• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2.2. Identifikasi Faktor-faktor Strategis

5.2.2.2. Ancaman

Hasil identifikasi menunjukan ada enam poin ancaman bagi Pasar Segar Depok. Ancaman-ancaman tersebut adalah:

1) Hambatan Masuk Pendatang Baru

Industri pasar atau pusat perbelanjaan adalah sebuah industri dengan karakteristik yang berbeda dengan industri lain yang spesifik pada satu jenis produk. Berbeda karena produk yang diperjual-belikan adalah berbagai jenis barang dan jasa dari berbagai bidang industri lainnya. Sehingga jika kita berbicara industri pasar-pusat perbelanjaan, di dalamnya termasuk berbagai komoditas seperti pakaian, bahan makanan/minuman, jasa dan lain-lain. Tingkat hambatan masuknya pendatang baru pada industri ini relatif besar. Hal ini terlihat dari enam sumber utama hambatan masuk seperti dikatakan Pearce dan Robinson, lima diantaranya memiliki hambatan yang yang cukup besar bagi masuknya pendatang baru. Sumber utama yang memiliki hambatan besar adalah 1) Skala Ekonomi, 2) Kebutuhan Modal, 3) Hambatan Biaya Bukan Karena Biaya, 4) Akses ke Saluran Distribusi dan 5) Kebijakan Pemerintah. Sementara differensiasi produk memiliki hambatan yang relatif kecil. Melihat hal ini meskipun faktor ancaman masuknya pendatang baru bukan merupakan ancaman utama bagi Pasar Segar Depok, tetapi tetap memerlukan perhatian serius sebagai sebuah ancaman yang bisa datang kapan saja. Saat ini belum ada pendatang baru yang masuk. Ke depan yang perlu dilakukan untuk meminimalisasi dampak masuknya pendatang baru adalah mengidentifikasi perusahaan yang berpotensi masuk dalam

persaingan, memonitor strategi yang mereka pakai dan menyusun langkah serangan balik bila diperlukan.

2) Daya Tawar Suplier/ Pedagang

Para pedagang merupakan penyedia produk di Pasar Segar Depok. Keberadaan para pedagang ini menjadi sangat vital mengingat merekalah yang menyediakan berbagai produk yang dibutuhkan pengunjung Pasar Segar Depok. Para pedagang memperoleh produk segar diantarnya ialah dari Pasar Induk Kramat Jati dan sebagian langsung dari petani/peternak di Kota Depok dan sekitarnya. Daya tawar pedagang di Pasar Segar Depok sangat kuat, keputusan dan tindakan mereka untuk membuka tutup toko menjadi permasalahan utama bagi pengelola Pasar Segar Depok.

Kondisi saat ini, jumlah pedagang yang membuka usaha di Pasar Segar terbilang sangat sedikit, hanya ada 7-11 pedagang yang membuka dagangannya, itupun tidak rutin setiap hari. Hal ini menjadi penyebab sepinya Pasar Segar Depok. Kondisi ini mengindikasikan suplier/pedagang memiliki bargaining position yang kuat untuk kelangsungan Pasar Segar Depok. Pedagang memiliki peran yang signifikan terhadap keberhasilan Pasar, karenanya kekuatan tawar pedagang ini menjadi ancaman yang serius. Pedagang langsung berinteraksi dengan konsumen yang datang ke Pasar Segar Depok. Kekuatan tawar pedagang ini direspon cukup baik oleh pengelola, di mana pengelola sering mengadakan komunikasi langsung dengan para pedagang. Komunikasi langsung dengan menayakan kabar bisnis mereka, kendala yang mereka rasakan dan menampung apa yang menjadi aspirasi mereka. Secara teori, David (2006) mengatakan

kondisi besarnya kekuatan tawar suplier dapat diantisipasi dengan melakukan strategi integrasi ke belakang untuk mendapatkan kendali atau kepemilikan pemasok. Namun, dalam kasus ini sulit dilakukan, karena Pasar Segar Depok ini adalah sebuah pasar yang mana melibatkan pedagang yang independen sebagai penjual. Strategi yang mungkin dilakukan adalah membangun hubungan yang baik antara pengelola pasar dengan para pedagang pasar agar terjalin kerjasama yang baik dan saling menguntungkan.

3) Pasar Pesaing yang Ada

Persaingan antar perusahaan sejenis biasanya merupakan kekuatan terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil hanya jika mereka memberikan keunggulan kompetitif dibanding strategi yang dijalankan perusahaan lain (David, 2006). Pasar Segar Depok berada dalam jarak yang tidak terlalu jauh dari pasar-pasar lain. Pasar pesaing yang ada meliputi pasar tradisional konvensional dan pasar swalayan. Pasar tradisional yang menjadi pesasing Pasar Segar Depok adalah Pasar Agung yang berjarak 10 menit dari Pasar Segar Depok, Pasar Musi yang berjarak 15 menit dari Pasar Segar dan Pasar Kemiri Muka yang berjarak 20 menit dari Pasar Segar. Sedangkan pasar swalayan yang menjadi pesaing Pasar Segar Depok adalah Tip Top yang hanya berjarak 5 menit dari Pasar Segar Depok. Tip Top merupakan swalayan yang menjual aneka produk kebutuhan pokok sehari-hari termasuk produk segar seperti sayur, buah, bumbu dapur, ayam, ikan daging dan lain-lain. Pasar-pasar pesaing ini menjadi ancaman bagi Pasar Segar Depok karena langsung atau tidak langsung dapat mengurangi pangsa pasar yang ada. Faktor

jarak yang terlalu dekat juga menjadi pertimbangan masyarakat dalam memilih tempat berbelanja. Pasar Segar Depok harus memiliki keunggulan dibandingkan pasar pesaing yang ada jika ingin memenangkan persaingan.

4) Produk Substitusi

Esensinya, produk substitusi adalah produk yang memiliki fungsi yang hampir sama dan dapat menggantikan fungsi produk utama. Tekanan kompetisi yang berasal dari produk substitusi meningkat sejalan dengan menurunnya harga relatif dari produk substitusi dan sejalan dengan biaya konsumen untuk beralih ke produk lain menurun. Pasar Segar Depok bukan merupakan perusahaan yang memproduksi atau menjual suatu komoditas spesifik tertentu. Sehingga jika dikaitkan dengan salahsatu dari lima faktor kekuatan Porter, sekilas yang dapat kita lihat bahwa faktor produk substitusi ini tidak ada dalam dalam kasus Pasar Segar Depok. Tetapi jika kita analisis lebih jauh, karena pasar merupakan jasa penyediaan transaksi jual beli, ancaman produk/ jasa substitusi tetap ada, seperti keberadaan minimarket dan pedagang sayur keliling. Keberadaan minimarket menjadi alternatif masyarakat dalam berbelanja kebutuhan pokok, termasuk juga pedagang sayur keliling dapat menjadi tempat pengganti pasar.

5) Kenaikan Harga Komoditas

Harga komoditas khususnya komoditas pangan yang menjadi kebutuhan pokok tidak terlepas dari adanya fluktuasi harga. Terutama pada masa-masa menjelang Bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, sudah menjadi hal yang biasa terjadi berbagi harga kebutuhan pokok melonjak naik. Seperti yang telah terjadi pada musim Bulan Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2013 ini, masyarakat merasa

resah karena sebagian besar harga kebutuhan pokok melonjak naik. Selain itu kenaikan harga bisa dipicu pada faktor kelangkaan pasokan baik yang bersifat nasional maupun lokal. Hal ini menjadi ancaman tersendiri pagi pasar dan para pedagang. Kenaikan harga membuat daya beli masyarakat menurun dan mengganggau roda bisnis dan perekonomian. Langkah yang perlu diambil untuk mempertahankan minat dan daya beli masyarakat diantaranya adalah dengan mengadakan pasar murah atau voucher belanja.

6) Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak & Tarif Dasar Listrik

Pada tanggal 22 Juni 2013 pukul 00.00 WIB pemerintah pusat resmi mengumumkan kenaikan harga Bahan bakar Minyak (BBM). Kenaikan harga BBM terjadi untuk jenis premium dan solar. Harga premium yang semula Rp.4.500,- naik menjadi Rp.6.500,-. Sedangkan harga Solar naik menjadi Rp.5.500,- dari harga semula Rp.4.500,-. Sesuai ketentuan pasal 4, pasal, 5, dan pasal 6, Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2013 tentang harga jual eceran dan konsumen jenis bahan minyak tertentu pengumuman penyesuaian harga BBM bersupsidi ini disampaikan oleh Menteri ESDM Jero Wacik di Kantor Kemenko Perekonomian di Jln. Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Kenaikan harga BBM dan Tarif Tasar Listrik (TDL) secara tidak langsung akan berdampak pada fluktuasi harga. Fluktuasi harga akan sedikit banyak mempengaruhi daya beli masyarakat. Jika tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan, masyarakat akan cenderung mengurangi konsumsi, khususnya pada kebutuhan non primer. Jika melihat kondisi seperti ini, jelas kenaikan harga BBM menjadi ancaman yang akan mengurangi daya beli dan belanja konsumen di Pasar Segar Depok.

Dalam dokumen Strategi pengembangan pasar segar Depok (Halaman 124-129)

Dokumen terkait