BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
B. Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough
Salah satu model analisis wacana yaitu Norman Fairclough. Seperti tokoh lainnya Fairclough menjadikan bahasa sebagai fokus pembahasan dalam konteks masyarakat yang makro. Fairclough berusaha membangun suatu model analisis wacana yang mempunyai kontribusi dalam analisis sosial dan budaya, sehingga ia mengkombinasikan tradisi analisis tekstual -yang selalu melihat bahasa dalam ruang tertutup- dengan konteks masyarakat yang lebih luas.7
Eriyanto,Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media,Yogyakarta: Lkis, 2012 h. 7
6
Eriyanto,Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media,Yogyakarta: Lkis, 2012 h. 7
7
Secara umum model analisis wacana Fairclough lebih menekankan pada perubahan sosial. Perubahan sosial diartikan sebagai adanya tindakan sosial yang secara langsung mereflesikan sikap individu terhadap perilaku sosial yang tentunya dibawakan Fairclough melalui linguistik. Bahasa bukan hanya sekedar teks atau tulisan sekedar tulisan, namun Fairclough menjadikan bahasa sebagai suatu arahan lain dalam membaca sesuatu. Seseorang dapat menilai sesuatu permasalahan atau menemukan suatu gejanggalan atau jawaban dari makna struktur teks atau tulisan yang dibaca atau didengarnya. Secara tidak langsung bahasa mempunyai kekuatan untuk mereflesikan pikiran sesorang selain tindakannya.
Fairclough, dalam Eriyanto, Analisis Wacana mengatakan memandang bahasa sebagai praktik sosial mengandung sejumlah implikasi, pertama, wacana adalah bentuk dari tindakan, seseorang menggunakan bahasa sebagai suatu tindakan pada dunia dan khususnya sebagai bentuk representasi ketika melihat dunia/realitas. Pandangan semacam ini tentunya menolak pandangan bahasa sebagai term individu. Kedua, model mengimpilkasikan adanya hubungan timbal balik antara wacana dan srtuktur sosial. Di sini wacana terbagi oleh srtuktur sosial, kelas, dan relasi sosial lain yang dihubungkan dengan relasi spesifik dari institusi tertentu seperti pada hukum atau pendidikan, sistem dan klasifikasi.8
Pendekatan Fairclough intinya menyatakan bahwa wacana merupakan bentuk penting praktik sosial yang mereproduksi dann mengubah pengetahuan,
8 8
identitas dan hubungan sosial yang mencakup hubungan kekuasaan dan sekaligus dibentuk oleh struktur dan praktik sosial yang lain.9
Studi analisis wacana yang dikemukakan Norman Fairclough terbagi menjadi tiga level yakni,Teks,Discourse PracticedanSosciocultural Practice .
1. Teks
Fairclough melihat teks dalam berbagai tingkatan. Sebuah teks bukan hanya menampilkan bagaimana suatu objek digambarkan tetapi juga bagaimana hubungan antarobjek didefinisikan. Ada tiga elemen dasar dalam model Fairclough.10
Tabel 1
Tiga elemen teks Norman Fairclough
UNSUR YANG INGIN DILIHAT
Representasi Bagaimana peristiwa, orang, kelompok, situasi,keadaan atau pun ditampilkan dan digambarkan oleh teks.
Relasi Bagaimana hubungan antara wartawan, khalayak dan partisipan berita ditampilkan dan digambarkan oleh teks.
Identitas Bagaimana identitas wartawan, khalayak dan partisipan berita ditampilkan dan digambarkan oleh teks.
9
Marianne W. Jorgensen dan Loise J. Philips,Analisis Wacana Teori dan Metode, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h. 122-123
10
a. Representasi
Representasi pada dasarnya ingin melihat bagaiman seseorang, kelompok, tindakan, kegiatan ditampilkan dalam teks. Representasi dalam pengertian Fairclough dilihat dari dua hal, yakni bagaimana seseorang, kelompok, dan gagasan ditampilkan dalam anak kalimat dan gabungan atau rangkaian antaranak kalimat.11
Pertama, representasi dalam anak kalimat, dalam hal ini menekankan pada bahasa yang dipakai. Menurut Faircloug bahasan ini melingkupi dua pilihan, yaitu pada tingkat kosakata yaitu bagaimana sesuatu ditampilkan dalam kata, pemilihan kata apa yang tepat dipakai untuk sebuah pemaknaan tertentu.
Pilihan kosakata yang dipakai terutama berhubungan dengan bagaimana peristiwa, seseorang, kelompok, atau kegiatan tertentu dikategorisasikan dalam suatu set tertentu. Kosakata ini sangat menetukan Karena berhubungan dengan pertanyaan bagaimana realitas ditandakan dalam bahasa dan bagaiman bahas itu memunculkan realitas bentukan tertentu.12
Kedua, tingkat tata bahasa pilihan ini berada pada menggambarkan kata untuk tindakan apa yang dilakukan akan menimbulkan sesuatu. Tindakan menyudut kepada adanya aktor atau seseorang yang berperan, atau disebut dengan subjek. Dapat pula pemaknaanya terjadi oleh suatu tindakan, sesuatu telah terjadi,
11
Eriyanto,Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media,Yogyakarta: Lkis, 2012 h. 290
12
ini maksudnya penghilangan subjek. Tata bahasa dipakai untuk menghilangkan subjek sehingga peranan kata benda menjadi arti dari sebuah tindakan.
Pilihan dapat juga dilihat dari pemakaian metafora yang dipakai. Menurut Fairclough, pilihan pada metafora merupakan kunnci bagaimanna realitas ditampilkan dan dibedakan dengan yang lain. Metafora bukan hanya persoalan keindahan literer, karena bisa menentukan apakah realitas itu dimakanai dan dikategorikan sebagai postif ataukah negatif.13
Representasi yang kedua yaitu representasi dalam kombinasi anak kalimat. Secara sederhana dapat diartikan sebagai relasi antara kalimat satu dengan kalimat lainnya. Penggabungan kalimat yang menjadi satu tatanan arti. Gabungan antara anak kalimat ini akan membentuk koherensi local, yakni pengertian yang didapatkan dari gabungan anak kalimat satu dengan yang lain, sehingga kalimat itu mempunyai arti.
Kemudian yang ketiga adalah, representasi dalam rangkaian antarkalimat. Ini melihat bahwa rangkaian kalimat untuk direpresentasikan. Hal ini secara tersirat bentukan pendapat dari seorang pembuat naskah atau sang penutur untuk berpihak atau menyimpulkan kepada sesuatu.
b. Relasi
Dalam bagian relasi dijelaskan bahwa ada partisipasi atau keikutsertaan seseorang (partisipan) yang ditampilkan dalam teks. Media dianggap sebagai
13
arena sosial. Pengertian sosial pada aslinya yaitu saling berhubungan satu dengan yang lainnya untuk menyampaikan pendapatnya.
Paling tidak, menurut Fairclough ada tiga kategori partisipan utama dalam media: wartawan (memasukan di antaranya reporter, redaktur, pembaca berita untuk televisi dan radio), khalayak media, dan partisapan public, memasukan ilmuan,ulama dan sebagianya. Titik perhatian dari analisis hubungan, bukan pada bagaimana partisipan tadi ditampilakn dalam media (representasi), tetapi bagaimana pola hubungan di antara ketiga aktor tadi ditampilkan dalam teks; antara wartawan dengan khalayak, anatara partisipan dengan publik, baik politisi, pengusaha, atau lainnya dengan khalayak, dan di antara wartawan dengan partisipan publik tadi. Semua analisis hubungan itu diamati dari teks.14
c. Identitas
Seperti pengertiannya, identitas merupakan ciri dari seorang yang membuat atau menuturkan dalam teks tersebut. Bagaimana penutur atau wartawan (pembuat teks/berita) menempatkan dan mengidentifikasi dirinya dengan masalah atau kelompok sosial yang terlibat.
14
2. Discourse Prctice
AnalisisDiscourse Prcticememusatkan perhatian pada bagaiman produksi dan konsumsi teks. Teks dibentuk lewat suatu praktik diskursus, yang menentukan bagaimana teks tersebut di produksi.15
Discourse Practice merumuskan bagaimana produksi teks dari awal pencarian hingga penyiaran atau hasil akhir percetakan. Ini berkenaan dengan kegiatan setiap hari dari media tersebut. Tak ubanhnya di media, hasil dari kerja media adalah proses kerja tim, di mana melibatkan banyak orang, banyak pendapat dan hampir tidak bisa utuh atas keputusan sendiri. Hubungan antara pribadi dengan pihak eksternal (orang lain), dengan pihak organisasi atas rutinitas kerja yang setiap kalinya dilakukan.
Seseorang yang membuat teks yang akan diajukannya kepada penerima teks, dalam hal ini mendeskripsikan teks lisan (ucapan) penyiar kepada para pendengar yaitu bagaimana teks tersebut yang diucapkan dapat memusatkan perhatian untuk menyampaikan maksud tertentu, sehingga pendengar sebagai konsumsi teks dapat memahami dan merepresentasikan sama apa yang dimaksudkan oleh penyiar.
Analisis praktik kewacanaan dipusatkan bagaimana pengarang teks bergantung pada wacana aliran-aliran yang ada untuk menciptakan suatu teks dan
15
bagaimana penerima teks menerapkan aliran dan wacana yang ada dalam mengkonsusmsi dan menginterpretasikan teks.16
3. Sosciocultural Practice
Analisis Sosciocultural Practice didasarkan pada asumsi bahwa konteks sosial yang di luar media memengaruhi bagaimana wacana yang muncul dalam media. Ruang redaksi atau wartawan bukanlah bidang atau kotak kosong yang steril, tetapi sangat ditentukan oleh faktor diluar dirinya. Sosciocultural Practice
ini memang tidak berhubungan langsuung dengan produksi teks, tetapi ia menentukan bagaimana teks diproduksi dan dipahami.17
Pada lingkupsosciocultural practice, godaan-godaan dalam produksi teks ini muncul. Seperti yang dikatakan tadi bahwa dalam produksi sebuah teks keputusan atas teks yang akan disiarkan atau diterbitkan bukan murni atas keputusan diri sendiri. Faktor-faktor diluar yang menghantui dalam produksi teks bukanlah tidak mudah untuk ditaklukan. Ketundukan atas sisi organisasi atau institusi media misalnya, mengharuskan teks dibuat dalam kerangka yang tidak menyinggung atau merusak kredibilitas media tersebut. Atau keadaan-keadaan yang sangat mempengaruhi dalam produksi teks, yang mengakibatkan susunan dari teks dapat saja berubah karena situasi yang sedang terjadi saat itu, sekecil apapun.
16
Marianne W. Jorgensen dan Loise J. Philips,Analisis Wacana Teori dan Metode, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h. 128
17
Keterpengaruhan semacam ini yang dikatakan bahwa dalam discourse practiceterdapat teks dansosciocultural practice. Fairclough membuat tiga level analisis padasosciocultural practice,level situasional, instituasional dan sosial.
1. Situasional
Teks dihasilkan dalam suatu kondisi atau suasana yang khas, unik, sehingga teks bisa jadi berbeda dengan teks yang lain. Kalau wacana dipahami sebagai suatu tindakan, maka tindakan itu sesungguhnya adalah upaya untuk merespon situasi atau konteks sosial tertentu.18
2. Instituasional
Level instituasional melihat bagaimana pengaruh institusi organisasi dalam praktik produksi wacana. Pengaruh ini bisa dari dalam oragnisasi sendiri atau luar oraganisasi (pihak eksternal).
Seperti yang diketahui bahwa oranisasi merupakan badan yang ditopang oleh banyak hal. Radio misalnya, iklan-iklan yang ada di radio merupakan salah satu faktor penting dalam kemajuan siaran radio. Atau secara langsung institusi atau lembaga bernama-misalnya berorientasi politik, akan berbeda pengemasan berita dalam teks tersebut sesuai hakikat atau ideologi kepolitikannya.
18
3. Sosial
Sejak awal diketahui analisis Fairclough ini merupakan analisis wacana dalam perubahan sosial. Menerangkan bahwa factor sosial sangatlah penting terhadap wacana yang muncul dalam pemberitaan.
Dalam level sosial, budaya masyarakat, misalnya turut menentukan perkembangan dari wacana media. Kalau aspek situasuinal lebih mengarah pada waktu atau suasana yang mikro (konteks peristiwa saat teks berita dibuat), aspek sosial lebih melihat pada aspek makro seperti system politik, system ekonomi, atau sistem budaya masyarakat secara keseluruhan.19
C. Konseptualisasi Akhlak