• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

8. Ancaman Pendatang Baru

 Banyaknya pesaing-pesaing baru yang bermunculan

Peluang LGH

1. Kemajuan teknologi

Perkembangan teknologi informasi, budidaya tanaman, dan transportasi yang mengalami kemajuan yang semakin pesat, sangat mendukung dalam kegiatan bisnis perusahaan. Penerapan teknologi dalam budidaya krisan yaitu berupa penggunaan rumah naungan (green house) dan alat-alat pertanian modern seperti sprinkler, timer contractor dan hand sprayer. Sedangkan teknologi dalam teknis budidaya yaitu cyclic of lamp atau night break, dan aplikasi pupuk cair susulan. Teknologi informasi dan komunikasi yang juga semakin berkembang dapat menjadi peluang bagi perusahaan sebagai sarana untuk mempromosikan produk yang dihasilkan. Adanya alat komunikasi yang semakin canggih saat ini seperti telepon dan telepon selular dapat mempercepat proses komunikasi antara produsen dengan pemasok dan pembeli, serta media internet sebagai sarana untuk mempromosikan produk dan juga sebagai sarana belajar bagi pemilik dan pengelola LGH. Perkembangan teknologi dalam bidang transportasi juga dapat menjadi peluang perusahaan untuk mempermudah mendapatkan pasokan bahan baku dari pemasok serta mendistribusikan produknya kepada pelanggan. Keseluruhan teknologi ini dapat menjadikan perusahaan lebih efisien dan hal ini menjadi suatu peluang bagi perusahaan.

2. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin baik

Pertumbuhan ekonomi yang semakin baik berpengaruh terhadap daya beli masyarakat yang semakin meningkat. Faktor perekonomian sangat sangat besar pengaruhnya terhadap berbagai hal khususnya bagi kelangsungan usaha. Pertumbuhan ekonomi yang membaik tersebut digambarkan oleh PBD atas harga berlaku dan atas harga konstan yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan tersebut didukung juga dengan meningkatnya PNB serta pendapatan nasional baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan, sehingga dengan demikian dapat menggambarkan kesejahteraan masyarakat

Indonesia yang semakin sejahtera dan meningkatnya daya beli masyarakat. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap peningkatan permintaan bunga potong krisan dan menjadi peluang bagi LGH.

3. Perubahan perilaku dan gaya hidup masyarakat di kota-kota besar

Pada perayaan pesta pernikahan, krisan menjadi bunga pilihan untuk menjadi pengisi dalam rangkaian hiasan meja, pelaminan dekorasi ruangan, bahkan rangkaian ucapan selamat. Sedangkan pada saat ulang tahun, kelahiran, kematian, dan pembukaan gedung atau perkantoran yang baru umumnya bunga krisan menjadi pilihan untuk mengisi rangkaian ucapan selamat. Selain itu pada saat perayaan hari-hari istimewa seperti tahun baru, valentine, imlek, kemerdekaan, dan natal, bunga krisan juga banyakan digunakan. Sehingga pada saat terjadi peristiwa-peristiwa tersebut permintaan bunga krisan meningkat dan tentunya kondisi tersebut menjadikan peluang bagi LGH untuk meningkatkan penjualannya.

4. Tidak adanya produk subsitusi penuh

Produk pengganti merupakan produk lain yang muncul dalam bentuk berbeda-beda tetapi keberadaannya mampu memberikan kepuasan atas fungsi yang sama. Ancaman dari produk pengganti tidak berpengaruh terhadap usaha bunga krisan, hal ini dikarenakan produk bunga krisan merupakan bunga potong yang unik, memiliki variasi bentuk dan warna yang indah. Selain itu krisan juga termasuk bunga utama dalam rangkaian bunga dan produk bunga yang lain tidak dapat secara sempurna menggantikannya. Kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk terus dapat mengembangkan usaha bunga krisan

Ancaman LGH

1. Kurangnya dukungan pemerintah terhadap usahatani perseorangan

Meskipun telah terdapat kebijakan pemerintah dibidang hortikultura mengenai enam pilar pengembangan hortikultura, akan tetapi saat ini fokus pemerintah terhadap kebijakan tersebut yaitu kepada kelompok-kelompok petani kecil. Sehingga keseluruhan program yang digalakan oleh pemerintah ditujukan untuk kelompok tani. Selain itu kebijakan pemerintah terhadap pengembangan hortikultura difokuskan pada komoditas unggulan tiap wilayah. Kecamatan Pacet termasuk kedalam program pengembangan kawasan agribisnis hortikultura pewilayah pemerintah Kabupaten Cianjur dengan komoditas unggulan bunga krisan. Hal tersebut menunjukkan bahwa belum adanya dukungan pemerintah daerah untuk pelaku usaha bunga krisan yang tidak tergabung dalam kelompok tani. Kurangnya dukungan dari pemerintah dapat menjadi suatu ancaman bagi perusahan untuk dapat mengembangkan usaha bunga potong krisan.

2. Terjadinya perubahan iklim

Terjadinya perubahan iklim saat ini serta cuaca yang tidak menentu menjadi kendala bagi perusahaan dalam kegiatan budidaya bunga potong. Cuaca yang ekstrim, terkadang hujan secara tiba-tiba dan terkadang menimbulkan angin kencang yang dapat merusak green house. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan munculnya hama dan penyakit apabila kelembaban terlalu tinggi, munculnya hama dan penyakit dapat mempengaruhi kualitas dan juga kuantitas bunga potong yang dihasilkan oleh LGH.

3. Banyaknya pesaing-pesaing baru bermunculan

Jawa Barat merupakan sentra produksi bunga potong di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari banyaknya perusahaan sejenis yang ada di daerah Jawa Barat seperti Bogor, Sukabumi, Cianjur, dan Cipanas (Lampiran 1). Potensi pasar yang sangat besar maka peluang masuknya pendatang baru juga cukup besar sehingga membuat persaingan semakin ketat. Pesaing-pesaing tersebut dapat menghasilkan bunga krisan yang lebih berkualitas dari LGH, walupun LGH sudah mempunyai kontrak kerjasama tidak menutup kemungkinan apabila pesaing tersebut lebih unggul secara kualitas, maka konsumen dari LGH akan beralih ke produsen lain dalam rangka memenuhi kebutuhan akan bunga krisan.

Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)

Matriks IFE disusun setelah dilakukan identifikasi faktor internal yang meliputi kekuatan dan kelemahan dari LGH, data dan informasi mengenai aspek internal diperoleh dari hasil identifikasi faktor melalui wawancara, pengamatan lapang, dan diskusi langsung dengan pemilik dan pengelola LGH. Kegiatan diskusi dilakukan untuk mendapatkan persetujuan dari pihak internal yang diwakili oleh pengelola LGH. Persetujuan tersebut untuk lebih memastikan keberadaan faktor tersebut dan memastikan pengaruhnya secara langsung pada LGH. Bobot dari masing-masing faktor ditentukan oleh responden yang terdiri dari empat orang pihak internal. Hasil perhitungan matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)

No Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan

A Ketekunan pemilik dalam mengelola yang usaha 0.16 3.8 0.62 B Kualitas bunga krisan yang bagus 0.12 4.0 0.50 C Keadaan alam yang ideal untuk budidaya bunga

krisan 0.16 3.0 0.49

D Bahan baku berupa bibit didapatkan melalui

produksi sendiri 0.14 3.0 0.42

Total kekuatan 2.05

Kelemahan

E Kualitas SDM yang rendah 0.12 1.30 0.16

F Belum adanya penerapan SOP 0.13 2.00 0.26

G Penerapan sistem informasi manajemen (SIM)

yang masih sederhana 0.14 1.30 0.18

Total kelemahan 0.62

Berdasarkan Tabel 16, kekuatan terbesar LGH adalah ketekunan pemilik dalam mengelola usahanya. Hal ini terbukti dari usahanya yang masih dapat bertahan hingga sekarang dengan sekor 0.62. Dari awal berdirinya hingga sekarang, LGH belum memiliki perencanaan terkait dengan rencana jangka pendek dan jangka panjang, akan tetapi karena keuletan pemiliki dan ketekun yang dimilikinya, LGH dapat berjalan dengan baik. Latar belakang pendidikan pemilik bukan dari orang pertanian sehinga pemilik terus belajar dan belajar untuk memajukan usaha bunga krisan ini dengan tujuan dapat memberikan mafaat untuk orang lain. Sedang untuk kelemahan yang paling besar dan berpengaruh terhadap kegiatan usaha LGH adalah kualitas SDM yang rendah dengan sekor 0.16. Sampai saat ini LGH belum mempunyai perencanaan tertulis terkait dengan program kerja, sehingga kondisi dilapangan tugas dari karyawan sifatnya situasional.

Analisis Matriks EFE (ExtrenalFactorEvaluation)

Matriks EFE dihasilkan melalui pembobotan dan pemberian peringkat pada faktor-faktor eksternal kunci. Sama dengan matriks IFE data dan informasi mengenai aspek eksternal diperoleh dari hasil identifikasi faktor melalui wawancara, pengamatan lapang, dan diskusi langsung dengan pemilik dan pengelola LGH. Tabel 17 merupakan hasil perhitungan dari matriks EFE.

Tabel 17 Matriks EFE (External Factor Evaluation)

NO Faktor Strategis Ekternal Bobot Rating Sekor

Peluang

A Kondisi perekonomian Indonesia

yang semakin membaik 0.10 2.25 0.23

B Perubahan perilaku dan gaya hidup

masyarakat di kota-kota besar 0.13 4.00 0.54

C Kemajuan Teknologi 0.14 3.60 0.52

D Tidak adanya produk subsitusi

penuh 0.13 3.00 0.41

Total Peluang 1.72

Ancaman

E Kurangnya dukungan pemerintah

terhadap usahatani perseorangan 0.15 2.30 0.35 F Terjadinya perubahan iklim 0.15 2.15 0.33 G Banyaknya pesaing-pesaing baru

yang bermunculan 0.16 2.85 0.47

Total Ancaman 1.16

Berdasarkan pada perhitungan matriks EFE (Tabel 17), peluang yang paling besar adalah perubahan perilaku dan gaya hidup masyarakat di kota-kota besar dengan sekor 0.54. Konsep “go green” yang sedang ramai di masyarkat berpengaruh langsung terhadap usaha bunga krisan, yaitu banyaknya permintaan dari bunga krisan untuk acara besar keagamaan, pernikahan, ulang tahun,dll. Ancaman yang paling besar dan berpengaruh terhadap LGH adalah banyaknya pesaing-pesaing baru yang bermunculan dengan sekor 0.47. Pesaing-pesaing tersebut tumbuh dengan berbagai skala ekonomis dan dapat menghasilkan bunga krisan yang lebih berkualitas dari LGH, walupun LGH sudah mempunyai kontrak kerjasama tidak menutup kemungkinan apabila pesaing tersebut lebih unggul secara kualitas, maka konsumen dari LGH akan beralih keprodusen lain dalam rangka memenuhi kebutuhan akan bunga krisan tersebut.

Tahap Pencocokan (Matching Stage)

Setelah diketahui faktor-faktor kunci dari matriks IFE yang menjelaskan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahan dan dari matriks EFE yang menjelaskan tentang peluang dan ancaman yang dimiliki oleh perusahaan, maka tahap selanjutnya adalah tahap pencocokan. Tahap pencocokan berfokus pada penciptaan strategi alternatif yang menperhatikan faktor kunci yang ada di aspek eksternal dan internal. Tahap pencocokan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menyelaraskan hasil analisis matriks faktor Internal-Eksternal (IE) dengan analisis mariks SWOT. Analisis matriks tersebut dipilih karena merupakan alat analisis yang efiseien dan dirumuskan berdasarkan kondisi dari perusahaan.

Analisis Matriks IE

Matriks IE merupakan penggabungan dari matriks IFE dan Matriks EFE. Tujuan penggunaan matriks IE adalah untuk memperoleh strategi bisnis dengan cara melihat posisi pada saat ini serta merumuskan strategi apa yang akan digunakan berdasarkan kondisi dari perusahaan. Pada Gambar 9, total sekor IFE adalah 2.67 yang menggambarkan bahwa LGH berada pada kondisi internal sedang dan sekor total EFE adalah 2.88 yang artinya bahwa kondisi eksternal perusahan dalam kondisi rendah.

Gambar 9 Matriks IE LGH

Berdasarkan hasil matriks IE, posisi LGH berada pada kuadran V yang merupakan posisi pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Pada posisi ini strategi yang dapat dilakukan adalah penetrasi pasar (market penetration) dan pengembangan produk (product development).

Dokumen terkait