5. Wisata Kuliner Pulau Bawean
5.6 Analysis Hirarchy Process
Proses selanjutnya adalah dengan metode Analysis Hirarchi Process, metode ini digunakan untuk menentukan aspek dukungan terbesar yang harus menjadi perhatian dalam pengambilan kebijakan dan keputusan. Selain itu, metode ini juga digunakan untuk menentukan urutan skala prioritas pengembangan objek wisata berdasarkan perbandingan antara berbagai objek yang telah ditentukan.
Model AHP yang diterapkan dalam pengambilan keputusan untuk pegembangan wisata di Pulau Bawean memiliki tiga level. Level satu merupakan tujuan untuk menentukan prioritas pengembangan wisata. Level dua adalah kriteria atau pertimbangan untuk menentukan prioritas pilihan. Faktor yang menjadi pertimbangan adalah: dukungan masyarakat, dukungan pemerintah daerah, dukungan sarana dan prasana, dukungan pengunjung, dukungan lain (swasta dan pemerintah provinsi). Level tiga adalah alternatif objek wisata yang dipilih terdiri dari tujuh objek yang meliputi penangkaran rusa, danau kastoba, pantai slayar, pantai pasir putih, pulau gili dan noko, air terjun, dan sumber air panas.
Hasil perhitungan terhadap dukungan pengembangan objek wisata di Pulau Bawean yang berada pada level dua, diperoleh nilai rasio inkonsistensi sebesar 0,02. Nilai ini menunjukkan yang diperoleh terdapat pada tingkat kepercayaan yang cukup tinggi, cukup baik dan dapat diterima. Responden konsisten dengan dalam pemberian nilai pembobotan dengan tingkat penyimpangan yang kecil (Saaty 1993). Bobot prioritas antar elemen pada kriteria pada level dua disajikan pada Gambar 23.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa masyarakat merupakan unsur yang memiliki peran penting terhadap pengembangan objek wisata di Pulau Bawean. Maka dari itu perlu adanya dukungan masyarakat agar suatu rencana pengembangan objek wisata bisa berjalan dengan baik. Pelibatan masyarakat dalam usaha pengembangan objek wisata bisa dimulai dari pelibatan masyarakat dalam perencanaan maupun pengambilan keputusan. Bagaimanapun juga, masyarakat lokal merupakan pihak yang mengalami dampak langsung dari adanya pengembangan wisata, baik dampak positif maupun negatif.
Gambar 23. Nilai dukungan terhadap pengembangan objek wisata di Pulau Bawean
Selain itu, usaha pariwisata bisa berdampak pada kondisi sosial masyarakat lokal sehingga mengakibatkan pergeseran tata nilai masyarakat setempat. Pelibatan masyarakat bisa dilakukan dengan pengelolaan wisata yang bersifat kolaboratif antara masyarakat, swasta dan pemerintah daerah, sehingga tidak ada yang merasa dirugikan.
Pelibatan masyarakat ke dalam pengembangan dan pegelolaan wisata juga didasarkan pada minat masyarakat Pulau Bawean terhadap kegiatan wisata yang biasa mereka lakukan ketika musim libur sekolah tiba. Banyak masyarakat yang melakukan kegiatan wisata, baik yang dilakukan bersama keluarga dan teman sekolah. Selain itu tokoh masyarakat setempat juga mendukung dengan kegiatan wisata yang telah berjalan selama ini, bahkan ada objek wisata air terjun gunung durin, air terjun laccar, penangkaran rusa dan pantai pasir putih.
Dukungan ini diberikan karena masyarakat merasakan dampak dari kegiatan wisata yang berada dipulau tersebut. Bahkan masyarakat menyesalkan perbuatan segelintir orang yang melakukan pengrusakan terhadap salah satu objek wisata, seperti penambangan pasir di pantai ria dan pantai mayangkara yang dulunya termasuk dari pantai yang menjadi primadona di Pulau Bawean.
Para pengrajin anyaman pandan dan pembuat gula aren juga merasa senang dengan adanya wisatawan yang datang, karena hasil kerajinan mereka bisa
0.438
0.384 0.095 0.04
0.043 Nilai Dukungan Terhadap Pengembangan Objek Wisata di Pulau Bawean
Masyarakat Pemerintah Daerah Sarana dan Prasarana Pengunjung
Pemerintah Provinsi dan Swasta
laku terjual tanpa harus di jual ke pulau jawa yang terkadang harganya kalah bersaing.
Elemen penting yang kedua dalam pengembangan objek wisata adalah dukungan pemerintah daerah yang membuat kebijakan pro masyarakat lokal bukan hanya semata keuntungan melainkan harus memikirkan dampak lingkungan yang akan diakibatkan oleh pengelolaan objek wisata.
Dukungan pemerintah daerah tertuang dalam kebijkan yang tertuang dalam Rencana Strategis Dinas Pariwisata, Komunikasi dan Informasi Kabupaten Gresik tahun 2006-2010. Selain itu, adanya UPT Pariwisata Pulau Bawean yang merupakan bagian dari Dinas Pariwisata, Komunikasi dan Informasi bertugas melakukan monitoring terhadap kegiatan wisata di Pulau Bawean. Kepedulian pemerintah juga terlihat dari kerjasama pemerintah dalam bidang transportasi yang menyediakan kapal Bahari Express yang mampu berlayar tiga kali seminggu dengan waktu tempuh 3 jam.
Penentuan objek wisata unggulan di Pulau Bawean menggunakan metode AHP melibatkan berbagai unsur dukungan yang meliputi masyarakat, pemerintah daerah, sarana dan prasarana, pengunjung, swasta dan pemerintah propinsi. Perhitungan tersebut menghasilkan sebuah keputusan untuk menentukan objek wisata unggulan yang harus dikembangkan sebagai sekala prioritas yang disajikan pada Tabel 21.
Tabel 21. Nilai prioritas pengembangan objek wisata unggulan di Pulau Bawean untuk setiap elemen pada level tiga
Kreteria Alternati Objek Rasio
Inkonsistensi
Elemen pada level2 1 2 3 4 5 6 7
Dukungan Masyarakat 0.205 0.299 0.031 0.072 0.288 0.088 0.018 0.09 Dukungan Pemerintah
Daerah 0.130 0.159 0.159 0.169 0.236 0.055 0.091 0.08
Dukungan Sarana dan
Prasarana 0.515 0.163 0.102 0.065 0.067 0.048 0.041 0.07
Dukungan Pengunjung 0.143 0.143 0.143 0.143 0.143 0.143 0.143 0.00 Dukungan Swasta dan
Lainnya 0.272 0.154 0.165 0.140 0.097 0.140 0.033 0.08
Keterangan: 1. Penangkaran Rusa 5. Pulau gili dan Noko
2. Danau Kastoba 6. Air Terjun
3. Pantai Slayar 7. Air Panas
Analisis Horizontal berdasarkan dukungan masyarakat, Danau Kastoba menduduki nilai paling tinggi, disusul oleh disusul oleh Pulau Gili Noko dan Penangkaran Rusa Bawean, secara keseluruhan para pengunjung mengatakan Danau Kastoba merupakan objek wisata yang paling menarik seperti yang terdapat pada quisioner.
Penilaian berikutnya berdasarkan dukungan pemerintah daerah, nilai tertinggi adalah Pulau Gili dan Noko, berikutnya adalah Pantai Pasir Putih dan Danau Kastoba serta Pantai Slayar. Harapan yang ingin dicapai dengan dikembangkannya pulau ini adalah keindahan alam bawah lautnya, pasir putih dan untuk mengembangkan ekonomi masyarakat pulau tersebut.
Dukungan Sarana dan prasarana menempatkan Penangkaran Rusa Bawean berada pada urutan yang pertama, penangkaran tersebut saat ini belum maksimal dalam pengelolaannya, Hal ini bisa dilihat dari berbagai fasiitas yang belum lengkap dalam rangka mendukung penangkaran tersebut. Sarana jalan menuju ke tempat tersebut sebagian masih berbentuk jalan batu.
Dukungan pengunjung menilai bahwa semua objek wisata yang terdapat di Pulau Bawean perlu dikembangkan, hal ini terlihat dari hasil penilaian yang menempatkan semua objek wisata memiliki nilai yang sama.
Dukungan lain (swasta dan pemerintah provinsi) menghasilkan nilai tertinggi adalah Penangkaran Rusa Bawean disusul oleh Pantai Slayar dan Danau Kastoba. Pengembangan Penangkaran Rusa Bawean karena dilihat dari aspek kelestarian, sehingga dengan adanya perhatian terhadap penangkaran tersebut diharapkan kelestarian Rusa Bawean tetap terjaga.
Berdasarakan hasil analisis vertikal pada AHP, maka prioritas pengembangan objek wisata di Pulau Bawean nilainya tersaji pada Gambar 24. Rasio inkonsistensi pada masing-masing level tidak ada yang melebihi 0,10. Dari gambar tersebut terihat, bahwa Pulau Gili dan Noko memiliki nilai tertinggi yaitu 0,233, berikutnya adalah Danau Kastoba dengan nilai 0,220; Penangkaran Rusa 0,206; Pantai Pasir Putih 0,114; Pantai Slayar 0,097 Air Terjun 0,076 dan yang terakhir Air Panas 0,54.
Gambar 24. Nilai Prioritas pengembangan objek wisata unggulan di Pulau Bawean
Prioritas utama dari penilaian pada level tiga adalah Pulau Noko yang merupakan kawasan Suaka Margasatwa yang letaknya berdekatan dengan Pulau Gili Timur. Meskipun sebagai kawasan Suaka Margasatwa yang merupakan habitat burung migran, saat ini kondisinya cukup mengenaskan. Dahulu banyak pohon yang tumbuh di pulau tersebut sehingga bisa digunakan oleh berbagai jenis burung baik sebagai shelter maupun cover. Saat ini hanya tersisa rumput dan tumbuhan bawah yang masih tumbuh di Pulau Noko. Pulau Noko dan Gili keduanya memiliki hamparan pasir putih yang indah, laut yang bening dan keindahan bawah laut yang menakjubkan.
Pulau Gili adalah sebuah dusun yang secara administratif berada di wilayah desa Daun. Prioritas pengembangan pulau ini karena memiliki potensi wisata bahari yang sangat menarik dan untuk menaikkan ekonomi masayarakat setempat yang mayoritas adalah nelayan dan perantau.
Menuju ke pulau ini harus pada saat air pasang yaitu pada pagi hari, karena pada saat air surut kapal atau perahu tidak bisa mendekat ke bibir pantai. Kondisi ini biasa dialami oleh mayarakat Pulau Gili yang membeli kebutuhan rumah tangga ke pulau utama (Bawean).
0.233 0.22 0.206 0.114 0.097 0.076 0.054 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 Pulau Gili Noko Danau Kastoba Penangkaran Rusa Pantai Pasir Putih
Pantai Slayar Air Terjun Air Panas
Objek Wisata di Pulau Bawean
Target pengembangannya adalah pembangunan fasilitas untuk mendukung kegiatan ekonomi masyarakat Pulau Gili Timur yaitu dermaga, sehingga dalam rangka menjalankan perekonomiannya masyarakat Gili Timur tidak tergantung pada pasang surut air laut. Tindakan lain yang perlu dilakukan adalah perluasan hutan bakau yang ada disekitar dermaga, karena semakin menurunnya kualitas hutan bakau akan berdampak tanah-tanah masyarakat yang berada disekitar dermaga.
Menurut informasi dari tokoh masyarakat setempat yaitu Bapak Haji Masrufi, pernah diadakan penelitian mengenai tambang minyak bumi di sekitar pulau tersebut. Pulau Gili memiliki sejarah yang panjang. Sejarah tersebut dimulai dari kedatangan Juk Tukang dari kerajaan Solo, hingga adanya sumur disebuah masjid yang tahun pembangunannya sama dengan sumur yang berada di Masjid Sunan Ampel Surabaya.
Prioritas ke dua adalah Danau Kastoba, sebagai salah satu objek wisata yang banyak diminati oleh masyarakat Bawean. Danau Kastoba sampai saat ini status pengelolaannya masih kontroversial. Danau Kastoba yang berada di kawasan Cagar Alam menjadi objek wisata yang menarik karena keindahannya yang mempesona, di sisi lain di dalam Kawasan Cagar Alam tidak boleh ada kegiatan kecuali yang mendukung terhadap kawasan tersebut. Kondisi tersebut menyebabkan Danau Kastoba menjadi polemik dalam pengelolaanya. Pengelolaan Danau Kastoba di masa yang akan datang perlu ada kebijakan yang mengatur apakah menggunakan sistem zonasi atau dipertahankan statusnya sebagai kawasan Cagar Alam.
Danau Kastoba selain sebagai tempat berlibur, juga kerap digunakan sebagai tempat ritual bagi sebagian masyarakat Bawean, sehingga pada musim-musim tertentu ramai dikunjungi oleh masyarakat yang ingin mengadakan ritual. Keunikan lain yang bisa dinikmati di desa sekitar danau adalah Durung yang merupakan bangunan khas bawean, di dalamnya menyimpan padi yang umurnya puluhan tahun.
Prioritas ke tiga adalah Penangkaran Rusa Bawean yang merupakan pusat pelestarian satwa Rusa Bawean secara eksitu yang saat ini status satwa ini terancam punah dan habitat alaminya hanya ada di Pulau Bawean. Pemilihan
Penangkaran Rusa Bawean diharapkan bisa menjadi tempat melestarikan satwa tersebut sehingga populasinya stabil.
Penangkaran Rusa Bawean berada diantara perbukitan dan antara hutan primer dan sekunder, sehingga tempat ini memiliki pemandanganyang indah dan udara yang segar.
Penangkaran Rusa Bawean bisa dikembangkan ke arah wisata pendidikan. Kegiatan yang dilakukan adalah pendidikan lingkungan, pengenalan berbagai jenis pohon, cara menanam pohon dan mengenal Rusa Bawean. Kegiatan ini bersenergi dengan pengunjung yang rata-rata usia sekolah.
Prioritas ke empat dalam pengembangan wisata di Bawean adalah Pantai Pasir Putih. Pantai ini merupakan salah satu objek wisata yang menawarkan keindahan pantai dengan kombinasi hutan mangrove yang menjadi habitat burung air, selain itu yang paling dicari oleh masyarakat ada disini yaitu pohon santegi.
Pantai ini dikelola oleh sebuah keluarga dengan ancaman dan tantangan yang cukup besar. Pantai yang dulunya rusak sehingga tanah pertanian disekitarnya tidak dapat digunakan, saat ini sudah bisa dimanfaatkan untuk pertanian. Burung air yang berada di pantai ini terus bertambah.
Pengembangan objek wisata Pantai Pasir Putih agar pantai ini terus diperhatikan demi kelangsungan ekosistem dan pertanian masyarakat bawean yang saat ini mulai terabaikan oleh pemerintah, fasilitas yang ada sudah mengalami rusak berat dan tantangan pengrusakan hutan mangrove serta ancaman bagi kehidupan burung air.
Prioritas ke lima pengembangan wisata di Pulau Bawean adalah pantai selayar, pantai yang berada berdekatan dengan Pulau Selayar tersebut memiliki hamparan pasir yang indah apalagi saat air surut sehingga pengunjug bisa berjalan kami di pasir untuk menuju ke Pulau Selayar. Kegiatan lai yang bisa dilakukan adalah treking mengitari Pulau Selayar dan Pulau Menuri sambil menikmati keunikan batu-batu yang berada di Pantai Pulau Selayar.
Prioritas ke enam adalah air terjun, Pulau Bawean Memiliki 3 objek wisata air terjun yang tersebar di Pulau Bawean, yaitu Air Terjun Laccar, Air Terjun Kuduk-kuduk dan Air Terjun Gunung Durin. Air terjun – air terjun tersebut dikelola oleh masyarakat sekitar. Pembangunan yang pernah dilakukan oleh
pemerintah daerah adalah pembangunan jalan menuju objek sekaligus sebagai jalan desa yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.
Pengembangan air terjun sebagai objek wisata diharapkan menjadi motor pengerak bagi ekonomi bagi masyarakat sekaligus agar perhatian terhadap sumber air yang saat ini dikelola secara swadaya oleh masyarakat bisa dikelola oleh pemerintah daerah agar keberlasungannya bisa tetap terjaga.
Prioritas ke tujuh bagi pengembangan objek wisata di bawean adalah sumber air panas. Air panas dibawean terdapat dibeberapa desa, salah satu yang pernah dikembangkan oleh pemerintah daerah dalam bentuk pembangunan kamar mandi yang khusus air panas yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, letaknya di desa Kota Kusuma. Saat ini kondisi pemandian tersebut sudah mengalami kerusakan akibat tidak adanya perawatan dan termakan oleh usia.
Air panas yang juga pernah dibuatkan fasilitas berupa kolam kecil berada di desa Kepuh Teluk. Kurangnya perawatan menyebabkan kolam air panas ini dipenuhi lumut. Sumber ar panas lainnya berada di Desa Sungai Rujing, Desa Gelam dan Desa Kota Kusuma.
Dilihat dari potensi pengunjung, sumber air panas di Bawean tidak menarik minat masyarakat untuk menikmatinya, hal ini mungkin disebabkan belum ada pengelolaan yang baik dari keunikan air panas tersebut. Sehingga ke depan pengelolaan air panas sebagai objek wisata perlu dikombinasikan dengan atraksi wisata lain yang mampu menarik minat pengunjung untukdatang.