KESALAHAN PEMBENTUKAN KALIMAT PASIF BAHASA JEPANG
3. METODOLOGI PENELITIAN
4.4 Kesalahan dalam Pembentukan Yari-Morai (Memberi-menerima)
Tabel (4) berikut menunjukkan contoh kesalahan kalimat pelajar dalam membentuk
kalimat Yari-Morai (memberi-menerima). Sebenarnya, kalimat Yari-Morai berbeda
dengan kalimat pasif (~rareru). Seyogyanya, kalimat Yari-Morai digunakan untuk
menunjukkan ungkapan rasa terima kasih subjek untuk jasa ataupun pemberian yang dia terima. Namun, berdasarkan contoh-contoh kalimat pelajar pada Tabel (4), terlihat bahwa pelajar terpengaruh dengan partikel [di-] dan akhiran [-kan], pada kalimat bahasa Indonesia dan menggunakan bentuk kalimat pasif bahasa Jepang sebagai penerjemahan kalimat bahasa Indonesia tersebut. Hal ini tentu saja mengakibatkan kalimat terjemahan pelajar tersebut terdengar aneh di dalam bahasa Jepang. Kalimat bahasa Indonesia untuk kalimat (no.1, 2 dan 3) menunjukkan rasa terima kasih subjek terhadap ayah, ibu dan gurunya terhadap pemberian, jasa mereka. Tetapi, penerjemahan kalimat tersebut ke dalam bahasa Jepang dengan menggunakan kalimat pasif menyebabkan nuansa terima kasih tersebut menjadi hilang. Sebaliknya, kalimat dalam bahasa Jepang tersebut memberi kesan adanya perbuatan yang tidak meyenangkan yang diterima oleh subjek.
Tabel 4. Contoh Kalimat Kesalahan dalam Pembentukan Yari-Morai (Memberi-Menerima)
No Kalimat bahasa
Indonesia Pelajar Kalimat bahasa Jepang
1 Saya dibelikan mainan oleh ayah
P1 私は父におかしをかわれました。(watashi wa chichi
ni okashi o kawaremashita)
P2
私わいつもの父親におもちゃをあたえられました。
(watashi wa itsumo no chichioya ni omocha o ataeraremashita)
2 Ibu membuatkan saya sup yang pedas
P1 母は私においしいのスプをつくられました。(haha
wa watashi ni oishii no sup o tsukuraremasita)
P2 お母さんはスープをつくられました。(okaasan wa
3 Guru mengajarkan saya banyak ilmu
P1 先生に教えてたくさんもらいました。(sensei ni
oshiete takusan moraimashita)
P2 先生は私にたくさんが知識を教えられた。(sensei wa
watashi ni takusan ga chishiki o oshierareta)
Oleh karena itu, untuk kalimat (no.1,2,dan 3) semestinya menggunakan bentuk kalimat Yari-Morai, seperti: 1. Watashi wa chichi ni omocha o katte moraimashita. 2. Haha ga oishii ryouri o tsukutte kuremashita. 3. Sensei ga chishiki o oshiete kuremashita. Negatif transfer diduga menjadi penyebab kesalahan ini terjadi.
5. RUMUSAN
Secara keseluruhan, penelitian telah mengadaptasi definisi kesalahan pembentukan kalimat pasif bahasa Jepang oleh Ichikawa (2005). Berdasarkan hasil analisis data melalui kalimat-kalimat yang dihasilkan oleh pelajar, bentuk-bentuk kesalahan dalam pembentukan kalimat pasif bahasa Jepang telah diidentifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelajar melakukan kesalahan dalam membentuk kalimat pasif bahasa Jepang yang sesuai dengan aturan penggunaannya. Bentuk-bentuk kesalahan dalam membentuk kalimat pasif bahasa Jepang adalah:
Pertama, pelajar membuat kesalahan dalam merubah bentuk kata kerja pasif bahasa Jepang. Kurangnya pemhaman pelajar dan kurangnya latihan bagaimana untuk merubah kata kerja bentuk pasif ini diduga menjadi penyebab timbulnya kesalahan.
Kedua, kesalahan dalam memilih partikel yang tepat juga menjadi faktor penyebab kesalahan terjadi dalam membentuk kalimat pasif bahasa Jepang. Pelajar tidak memahami dengan baik aturan pembentukan kalimat pasif bahasa Jepang. Pelajar cendrung membuat generalisasi berlebih terhadap patikel yang umum digunakan pada kalimat pasif bahasa Jepang.
Berikutnya, kesalahan dalam menyusun subjek dan objek pelaku di dalam kalimat pasif baahasa Jepang juga menjadi bentuk kesalahan pelajar dalam mengaplikasikan kalimat pasif tersebut. Kecendrungan menerjemahkan kata per kata ke dalam bahasa Jepang menyebabkan timbulnya negatif transfer. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Odlin (1998) yang mengungkapkan ketika sistem aturan di antara bahasa ibu dan bahasa target terdapat perbedaan ataupun tidak sama, maka negatif transfer cendrung akan terjadi.
Terakhir, kurangnya pemahaman mengenai bentuk membentuk Yari-morai bahasa Jepang mempengaruhi pelajar untuk mengunakan kalimat pasif bahasa Jepang pada kalimat yang menunjukkan unngkapan rasa terima kasih terhadap jasa, bantuan seseorang.
Melalui hasil analisis penelitian ini, diharapkan pembelajaran bahasa Jepang di kalangan pembelajar bahasa Jepang Indonesia khususnya mengenai pembelajaran kalimat pasif bahasa Jepang dapat menjadi lebih baik lagi. Perlunya latihan yang berkesinambungan berkenaan dengancara merubah kata kerja pasif bahasa Jepang, dan cara membentuk kalimat pasif bahasa Jepang terhadap pelajar sangat dianjurkan untuk membiasakan mereka dengan tata aturan pembentukan kalimat pasif bahasa Jepang yang benar.
Kemudian, hal yang semestinya juga menjadi perhatian bagi pengajar adalah untuk memfokuskan pengajaran pada perbedaan sistem aturan tatabahasa di antara bahasa Indonesia dan bahasa Jepang dan menyadarkan pelajar mengenai adanya perbedaan aturan penggunaan tatabahasa di antara kedua bahasa tersebut agar pelajar berpikir lebih kritis dalam mengunakan bahasa Jepang.
Dengan itu, diharapkan pembelajar bahasa Jepang tidak melakukan generalisasi berlebih ketika mereka mengahadapi kesulitan mengaplikasikan bahasa Jepang disebabkan mereka sudah dapat merealisasikan apa yang telah biasa mereka pelajari.
DAFTAR PUSTAKA
Arfianty Rani. 2015. Analisis Pembelajaran Kata Hubung Bahasa Jepaun di Kalangan Pelajar Indonesia dan malaysia - Dissertation (M.Phil.) – Institut PascaSiswazah. Universiti Malaya. Kuala Lumpur Brown, J. D, & Rodgers, T. S. 2002.Doing Second Language Research. New York: Oxford University
Press.
Hama Yuuki. (2005). Indonesia kara rainichi shita shokyuu nihongogakushuusha ni okeru goyou bunseki = Error analysis on Beginners Japanese Language Learners from Indonesia – Bachelor Thesis, Departement of Language Education, Faculty of International Studies. Obirin University. Japan. Haslina Haroon, Hasuria Che Omar. 2013. Asas Terjemahan dan Interpretasi. Pulau Pinang: Penerbit USM. Harmer, J. (2001). The Practice of English Language Teaching. England: Pearson Education Limited. Hazlina Abdul Halim, Ang L. Y. 2017. Kesalahan Pemilihan dan Pembentukan kata dalam Terjemahan
Bahasa Perancis. GEMA Online® Journal of Language Studies.15(2), 151-164
Ichikawa Yasuko. 2005. Shokyuu nihongo bunpou to oshiekata no pointo = Point of basic Japanese grammar and teaching. Japan: Surii ee network.
Moentaha Salihen. 2006. Bahasa dan Terjemahan. Jakarta: Kesaint Blanc
Odlin Terence. 1993. Language Transfer—Cross – Linguistic influence in Language. Learning, In Long, M and Richards Jack (Eds.). New York: Cambridge University Press.
Ozeki Hiromi. (2010). Nihongo o oshieru tame no dai ni gengogaku shutokuron nyuumon = An Introduction to Second Language Acquisition for Japanese Teaching. Japan: Kuroshio.
Risda Dianni. (2009). Kesalahan Penggunaan Ukemi dari Pembelajar bahasa Jepang, data diambil dari karangan Mahasiswa Indonesia. Jurnal Bahasa Jepang, Vol 1 No 1, 13-23. Bandung: ASPBJI &The Japan Foundation Jakarta.
METODE PEMBELAJARAN CHOUKAI (MENYIMAK)