BAB IV AKIBAT HUKUM TERHADAP PERSEROAN TERBATAS
B. Upaya Yang Dapat Dilakukan
1. Upaya Yang Dilakukan Oleh Perseroan Terbatas
Selama terjadi hambatan-hambatan dalam proses pengajuan permohonan persetujuan dan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas, maka Perseroan Terbatas juga akan mengalami beberapa akibat hukum dalam hal perkembangan bisnis dan juga dalam kaitannya dengan pihak ketiga yang sudah dipaparkan di atas. Oleh karena itu supaya tindakan hukum yang dilakukan pengurus tidak menimbulkan akibat hukum yang meluas dikemudian hari dan terhadap hambatan-hambatan yang terjadi dapat segera di atasi baik itu bagi Perseroan, pengurus maupun pihak ketiga yang berhubungan dengan Perseroan, maka ada upaya yang dapat dilakukan oleh Perseroan. Hal-hal yang dapat dilakukan yaitu pemegang saham meminta pertanggung jawaban dari Direksi melalui mekanisme RUPS dengan mempertanyakan permasalahan yang terjadi kenapa tidak dipenuhinya ketentuan Pasal 21 Undang-Undang Perseroan Terbatas dan kepada Direksi diberikan kesempatan untuk membela dirinya, serta hasil keputusan RUPS dapat ditentukan apakah Direksi tersebut dapat diberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, menghukum atas kerugian yang ditimbulkan akibat kelalaiannya dengan membayar kerugian tersebut yang berdasarkan ketentuan
Pasal 97 ayat (3) bahwa setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketetuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Menurut Pasal 105 Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa “anggota Direksi dapat diberhentikan sewaktu-waktu berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya”. Dan keputusan untuk memberhentikan anggota Direksi diambil setelah yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela dirinya dalam RUPS.127Pemberhentian Direksi ada 2 (dua) macam, yaitu pemberhentian sementara dan pemberhentian seterusnya.
Anggota Direksi dapat diberhentikan sementara oleh Dewan Komisaris dengan menyebutkan alasannya. Pemberhentian sementara diberitahukan secara tertulis kepada anggota Direksi yang bersangkutan. Anggota Direksi yang diberhentikan sementara tidak berwenang melakukan tugas menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan dan tidak berwenang mewakili Perseroan baik di dalam maupun diluar Pengadilan.128
Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal pemberhentian sementara harus diselenggarakan RUPS. Dalam RUPS anggota Direksi yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela dirinya. Terhadap pembelaan diri Direksi yang diberhentikan sementara, RUPS mempunyai dua kemungkinan yaitu RUPS mencabut atau menguatkan keputusan pemberhentian sementara tersebut.
127Pasal 105 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
128Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas, Doktrin, Peraturan Perundang-undangan dan Yurisprudensi, (Yogyakarta : Kreasi Total Media, 2009), hal.259.
Selain itu Pemegang saham juga dapat mengajukan gugatan perdata untuk meminta ganti kerugian terhadap Direksi yang melakukan kelalaian, baik itu atas nama pemegang saham maupun atas nama Perseroan yang merasa dirugikan.
Gugatan tersebut dapat dilakukan secara langsung oleh pemegang saham maupun menunjuk Dewan Komisaris atau orang lain yang berdasarkan penunjukan dari RUPS.
2. Upaya Yang Dilakukan Oleh Notaris
Upaya yang dapat dilakukan agar Perseroan Terbatas mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah dengan cara membuat akta baru yaitu akta pengukuhan atau akta penegasan kembali terhadap akta yang sebelumnya dan diadakannya kembali mekanisme RUPS ulang agar akta pengukuhan atau akta penegasan kembali dapat dibuat. Akta penegasan ini dapat dibuat, apabila di dalam akta perubahan tersebut tidak mengalami perubahan, dan masih tetap sama isi serta bunyinya dengan akta perubahan sebelumnya yang tidak memiliki persetujuan dari Menteri. Dengan kata lain disebutnya akta penegasan kembali karena isi dari akta tersebut adalah berupa penegasan terhadap akta terdahulu yang mana isi keputusan RUPS dalam akta terdahulu dicantumkan kembali pada akta penegasan.129
Untuk dapat membuat akta penegasan kembali berarti pemegang saham Perseroan Terbatas yang bersangkutan harus kembali mengadakan RUPS ulang.
Tujuannya adalah agar dikeluarkannya keputusan yang disepakati bersama dalam RUPS untuk membuat akta penegasan tersebut. Sehingga akta penegasan atas
129Hasil wawancara dengan Suprayitno, Op.Cit.
perubahan sebelumnya dapat dimuat kembali ke dalam akta Notaris dengan membuat keterangan bahwa telah dibuat akta perubahan sebelumnya dan memuat alsan kenapa dibuat ulangnya atas akta tersebut. Dan apabila sudah dilakukannya RUPS ulang dengan agenda atas pengukuhan atau penegasan kembali terhadap akta terdahulu yang pernah dibuat dan tidak memiliki persetujuan oleh Menteri karena keterlambatan, maka selanjutnya setelah akta penegasan tersebut dibuat dengan akta Notaris dapat dilakukan pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan kembali kepada Menteri dengan ketentuan pemohonan yang sama dengan permohonan perubahan anggaran dasar untuk mendapatkan persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.130
Analisis hukum terhadap upaya yang dapat dilakukan oleh Perseroan Terbatas dan Notaris adalah dalam hal untuk meminimalisir resiko yang terjadi dari hambatan-hambatan yang dialami yaitu ada baiknya Perseroan Terbatas melakukan RUPS untuk menentukan apa saja yang akan dilakukan yang berkaitan dengan adanya kesalahan dalam proses permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan, RUPS menentukan agenda untuk merubah kembali anggaran dasar disesuaikan dengan yang sebelumnya, setelah RUPS dilakukan, maka Risalah RUPS ataupun Pernyataan Keputusan Rapat dinotariilkan kembali untuk membuat akta penegasan kembali dengan jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh hari) dan selanjutnya Notaris mengakses kembali melalui SABH untuk mengajukan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan tersebut, maka sejak saat
130Hasil wawancara dengan Suprayitno, Ibid.
dilakukan pengaksesan proses permohonan perubahan anggaran dasar kepada Menteri dan menteri telah membuat Surat Keputusan maupun pemberitahuan mengenai perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas sudah dinyatakan sah terhadap perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang disebutkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Peran dan tanggung jawab Notaris terhadap perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas adalah sebagai berikut :
a. Notaris yang dihadirkan dalam RUPS oleh pemegang saham mempunyai peran untuk membuat Berita Acara RUPS atau Akta Risalah rapat. Dan selain RUPS yang dihadirkan langsung oleh Notaris, pemegang saham juga dapat mengadakan RUPS tanpa dihadirkannya Notaris. Dengan mana hasil keputusan RUPS yang dibuat dibawah tangan harus juga dinyatakan dan dimuat dalam bentuk akta Notaris dengan jangka waktu yang telah ditetapkan oleh undang-undang, akta selanjutnya disebut dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat.
b. Bentuk lain dari peran Notaris selain pembuatan akta perubahan anggaran dasar yaitu sebelum penyelenggaraan RUPS Notaris berperan untuk memastikan pemanggilan kepada pemegang saham telah dilakukan sesuai dengan Pasal 82 Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Notaris juga harus mengetahui agenda yang akan disampaikan dalam RUPS.
Sedangkan pada saat pelaksanaan RUPS Notaris berperan untuk memastikan bahwa pemegang saham yang hadir adalah nama-nama pemegang saham yang termasuk di dalam Daftar Pemegang Saham
Perseroan (DPS) yang terbaru. Notaris juga harus menghitung kuorum dalam rapat, ketika rapat akan dimulai Notaris harus menghitung berapa keseluruhan saham yang hadir apakah sudah mencapai kuorum atau belum.
c. Notaris juga mempunyai tanggung jawab atas perannya terhadap akta perubahan anggaran dasar untuk dilakukannya permohonan pengajuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas kepada Meteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, mengingat dalam hal pengajuan permohonan tersebut dilakukan secara online menggunakan SABH dan hanya Notaris yang dapat memiliki akses tersebut.
2. Hambatan yang terjadi dalam pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas disebabkan karena beberapa faktor, antara lain :
a. Faktor ketidaklengkapan data Perseroan;
b. Faktor dari pengurus Perseroan;
c. Faktor biaya pengajuan permohonan;
d. Faktor perubahan anggaran dasar yang terakhir belum didaftarkan;
e. Faktor ketidak cocokan data Perseroan;
f. Faktor kelalaian Notaris;
g. Faktor kelemahan undang-undang.
3. Akibat hukum terhadap Perseroan Terbatas atas keterlambatan pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah perubahan anggaran
dasar Perseroan Terbatas belum tercatat dalam daftar Perseroan yang diselenggarakan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sehingga Menteri dapat menolak semua permohonan perubahan anggaran dasar yang diajukan kepadanya, tidak diakuinya eksistensi dan tindakan Perseroan yang dilakukan bagi aktivitas yang secara tidak langsung akan menganggu perkembangan dan pencapaian tujuan dari Perseroan yang bersangkutan, dan jika Perseroan membutuhkan modal dari pihak perbankan untuk pengajuan kredit kemungkinan akan sulit mendapatkannya sebab pihak perbankan akan meminta persyaratan mengenai akta pendirian maupun akta perubahan anggaran dasar terakhir. Upaya yang dapat dilakukan untuk penyelesaian tersebut dilakukan dengan 2 (dua) hal yaitu :
a. Upaya yang dilakukan oleh Perseroan Terbatas, antara lain membenahi sistem yang menyebabkan kerugian terhadap Perseroan dikarenakan kelalaian oleh Direksi selaku pengurus Perseroan Terbatas yaitu meminta pertanggung jawaban Direksi melalui mekanisme RUPS, dan dari hasil keputusan tersebut dapat ditentukan apakah Direksi tersebut dapat diberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya atau kelalaian yang diperbuat dengan memberikan kesempatan kepada Direksi untuk membela dirinya atau bahkan dapat memberhentikan Direksi tersebut.
b. Upaya yang dilakukan oleh Notaris, antara lain dengan cara membuat akta baru yaitu akta pengukuhan atau akta penegasan kembali terhadap akta yang sebelumnya dan diadakannya kembali mekanisme RUPS ulang agar akta pengukuhan atau akta penegasan kembali dapat dibuat.
B. Saran
1. Mengingat pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas memiliki jangka waktu, ada baiknya untuk dapat menguatkan dalam peraturan perundang-undangan khususnya pada Pasal 21 ayat (1) dan Pasal 94 ayat (9) Undang-Undang Perseroan Terbatas untuk dapat memuatkan sanksi yang tegas terhadap perubahan anggaran dasar tersebut.
2. Mengingat bahwa dalam hal permohonan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas kepada Menteri mempunyai jangka waktu selama 30 (tiga puluh) hari jika terjadinya kesalahan akses penginputan data Perseroan pada SABH, maka harus segera diklarifikasikan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia agar jangka waktu tersebut tidak terlewatkan.
3. Sebelum melakukan permohonan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, ada baiknya sebelum membuat akta perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas para Notaris dapat mengetahui data-data terakhir Perseroan baik itu berupa perubahan anggaran dasar terakhir yang dibuat oleh Perseroan, susunan perubahan anggota Direksi maupun Dewan Komisaris Perseroan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Achmad, Yulianto dan Mukti Fajar ND, 2010. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Adjie, Habib, 2009, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Ali, Zainuddin, 2009. Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika.
Askin, Zainal dan Amiruddin, 2014. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, RajaGrafindo Persada.
Bahari, Adib, 2013, Panduan Mendirikan Perseroan Terbatas, Jakarta, Pustaka Yustisia.
Budiarto, Agus, 2009, Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, Mataram, Ghalia Indonesia.
Budiono, Herlien, 2013, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata dibidang Kenotariatan edisi kedua, Citra Aditya Bakti, Bandung.
_______________, 2015, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata dibidang Kenotariatan, Citra Aditya Bakti, Bandung.
_______________, 2010, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di BidangKenotariatan, Citra Aditya, Bandung.
Dillah, Philips dan Suratman, 2013. Metode Penelitian Hukum, Bandung, Alfabeta.
F, Hasbullah, 2013, Direksi Perseroan Terbatas Serta Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Bandung , Citra Aditya Bakti.
Ginting, Jamin, 2007, Hukum Perseroan Terbatas, Bandung, Citra Aditya Bakti.
Harahap, M.Yahya, 2015, Hukum Perseroan Terbatas Cetakan Ketika, Sinar Grafika, Jakarta.
HS, Salim, 2015. Teknik Pembuatan Akta Satu (konsep Teoretis, Kewenangan Notaris, Bentuk dan Minuta Akta), Jakarta, RajaGrafindo Persada.
Ibrahim, Johny, 2008. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang, Bayu Media Publishing.
Indrajaya, Rudi dan Muhammad Azhari, 2001, Mengenal Sisminbakum, Cetakan II, Bandung, Cv Dinamikan Putra.
Khairandy, Ridwan, 2009, Perseroan Terbatas : Doktrin, Peraturan Perundang-undangan dan Yurisprudensi, Edisi Revisi, Yogyakarta, Total Media.
Kelsen, Hans, 2007, General Theory Of Law and State, Teori UmumHukum dan Negara, Dasar-dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif-Empirik, Jakarta, BEE Media Indonesia.
Mantili dan Sastrawidjaya, 2007, Perseroan Terbatas, Jakarta, Citra Aditya Abkti.
Marwan, Muhammad, 2009. Kamus Hukum, Surabaya, Reality Publisher.
Margono, Sujud, 2008. Hukum Perusahaan Indonesia Catatan atas Undnag-undang Perseroan Terbatas, Jakarta, Novindo Pustaka Mandiri.
Mulhadi, 2010, Hukum Perusahaan Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor.
Mulia, Natalie dan Cornelius Simanjuntak,2009, Organ Perseroan Terbatas, Jakarta, Sinar Grafika.
Nadapdap, Bintoro, 2016, Hukum Perseroan Terbatas (berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007), Permata Aksara, Jakarta.
Naja, H.R Daeng, 2012. Teknik Pembuatan Akta (Buku Wajib Kenotariatan), Jakarta, Pustaka Yustisia.
Notodisoejo, R. Soeganda, 1982, Hukum Notariat Di Indonesia Suatu Penjelasan, Jakarta, CV Rajawali.
Prasetya, Rudhi, 1998, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Cetakan Kedua, Bandung, Citra Aditya Bakti.
Raharjo, Handri, 2013, Hukum Perusahaan Step By Step Prosedur Pendirian Perusahaan, Jakarta,Pustaka Yustisia.
Safa’at, M.Ali dan Jimly Asshiddiqie, 2012, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Jakarta, Konstitusi Press.
Serfiyani, Cita Yustisia dan Dkk, 2011, Panduan Praktis SABH, Jakarta, Pustaka Yustisia.
Sjahdeni, Sutan Remy, 1997, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, Bandung, Alumni.
Sitompul, Asri, 2001, Hukum Internet, Pengenalan Mengenai Masalah Hukum di Cyberspace, Bandung , Citra Aditya Bakti.
Siregara, Tampil Anshari, 2005. Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, Medan, Pustaka Bangsa Press.
Soekanto, Soerjono, 2007. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press.
Soemitro, Rochmat, 1993,Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf, Eresco, Bandung.
Sunggono, Bambang, 2011. Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Rajawali Press.
Tobing, Lumbang, 1996, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta, Erlangga.
Wicaksono, Frans Satrio, 2009, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris Perseroan Terbatas (PT), Jakarta, Visimedia.
Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani,2000, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, Jakarta, RajaGrafindo Persada.
Wiradipraja, E.Saefullah, 2002, Perspektif Hukum Internasional Tentang Cyberlaw, Jakarta, ELIPS.
B. Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 4 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
C. Sumber Lain
Jonker Sihombing, Implikasi dan Konsekuensi Hukum Atas Perseroan Terbatas yang Tidak Menyesuaikan Anggaran Dasarnya Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Jurnal Hukum Bisnis (volume 28, Nomor 3 Tahun 2009).
SABH-NG Menjawab Tantangan Zaman, Diapresiasi Banyak Negara, Majalah Renvoi Nomor 7/79, Desember, Th 07/2009.
Sosialisasi Dirjen Ahu di Kota Medan, Mudahnya Berbisnis Di Indonesia, tanggal 05 Maret 2016.
www.portal.ahu.go.id, diakses pada tanggal 21 Februari 2017.
http://www.ahu.go.id, diakses tanggal 4 Februari 2017.