• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANdengan jumlah dividen yang telah dibayarkan sampai akhir tahun

Dalam dokumen KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2008 (Halaman 168-172)

2007 kurang lebih sebesar Rp 109.185.000.000,- (seratus sembilan milyar seratus delapan puluh lima juta rupiah), maka realisasi pembayaran dividen investasi sampai akhir tahun 2007 telah mencapai kurang lebih sebesar 326% (tiga ratus dua puluh enam persen) dari proyeksi Perjanjian Konsesi; --- 3.8.5.5 Memang benar berdasarkan Perjanjian Konsesi disebutkan tingkat pengembalian investasi kepada pemegang saham menggunakan metode internal rate of return sebesar 26,5% (dua puluh enam koma lima persen), tetapi hal tersebut tidak menutup kemungkinan penggunaan metode-metode lain yang lazim tanpa harus mengesampingkan (tetap mengacu kepada) rencana pengembalian investasi (internal rate of return) sebesar 26,5% (dua puluh enam koma lima persen);--- 3.8.6Bahwa memperhatikan kebutuhan investasi dalam rangka memenuhi

kebutuhan konsumen dan jumlah dividen yang dibayarkan PT ATB, Majelis Komisi menyimpulkan PT ATB hanya mementingkan kepentingan pemegang saham dengan mengesampingkan kewajiban PT ATB untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Pulau Batam sebagaimana diatur dalam Perjanjian Konsesi; --- 3.8.7 Bahwa Majelis Komisi menyimpulkan berdasarkan isi Pasal 33 ayat (3)

Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 6 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Lampiran XII Perjanjian Konsesi, PT ATB berkewajiban untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan pemegang saham dengan kepentingan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan air bersih dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat”; --- 3.9 Tentang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah; --- 3.9.1Bahwa dalam LHPL butir L tentang Kenaikan Tarif Air Bersih PT ATB, Tim

Pemeriksa menyebutkan “Pada penyesuaian tarif yang mulai berlaku pada bulan

Januari 2008, OB melibatkan Pemerintah Kota Batam dan DPRD Kota Batam dalam memutuskan penyesuaian tarif tersebut (sesuai dengan Undang-undang No. 53 Tahun 1999 mengenai Otonomi Daerah dan Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air), tetapi DPRD hanya memberikan rekomendasi agar tarif dikaji oleh lembaga terkait yaitu Badan Pendukung Pengembangan Sistem

Penyediaan Air Minum (BPPSPAM).” ---

3.9.2 Bahwa Majelis Komisi menilai yang dimaksud dengan Undang-undang No. 53 Tahun 1999 mengenai Otonomi Daerah pada butir 3.9.1 di atas

SALIN

AN

halaman 169 dari 180

adalah Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 3.10 Tentang Jumlah Kuisioner yang dikirim oleh Tim Pemeriksa; --- 3.10.1 Bahwa dalam LHPL, butir V angka 1 tentang Hasil Kuesioner Terhadap Para Pengembang, Tim Pemeriksa menyatakan “telah mengirim kuesioner

kepada 84 (delapan puluh empat) pengembang yang menjadi anggota aktif DPD REI Khusus Batam, dan mendapatkan tanggapan dari 35 (tiga puluh lima) pengembang; ---

3.10.2 Bahwa dalam LHPL, butir V angka 1 huruf h menyatakan dari 36 (tiga

puluh enam) pengembang hanya 15 (lima belas) pengembang yang dapat memberikan perincian tambahan pengeluaran tetap dan pengeluaran periodik. Total pengeluaran tetap dari 15 (lima belas) pengembang tersebut sebesar Rp 239.050.000,- (dua ratus tiga puluh sembilan juta lima puluh ribu rupiah) dan total pengeluaran periodik berjumlah Rp 45.050.000,-/bulan (empat puluh lima juta lima puluh ribu rupiah per bulan); ---

3.10.3 Bahwa berdasarkan kuisioner yang diterima, Majelis Komisi menyatakan terdapat 36 (tiga puluh enam) kuisioner yang diisi dan dikembalikan oleh pengembang; --- 3.10.4 Bahwa 1 (satu) kuisioner yang menjadi sumber perbedaan jumlah

kuisioner yang dinyatakan oleh Tim Pemeriksa dalam LHPL dengan temuan Majelis Komisi tidak mencantumkan jumlah kerugian yang diderita oleh pengembang;--- 3.10.5 Bahwa meskipun terdapat perbedaan jumlah kuisioner yang dinyatakan

Tim Pemeriksa dalam LHPL dengan fakta yang ada, Majelis Komisi menilai perbedaan tersebut sama sekali tidak mempengaruhi penghitungan kerugian yang diderita oleh pengembang seperti dinyatakan oleh Tim Pemeriksa dalam LHPL; ---

4. Menimbang bahwa Pasal 17 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 secara lengkap berbunyi sebagai berikut:---

(1) Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat” --- (2) Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas

produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila:--- (a) barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada subsitusinya; atau (b) mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam

SALIN

AN

persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama; atau --- (c) suatu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih

dari 50% pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu ---

5. Menimbang bahwa untuk membuktikan terjadi atau tidak terjadinya pelanggaran Pasal 17 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999, maka Majelis Komisi mempertimbangkan unsur-unsur dalam Pasal 17 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 sebagai berikut;--- 5.1 Pelaku Usaha; --- 5.1.1 Bahwa yang dimaksud pelaku usaha berdasarkan Pasal 1 angka 5

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah setiap orang perorangan

atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi; ---

5.1.2 Bahwa pelaku usaha yang dimaksud dalam perkara ini adalah PT ATB selaku badan usaha yang berbentuk badan hukum yang

didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagaimana diuraikan pada butir 1 Bagian Tentang Hukum; --- 5.1.3 Bahwa PT ATB merupakan perusahaan yang memiliki hak eksklusif

untuk memanfaatkan air baku dan memasok air bersih kepada konsumen di Pulau Batam; --- 5.1.4 Bahwa dengan demikian, berdasarkan uraian pada butir 1 Bagian

Tentang Hukum, maka unsur pelaku usaha terpenuhi; --- 5.2 Penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa;--- 5.2.1 Barang dan atau jasa;--- 5.2.1.1 Bahwa pasar produk yang dimaksud pada perkara ini

sebagaimana diuraikan pada butir 3.1.3.1 Bagian Tentang Hukum, adalah jasa pengelolaan air bersih untuk kebutuhan konsumen; --- 5.2.1.2 Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka (17) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang menyatakan “jasa adalah setiap layanan

yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang diperdagangkan dalam masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha.” ---

5.2.2 Bahwa dengan demikian unsur jasa terpenuhi; --- 5.2.3 Penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau

SALIN

AN

halaman 171 dari 180

Tahun 1999 menyatakan “Pelaku usaha patut diduga atau

dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila: --- (a) barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada

subsitusinya; atau; --- (b) mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke

dalam persaingan usaha barang dan atau jasa yang sama; atau--- (c) suatu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha

menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu ---

5.2.3.2 Bahwa masyarakat yang berada dalam batas-batas Pulau Batam hanya mendapat pasokan air bersih dari PT ATB, meskipun terdapat pelaku usaha lain yang juga melakukan pengelolaan air bersih di Pulau Batam, tetapi masyarakat umum di Pulau Batam tidak dapat beralih untuk mendapat pasokan air bersih dari pelaku usaha lain tersebut. Dengan demikian pelayanan air bersih oleh PT ATB tidak memiliki subsitusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a ; --- 5.2.3.3 Bahwa berdasarkan isi Perjanjian Konsesi disebutkan tujuan

Perjanjian Konsesi dibuat adalah memasok air bersih untuk memenuhi kebutuhan saat Perjanjian Konsesi dibuat dan yang akan datang dalam batas-batas Pulau Batam selama jangka waktu Perjanjian Konsesi sebagaimana diuraikan pada butir 3.1.1 Bagian Tentang Hukum; --- 5.2.3.4 Bahwa berdasarkan Perjanjian Konsesi, PT ATB memiliki hak eksklusif untuk memanfaatkan air baku dan memasok air bersih kepada konsumen di Pulau Batam, sehingga pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam jasa pengelolaan air bersih untuk kebutuhan konsumen dalam batas-batas Pulau Batam, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf b;--- 5.2.3.5 Bahwa berdasarkan Perjanjian Konsesi, PT ATB memiliki hak eksklusif untuk memanfaatkan air baku dan memasok air bersih kepada konsumen di Pulau Batam, sehingga PT ATB merupakan pelaku usaha yang menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen) jasa pengelolaan air bersih untuk kebutuhan

SALIN

AN

Dalam dokumen KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Tahun 2008 (Halaman 168-172)