan kita harus menentukan suatu saat (musim)

yang tepat untuk memilih harga tertentu yang akan digunakan dalam menentukan

analisa pasar yang menguntungkan. Harga tidak stabil karena pasar tidak sempurna,

antara lain lembaga pemasaran yang tidak fleksibel, pengawasan harga, informasi

yang tidak sempurna mengenai harga yang tidak ditawarkan oleh penjual dan pembeli

saingan, unsur-unsur monopoli, harga tradisionil dan sebagainya. Untuk menghindari

resiko ketidakpastian yaitu memperhitungkan pengeluaran biaya, penggunaan waktu

(musiman), selera konsumen serta perubahan tekhnologi baik sekarang maupun

dimasa yang akan datang.

2.3. Pengembangan Wilayah

Pada hakekatnya pengembangan (development) merupakan upaya untuk

memberi nilai tambah dari apa yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas hidup.

Menurut Alkadri dalam buku Tiga Pilar Pengembangan Wilayah (1999)

pengembangan lebih merupakan motivasi dan pengetahuan daripada masalah

kekayaan. Tetapi bukan berarti bahwa kekayaan itu tidak relevan. Pengembangan

juga merupakan produk belajar, bukan hasil produksi, belajar memanfaatkan

kemampuan yang dimiliki bersandar pada lingkungan sekitar untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Pada dasarnya proses pengembangan itu juga merupakan proses

(36)

hidup meningkat, akan dipengaruhi oleh instrument yang digunakan. Mengacu pada

filosofi dasar tersebut maka pengembangan wilayah merupakan upaya

memberdayakan stakeholders (masyarakat, pemerintah, pengusaha) di suatu wilayah,

terutama dalam memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungandi wilayah tersebut

dengan instrumen yang dimiliki atau dikuasai, yaitu teknologi. Pengembangan

wilayah merupakan upaya mengawinkan secara harmonis sumber daya alam, manusia

dan teknologi dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan itu sendiri.

Wilayah merupakan unit geografis dengan batas-batas tertentu di mana

bagian-bagiannya saling bergantung satu sama lain secara fungsional. Secara umum

pusat/inti berfungsi antara lain: (a) tempat pemusatan pemukiman atau penduduk,

(b) pemusatan industri (c) tempat pemasaran bahan-bahan mansion dan (d) tempat

pemusatan sarana-sarana pelayanan. Daerah bagian belakang (hinterland) berfungsi

sebagai tempat proses bahan mentah dan sebagai tempat pemasaran produk-produk

industri (Sunyoto, 1998).

Pengembangan wilayah dapat diartikan pelaksanaan pembangunan nasional

di suatu wilayah yang disesuaikan dengan kemampuan fisik dan sosial wilayah serta

menghormati peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk wilayah pedesaan

yang selalu identik dengan petani dan kemiskinan maka dibutuhkan pembangunan

di sektor pertanian. Pembangunan pertanian yang berhasil adalah jika terjadi

pertumbuhan produksi pertanian yang tertinggi dan sekaligus terjadi perubahan

(37)

Suryana (1998), menyatakan bahwa pengembangan agribisnis pada konsepsi

pembangunan pertanian yang modern dan kompetitif pada daerahnya berdasar pada

upaya untuk menumbuhkan sistem agribisnis yang terpadu dan utuh yaitu dengan

menghadirkan seluruh kegiatan dalam sistem agribisnis pada suatu wilayah

pengembangan. Menghadirkan di sini memiliki pengertian baik secara fisik ataupun

keterjangkauan untuk mengembangkan suatu usaha pertanian secara utuh.

Suatu pembangunan pertanian berhasil jika didukung oleh penyediaan

sarana-sarana produksi yang memadai, adanya sistem transportasi dan organisasi pemasaran

yang baik. Dengan tersedianya sarana produksi pertanian dan dialokasikan dengan

baik, maka produktivitas hasil pertanian menjadi tinggi sehingga pendapatan petani

meningkat di samping menyumbangkan devisa negara.

Pembangunan wilayah adalah usaha untuk mengembangkan dan

meningkatkan hubungan interdependensi dan interaksi antara sistem ekonomi

(economic system), manusia atau masyarakat (social system) dan lingkungan hidup

serta sumber-sumber daya alamnya (ecosystem). Konsepsi pembangunan regional

selain menjamin keserasian pembangunan antar daerah, akan menjembatani pula

hubungan rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah.

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang terkait dengan agribisnis tanaman hias antara lain

(i) Rahmat (2002) dalam penelitiannya yang berjudul Perspektif Pengembangan

(38)

pertumbuhan baru sektor pertanian baik sebagai sumber devisa maupun sumber

pendapatan petani dan penyerapan tenaga kerja pertanian. Hal ini dapat dilihat dari

potensi pasar domestik maupun pasar ekspor (ii) dalam penelitiannya Analisis

Kelayakan Usaha Komoditi Tanaman Hias Bunga Potong Non Anggrek, Arini

Agustini (1999) menyatakan bahwa kuantitas penjualan berpengaruh positif terhadap

tingkat keuntungan yang diperoleh pedagang bunga potong non Anggrek.

2.5. Kerangka Pemikiran

Agribisnis adalah suatu konsep yang utuh terdiri dari proses produksi,

mengolah hasil dan pemasaran. Kegiatan agribisnis merupakan suatu rangkaian

kegiatan sub sistem berupa penyediaan sarana produksi, usaha tani, pengolahan serta

pemasaran. Di mana keseluruhan sub sistem dan pelaksanaannya ditunjang oleh

kegiatan jasa yang dapat berupa jasa transportasi ataupun jasa keuangan. Pengusaha

tanaman hias yang berlokasi di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru

melakukan kegiatan agribisnis ini.

Kegiatan agribisnis yang dijalankan pengusaha terdiri dari serangkaian

perlakuan terhadap tanaman komoditi. Rangkaian kegiatan tersebut terdiri atas

penyediaan sarana produksi yaitu penyediaan modal, tenaga kerja, lahan komoditi

dan manajemen usaha. Pengusaha melakukan usahatani yang terdiri dari penanaman,

pembibitan serta perawatan tanaman. Pemasaran tanaman hias itu sendiri telah

(39)

Kegiatan agribisnis dapat berjalan dengan baik karena adanya jasa penunjang

yaitu berupa jasa transportasi. Seluruh rangkaian kegiatan agribisnis dilakukan

dengan harapan untuk dapat meningkatkan mutu ataupun kualitas tanaman sehingga

harga jual tanaman dapat terdongkrak naik yang pada akhirnya dapat mempengaruhi

pendapatan mereka.

Pendapatan usaha tani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya

atau dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total

dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor atau penerimaan total adalah nilai produksi

komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi. Biaya

produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh

perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang

akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan

tersebut.

Apabila jumlah faktor produksi yang digunakan selalu berubah-ubah, maka

ongkos produksi yang dikeluarkan juga berubah-ubah nilainya. Jika jumlah suatu

faktor produksi yang digunakan adalah tetap, maka ongkos produksi yang

dikeluarkan untuk memperolehnya adalah tetap nilainya.

Pada dasarnya pengembangan wilayah adalah merupakan upaya untuk

memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah dan

menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah

sangat diperlukan karena kondisi sosial, ekonomi, budaya dan geografis yang sangat

(40)

wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi dan permasalahan wilayah yang

bersangkutan.

Apabila memandang suatu wilayah minimal ada tiga komponen wilayah yang

perlu diperhatikan, yaitu: sumber daya alam, sumber daya manusia, dan tekhnologi,

selanjutnya disebut tiga pilar pengembangan wilayah. Pengembangan wilayah

merupakan interaksi antara tiga pilar pengembangan wilayah. Suatu wilayah yang

mempunyai sumber daya yang cukup kaya dan sumber daya manusia yang mampu

memanfaatkan dan mengembangkan tekhnologi akan cepat berkembang

dibandingkan wilayah lainnya.

Untuk memudahkan dan mengarahkan penelitian ini maka disusun skema

(41)

Harga tanaman hias:

- Biaya

- Selera pasar Kegiatan agribisnis terdiri

dari:

Gambar 2.3. Skema Kerangka Berpikir

Hipotesis:

1. Modal, tenaga kerja, pengalaman, dan kemampuan pengusaha untuk

melakukan ekspektasi selera pasar berpengaruh positif dan nyata terhadap

pendapatan pengusaha tanaman hias.

4. Kontribusi usaha agribisnis tanaman hias terhadap pengembangan wilayah

di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang terdiri atas

(42)

infrastruktur, membuka peluang kesempatan kerja serta peningkatan pada

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada 2 (dua) desa yang terdapat di Kecamatan Tanjung

Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

terhadap kedua desa meliputi: Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru.

Pemilihan lokasi penelitian pada kedua desa tersebut dengan ketentuan bahwa

dijumpai pengusaha yang bergerak dalam bidang usaha agribisnis tanaman hias.

Pengusaha yang lokasi usahanya berada di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari

Baru berjumlah total sebanyak 350 buah nursery.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Untuk

mengumpulkan kedua jenis data digunakan 3 macam teknik, yaitu:

1. Wawancara, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara meminta

keterangan melalui daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

2. Pencatatan, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mencatat data

yang telah ada pada dinas maupun instansi terkait dengan penelitian.

3. Observasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati

(44)

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pengusaha

sampel. Wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner)

yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari literatur, tulisan

ilmiah, buku, dan dinas instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian seperti

BPS, Kantor Kepala Desa dan Kantor Kecamatan.

Tabel 3.1. Jenis dan Sumber Data

No Data Jenis Data Sumber Data

1. Gambaran Umum Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru

Sekunder Kantor Camat,

Kelurahan, BPS

2. Identitas pedagang tanaman hias Primer Survey/kuisioner

3. Usahatani agribisnis tanaman hias Primer Survey/kuisioner

4. Jumlah produksi tanaman hias Primer Survey/kuisioner

5. Sub sistem penunjang yang tersedia Primer Survey/kuisioner

6. Sektor informal yang terkait dengan usaha

agribisnis tanaman hias

Primer Survey/kuisioner

7. Pengembangan wilayah (PAD, kesempatan

kerja, infrastruktur dan sektor lain)

Primer Survey/kuisioner

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi penelitian terdiri dari para pengusaha agribisnis tanaman hias yang

usahanya berlokasi di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru.

Tabel 3.2. Banyaknya Pengusaha Agribisnis Tanaman Hias

No Desa Pengusaha (Orang) Sampel (Orang)

1. Bangun Sari 228 23

2. Bangun Sari Baru 122 12

(45)

3.3.2. Penentuan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah secara random sampling.

Teknik random sampling ini digunakan karena populasi yang terdapat di lokasi

penelitian adalah homogen. Arti homogen adalah setiap pedagang yang berlokasi

di Desa Bangun Sari dan Bangun Sari Baru mempunyai kesempatan yang sama

sebagai sampel.

Sampel yang digunakan sebanyak 23 orang untuk pengusaha di Desa Bangun

Sari dan 12 orang pengusaha di Desa Bangun Sari Baru sehingga total sampel

sebanyak 35 orang. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) yang

menyatakan sampel dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung

setidak-tidaknya dari:

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini

menyangkut banyak sedikitnya dana.

3.4. Metode Analisis Data

a. Untuk menjawab perumusan masalah (1) dilakukan dengan menggunakan

metode Regresi Linear Berganda, dengan persamaan:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4D + e

Di mana:

Y = Pendapatan pengusaha (Rp)/bulan

β0 = Konstanta

(46)

X1 = Modal (Rp)

X2 = Tenaga Kerja (HKP)

X3 = Pengalaman (Tahun)

D = 1 = Pengusaha mampu untuk melakukan ekspektasi selera pasar = 0 = Pengusaha tidak mampu untuk melakukan ekspektasi selera

pasar

e = Term Error

Dengan kriteria uji : Terima H1, tolak H0 jika t hit > t tabel (0,05)

Terima H0, tolak H1 jika t hit < t tabel (0,05)

b. Untuk menjawab perumusan masalah (2) dilakukan dengan menggunakan analisis

deskriptif yang akan menganalisis seberapa besar kontribusi yang diberikan usaha

agribisnis tanaman hias terhadap pengembangan wilayah dilihat dari Pendapatan

Asli Daerah (PAD), penciptaan peluang kesempatan kerja, infrastruktur dan

pengembangan sektor-sektor usaha yang lain.

3.5. Batasan Operasional

1. Pengusaha dalam penelitian ini adalah pengusaha tanaman hias yang usahanya

berlokasi di Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru.

2. Agribisnis adalah usaha-usaha atau kegiatan yang terkait erat dengan produksi

(farm production) yaitu pengadaan input produksi (agro input), kegiatan

pengolahan (processing) hasil dan pemasaran hasil.

3. Pendapatan adalah penerimaan dari hasil penjualan produksi dikurangi biaya

(47)

4. Tenaga kerja adalah pencurahan atau pemakaian tenaga kerja yang digunakan

dalam mengelola usaha tani tanaman hias dengan menggunakan tenaga kerja

keluarga atau luar keluarga (HKP).

5. Modal meliputi segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia dan digunakan

untuk memproduksi barang-barang dan jasa yang mereka butuhkan. Diukur

dalam satuan rupiah (Rp).

6. Pengalaman kerja seseorang akan menentukan tingkat atau ketrampilannya.

Semakin berpengalaman seseorang dalam suatu bidang pekerjaan maka

ketrampilannya dalam pekerjaan tersebut akan semakin tinggi. Diukur dalam

satuan tahun (Thn).

7. Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh pengusaha

untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan

digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan. Diukur

dalam satuan rupiah (Rp).

8. Harga jual adalah harga tanaman hias yang ditentukan dengan menambahkan

biaya yang dikeluarkan dengan laba yang diinginkan diukur dalam satuan

rupiah (Rp).

9. Jumlah produksi adalah jumlah tanaman hias yang dihasilkan dari kegiatan

agribisnis yang dilakukan dalam suatu periode tertentu, diukur dalam satuan

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

4.1.1. Letak Geografis

Kecamatan Tanjung Morawa merupakan salah satu kecamatan di daerah

Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 131,75 Km2

atau 13,175 Ha. Secara geografis wilayah Kecamatan Tanjung Morawa terletak

di 03030’ sampai dengan 11060’ Lintang Utara dan 98046’ sampai dengan 103083’

Bujur Timur. Memiliki suhu udara rata-rata 230 – 330 Celcius.

Jarak kantor kecamatan dengan ibukota kabupaten 12 Km, sedangkan jarak

kantor kecamatan dengan ibukota propinsi adalah 16 Km. Secara administrasi

Kecamatan Tanjung Morawa berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kecamatan Batang Kuis dan Kecamatan Beringin.

Sebelah Selatan : Kecamatan STM Hilir.

Sebelah Barat : Kecamatan Patumbak, Percut Sei Tuan dan Kota Medan.

Sebelah Timur : Kecamatan Lubuk Pakam dan Kecamatan Pagan Merbau.

4.1.2. Kependudukan

Kecamatan Tanjung Morawa memiliki jumlah penduduk 175.703 jiwa yang

terdiri dari 88.272 laki-laki, dan 87.431 perempuan dengan jumlah rumah tangga

(49)

adalah warga negara Indonesia yang sebahagian besar berasal dari suku atau etnis

Jawa, Melayu, Toba, Karo, Simalungun, Tapsel, Minang, Banjar, Aceh dan lainnya.

Agama yang dianut adalah Islam, Protestan, Katholik, Budha dan Hindu. Untuk

mengetahui distribusi luas wilayah dan kepadatan penduduk di Kecamatan Tanjung

Morawa dapat dilihat pada Tabel 4.1:

Tabel 4.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Tanjung Morawa

No Desa/Kelurahan Luas Desa

(Km)

9. Tanjung Morawa Pekan 0.50 7878 15756

10. Tanjung Morawa A 3.07 11949 3892

11. Limau Manis 8.11 15810 1949

12. Ujung Serdang 3.93 3262 830

13. Bangun Sari 6.61 14748 2231

14. Bangun Sari Baru 6.53 6046 926

15. Buntu Bedimbar 3.00 15880 5293

16. Telaga Sari 2.00 5631 2816

17. Dagang Kelambir 1.25 3177 2542

18. Tanjung Morawa B 6.00 15289 2548

19. Tanjung Baru 5.07 8230 1623

20. Punden Rejo 1.10 2350 2136

21. Tanjung Mulia 1.57 1666 1061

22. Pardamean 4.06 5061 1247

23. Wonosari 7.14 10510 1472

24. Dalu Sepuluh A 4.90 5803 1184

25. Dalu Sepuluh B 10.00 5567 557

26. Penara Kebun 5.53 388 70

Jumlah 131.75 175703 1334

(50)

Dari Tabel 4.1 menunjukkan bahwa desa yang paling luas adalah Desa Sei

Merah, dan yang paling banyak penduduknya adalah Desa Buntu Bedimbar.

Jumlah tenaga kerja yang bekerja berdasarkan lapangan pekerjaan menurut

desa di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada Tabel 4.2:

Tabel 4.2. Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Menurut Desa di Kecamatan Tanjung Morawa

No Desa/Kelurahan Tani Indus

tri

Sumber: BPS, Kecamatan Tanjung Morawa dalam Angka, 2008.

Dari Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sektor industri dan tani merupakan jenis

(51)

4.1.3. Prasarana Perhubungan

Prasarana perhubungan (jalan) sebagai urat nadi perekonomian suatu wilayah

terlihat sudah memadai di Kecamatan Tanjung Morawa. Panjang jalan di Kecamatan

Tanjung Morawa tersebut dapat terlihat pada Tabel 4.3:

Tabel 4.3. Panjang Jalan Berdasarkan Jenis Permukaannya di Kecamatan Tanjung Morawa

No Desa/Kelurahan Aspal

(Km)

(52)

Dari Tabel 4.3 menunjukkan bahwa prasarana jalan yang terdapat pada daerah

penelitian, untuk jalan yang diaspal dan diperkeras merupakan yang terpanjang dari

seluruh desa di Kecamatan Tanjung Morawa. Hal ini, dapat dimaklumi karena daerah

Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru merupakan sentral usaha tani tanaman

hias, yang mana jalan merupakan syarat mutlak untuk alur mobilitas perdagangannya.

4.1.4. Prasarana Ekonomi

Prasarana ekonomi di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada Tabel

4.4:

Tabel 4.4. Prasarana Ekonomi yang Terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa

No Jenis Prasarana Ekonomi Jumlah (Unit)

1. Bank 3

2. BPR 4

3. Pengadaian 1

4. Pasar Desa/Kelurahan 6

5. Toko 286

6. Kios 393

7. Warung 519

Sumber : BPS, Kecamatan Tanjung Morawa dalam Angka, 2008

Dari Tabel 4.4 menunjukkan bahwa prasarana ekonomi yang terdapat

(53)

4.1.5. Sarana Sosial Budaya

Sarana sosial budaya di Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada Tabel

4.5:

Tabel 4.5. Sarana Sosial Budaya yang Terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa

No Jenis Sarana Sosial Budaya Jumlah (Unit)

Sarana Pendidikan

TK (Taman Kanak-kanak) 16

SD (Sekolah Dasar) 68

SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) 19

1.

SMU (Sekolah Menengah Umum) 23

Sarana Keagamaan

Sumber: BPS, Kecamatan Tanjung Morawa dalam Angka, 2008.

Dari Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana di Kecamatan

Tanjung Morawa sudah berkembang dengan baik. Sarana pendidikan telah tersedia

dari tingkat TK sampai dengan SMU. Untuk pendidikan tingkat Perguruan Tinggi

masyarakat Tanjung Morawa dapat meneruskan di daerah Medan yang letaknya tidak

terlalu jauh dari Kecamatan Tanjung Morawa.

Sarana kesehatan di Kecamatan Tanjung Morawa terdiri atas rumah sakit dan

instansi kesehatan lainnya, telah tersedia dalam jenis bidang sarana kesehatan yang

(54)

4.1.6. Sarana Pemerintahan

Untuk mengarahkan roda pemerintahan yang baik dibutuhkan sarana

pemerintahan yang memadai, dan hal tersebut telah cukup terpenuhi di Kecamatan

Tanjung Morawa. Mengenai sarana pemerintahan dapat dilihat pada Tabel 4.6:

Tabel 4.6. Sarana Pemerintahan yang Terdapat di Kecamatan Tanjung Morawa

No Jenis Prasarana Ekonomi Jumlah (Unit)

1. Kantor Kecamatan 1

2. Kantor Desa 12

3. Balai Desa 1

Sumber: BPS, Kecamatan Tanjung Morawa dalam Angka, 2008.

Dari Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sarana pemerintahan telah memadai. Hal

ini, ditandai dengan tiap-tiap desa telah memiliki kantor Kepala Desa dan terdapat 1

Balai Desa yang digunakan oleh masyarakat untuk berkumpul dan mengadakan rapat.

4.2. Karakteristik Pengusaha Sampel

4.2.1. Umur Pengusaha Sampel

Berdasarkan penelitian ini, usia yang dimaksud adalah umur pengusaha

(sampel) pada saat penelitian dilakukan, usia petani bervariasi yaitu antara 25 sampai

dengan 60 tahun dengan rata-rata 43,17 tahun atau 43 tahun (Lampiran 2). Usia

(55)

Tabel 4.7. Karakteristik Pengusaha Menurut Kelompok Usia

Sumber: Data primer, 2009.

Dari Tabel 4.7 menunjukkan bahwa golongan usia pengusaha yang terbesar

adalah berusia antara 36-45 tahun yaitu sebanyak 22 pengusaha atau sebesar 62,86%

dari total jumlah pengusaha sampel, sedangkan yang terkecil berusia 25-35 tahun

yaitu sebanyak 1 orang atau sebesar 2,86%.

4.2.2. Pendidikan

Pendidikan yang dimaksud adalah jenjang pendidikan formal yang pernah

diikuti oleh pengusaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenjang pendidikan

pengusaha bervariasi dari yang tidak sekolah sampai pada tingkat S1 (Lampiran 2).

Tabel 4.8 menyajikan jenjang pendidikan pengusaha di Kota Medan.

Tabel 4.8. Jenjang Pendidikan Pengusaha

No Tingkat

Pendidikan Jumlah Sampel Persentase (%)

1. Tidak Sekolah 1 2,86

(56)

Dari Tabel 4.8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pengusaha yang

terbesar adalah tamatan SLTA yaitu sebanyak 17 orang atau sebesar 48,6% dari total

jumlah pengusaha sampel, sedangkan yang terkecil tidak tamat sekolah yaitu

sebanyak 1 orang atau sebesar 2,86%.

4.2.3. Pengalaman Pengusaha Menekuni Usahatani

Pengalaman bertani yang dimaksudkan adalah lamanya pengusaha menekuni

usaha tanaman hias. Pengalaman berusaha para pengusaha bervariasi seperti

dirangkum pada Tabel 4.9:

Tabel 4.9. Pengalaman Pengusaha Menekuni Usahatani

No Pengalaman (Tahun)

Jumlah

Sampel Persentase (%)

1. 5-10 29 82,86

2. 11-15 2 5,7

3. 15-20 4 11,43

Total 35 100

Sumber: Data Primer, 2009.

Dari Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pengalaman pengusaha dalam menekuni

usahatani tanaman hias sebagian besar adalah antara 5 sampai dengan 10 tahun yaitu

sebanyak 29 orang atau sebesar 82,86% dari total jumlah pengusaha sampel,

sedangkan paling sedikit adalah 15 atau 20 tahun sebanyak 4 pengusaha atau sebesar

(57)

4.3. Analisis Usahatani Tanaman Hias

4.3.1. Identitas Usahatani

Usahatani tanaman hias adalah suatu jenis usaha pertanian yang banyak

diusahakan oleh penduduk Desa Bangun Sari dan Desa Bangun Sari Baru. Sistem

pengusahaan dilaksanakan dalam kegiatan agribisnis yang artinya pedagang

menjalankan kegiatan-kegiatan subsistem dari hilir ke hulu.

Untuk memudahkan dan mengarahkan penjelasan mengenai sistem agribisnis

yang dijalankan oleh pengusaha maka disusun skema usahatani tanaman hias pada

Gambar 4.1:

PENYEDIAAN SAPRODI : - Modal

- Lahan - Tenaga Kerja

- Komoditi (Tanaman Hias) - Toko Penyediaan Sarana

Produksi

Sub Sistem Pendukung : - Transportasi

- Lembaga Keuangan

PENDAPATAN

AGRIBISNIS

Sumber: Soekartawi (2005), dimodifikasi.

(58)

Berikut ini adalah uraian tentang aspek budidaya usahatani tanaman hias

di daerah penelitian:

4.3.1.1. Penyediaan sarana produksi

Bahan baku tanaman merupakan salah satu faktor produksi yang sangat

dibutuhkan dalam kelangsungan suatu usaha tanaman hias. Apabila penyediaan bahan

baku terhenti, akan menyebabkan terhambatnya kegiatan usaha. Kegiatan usaha

menjadi terhambat karena perbanyakan tanaman membutuhkan waktu dalam

pengelolaannya. Jeda waktu pengelolaan yang lama dapat menyebabkan larinya

konsumen ke pengusaha lain. Kejadian tersebut dapat mengurangi pendapatan

pengusaha.

Berikut ini adalah sarana produksi yang akan diteliti:

a. Modal

Pada dasarnya rata-rata pengusaha tanaman hias memulai usahanya dengan

menggunakan uang sendiri. Ada beberapa hal yang menyebabkan pengusaha lebih

senang untuk menggunakan modal dari uang mereka sendiri daripada meminjam

bank atau ke orang lain. Alasan tersebut adalah:

1) Usaha tanaman hias dapat dimulai dari skala kecil.

Karakteristik usahatani tanaman hias sedikit berbeda dari usaha pertanian atau

usaha agribisnis lain. Usaha tanaman hias dapat dimulai dari skala kecil terlebih

dahulu yaitu dengan menggunakan lahan yang sempit. Pada umumnya, para

pengusaha memulai usahanya dari pekarangan rumah mereka sendiri. Penggunaan

(59)

menyewa lahan dari orang lain. Hal ini dapat menekan biaya yang harus dikeluarkan

untuk lahan, karena itu biaya yang dikeluarkan masih bisa dijangkau oleh uang

simpanan mereka.

2) Pembelian bahan baku dapat dilakukan secara bertahap.

Pembelian bahan baku produksi pada saat pengusaha memulai usahanya tidak

dalam jumlah besar serta jenis yang bermacam-macam. Pengusaha melihat kearah

mana minat pembeli. Pengusaha pada mulanya hanya mengusahakan tanaman yang

memang sedang trend di pasaran. Hal ini menyebabkan modal yang mereka

keluarkan dapat ditekan dan modal tersebut juga dapat diputar untuk

mengembangkan usahanya.

3) Para pengusaha telah berusaha tani sejak lama.

Rata-rata pengusaha telah berusahatani sejak 10 tahun yang lalu, di mana pada

saat itu harga-harga masih stabil. Pada masa 10 tahun yang lalu harga tidak sering

berfluktuasi dengan tajam, terutama untuk bahan baku tanaman hias. Fluktuasi harga

tidak terjadi pada harga tanaman hias, disebabkan tanaman hias bukanlah suatu

kebutuhan primer. Rata-rata pengusaha memulai dengan modal Rp 3.037.143,-

(Lampiran 3).

4) Birokrasi bank yang berbelit-belit.

Peminjaman modal dari bank memiliki syarat-syarat tertentu. Salah satu

syarat tersebut adalah calon pengusaha harus mampu memberikan suatu agunan baik

itu berupa rumah, tanah ataupun usahataninya tersebut. Pengusaha pada saat memulai

(60)

Syarat yang berbelit-belit dan lamanya pengurusan peminjaman modal dari

bank menyebabkan calon pengusaha enggan untuk menjadikan bank tempat

meminjam modal usaha.

5) Usaha tani yang turun temurun.

Pengusaha memilih untuk menggunakan modal sendiri adalah dikarenakan

usaha ini telah turun temurun. Usahatani tanaman hias relatif telah stabil, baik dari

manajemen maupun keuangan. Modal yang digunakan untuk pengembangan usaha

diperoleh dari keuntungan penjualan tanaman hias.

Modal pengusaha digunakan untuk lajunya usahatani. Modal tersebut salah

satunya dipergunakan untuk membeli berbagai macam sarana produksi yang terdiri:

1. Pupuk (kompos, kandang, NPK),

2. Pestisida (Antracol, Matador),

3. Bibit tanaman,

4. Peralatan pertanian (cangkul, grobak sorong, sparayer, pompa),

5. Perlengkapan usahatani (rak, pondok).

Pengusaha mengeluarkan biaya untuk pembelian pupuk, rata-rata sebesar

Rp 114.000,-/pickup, kompos Rp 5.318,-/goni, Urea Rp 5.000,-/Kg dan NPK

Rp 11.300, Pedagang saprotan setiap minggu datang untuk mengantar pupuk tersebut

kepada pengusaha. Pengusaha juga dapat memesan pupuk lebih dahulu di toko-toko

yang menjual sarana produksi baik di sekitar lokasi usahatani ataupun di Tanjung

(61)

Jenis pestisida yang sering digunakan oleh pengusaha adalah jenis Antracol

seharga Rp 42.000,-/botol dan Matador seharga Rp 45.000,-/botol. Pengusaha

memperoleh pestisida dengan membeli dari agen atau toko yang menjual sarana

produksi baik di daerah sekitar lokasi usahatani ataupun di Tanjung Morawa

(Lampiran 5).

Rak maupun pondokan sangat diperlukan dalam usahatani tanaman hias untuk

menjaga kualitas tanaman, untuk memperindah lokasi usaha, dan tempat beristirahat

pekerja. Rak atau pondokan dapat dibuat sendiri ataupun dengan memesan pada

tukang pembuat rak atau pondokan. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk membuat

pondokan sebesar Rp 1.396.970,-/pondok dan rak sebesar Rp 383.333,-,/rak

(Lampiran 6).

Biaya penyusutan pondokan dan rak biasanya selama 5 tahun atau 1/60 dari

biaya pembuatan yang dikeluarkan. Peralatan pertanian biasanya telah dimiliki oleh

pengusaha pada awal pendirian usahanya, hal ini dimaklumi karena peralatan

memiliki ketahanan yang lebih lama daripada pupuk atau pestisida yang

pemakaiannya hanya sekali periode (baik per sekali masa tanam ataupun per bulan).

Biaya yang dikeluarkan untuk membeli peralatan usaha tani rata-rata

Rp 310.857,-/pengusaha (Lampiran 7). Peralatan memiliki biaya penyusutan yang

dihitung tiap tahunnya sebesar 1/12 harga pembelian peralatan.

b. Lahan

Penelitian menunjukkan bahwa dalam usahatani tanaman hias, luas lahan

(62)

bervariasi, mulai dari pekarangan rumah sampai dengan memiliki lahan tersendiri

yang memang diperuntukkan sebagai tempat pembudidayaan tanaman hias.

Pengusaha mengukur luas lahan dengan ukuran rante, di mana 1 rante 400 m2

sedangkan 1 rante 0,25 Ha. Lahan yang dimiliki oleh pengusaha rata-rata 0,24 Ha.

Kontur lahan rata-rata datar (Lampiran 8).

Dilihat dari kepemilikan lahan, status lahan terbagai atas 2 yaitu lahan sewa

dan lahan milik sendiri. Jika lahan yang dimiliki pengusaha adalah lahan sewa maka

penyewa diwajibkan untuk membayar uang sewa setiap tahunnya. Besarnya uang

sewa tergantung kepada luas lahan yang disewa serta lokasi lahan yang disewa.

Rata-rata uang sewa yang dibayarkan Rp 1.500.000,- untuk tiap 1 Ha lahan yang

disewakan (Lampiran 8).

Lahan merupakan lahan sendiri ketika pengusaha membeli lahan dari pemilik

sebelumnya dengan harga yang telah disepakati atau lahan tersebut merupakan lahan

turun temurun yang dimiliki oleh pengusaha. Jumlah pengusaha yang banyak serta

lokasi usaha yang telah dikenal sebagai pusat tanaman hias menyebabkan persaingan

untuk membeli lahan cukup ketat.

Pemilihan lokasi lahan yang akan dibeli atau disewa biasanya dipilih yang

berdekatan dengan tempat usaha. Pertimbangan pemilihan letak lokasi dekat dengan

tempat usaha adalah dapat menghemat waktu, uang serta tenaga. Di dalam usaha

tanaman hias bisa dikatakan bahwa semakin luas lahan yang dimiliki, maka semakin

Gambar

Tabel 1.1. Perkembangan Produksi Tanaman Hias di Indonesia
Gambar 2.1. Bagan Agribisnis
Gambar 2.2. Alur Faktor Produksi-Pendapatan dalam Usaha Tani
Gambar 2.3. Skema Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Contamination of Heavy Metals of Rice Paddy Soils of Tanjung Morawa B Village, Tanjung Morawa Subdistrict, District of Deli Serdang.. ( Pencemaran Logam Berat pada Tanah Sawah di

Hasil penelitian menunujukkan bahwa efisiensi penggunaan input usahatani padi sawah di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang pada satu musim tanam terakhir

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bentuk Penyajian dan Fungsi Musik Campursari Pada Pernikahan Etnis Jawa di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli

Dari hasil analisis regresi faktor-faktor produksi pada usahatani padi sawah di desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, penggunaan pupuk

Berdasarkan hasil penelitian yang ditampilkan dalam tabel 4.13, berdasarkan usia perkawinan di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2016

“Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Akseptor KB Dalam Memilih Alat Kontrasepsi IUD di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012”.. Dalam penyusunan

Hasil penelitian menunujukkan bahwa efisiensi penggunaan input usahatani padi sawah di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang pada satu musim tanam terakhir

Sebelumnya, Kecamatan Medan Johor bersama dengan Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Patumbak dan Kecamatan Deli Tua termasuk ke dalam Kabupaten Deli Serdang. Dan sejak