• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS WACANA BAHASA GENDER DALAM CERITA RAKYAT JEPANG TANABATA

Dalam dokumen INOVASI PEMBELAJARAN BAHASA DAN BUDAYA JEPANG (Halaman 104-106)

Rahtu Nila Sepni

Sastra Jepang FIB UNAND, queen_nila05@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bentuk gramatikal bahasa gender yang terdapat dalam cerita rakyat Jepang, Tanabata. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tertulis yang terdapat dalam cerita rakyat tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dengan teknik sadap. Teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik simak bebas libat cakap. Analisis data menggunakan metode agih dengan teknik ganti. Penyajian hasil analisis data menggunakan metode formal dan informal. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk verba yang muncul pada data adalah verba 輝くkagayaku (intr), 変わるkawaru (tran), おるoru (intr), かまうkamau (intr), 思うomou (intr), 探すsagasu (tran), 回るmawaru (tran), 選ぶerabu (tran), dan 泣くnaku (intr). Pada cerita ini porsi verba transitif dan intransitif hampir sama banyak. Hal ini tidak dapat mengisyaratkan keberpihakan terhadap perempuan pada cerita tanabata. Kalimat yang terdapat pada data adalah kalimat aktif. Dari 15 data yang ada, terdapat 4 data yang kalimatnya dalam bentuk negatif, sementara sisanya 10 data adalah dalam bentuk positif. Seluruh data sifatnya deklaratif, tidak ada data yang berbentuk pertanyaan. Modalitas yang muncul adalah modalitas epistemik yang menyatakan pertentangan, dan modalitas intensional yang menyatakan ajakan. Pronominal yang muncul Orihime, kemudian ten no kamisama, lalu, hikoboshi, musume, umu dan fuufuu.

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

Berbicara tentang bahasa dan gender, tidak dapat dilepaskan dari sudut pandang sosial. Bagaimna seorang perempuan berbicara, maka dia akan dipandang mewakili kaumnya atau lingkungan sosialnya. Hal yang sudah menjadi stereotype ketika perempuan bicara adalah kelemah lembutan, sopan santun dan mekemukakan sisi feminis dalam pemilihan kata. Apabila ada perempuan yang berbicara dengan mengenyampingkan nilai feminis tadi, maka perempuan tersebut cenderung dipandang sebagai perempuan yang kasar dibanding perempuan yang tegas. Perihal perbedaan bahasa perempuan dan bahasa laki-laki sudah berterima secara umum. Hanya saja, tidak semua bahasa memiliki penanda khusus antara diksi yang digunakan oleh laki-laki ataupun perempuan. Layaknya bahasa Indonesia, kita tidak mengenal adanya perbedaan antara

kata perempuan dan laki-laki. Mungkin perbedaan tersebut hanya berlaku pada kata-kata tertentu saja.

Tanpa adanya pembeda antara bahasa laki-laki dan perempuan, maka posisi premepuyaUntuk melihat ideologi matrilineal dalam cerita rakyat tersebut maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melihat gramatikal dari bahasa yang digunakan. Gramatika sebuah bahasa dapat didefenisikan sebagai sebuah struktur berbahasa seperti kata dan atau frasa yang berkombinasi dalam menghasilkan sebuah kalimat (fowler; 1989:11). Melalui kata-kata yang dipilih dalam menyampaikan sebuah maksud maka dapat dibaca ideologi dibalik penyampaian tersebut. Santoso (2009: 95), dalam bukunya yang bertajuk bahasa perempuan menyatakan bahwa untuk melihat ideologi yang dibawa sebuah bahasa dapat dilihat dari gramatikanya, yang salah satunya adalah pilihan bentuk positif negatif sebagai pembawa ideologi. Kalimat negatif tidak semerta-merta memiliki kekuatan menolak atau menidakkan. Adapula negasi yang manipulatif, yakni membawa maksud tertentu. Seperti pada contoh berikut:

“Tidaklah benar apa yang dikatakannya”.

Contoh di atas merupakan kalimat negatif. Kata bermuatan negasi pada contoh tersebut terletak pada kata tidak. Penyangkalan yang disampaikan penutur adalah, bahwasanya apa yang dikatakan orang ketiga tidak benar. Namun penutur tidak mengatakan “yang dia katakan salah”. Penutur memilih mengedepankan kata bermuatan negasi yaitu tidaklah…apabila dibandingkan antara kalimat positif dan kalimat negatif, maka terasa kekuatan maksud yang berbeda. Mari kita lihat perbandingannya berikut ini:

a. “Tidaklah benar apa yang dikatakannya”. (negatif) b. “Yang dikatakannya salah”. (positif)

Kalimat a. memiliki maksud yang lebih persuasif agar orang yang mendengar tuturan tersebut ikut berpikir bahwa yang disampaikan orang ketiga tersebut tidak benar. Sementara itu, kalimat b, hanya bersifat deklaratif saja, tidak ada nuansa persuasiv yang terasa pada kalimat tersebut.

Dari contoh di atas terlihat bahwa bahasa tidaklah sekedar sarana penyampai pesan, melainkan alat penyebar ideologi. Dalam melakukan pertuturan selalu mengandung maksud yang kadangkala tidak terlihat jelas dari bentuk kata, melainkan dari keseluruhan wacana yang ada. Oleh karena itu, pada penelitian kali ini, akan dilihat bentuk-bentuk gramatika cerita rakyat yang menggambarkan perjuangan matrilinealisme.

1. 2 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Untuk memperoleh penelitian yang runtut dan sistematis, serta tidak melebar keranah yang tidak diinginkan, maka perlu adnya ruang lingkup dan batasan dalam sebuah penelitian. Mengacu pada hal tersebut, maka ruang lingkup dan batasan pada penelitian ini mengenai bahasa matrilineal yang terdapat dalam cerita rakyat yang berkembang di daerah yang bukan menganut azas matrilineal yaitu Negara Jepang.

Bentuk bahasa yang akan diteliti hanya dari segi gramatikalnya saja. Bentuk gramatika yang diduga mampu membawa ideologi matrilinealisme seperti ketransitifan, pronominal persona yang digunakan, kalimat positif-negatif dan lain sebagainya. Bentuk gramatika yang dimaksud dilihat pada sumber data berupa cerita rakyat dengan tanabata. Cerita rakyat ini diambil sebagai sumber data karena dari cerita rakyat, apa yang berkembang secara tradisional yakni dari mulut ke mulut sehingga berkembang menjadi sebuah cerita yang turun menurun tentunya menyimpan nilai- nilai dan kearifan lokal dan tentu saja dapat menyingkap ideologi yang diusung oleh cerita rakyat tersebut.

1. 3 Rumusan Masalah

Untuk mempertegas apa yang akan dijawab dari penelitian, maka diperlukan rumusan masalah yang rinci dan detail, sehingga terlihat apa yang akan dirumuskan melalui penelitian. Rumusan masalah dari penelitian kali ini adalah: Apa saja bentuk gramatikal bahasa matrilineal yang terdapat dalam cerita rakyat tanabata?

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam dokumen INOVASI PEMBELAJARAN BAHASA DAN BUDAYA JEPANG (Halaman 104-106)