• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analytical Hierarchy Process

4.2 Tahapan Penelitian

4.2.2 Analytical Hierarchy Process

Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process/AHP) adalah suatu metode yang dapat digunakan oleh pengambil keputusan agar dapat memahami kondisi suatu sistem dan membantu dalam melakukan prediksi dan pengambilan keputusan (Saaty 1993). Metode AHP digunakan untuk memodelkan strategi peningkatan dayasaing minyak pala Indonesia dengan menggunakan penilaian komparasi berpasangan (pairwise comparisons) atau analisa pendapat terhadap semua pihak yang terlibat dengan permasalahan tersebut. Tolok ukur konsistensi pendapat yang diberikan oleh responden untuk semua pihak yang terlibat menggunakan rasio konsistensi (CR). Menurut Budiharsono (2001), dalam memecahkan masalah dengan menggunakan analisis AHP mempunyai keuntungan sebagai berikut :

i. Kesatuan (AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk berbagai permasalahan yang tak terstruktur).

ii. Kompleksitas (AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem dalam memecahkan permasalahan kompleks).

33 iii. Saling ketergantungan (AHP dapat menangani saling ketergantungan

elemen dalam suatu sistem dan tak memaksakan pemikiran linier).

iv. Penyusunan hierarki (AHP mencerminkan kecenderungan untuk memilih elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat).

v. Pengukuran (AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal terwujud untuk menetapkan prioritas).

vi. Konsistensi (AHP melacak kosistensi logis dari pertimbangan- pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas), vii. Sintesis (AHP menuntut taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap

alternatif).

viii. Tawar menawar (AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka).

ix. Penilaian dan konsensus (AHP tidak memaksa konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang refresentatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda) dan

x. Pengulangan proses (AHP memungkinkan orang-orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan).

Diagram alir proses hierarki analitik disajikan pada Gambar 7 dengan penjabaran sebagai berikut:

1) Identifikasi Sistem

Dalam praktek, tidak ada prosedur untuk membangkitkan tujuan, kriteria dan aktifitas yang dilibatkan dalam suatu hierarki bahkan dalam sistem yang lebih umum. Masalahnya adalah tujuan apa yang dipilih untuk mendekomposisikan kompleksitas sistem (Saaty 1993).

Hal yang dapat dilakukan dalam tahap identifikasi sistem sebelum tahap penyusunan hierarki adalah mempelajari literatur untuk memperkaya ide atau diskusi untuk mendapatkan semua konsep yang relevan dengan permasalahan.

Pendekatan sistem dilakukan dengan cara menganalisis faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap dayasaing minyak pala serta asumsi-asumsi

Gambar 7. Diagram alir analisis hierarki proses (Saaty 1996)

Identifikasi sistem

Penyusunan hierarki

Penyusunan matrik pendapat Individu

Revisi pendapat

Penyusunan matriks gabungan

Perhitungan vektor prioritas

Pengolahan vertikal

Vektor prioritas sistem

Revisi Pendapat Mulai Selesai CI;CR memenuhi ? CI;CR memenuhi ?

35 untuk masa yang akan datang. Pendekatan yang tepat diharapkan mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai para pelaku usaha minyak pala Indonesia.

2) Penyusunan Hierarki

Hierarki adalah abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan juga dampak-dampaknya pada sistem. Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari suatu puncak atau sasaran utama (ultimate goal) turun ke sub-sub tujuan tersebut, lalu ke pelaku (aktor yang memberi dorongan), turun ke tujuan-tujuan pelaku dan kemudian kebijakan- kebijakannya, strategi-strategi dan akhirnya hasil dari strategi-strategi tersebut. Dengan demikian hierarki adalah suatu sistem dengan tingkat-tingkat (level) keputusan yang terstratifikasi dengan beberapa elemen keputusan pada setiap tingkat keputusan. Penyusunan hierarki atau struktur keputusan dilakukan untuk menggambarkan elemen sistem atau alternatif keputusan yang teridentifikasi. Abstraksi susunan hierarki keputusan menurut Saaty (1993) digambarkan sebagai berikut:

Level 1. Focus Sasaran Utama

Level 2. Forces F FF FFF ...

Level 3. Actors A AA AAA ...

Level 4. Objectives O OO OOO ...

Level 5. Scenario S SS SSS ...

Menurut Saaty (1993), tiap tingkat dari hierarki keputusan mempengaruhi faktor puncak atau tujuan utama dengan intensitas yang berbeda. Melalui penerapan teori matematika dapat dikembangkan metoda yang mengevaluasi dampak dari suatu tin gkat keputusan terhadap tingkat keputusan terdekat berdasarkan komposisi kontribusi relatif (prioritas) dari tiap elemen pada tingkat keputusan.

3) Penyusunan Matrik Pendapat a. Komparasi Berpasangan

Didalam menentukan tingkat kepentingan (bobot) dari elemen-elemen keputusan yang ada pada setiap tingkat hierarki keputusan, penilaian pendapat (judgement) dilakukan dengan menggunakan fungsi berpikir yang dikombinasikan dengan intuisi, perasaan, dan penginderaan. Penilaian pendapat dilakukan dengan kombinasi berpasangan yaitu membandingkan setiap elemen dengan elemen lainnya pada setiap tingkat hierarki secara berpasangan sehingga didapat nilai tingkat kepentingan elemen dalam bentuk pendapat kualitatif.

Dalam pengkajian ini digunakan nilai skala komparasi 1 sampai dengan 9 (Tabel 7). Hasil penelitian Saaty pada tahun 1980 untuk berbagai permasalahan telah membuktikan bahwa nilai skala komparasi 1 sampai dengan 9 adalah yang terbaik, yaitu berdasarkan pertimbangan tingginya akurasi, yang ditunjukkan dengan nilai RMS (Root Mean SquareDeviation) dan MAD (Mean Absolute Deviation).

Tabel 7 Skala Penilaian Perbandingan Saaty*

Intensitas

Kepentingan Keterangan

1 Kedua elemen sama pentingnya

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lain 5 Elemen yang satu jelas penting dari elemen yang lain 7 Satu elemen sangat jelas lebih penting dari elemen yang lain 9 Satu elemen mutlak lebih penting dari elemen yang lain

2,4,6,8 Apabila ragu-ragu diantara kedua nilai pertimbangan yang berdekatan 1/(1-9) Kebalikan nilai tingkat kepentingan skala 1-9

Sumber: Saaty (1980)

b. Matriks Pendapat Individu

Jika C1, C2, ..., Cn adalah set elemen suatu tingkat keputusan dalam hierarki, maka kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi berpasangan tiap elemen terhadap elemen lainnya akan membentuk matriks A yang berukuran n x n.

37 c. Matriks Pendapat gabungan

Matriks pendapat gabungan (G) merupakan susunan matrik baru yang elemen matriksnya (Gij) berasal dari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat individu (aij) yang rasio konsistensinya (CR) memenuhi persyaratan.

d. Pengolahan Horizontal

Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas elemen-elemen keputusan pada setiap tingkat hierarki keputusan. Perhitungan yang dilakukan pada pengolahan horizontal meliputi perkalian baris, Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen, perhitungan nilai eigen maksimum (? max), Perhitungan indeks konsistensi (CI), perhitungan rasio konsistensi (CR).

e. Pengolahan Vertikal

Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama.

f. Revisi Pendapat

Penggunaan revisi pendapat sangat terbatas mengingat akan terjadi penyimpangan jawaban dari jawaban sebenarnya. Revisi pendapat dilakukan apabila rasio konsistensi (CR) pendapat cukup tinggi.

Dokumen terkait