• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi pengembangan produk ( product development )

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Strategi pengembangan produk ( product development )

David (2006) menjelaskan bahwa strategi pengembangan produk merupakan meningkatkan penjualan dengan cara meningkatkan dan memodifikasi produk-produk atau jasa yang ada saat ini. Cara yang tepat untuk melakukan strategi ini adalah melakukan sebuah riset dan pengembangan serta sebuah laboratorium, namun LGH belum mempunyai laboratorium untuk melakukan riset dan pengembangan tersebut, dikarenakan LGH masih merupakan usaha kecil yang terbatas akan modal. Namun upaya yang dapat dilakukan dalam pengembangan produk adalah dengan cara memperbaiki pola tanam agar menghasilkan produk yang optimal.

Matriks IE digunakan untuk menghasilkan gambaran strategi yang secara umum dari kondisi internal dan eksternal perusahaan. Agar diperoleh strategi yang lebih spesifik maka digunakan matriks SWOT yang dibuat dengan melihat faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, dengan kata lain strategi yang akan diperoleh melalui matriks SWOT dirumuskan berdasarkan pada pengembangan dari matriks IE.

Skor IFE

Kuat Rata-rata Lemah (3,0-4,0) (2,0-2,99) (1,0-1,99) 4,0 Tinggi (3,00- 3,99) Skor 3,0 EFE Menengah (2,00-2,99) 2,0 Rendah (1,00-1,99) I II III IV V VI VII VIII IX

Analisis Matriks SWOT

Analisis matriks SWOT dilakukan setelah menganalisis dari matriks IFE dan EFE kemudian dilanjutkan dengan matriks IE untuk mengetahui posisi perusahaan. Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi yang didapat pada matriks IE. Penggunaan matriks SWOT ini akan menghasilkan strategi yang harus digunakan secara lebih detail. Matriks SWOT terdiri dari pengembangan empat alternatif strategi kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities) dan ancaman (Threat) pada perusahaan. Hasil analisis matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Matriks SWOT Lulu Green House Internal

Eksternal

Kekuatan (Strength)

1.Ketekunan pemilik dalam mengelola usaha 2.Kualitas bunga krisan

yang bagus

3.Keadaan alam yang ideal untuk budidaya bunga krisan

4.Bahan baku berupa bibit didapatkan melalui produksi sendiri Kelemahan (Weaknesses) 1.Kualitas SDM yang rendah

2.Belum adanya SOP dalam kegiatan budidaya bunga krisan

3.Penerapan sistem informasi manajamen (SIM) yang masih sederhana

Peluang (Opportunities)

1. Kondisi perekonomian Indonesia yang semakin meningkat

2. Perubahan perilaku dan gaya hidup masyarakat di kota-kota besar 3. Kemajuan teknologi 4. Tidak adanya produk

subsitusi penuh

Strategi S-O

 Mempertahankan kualitas (S1, S2, S3, S4, O1, O2, O3, O4)

Strategi W-O  Merumuskan SOP perencanaan produksi (W1, W2, W3, O1, O2, O3) Ancaman (Threats) 1. Kurangnya dukungan pemerintah terhadap usahatani perseorangan 2. Terjadinya perubahan iklim 3. Banyaknya pesaing- pesaing baru yang bermunculan Strategi S-T  Menambah varietas bunga krisan (S1, S2, S3, S4, T3) Strategi W-T  Bergabung kedalam koperasi atau asosiasi (W1, W2, W3, T1, T2, T3)

Berdasarkan analisis SWOT pada Tabel 19, terdapat beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh LGH sebagai berikut.

1. Strategi SO (Strength-Opportunities)

Strategi S-O merupakan strategi diciptakan dengan mendayagunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi S-O yang dapat diterapkan oleh CV. Wahyu Makmur Sejahtera yaitu :

 Mempertahankan kualitas

Perusahaan harus mempertahankan kualitas tanaman yang baik karena perubahan prilaku dan gaya hidup masyarakat dikota-kota besar yang saat ini lebih senang menerapkan hidup sehat dengan menciptakan lingkungan yang asri. Kondisi perekonomian Indonesia yang semakin meningkat menjadikan kualitas merupakan persyaratan yang sangat penting bagi usaha dibidang florikultur. Penampilan bunga krisan yang segar, tidak rusak, dan daun yang tidak terserang penyakit juga harus diperhatikan dalam memasarkan bunga krisan. Upaya yang harus dilakukan untuk mempertahankan kualitas bunga adalah dengan memanfaatkan ketekunan pemilik dalam mengelola usaha, kemajuan teknologi dalam bidang budidaya bunga krisan serta didukung oleh keadaan alam yang ideal untuk budidaya bunga krisan dan bibit yang dipakai merupakan bibit yang diproduksi sendiri sehingga kualitas dari bunga krisan sudah dapat dikontrol pada saat masih berupa bibit sangat mendukung upaya dari perusahaan untuk menerapkan strategi mempertahankan kualitas.

2. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities)

Strategi W-O adalah strategi yang ditujukan untuk mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi yang dapat diterapkan oleh LGH adalah :

 Merumuskan SOP perencanaan produksi

SOP adalah dokumen tertulis yang memuat prosedur kerja secara rinci, tahap demi tahap dan sistematis, dengan SOP diharapkan dapat meningkatkan produktifitas, produksi dan mutu hasil krisan potong sesuai target yang telah di tetapkan, meningkatkan efisiensi produksi bunga krisan, mengatasi permasalahan teknis yang menyebabkan target produksi tidak tercapai, melakukan koreksi terhadap kesalahan teknis yang terjadi secara berulang hingga mengakibatkan penurunan produksi dan mutu hasil, mempertahankan kelestarian lingkungan produksi, menjaga kesehatan, keselamatan dan keamanan pekerja secara berkelanjutan.

3. Strategi ST (Strength-Threats)

Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman eksternal perusahaan. Strategi S-T yang dapat diterapkan oleh LGH adalah :

 Menambah varietas bunga krisan

Saat ini varietas bunga krisan yang ditanam adalah Fiji, Pingpong Euro Remix ,Puma, Reagent. Untuk meningkatkan daya saing dari pendatang baru, pengembangan varietas yang ditanam dapat memberikan suatu kekuataan tersendiri bagi LGH. Salah satu contoh varietas varietas unggulan yang dapat kembangkan adalah varietas puspita nusantara (Puspita nusantara chrysanthenum variety), hasil inovasi Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) dan Badan Litbang Pertanian. Keunggulan dari varietas tersebut adalah daun bunga berwarna kuning lembut, berbunga cepat, dan kebal terhadap penyakit.

4. Strategi WT (Weaknesse-Threats)

Strategi W-T adalah strategi yang ditujukan untuk mengurangi kelemahan internal yang dimiliki perusahaan dan menghindari ancaman eksternal yang ada. Strategi yang diterapkan LGH adalah :

 Bergabung kedalam koperasi atau asosiasi

Strategi ini membantu LGH dalam mengatasi kelemahan dalam rendahnya kemampuan promosi serta melindungi diri dari ancaman persaingan industri yang ketat. Kecamatan Sukaresmi terdapat sebuah asosiasi produsen tanaman bunga krisan namun asosiasi tersebut bukanlah bentukan dari pemerintah, melainkan dibentuk secara swadaya oleh petani di wilayah Sukaresmi. Sementara asosiasi yang dibentuk oleh pemerintah merupakan sebuah kelompok tani binaan Dinas Pertanian untuk mengembangkan usaha porduksi bunga krisan. Kelebihan dari mengikuti asosiasi ini adalah kemudahan dalam mengakses daftar pemasok, menawarkan produk di bursa pasar florikutur, membantu mempromosikan produk anggota pada berbagai kegiatan yang dihadiri, medapatkan informasi lewat surat kabar dan memperoleh informsai khusus. Bergabungnya LGH dalam asosiasi akan mempermudah LGH dalam melakukan penetrasi pasar dan pengembangan produk. Manfaat lain dengan gabung dengan asosiasi ataupun kelompok tani adalah dapat meningkatkan kualitas SDM dengan cara mengikuti pelatihan yang diselenggarakan ataupun berdiskusi dengan sesama anggota guna mendapatkan informasi-informasi tambahan tentang usaha budidaya bunga krisan sekaligus

Berdasarkan hasil analisis SWOT menghasilkan enam strategi yang bisa dilakukan oleh LGH dalam mengembangkan usahanya. Strategi-strategi ini selaras dengan alternatif strategi yang dihasilkan oleh matriks IE yaitu strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Tabel 19 menunjukkan keselarasan strategi yang dihasilkan oleh matriks SWOT dan matriks IE.

Tabel 19 Keselarasan strategi hasil matriks SWOT dan Matriks IE

No Matriks SWOT Matriks IE

1 Mempertahankan kualitas Strategi penetrasi pasar 2 Merumuskan SOP perencanaan

produksi

Strateti pengembangan produk 3 Menambah varietas bunga krisan Strategi pengembangan produk 4 Bergabung kedalam koperasi atau

asosiasi

Strategi pengembangan produk, Strategi penetrasi pasar

Tahap Keputusan (Decision Stage)

Tahap keputusan (decision stage) merupakan tahap ketiga atau terakhir dalam tahap-tahap formulasi strategi. Pada tahap ini dilakukan pemilihan strategi terbaik dari prioritas strategi yang dijalankan perusahaan. Alat analisis yang digunakan adalah QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks).

Analisis QSPM

Penggunaan QSPM bertujuan untuk memperoleh strategi alternatif terbaik yang dapat diimplementasikan perusahaan berdasarkan dengan kondisi riil perusahaan. Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor kunci eksternal dan internal dimanfaatkan dan diperbaiki. Responden yang dipilih untuk menentukan daya tarik relatif adalah dari pihak pengelola yaitu Ibu Lina, alasan pemilihan responden ini adalah bahwa responden merupakan pengambil keputusan utama, dan telah mengetahui seluk beluk industri bunga potong saat ini dan disebabkan juga karena Ibu Nurjanah selaku pemilik sudah jarang terlibat kedalam kegiatan budidaya bunga krisan milikinya dikarenakan kesibukan diluar usaha. Hasil analisis QSPM menunjukkan bahwa alternatif strategi merumuskan SOP untuk perencanaan produksi menjadi yang paling diprioritaskan dengan sekor 6.94. Berikut hasil analisis QSPM berturut-turut dari yang paling besar sampai yang paling kecil.

1 Merumuskan SOP perencanaan produksi (6.91) 2 Mempertahankan kualitas (6.61)

3 Menambah varietas bunga krisan (6.58)

4 Bergabung kedalam koperasi atau asosiasi (5.80)

Strategi terpilih yaitu merumuskan SOP untuk perencanaan produksi merupakan strategi yang paling tepat dan sesuai dengan kondisi riil dari perusahaan. Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya SOP adalah perusahan dapat meningkatkan efisiensi deng efektifitas pelakasanaan tugas dan tanggung jawab individu pegawai dan organisasi secara keseluruhan, serta dapat menjadikan perusahaan lebih terstruktur dengan rapi sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan, membantu karyawan untuk lebih mandiri dan tidak tergantung kepada intervensi pengelola, serta menghindari adanya tumpang tindih pelaksanaan tugas.

Dokumen terkait