• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

6 Kemiringan Lahan

3.3.6 Analisis Vegetas

Menurut Indriyanto (2006), analisis vegetasi merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua spesies tumbuhan yang menempati suatu habitat. Untuk melihat gambaran habitat yang dilakukan SMA dengan cara menganalisis vegetasi menggunakan lima petak contoh berukuran 20 m x 20 m yang ditempatkan secara acak pada masing-masing habitat yaitu di Core Habitat dan Edge Habitat.

Parameter yang diamati terdiri dari diameter batang, tinggi pohon serta jumlah individu dan jenis pohon. Pengukuran diameter batang (Dbh) dilakukan pada ketinggian 1,3 meter atau 20 cm di atas akar papan jika akar papan lebih tinggi dari 1,3 meter (Loetch et al. 1973). Menurut Husch et al.(2003), diameter merupakan salah satu peubah pohon yang mempunyai arti penting dalam pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan pengelolaan. Rekaman

hasil pengukuran dicatat dalam tally sheet yang telah disiapkan dimulai dari fase pohon, tiang, pancang hingga fase semai.

Berdasarkan stratifikasi penggunaan ruang pada profil hutan maupun penyebaran secara horizontal pada berbagai tipe habitat, menunjukkan adanya kaitan yang erat antara raptor dengan lingkungan hidupnya terutama dalam pola adaptasi dan strategi untuk memperoleh sumber pakan (Peterson 1980). Penjelasan tentang masing-masing struktur vegetasi adalah sebagai berikut:

a. Pohon

Tumbuhan dengan diameter lebih dari 20 cm. Ukuran petak (kuadran) untuk pengukuran pohon adalah 20 x 20 meter.

b. Tiang

Tumbuhan dengan diameter antara 10 - 20 cm. Pengukuran dilakukan pada petak subkuadran berukuran 10 x 10 meter.

c. Pancang

Pancang adalah regenerasi pohon dengan ukuran lebih tinggi dari 1,5 meter serta diameter batang kurang dari 10 cm. Ukuran petak pengamatan yang digunakan untuk pengukuran pancang ini adalah 5x5 meter.

d. Semai atau anakan

Anakan pohon adalah regenerasi awal dari pohon dengan ukuran ketinggian kurang dari 1,5 meter. Ukuran petak yang digunakan untuk pengukuran anakan adalah 2x2 meter. Contoh petak pengamatan yang menggunakan metode Jalur Berpetak pada Gambar 3.10. Sedangkan pada Gambar 3.11 merupakan letak titik petak pengamatan untuk analisis vegetasi yang dilakukan.

e. Semak dan tumbuhan bawah

Tumbuhan bawah adalah semua tumbuhan yang hidup di lantai hutan kecuali regenerasi pohon (anakan dan pancang). Beberapa tumbuhan bawah diantaranya adalah: (1) keluarga palma. jika tingkatan pohon dewasanya lebih tinggi dari 1,5 meter; (2) pandan. tidak ada kategori untuk jenis tumbuhan bawah ini: (3) pakupakuan: dan (4) semak atau herba lainnya. Ukuran petak yang digunakan untuk pengukuran anakan adalah 2x2 meter

Gambar 3.10 Contoh petak pengamatan yang menggunakan metode Jalur Berpetak

Menurut Orians (1969), faktor lain yang menentukan keanekaragaman jenis raptor pada suatu habitat adalah kerapatan kanopi. Habitat yang mempunyai kanopi yang relatif terbuka akan digunakan oleh banyak jenis raptor untuk melakukan aktivitasnya, dibandingkan dengan habitat yang rapat dan tertutup.

Penyebaran vertikal pada jenis-jenis raptor dapat dilihat dari stratifikasi ruang pada profil hutan. Untuk itu, perlu pengamatan mengenai struktur vertikal dan horizontal tanaman dengan menggunakan plot berukuran 10 x 40 m. Plot akan digambar dalam bentuk profil vertikal dan horizontal (Lampiran 1).Profil Vertikal dibuat dalam bentuk tampak samping dengan memasukkan data posisi pohon dan tiang pada sumbu X, tinggi total, tinggi bebas cabang dan diameter tajuk. Sedangkan profil Horizontal akan dibuat dalam bentuk tampak atas dengan menggunakan data koordinat (X,Y) pohon dan tiang dan diameter tajuk.

Gambar 3.11 Letak titik petak pengamatan untuk analisis vegetasi di core dan edge habitat

g) Indeks Nilai Penting (INP)

Indeks nilai penting (importance value index) adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominasi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan (Soegianto, 1994). Spesies- spesies yang dominan (yang berkuasa) dalam suatu komunitas tumbuhan akan memiliki indeks nilai penting yang tinggi, sehingga spesies yang paling dominan tentu saja memiliki indeks nilai penting yang paling besar.

Menurut Curtis dan Mc.Intosh (1950 dalam Gopal dan Bhardwaj, 1979) telah mengusulkan sebuah indeks yang disebut indeks nilai penting (INP) sebagai jumlah dari kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan luas penutupan relatif. Dengan demikian, indeks nilai penting (INP) dan indeks nilai penting untuk spesies ke-i (INP-i) dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :

INP = KR + FR + CR INP-i = KR-i + FR-i + CR-i Keterangan :

INP : Indeks Nilai Penting INP-i : Indeks Nilai Penting untuk Spesies ke-i KR : Kerapatan Relatif KR-i : Kerapatan Rekatif untuk Spesies ke-i FR : Frekuensi Relatif FR-i : Frekuensi Relatif untuk Spesies ke-i CR : Luas Penutupan Relatif CR-i : Luas Penutupan Relatif untuk Spesies ke-i

a) Jarak rata-rata individu pohon ke titik pengukuran (d) d = d1 + d2 + d3 + d4 + ... + dn

n

b) Kerapatan seluruh spesies (K) K = Luas area

(Jarak rata-rata pohon)

c) Kerapatan seluruh spesies per hektar (K) KR = 10.000m2

(Jarak rata-rata pohon)

d) Kerapatan relatif suatu spesies (KR)

KR = Jumlah individu suatu spesies x 100% Jumlah individu semua spesies pohon

e) Kerapatan suatu spesies (K-i) K-i = KR x L

100

f) Penutupan suatu spesies (C) C = (K-i) x (rata-rata penutupan spesies) g) Penutupan relatif suatu jenis (CR) CR = Penutupan suatu spesies x 100%

Penutupan seluruh spesies h) Frekuensi suatu spesies (F)

F = Jumlah titik ditemukannya suatu spesies Jumlah seluruh titik pengukuran i) Frekuensi relatif (FR)

FR = Frekuensi suatu spesies x 100% Frekuensi seluruh spesies

h) Indeks Keragaman

Keragaman spesies merupakan ciri tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologinya. Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Keanekaragaman spesies juga dapat digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan terhadap komponen- komponennya. (Soegianto 1994). Metode yang dilakukan untuk mengetahui kompleksitas vegetasi dapat digambarkan dengan keragaman yang dihitung dengan metode Shannon-Wiener, yaitu:

Keterangan:

H’ : Indeks Keragaman Shannon-Wiener

Pi : Jumlah individu suatu spesies/jumlah total seluruh spesies Ni : Jumlah individu spesies ke-i

N total : Jumlah total individu

Nilai perhitungan indeks keragam (H’) tersebut menunjukkan bahwa jika: H’>3 : Keragaman spesies tinggi

1<H’<3 : Keragaman spesies sedang H’<1 : Keragaman spesies rendah

Dokumen terkait