BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Dari Struktur
1. “Banjir Jakarta, Politikus PAN: Kepemimpinan Anies Diuji”63
a. Tematik
Topik yang menjadi bahan utama berita ini adalah langkah antisipasi banjir dari Gubernur Jakarta. Penulis mengambil sudut pandang politikus PAN, Saleh Partaonan Daulay yang mengkritik kinerja pemerintah, khususnya Gubernur Anies Baswedan dalam keseriusannya mencegah bencana banjir yang pada akhirnya terjadi.
b. Skematik
Unsur summary (ikhtisar) pada teks berita ini berkenaan dengan judul ialah ujian dalam kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan berupa peristiwa banjir. Pada aspek lead (teras berita) berisikan tanggapan politikus Partai Amanat Nasional (PAN)
63 https://nasional.republika.co.id/berita/q3gzaa377/banjir-jakarta-politikus-pan-kepemimpinan-anies-diuji diakses pada 20 September 2020 pukul 10.31.
tentang langkah konkret yang semestinya dilakukan Gubernur guna menangani banjir.
Unsur story (isi) pada teks berita ini menceritakan politikus PAN bernama Saleh Partaonan Daulay yang mendesak Gubernur Anies Baswedan untuk membuat antisipasi terkait peristiwa banjir. Menurutnya, Gubernur Anies Baswedan tidak membuat langkah preventif dan membuat banjir tak terhindarkan. Padahal, banjir yang menjadi permasalahan akut di Jakarta akan sangat membantu citra dan kinerja Gubernur jika bisa dicegah. Berita ini ditutup dengan ucapan politikus PAN tersebut untuk menunggu pembuktian Gubernur Anies Baswedan terhadap peristiwa banjir.
c. Semantik 1) Latar
Elemen latar membahas tentang Wakil Fraksi PAN DPR RI, Saleh Partaonan Daulay yang mengkritisi kinerja Gubernur Anies Baswedan terkait peristiwa banjir yang melanda daerah DKI Jakarta. Kritik tersebut dikutip dalam berita dengan bertuliskan seperti berikut.
“Waktu-waktu seperti ini banjir sering mengancam. Mestinya, sebelum musim hujan, sudah ada peringatan kepada warga dan juga
sudah ada tindakan antisipasi yang dilakukan,” ujar Saleh kepada wartawan.
Dalam kutipan tersebut, narasumber memberi kritik kepada Gubernur Anies Baswedan yang tidak melakukan langkah preventif dan peringatan kepada masyarakat. Apalagi, musim dan kondisi tersebut menurutnya dapat dimonitor agar masyarakat bisa bergegas sebelumnya.
2) Detail
Elemen detail memberikan informasi atau hal penunjang untuk menguatkan argumentasinya. Pada teks berita ini, pernyataan Saleh dikutip dengan kalimat pasif.
“Pemerintah Provinsi DKI seharusnya telah mengantisipasi hal tersebut sebelum terjadi. Sebab, BMKG telah menyatakan bahwa cuaca ekstrem akan terjadi dalam waktu dekat di sejumlah daerah.”
Narasumber memberikan argumentasi mendalam dan penunjang ucapan dia sebelumnya dengan menatut lembaga BMKG. Hal ini mengonstruksi argumennya yang didasarkan pada data dan sumber.
3) Maksud
Elemen maksud menjelaskan secara eksplisit kritik dari Saleh Partaonan Daulay mengenai
kinerja Gubernur Anies Baswedan yang dalam kasus banjir dinilai stagnan.
“Saleh menilai Anies sama saja dengan gubernur-gubernur sebelumnya.”
Kalimat itu menusuk langsung figur seorang Anies Baswedan sebagai gubernur, mengartikan jika tidak ada perbedaan dan perkembangan dari pemimpin sebelumnya mengenai penanggulangan banjir di Jakarta.
4) Praanggapan
Elemen praanggapan berupa pengandaian tertulis dari kutipan di bawah ini.
“Kalau itu berhasil, saya yakin orang akan lama mengenang Pak Anies...,” ucap Saleh.
Pengandaian yang ada di kalimat di atas adalah hal yang dapat diperoleh Gubernur Anies Baswedan jika mencapai solusi masalah banjir. Kata “kalau” sebagai cara untuk menggambarkan bahwa apa yang dilakukan sekarang ini belum berhasil.
d. Sintaksis
1) Bentuk Kalimat
Unsur bentuk kalimat pada teks berita ini adalah menuliskan berita menggunakan pola deduktif. Itu membuat bagian kritik dari politikus PAN terhadap
Gubernur Anies Baswedan, kemudian diperjelas dengan aspek-aspek apa yang menjadi bahan kritik. Pada penuturannya juga penulis menggunakan kalimat aktif dan pasif dari pernyataan narasumber. 2) Koherensi
Unsur koherensi pada teks ini terdapat pada ungkapan politikus PAN mengenai peristiwa banjir dan kaitannya dengan citra Anies ke depannya. Seperti pada kalimat berikut.
“Waktu-waktu seperti ini banjir sering mengancam. Mestinya, sebelum musim hujan, sudah ada peringatan kepada warga dan juga sudah ada tindakan antisipasi yang dilakukan. Kalau mau meninggalkan warisan yang baik, persoalan banjir dan macet inilah yang penting diselesaikan,” ujar Saleh.
Pada pernyataan tersebut, dapat ditarik dua poin penting dengan dasar yang berbeda, yakni peristiwa banjir dan peninggalan warisan dari kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan. Kata “kalau” menjadi penyambung daru dua pernyataan tadi.
3) Kata Ganti
Unsur kata ganti pada teks berita ini terpampang pada penggalan judul berita. “Banjir Jakarta,
Politikus PAN: Kepemimpinan Anies Diuji”. Kata
merepresentasikan isi berita. Sebab, gagasan utama bukan mengenai kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan yang diuji, melainkan kritik pemerintah khususnya bagi Gubernur karena terlihat tidak ada antisipasi banjir. Kata ganti tersebut seperti menghaluskan substansi kritik yang disampaikan narasumber.
e. Stilistik
Unsur pada stilistik adalah leksikon. Unsur ini adalah cara penulis dalam memilih kata yang tepat untuk membuat berita.
“Kalau itu berhasil, saya yakin orang akan lama mengenang Pak Anies. Sehingga, tidak perlu terlalu banyak retorika, cukup cari solusi yang bisa mengatasinya”.
Pemilihan kata “terlalu banyak retorika” menerangkan bahwa figur tersebut adalah tipe orang yang hanya omong saja. Pada konteks ini, Gubernur Anies Baswedan dianggap belum berhasil mengatasi banjir menggunakan solusi, dan terlalu banyak perkataan.
f. Retoris
Pada pengamatan retoris, tidak ada elemen metafora dan ekspresi yang hadir pada teks berita. Namun,
elemen grafis terpampang pada berita ini. Unsurnya muncul ketika terdapat penggalan berita berikut.
“Menurutnya, Pemerintah Provinsi DKI seharusnya telah mengantisipasi hal tersebut sebelum terjadi. Sebab, BMKG telah menyatakan bahwa cuaca ekstrem akan terjadi dalam waktu dekat di sejumlah daerah,”
Gambar 4.1: Gambar yang terdapat di berita terkait. Foto masyarakat yang sedang membersihkan rumahnya yang terendam banjir
Kemudian terdapat foto rumah warga yang
kebanjiran dan pemiliknya yang sedang membersihkan endapan lumpur pascabanjir. Gambar ini menjadi
penekanan bahwa dampak banjir menghinggapi warga karena langkah preventif pemerintah yang tidak tanggap.
Tabel 4.1
Analisis Struktur model van Dijk Struktur
Wacana
Elemen Analisis Data
Struktur
Makro Tematik Langkah antisipasi banjir dari Gubernur Jakarta Superstruktur Skematik a. Diawali dengan judul
b. Teras berita c. Story
Menceritakan politikus PAN bernama Saleh Partaonan Daulay yang mendesak Gubernur Anies Baswedan untuk membuat antisipasi terkait peristiwa banjir. d. Penutup
Struktur
Mikro Semantik: Latar Detail Maksud Praanggapan
a. Elemen latar terdapat pada paragraf 2
b. Elemen detail terdapat pada paragraf 3
c. Elemen maksud tertulis pada paragraf 4
“Saleh menilai Anies sama saja dengan gubernur-gubernur sebelumnya.”
d. Elemen praanggapan terdapat pada paragraf 5
“Kalau itu berhasil, saya yakin orang akan lama mengenang Pak Anies...,” Sintaksis: Bentuk kalimat Koherensi Kata ganti
a. Unsur bentuk kalimat pada teks berita ini adalah menuliskan berita menggunakan pola deduktif. Pada penuturannya juga penulis menggunakan kalimat aktif dan pasif dari pernyataan narasumber.
b. Unsur koherensi pada teks ini terdapat pada ungkapan politikus PAN mengenai peristiwa banjir dan kaitannya dengan citra Anies ke depannya.
“Waktu-waktu seperti ini banjir sering mengancam. Mestinya, sebelum musim hujan, sudah ada peringatan kepada warga dan juga sudah ada tindakan antisipasi yang dilakukan. Kalau mau
yang baik, persoalan banjir dan macet inilah
yang penting diselesaikan,” ujar Saleh.
c. Unsur kata ganti pada teks berita ini terpampang pada penggalan judul berita.
“Banjir Jakarta, Politikus PAN: Kepemimpinan Anies Diuji”
Stilistik Leksikon menjadi pemilihan kata penulis yang mengutip ucapan narasumber.
“Sehingga, tidak perlu
terlalu banyak retorika, cukup cari
solusi yang bisa mengatasinya”.
Retoris:
Grafis Terdapat foto rumah warga yang kebanjiran dan pemiliknya yang sedang membersihkan endapan lumpur pascabanjir.
2. “Fraksi PDIP Pertanyakan Janji Anies Atasi Banjir”64
a) Tematik
Topik utama dari teks berita ini adalah politikus PDI-P yang mempertanyakan realisasi janji Gubernur Jakarta dalam menangani banjir. Secara garis besar, dia membahas mengenai janji kampanye Gubernur Anies Baswedan mengenai antisipasi dan penanggulangan banjir, dihubungkan dengan peristiwa banjir yang melanda.
b) Skematik
Unsur summary pada berita ini berkenaan dengan judul adalah mempertanyakan tanggung jawab Gubernur Anies Baswedan terhadap janjinya yang akan menuntaskan masalah banjir. Pada aspek lead berisikan kritik dari Ketua Fraksi PDI-P yang beropini bahwa peristiwa banjir dapat dihindari dan diminimalisasi oleh pemerintah. Juga, dirinya mempertanyakan realisasi penanggunalangan banjir yang menjadi janji kampanye.
Unsur story pada berita ini adalah kritik dan desakan dari Ketua Fraksi PDI-P, Gembong Warsono terkait penanganan masalah banjir selama Gubernur
64 https://republika.co.id/berita/nasional/politik/20/01/02/q3gyyr377-fraksi-pdip-pertanyakan-janji-anies-atasi-banjir diakses pada 22 September 2020 pukul 14.22.
Anies Baswedan menjabat. Dirinya beranggapan, tidak ada langkah praktis yang jelas dari Gubernur Anies Baswedan, selain program normalisasi sungai yang menurutnya hanya narasi fiksi saja.
Dia juga menambahkan bahwa pemerintah kurang sigap dalam langkah preventif sehingga Jakarta dapat dirundung banjir. Namun, karena sudah terjadi, maka menurutnya yang mesti dilaksanakan ialah langkah represif. Berita ini ditutup dengan saran dari Gembong Warsono terkait pemetaan masalah dan solusi.
c) Semantik 1) Latar
Elemen latar membahas tentang Ketua Fraksi PDI-P, Gembong Warsono yang mempertanyakan realisasi penanggulangan bencana banjir oleh Gubernur Anies Baswedan yang menjadi program kampanyenya dulu. Hal itu termasuk ke dalam bentuk kritik yang dikutip dalam berita.
“Fraksi Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI-P) mempertanyakan realisasi janji politik Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyusul banjir besar di Jakarta tepat hari pertama tahun baru 2020”.
Penulis berita menuliskan ucapan narasumber yang mempertanyakan realisasi janji politik. Jika
ditelaah keseluruhan nantinya, ucapan tersebut bukanlah pertanyaan karena tidak ada objek yang menjawab, namun pernyataan yang dibalut sindiran.
2) Detail
Elemen detail memberikan informasi penunjang yakni pernyataan Ketua Fraksi PDI-P, Gembong Warsono bahwa peristiwa banjir sebenarnya dapat dihindari. Ungkapan tersebut ditampilkan menggunakan kalimat pasif dalam berita seperti tulisan di bawah ini.
“Sebenarnya kejadian tersebut dapat
dihindari. Begitu pula dampak yang ditimbulkan, bisa diminimalisir jika Pemprov DKI Jakarta benar-benar serius dalam merealisasikan program penanggulangan banjir Jakarta sebagai salah satu janji kampanye pada tahun 2017”.
Narasumber membawa kata “program penanggulangan banjir Jakarta” dan “janji kampanye” sebagai fondasi argumentasinya. Menurutnya, dasar dari perkataannya berpacu pada masa ketika Gubernur Anies Baswedan membuat janji kampanye.
3) Maksud
Elemen maksud menjelaskan secara eksplisit pernyataan Gembong Warsono yang terkesan kecewa terhadap kinerja pemerintah daerah namun olehnya dikemas seperti mempertanyakan. Kekecewaan tersebut terucap seperti ucapan ini.
“Hal ini menjadi renungan kita bersama bahwa janji kampanye terkait banjir di Jakarta bukanlah janji yang mudah untuk dipenuhi, diperlukan pemimpin dengan aksi kongkrit yang nyata, bukan sekadar solusi yang bersifat pendekatan kata-kata”.
Tersimpul jelas bahwa kutipan tersebut adalah sindiran berupa skeptisme. Keraguan yang ditampilkan terletak dari kalimat-kalimatnya yang kritis.
4) Praanggapan
Elemen praanggapan tertulis pada penggalan kutipan Gembong Warsono, yakni “...perlu ada
pembangunan infrastruktur yang efektif dan efisien bukan hanya sekadar enak dipandang”. Ucapan
tersebut menghadirkan pernyataan yang mendukung narasi kekecewaannya yang
menganggap pemerintah daerah, khususnya Gubernur Anies Baswedan tidak tanggap.
5) Nominalisasi
Elemen nominalisasi berkaitan dengan generalisasi tertulis pada kalimat “Selama dua
tahun ini, lanjut Gembong, praktis tidak ada eksekusi program penanggulangan banjir yang kongkret dari Anies”.
d) Sintaksis
1) Bentuk Kalimat
Unsur bentuk kalimat pada teks berita ini menggunakan pola paragraf campuran (deduktif-induktif). Pada teras berita dan penutup, dua ungkapan yang memiliki satu nilai yang sama, yaitu realisasi janji politik Gubernur Anies Baswedan mengatasi banjir, dan program realisasinya yang dinilai tidak solutif.
2) Koherensi
Unsur koherensi yang menjadi penghantar keterkaitan informasi pada berita ini tertulis para kalimat di bawah ini.
“...hal ini terjadi karena tidak adanya kejelasan langkah-langkah preventif yang seharusnya menjadi prioritas utama Pemprov DKI Jakarta, terlepas dari tanggung jawab yang memang
harus dilakukan oleh gubernur dalam membantu korban banjir”.
Berdasarkan pernyataan di atas, ditarik dua poin yang disampaikan yakni tidak adanya langkah preventif, dan tanggung jawab gubernur. Kata “terlepas” menjadi penyambung dari dua pernyataan itu, mengartikan bahwa jangan hanya melakukan langkah represif, namun upayakan langkah preventif sebelumnya supaya tidak ada dampak yang terjadi.
3) Kata Ganti
Unsur kata ganti ditampilkan pada ikhtisar berita bertuliskan “Gembong menilai janji
kampanye atasi banjir di Jakarta bukan janji yang mudah”. Penggalan kata itu merepresentasikan
tentang janji politik pada masa kampanye yang tidak terealisasi ketika telah menjabat, dalam hal ini pengantisipasian dari peristiwa banjir.
e) Stilistik
Elemen leksikon pada teks ini adalah pemilihan kata dari penulis berupa “Program normalisasi seakan
hanya menjadi narasi fiksi tanpa ada eksekusi yang nyata”. Penggunaan kata “narasi fiksi” memaknakan
jika program normalisasi tidak memberikan dampak positif. Pada konteks ini, walau programnya sebenarnya
dilaksanakan, namun dinilai nihil dan terasa tidak ada karena tidak berefek.
f) Retoris
Pada elemen grafis, gambar yang dimasukkan pada teks berita hanya satu foto yang menampilkan warga yang sedang membersihkan perabotan rumahnya dari endapan lumpur saat genangan air masih membanjiri setinggi betis orang dewasa. Pada aspek teks, grafis yang tersaji ialah kata “banjir jakarta” yang menjadi
hyperlink untuk menyambungkan ke berbagai berita
dengan kata kunci serupa, dan kata “Vertical
Drainage” yang ditulis italic karena penggunaan
bahasa asing. Secara teknis, tidak ada lagi penonjolan informasi yang dilakukan dengan elemen grafis.
Tabel 4.2
Analisis Struktur Model van Dijk Struktur
Wacana
Elemen Analisis Data
Struktur
Makro Tematik Mempertanyakan realisasi janji Gubernur Jakarta dalam menangani banjir. Superstruktur Skematik a. Diawali dengan judul
b. Teras Berita c. Story
Kritik dan desakan dari Ketua Fraksi PDI-P, Gembong Warsono
terkait penanganan masalah banjir selama
Gubernur Anies Baswedan menjabat.
d. Penutup Struktur
Mikro Semantik: Latar Detail Maksud Praanggapan Nominalisasi
a. Elemen latar terdapat pada paragraf 1
b. Elemen detail terdapat pada paragraf 2
c. Elemen maksud terdapat pada paragraf 3
“...diperlukan
pemimpin dengan aksi kongkrit yang nyata, bukan sekadar solusi
yang bersifat pendekatan kata-kata”.
d. Elemen praanggapan terdapat pada paragraf 7 e. Elemen nominalisasi
terdapat pada paragraf 4 Sintaksis:
Bentuk kalimat Koherensi Kata ganti
a. Unsur bentuk kalimat pada teks berita ini menggunakan pola paragraf campuran (deduktif-induktif).
Pada teras berita dan penutup, dua ungkapan yang memiliki satu nilai yang sama, yaitu realisasi janji politik Gubernur Anies Baswedan mengatasi
banjir, dan program realisasinya yang dinilai tidak solutif.
b. Unsur koherensi pada berita ini tertulis “...hal
ini terjadi karena tidak adanya kejelasan langkah-langkah
preventif yang seharusnya menjadi prioritas utama Pemprov DKI Jakarta,
terlepas dari tanggung jawab yang memang harus dilakukan oleh gubernur dalam membantu korban banjir”.
c. Unsur kata ganti ditampilkan pada ikhtisar berita bertuliskan “Gembong
menilai janji kampanye atasi banjir di Jakarta bukan janji yang mudah”.
Stilistik Elemen leksikon pada teks ini adalah pemilihan kata dari penulis.
“Program normalisasi
seakan hanya menjadi narasi fiksi tanpa ada eksekusi yang nyata”.
Retoris: Grafis Ekspresi
a. Grafis
Grafis yang tersaji ialah kata “banjir jakarta” yang menjadi hyperlink untuk menyambungkan ke berbagai berita dengan kata kunci serupa, dan kata “Vertical Drainage” yang ditulis italic karena penggunaan bahasa asing
b. Elemen ekspresi tersaji dalam penutup berita yang berisikan solusi yang diberikan Ketua Fraksi PDI-P guna menanggulangi masalah banjir agar lebih baik lagi.
3. “Politikus PKB: Anies Seharusnya Bisa Antisipasi Banjir”65
a) Tematik
Topik utama pada teks berita ini adalah Wakil Sekretaris DPC PKB Jakarta Selatan yang menilai seharusnya Gubernur Anies Baswedan bisa mengantisipasi banjir. Gagasan utamanya ialah
65
https://republika.co.id/berita/q45jmo354/politikus-pkb-anies-seharusnya-bisa-antisipasi-banjir diakses pada 26 September 2020 pukul 21.09
peristiwa banjir yang bukan hal baru, seharusnya bisa dipersiapkan cara untuk menghadapinya, yang kemudian ia sangkut-pautkan pada kerugian warga dan program dari pemerintah mengenai penanganan banjir. b) Skematik
Unsur summary pada berita ini berkenaan dengan judul terkait politikus PKB, Ihsan Suri yang menilai Gubernur Anies Baswedan seharusnya bisa mengantisipasi banjir. Menurutnya, permasalahan banjir bukan sesuatu yang baru bagi Jakarta, jadi seharusnya sudah dipikirkan secara matang, apalagi ketika musim hujan sedang melanda. Lalu, ia menyentil sedikit mengenai sektor ekonomi yang akan terpengaruh akibat peristiwa banjir.
Unsur story pada berita ini diawali dengan kerugian yang dialami oleh masyarakat, seperti kerugian ekonomi, kerugian fisik, hingga kerugian psikologi. Ia melanjutkan kritiknya terhadap Gubernur Anies Baswedan mengenai program naturalisasi sungai dan normalisasi sungai yang tidak optimal, kemudian menyinggung anggaran penanggulangan banjir yang ia ketahui terjadi pemotongan.
Penutup pada teks berita ini adalah desakan Ihsan Suri terhadap Gubernur Anies Baswedan untuk melakukan aksi nyata yang solutif, bukan hanya janji manis.
c) Semantik 1) Latar
Elemen latar membahas tentang Wakil Sekretaris DPC PKB Jakarta Selatan, Ihsan Suri yang mengkritik pedas Gubernur Anies Baswedan mengenai peristiwa banjir di Jakarta. Aspek kritik yang ia lontarkan berkaitan dengan langkah antisipasi dari pemerintah untuk bersiaga banjir. Seperti yang dikutip pada ungkapan Ihsan Suri sebagai berikut.
“Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan seharusnya sudah bisa mempersiapkan Jakarta untuk menghadapi banjir, saat mulai memasuki musim hujan.”
Kalimat tersebut ditulis pada teras berita, sebagai gagasan pokok mengenai keseluruhan berita setelahnya bahwa peristiwa banjir, dan apa yang kemudian terdampak, bisa saja dicegah jika Gubernur Anies Baswedan sudah bisa mempersiapkan sebelumnya.
2) Detail
Elemen detail menunjukkan informasi penunjang tentang pernyataan politikus PKB, Ihsan Suri bahwa dampak yang terjadi akibat banjir
merugikan beberapa faktor, seperti kerugian ekonomi, kerugian fisik, hingga kerugian psikologi.
“Akibat banjir warga mengalami banyak kerugian baik ekonomi, fisik, hingga psikologi. Ia mengatakan, ada sekitar 158 kelurahan yang terkena dampak banjir yang membuat lebih dari 30.000 orang harus merasakan jadi pengungsi.”
Narasumber melakukan riset terkait kerugian yang terjadi bagi masyarakat berupa angka kelurahan dan populasi. Detail tersebut sebagai penekanan dari kritiknya dan untuk mencapai kepercayaan masyarakat yang membaca beritanya bahwa akibat yang terjadi sebegitu masif.
Ada pula informasi yang disampaikan Ihsan Suri mengenai program normalisasi sungai yang belum optimal.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono bahkan mengatakan bila Anies baru melakukan normalisasi sepanjang 16 kilometer (km) dari total 33 km."
Pernyataan tersebut menjadi penguat argumentasi narasumber yang mengutip dari perkataan menteri, bahwa program normalisasi
sungai baru mencapai setengah dari target capaian program.
3) Maksud
Elemen maksud memberikan ungkapan Ihsan Suri tentang warga Jakarta yang harus memulai tahun 2020 yang harus diawali dengan peristiwa banjir. Seperti diketahui kalau banjir ini dimulai ketika hujan deras mendera beberapa daerah di Indonesia, salah satunya Jakarta, tepat setelah malam tahun baru.
“Kita meninggalkan tahun 2019 dengan penuh kenangan. Tapi kemudian kita harus menyambut 2020 dengan penuh genangan”
Narasumber membuat sebuah kalimat yang bertutur rima, dan memasukkan unsur banjir di dalamnya dengan diksi alternatif. Kata “genangan” tentu saja merujuk pada peristiwa banjir.
4) Praanggapan
Elemen praanggapan tertulis pada ucapan narasumber mengenai anggaran APBN Jakarta tahun 2020 mengenai penanggulangan banjir yang mengalami penurunan.
“Ihsan lalu mempertanyakan kabar bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang memotong anggaran penanggulangan banjir di
APBD yang membuat Pemprov terlihat kelabakan saat bencana datang.”
Kalimat di atas mengindikasikan bahwa anggaran penanggulangan banjir di APBD dikurangi, membuat dampak dari banjir menjadi semakin parah. Tanpa perlu memberikan sumber dari pernyataannya, masyarakat teryakini dengan kalimat tersebut walau hanya dengan dasar “kabar”. d) Sintaksis
1) Bentuk Kalimat
Teks berita ini menggunakan bentuk kalimat berpola paragraf deduktif. Gagasan pokok telah tersaji di teras berita dan paragraf kedua. Tulisan mengenai Gubernur Anies Baswedan yang seharusnya bisa mempersiapkan Jakarta untuk menghadapi banjir, diikuti dengan paragraf-paragraf selanjutnya sebagai penunjang.
Semakin bertambah paragraf, maka semakin fokusnya mengerucut, membuktikan konsep piramida terbalik pada teks berita ini. Fokus seperti kerugian, program pemerintah, hingga APBD menghiasi isi berita.
2) Koherensi
Unsur koherensi sebagai jembatan dari keterkaitan informasi pada aspek yang berbeda, tertulis pada penggalan kalimat berikut.
“Banjir ini merupakan masalah lama, dan karena itu Anies sejatinya harus sudah siap sedia menghadapi masalah lama ini. Sebab, karena banjir ini, geliat ekonomi di Jakarta menjadi sangat terhambat,”
Dua bahasan pada kalimat di atas adalah permasalahan banjir dan sektor ekonomi yang menjadi terhambat. Kata penghubung “sebab” sebagai jembatan antara dua variabel tersebut, mengartikan jika dua bahasan itu memiliki keterkaitan dan menimbulkan kausalitas. Perspektif yang bisa dilihat ialah sektor ekonomi terhambat karena banjir, atau banjir yang menyebabkan ekonomi terhambat.
Selain itu, terdapat lagi kausalitas yang disampaikan dari narasumber.
“Anies harus sadar kalau ada puluhan ribu warga mengungsi akibat ketidaksiapan Pemprov menghadapi banjir. Korban pun