• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS. Oleh. MIFTAHUL RAHMAH / M.Kn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TESIS. Oleh. MIFTAHUL RAHMAH / M.Kn"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

MIFTAHUL RAHMAH 157011006 / M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MIFTAHUL RAHMAH 157011006 / M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(3)

Nama Mahasiswa : MIFTAHUL RAHMAH Nomor Pokok : 157011006

Program Studi : KENOTARIATAN

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum)

Pembimbing Pembimbing

(Prof. Dr. Sunarmi, SH, MHum) (Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN MHum)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum) (Prof.Dr.Budiman Ginting,SH,MHum)

Tanggal lulus : 17 Juli 2017

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum Anggota : 1. Prof. Dr. Sunarmi, SH, MHum

2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 4. Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum

(5)

Nim : 157011006

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : AKIBAT HUKUM TERHADAP PERSEROAN

TERBATAS ATAS KETERLAMBATAN PENGAJUAN

PERMOHONAN PERSETUJUAN DAN

PEMBERITAHUAN PERUBAHAN ANGGARAN

DASAR KEPADA MENTERI HUKUM DAN HAM

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama : MIFTAHUL RAHMAH Nim : 157011006

(6)

dasar dapat diubah sesuai dengan kebutuhan Perseroan Terbatas. Perseroan yang hendak melakukan perubahan anggaran dasar mengharuskan Notaris berperan serta dengan terlibat dalam proses pembuatan akta perubahan anggaran dasar, mengajukan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar kepada Menteri Hukum dan HAM sesuai dengan Pasal 21 Undang-Undang Perseroan Terbatas.

Pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas kepada Menteri Hukum dan HAM dilakukan dengan sistem online yaitu Sistem Administrasi Badan Hukum. Pengajuan tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal akta Notaris yang memuat perubahan anggaran dasar dan jika terlambat diajukan, maka pengajuan permohonan tersebut tidak dapat disampaikan kepada Menteri. Dalam hal keterlambatan tersebut terjadi, maka bagaimana tanggung jawab Notaris serta akibat hukum terhadap Perseroan Terbatas.

Teori yang digunakan dalam Tesis ini adalah teori badan hukum yang lebih di dominan kepada teori organ dari Otto Von Gierke dan teori tanggung jawab yang dikemukakan oleh Hans Kelsen, metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian yuridis normatif yang bersifat deskriptif analitis dan beracuan kepada peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen hukum serta buku-buku yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.

Peran dan tanggung jawab Notaris yaitu memastikan pemanggilan RUPS apakah sudah sesuai dengan Pasal 82 Undang-Undang Perseroan Terbatas, mengetahui agenda RUPS, memastikan nama-nama pemegang saham yang hadir sudah sesuai dengan daftar pemegang saham yang terbaru, membuat Berita Acara RUPS dan bertanggung jawab untuk mengajukan permohonan perubahan anggaran dasar kepada Menteri. Hambatan yang terjadi karena faktor ketidaklengkapan data Perseroan, faktor dari pengurus Perseroan, faktor biaya pengajuan permohonan, faktor perubahan anggaran dasar terakhir belum di daftarkan, faktor ketidak cocokan data Perseroan, faktor kelalaian Notaris dan faktor kelemahan undang-undang. Dan Akibat hukum terhadap Perseroan Terbatas atas keterlambatan pengajuan permohonan perubahan anggaran dasar kepada Menteri yaitu perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas belum tercatat dalam daftar Perseroan diselenggarakan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, sehingga Menteri dapat menolak semua permohonan perubahan anggaran dasar Perseroan yang disampaikan kepada Menteri, dan jika Perseroan membutuhkan modal dari pihak perbankan untuk pengajuan kredit kemungkinan akan sulit mendapatkannya sebab pihak perbankan akan meminta persyaratan mengenai akta pendirian maupun akta perubahan anggaran dasar terakhir.

Kata Kunci : Perseroan Terbatas, Notaris, Permohonan perubahan anggaran dasar kepada Menteri.

(7)

ii

the Article of Association is the guidelines of the operation of the limited company, it can be changed in accordance with the company needs. A limited company that wants to make changes to its article of association must apply for an approval request and notification on the addendum of its article of association to the Minister of Law and Human Rights which is in line with Article 22 of the Law on Limited Company. The application is done online to the Legal Entity Administration System no later than 30 (thirty) days since the date of the Notarial Deed in which the changes made in the article of association are stated. If the application is late, it cannot be proceeded to the Minister. When this lateness takes place, how the Notary takes the responsibility and what are the legal consequences to the limited company.

The research uses legal entity theory which is more dominant to the organ theory by Otto Von Gierke and the liability theory proposed by Hans Kelsen. It also applies the normative juridical research method with descriptive analysis referring to the laws, legal documents and books relevant to the research problems.

The role and liability of the Notary are to ensure whether the call for the RUPS (General Meeting of the Shareholders) is made which is in line with Article 82 of the Law on Limited Company, includes the agenda of the RUPS, ensures that the stakeholders attending the meeting matches the most recent list of the shareholders, makes minutes of the meeting and is responsible for the application of the addendum of the article of association to the Minister. The obstructions are caused by some factors such as the limited company incomplete data, management, application cost, unregistered addendum of the article of association, unsuitable data, Notary’s negligence and weakness in the laws. Moreover, the legal consequences to the Limited Company for its late application of the addendum of the articles of association to the Minister or that the addendum has not been recorded in the Limited Company List run by the Ministry of Law and Human Rights is that the Ministry can refuse all applications for then addendum. Consequently, it will cause difficulty for the limited company when it needs some credit from the bank because the bank will require a memorandum of association or its last addendum of articles of association.

Keywords: Limited Company, Notary, Application of Addendum of Articles of Association to the Minister.

(8)

iii

Nya lah akhirnya penulis mampu menyelesaikan tesis serta pendidikan di sekolah Pasca sarjana program studi Magister Kenotariatan (M.Kn) ini.

Tiada henti-hentinya penulis selalu mengucapkan rasa syukur kepada Allah S.W.T, yang telah memberikan penulis kesempatan untuk dapat menyelesaikan studi dan penulisan tesis yang berjudul “AKIBAT HUKUM TERHADAP PERSEROAN TERBATAS ATAS KETERLAMBATAN PENGAJUAN PERMOHONAN PERSETUJUAN DAN PEMBERITAHUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KEPADA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA”, serta shalawat beriring salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad S.A.W yang telah membawa manusia dari zaman Jahiliah ke zaman Islamiah, sehingga manusia dapat mengenal kebaikan, dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta mengajarkan manusia untuk mengenal Allah sang pencipta kehidupan dan kematian.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan untuk penyempurnaan tesis ini.

Pada kesempatan ini, tidak lupa dengan segala hormat penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada orang yang telah berjasa tiada batasnya yang selalu mencurahkan kasih dan sayang tanpa pamrih, mensuport tanpa imbalan dan henti-hentinya, membantu tanpa mengharapkan balasan, berjuang dalam mendidik, membimbing, dan menyemangati tanpa batas adalah orang tua penulis yaitu : Drh. Sofyan Ishak, dan Irdawahyuni, SH serta adik penulis Rizky Nurul Jannah, penulis ucapkan jutaan terimakasih kepada orang tua dan adik penulis, semoga setiap amalan kebaikan yang penulis lakukan juga dicatatkan untuk kedua orang tua dan adik penulis, Aamiin ya rabbal Alamin.

(9)

iv

selaku ketua komisi pembimbing, Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH., M.Hum, selaku anggota komisi pembimbing, dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH., CN., M.Hum, selaku anggota komisi pembimbing, serta para penguji yaitu Bapak Prof.

Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN, selaku dosen penguji tesis dan Bapak Dr.

Mahmul Siregar, SH., M.Hum, selaku dosen penguji tesis.

Selanjutnya penulis ucapkan terimakasih juga kepada :

1. Prof. Dr. Runtung, S.H.,M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. T. Keizerina Devi A. SH., CN.,M.Hum, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Edy Ikhsan, SH., MA, selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

5. Para Professor dan Guru Besar serta Staff Pengajar dan juga kepada seluruh Karyawan Biro Administrasi Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Notaris Suprayitno, SH., M.Kn, Notaris Kota Medan dan Notaris Indira Teratai Anniezoen Harahap, SH, Notaris Kota Medan, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai.

7. Kepada teman-teman seperjuangan stambuk 2015, khususnya group A stambuk 2015 yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam berdiskusi mengenai perkuliahan.

8. Kepada teman-teman berkumpul dan berdiskusi seperjuangan, yakni : Arius Prima Lumban Batu, SH., Mutiara Rizki, SH., Dyan Indriani, SH., Noviza Amalia, SH., Astri Ramadhani Sipahutar, SH., Ahmad Husein Pan

(10)

v

yaitu Ishak Family dan Keluarga Umar Effendi, yang selalu memberikan semangat dan doanya.

10. Sahabat-sahabat terbaik Karina Yusanda, Ade Harumi, Cut Siti Marhamah, Sayed Hafetz, Kiky Yolanda, Afriza Nova, Monica Deariz Abiyoza, Dewi Aulia Asvina, Hayatun Nufus, Diandini Safrida, Elyse Syahputri, Maghfira ulfa, Maya Sembiring, dan Abdel Khalish, Akmal Halim, Febri A Hasibuan, Satria S Waruwu, Keumala Meutia, Fitri Arifah, Novi Aryani Srg, Syarah Ermayanti Nst, Dila Armaya, yang selalu mendukung dalam doa, dan mensuport tanpa henti.

11. Kepada senior-senior yang telah memberikan waktunya untuk saling membantu dan mengajari, dan juga kepada rekan-rekan MKN ANEUK ACEH.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati dan harapan penulis, semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat dan berguna baik bagi penulis, bagi Perseroan, bagi Notaris, dunia Akademik, dan seluruh pihak yang berkaitan dengan bidang Kenotariatan.

Medan, 5 Januari 2015

Miftahul Rahmah

(11)

vi

Tempat/Tanggal Lahir : Lhokseumawe, 20 Juli 1993

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Asrama komplek Bumi Asri Blok D No 27, Medan

Nama Ayah : Drh. Sofyan Ishak

Nama Ibu : Irdawahyuni, SH

Nama Adik : Rizki Nurul Jannah

II. PENDIDIKAN

Sekolah Dasar : MinKutablang, Lhokseumawe Sekolah Menengah Pertama: SMPN 1, Lhokseumawe

Sekolah Menengah Atas : SMA Plus Shafiyyatul Amaliyyah, Medan Perguruan Tinggi (S1) : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

Medan

Perguruan Tinggi (S2) : Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, Medan

(12)

vii

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR ISTILAH ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Keaslian Penelitian ... 12

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 14

G. Metode Penelitian ... 25

BAB II PERAN DAN TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP PERUBAHAN ANGGARAN PERSEROAN TERBATAS ... 30

A. Pemberlakuan Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) Secara Elektronik Dalam Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas ... 30

B. Anggaran Dasar dan Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas ... 34

C. Peran Dan Tanggung Jawab Notaris Terhadap Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas ... 53

BAB III HAMBATAN YANG TERJADI DALAM PENGAJUAN PERMOHONAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PERSEROAN TERBATAS ... 60

(13)

viii

C. Hambatan Yang Terjadi Dalam Pengajuan Permohonan

Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas ... 71

BAB IV AKIBAT HUKUM TERHADAP PERSEROAN TERBATAS ATAS KETERLAMBATAN PENGAJUAN PERMOHONAN PERSETUJUAN DAN PEMBERITAHUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KEPADA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA ... 80

A. Akibat Hukum Terhadap Perseroan Terbatas Sebelum Ada Persetujuan Dan Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar ... 80

B. Upaya Yang Dapat Dilakukan ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(14)

ix

Computable : Diperhitungkan Database : Basis Data

Home Page : Halaman Muka Dari Suatu Situs Juncto : Dihubungkan/Dikaitkan

Log in : Kata Kunci Untuk Mengakses ke SABH Online : Terhubung Secara Langsung

Partij : Akta Yang Dibuat Di Hadapan Notaris Password : Kata Sandi Untuk Mengakses Ke SABH Relaas : Akta Yang Dibuat oleh Notaris

Ultra Vires : Direksi Melakukan Pelanggaran

User name : Alamat Email Yang Diregistrasikan Pada Website Voting : Pemungutan Suara Hasil Keputusan RUPS

Voucher : Alat Transaksi Pembayaran

Website : Halaman Situs

(15)

x

Menkumham : Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia UUPT : Undang-Undang Perseroan Terbatas

RUPS : Rapat Umum Pemegang Saham

Sisminbakum : Sistem Administrasi Badan Hukum

SABH : Sistem Administrasi Badan Hukum

SK : Surat Keputusan Menteri

(16)

A. Latar Belakang

Kehadiran Perseroan Terbatas sebagai salah satu bentuk badan usaha dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat diabaikan. Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa kehadiran Perseroan Terbatas sebagai salah satu sarana untuk melakukan kegiatan ekonomi sudah menjadi suatu keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar. Praktik bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha, baik itu pedagang, industrialis, investor, kontraktor, distributor, banker, perusahaan asuransi, pialang, agen dan lain sebagainya tidak lagi dipisahkan dari kehadiran Perseroan Terbatas. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar badan usaha yang berdiri dan menjalankan usaha di Indonesia berbentuk Perseroan Terbatas.1

UU PT merupakan salah satu pilar yang telah memberikan landasan bagi dunia usaha dalam menghadapi pembangunan hukum nasional, pembangunan perekonomian nasional dan sekaligus perkembangan perekonomian dunia serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi pada masa-masa mendatang.2

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, menyebutkan :

“Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang

1Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta : Jala Permata Aksara, 2016), hal. 1-2.

2Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata Di Bidang Kenotariatan Buku Ketiga, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2015), hal. 99.

(17)

seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya”.

Perseroan Terbatas dikatakan sebagai badan hukum, yang bermakna bahwa Perseroan Terbatas merupakan subjek hukum, dimana Perseroan Terbatas sebagai sebuah badan yang dapat dibebani hak dan kewajiban seperti halnya manusia pada umumnya. Sebagai badan hukum, Perseroan Terbatas mempunyai kekayaan tersendiri yang terpisah dari kekayaan pengurusnya dan dapat mengikatkan diri serta melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti orang pribadi. Badan hukum sebagai subjek hukum mempunyai hak dan kewajiban sebagai manusia, dapat menggugat dan dapat digugat serta mempunyai harta kekayaan sendiri.3Ciri-ciri dari Perseroan Terbatas sebagai sebuah badan hukum adalah :

a. Memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan orang-orang yang menjalankan kegiatan dari badan-badan hukum tersebut;

b. Memiliki hak dan kewajiban yang terpisah dari hak dan kewajiban orang- orang yang menjalankan kegiatan badan-badan tersebut;

c. Memiliki tujuan;

d. Berkesinambungan (memiliki kontinuitas) dalam arti keberadaannya tidak terikat pada orang-orang tertentu, karena hak-hak dan kewajiban- kewajibannya tetap ada meskipun orang-orang yang menjalankannya berganti.4

Dalam UU PT berlaku prinsip bahwa pada dasarnya sebagai badan hukum, Perseroan dibentuk berdasarkan perjanjian, dan karena itu mempunyai lebih dari satu orang pemegang saham. Tetapi, undang-undang Perseroan Terbatas tidak membatasi mengenai berapa jumlah maksimal dari pihak untuk mendirikan Perseroan Terbatas. Hal itu ditegaskan pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang

3Binoto Nadapdap, Op.Cit., hal. 5.

4Ibid., hal. 7.

(18)

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menyatakan, Perseroan sebagai badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan oleh para pendiri “berdasarkan perjanjian”. Pendirian perseroan berdasarkan Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata), yang menyebutkan “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.5Namun perjanjian tersebut harus dibuat dalam format tertentu atau harus melalui pejabat yang berwenang untuk itu.

Artinya, untuk mendirikan Perseroan Terbatas tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan kesepakatan para pihak. Pendirian Perseroan Terbatas harus dibuat berdasarkan akta Notaris yang disebut sebagai akta Pendirian.6

Akta pendirian Perseroan Terbatas yang merupakan dokumen perjanjian pendirian Perseroan antara pihak-pihak yang terkait di dalamnya yang dibuat di hadapan dan dalam bentuk akta Notaris. Akta tersebut tidak hanya berfungsi sebagai alat bukti atas perjanjian pendirian Perseroan, tetapi akta Notaris tersebut berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sekaligus bersifat dan berfungsi sebagai solemnitatis causa yakni apabila tidak dibuat dalam akta Notaris, maka akta pendirian Perseroan itu tidak memenuhi syarat. Sehingga terhadapnya tidak dapat diberikan “pengesahan”

oleh Pemerintah dalam hal ini Menteri Hukum dan HAM.7

Rumusan Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa akta pendirian Perseroan memuat

5M.Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta : Sinar Grafika, 2015), hal.

162.

6Binoto Nadapdap, Op.Cit., hal. 24.

7M. Yahya Harahap, Op.Cit., hal. 169.

(19)

anggaran dasar Perseroan secara keseluruhan dan berbagai keterangan lainnya yang diperlukan, seperti :

1. Identitas para pendiri Perseroan;

2. Identitas para pengurus (Direksi), dan pengawas (Komisaris) Perseroan;

3. Keterangan mengenai para pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah saham, nilai nominal saham atau nilai yang diperjanjikan dari saham yang telah ditempatkan dan disetor pada saat pendirian.8

Akta pendirian yang terdiri dari anggaran dasar dan berbagai keterangan lainnya mengatur segala hak dan kewajiban dari pihak-pihak yang membuatnya.

Dengan kata lain, akta pendirian adalah undang-undang yang mengikat para pihak yang membuatnya.9

Akta pendirian untuk pertama kalinya memuat anggaran dasar. Perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang dicantumkan dalam anggaran dasar Perseroan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Perseroan pada prinsipnya diberikan kebebasan mengenai isi/substansi anggaran dasar sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan mengenai syarat- syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata), dan juga tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas serta termasuk ketentuan pelaksanaanya. Anggaran dasar Perseroan Terbatas sekurang-kurangnya memuat :

a. Nama dan tempat kedudukan Perseroan Terbatas;

b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan Terbatas;

c. Jangka waktu berdirinya Perseroan;

8 Ahmad Yani & Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2000, hal. 27.

9Mulhadi, Hukum Perusahaan Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, hal. 92.

(20)

d. Besarnya jumlah modal dasar, modal yang ditempatkan, dan modal yang disetor;

e. Jumlah saham, jumlah klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap saham;

f. Susunan, jumlah dan nama anggota Direksi dan Komisaris;

g. Penetapan tempat dan tata cara penyelesaian RUPS;

h. Tata cara pemilihan, pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian anggota Direksi dan Komisaris;

i. Tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen, dan;

j. Ketentuan-ketentuan lain menurut undang-undang ini.10 Anggaran dasar tidak boleh memuat ketentuan tentang : a. Penerimaan bunga tetap atas saham;

b. Pemberian manfaat pribadi kepada pendiri atau pihak lain;

c. Ketentuan lain yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas.11

Kewenangan dalam membuat perubahan anggaran dasar Perseroan tersebut telah secara nyata juga disebutkan dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris.

“Notaris berwenang membuat akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang- undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta autentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang”.12

Akta Notaris merupakan akta autentik. Akta autentik adalah akta yang kekuatan pembuktian yang sempurna, karena akta itu dibuat oleh pejabat yang berwenang. Kekuatan pembuktian akta autentik yaitu terdiri dari kekuatan

10Sujud Margono, Op.Cit., hal. 33.

11M. Yahya Harahap, Op.Cit., hal. 197.

12Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, (Bandung : Rafika Aditama, 2009), hal. 40.

(21)

pembuktian lahiriah, kekuatan pembuktian formil dan kekuatan pembuktian materil.13

Akta autentik yang dibuat Notaris sendiri digolongkan dalam dua (2) jenis akta yaitu akta yang dibuat oleh Notaris (ambtelijk acte, procesverbaal akten) dan akta yang dibuat di hadapan Notaris (partij acte). Jenis akta yang dibuat oleh Notaris (ambtelijk) dalam praktik disebut Akta Relaas atau Akta Berita Acara berisikan uraian Notaris yang dilihat dan disaksikan oleh Notaris sendiri atas permintaan para pihak, agar tindakan atau perbuatan para pihak yang dilakukan tersebut dituangkan ke dalam bentuk akta Notaris. Akta yang dibuat oleh Notaris, secara yuridis formil Notaris memikul pertanggungjawaban kebenaran materiil atas akta yang dibuatnya. Contoh yang dapat disebutkan adalah akta berita acara rapat umum pemegang saham suatu Perseroan Terbatas (RUPS).

Sedangkan akta yang dibuat di hadapan Notaris dalam praktiknya disebut Partij Akten atau Akta Pihak berisikan uraian atas keterangan serta pernyataan

para pihak yang diberikan atau diceritakan di hadapan Notaris. Dan para pihak berkeinginan agar uraian atau keterangannya dituangkan dalam bentuk akta Notaris. Untuk pembuatan akta partij, Notaris hanya bertugas memformulasikan kata demi kata dalam akta yang didasarkan pada kehendak para pihak. Misalnya akta pernyataan keputusan rapat umum pemegang saham suatu Perseroan Terbatas (RUPS).14

Apabila hendak melakukan perubahan anggaran dasar Perseroan harus

13Salim HS, Teknik Pembuatan Akta Satu (konsep Teoretis, Kewenangan Notaris, Bentuk dan Minuta Akta), (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2015), hal. 29.

14 H.R Daeng Naja, Teknik Pembuatan Akta (Buku Wajib Kenotariatan), Pustaka Yustisia, Jakarta, 2012, hal. 73.

(22)

memenuhi persyaratan tertentu. Perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh RUPS.

Acara mengenai perubahan anggaran dasar wajib dicantumkan dengan jelas dalam pemanggilan RUPS.15

Perseroan yang hendak melakukan perubahan anggaran dasar sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengharuskan Notaris berperan serta dengan terlibat dalam proses pembuatan akta dan penyampaian data perubahan kepada Menteri Hukum dan HAM. Dalam ketentuan Pasal 21 ayat (4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa “Perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) dimuat atau dinyatakan dalam akta Notaris dalam bahasa Indonesia”. Keputusan perubahan anggaran dasar yang tidak dimuat dalam akta berita acara rapat yang dibuat Notaris harus dinyatakan dalam akta Notaris paling lambat 30 ( tiga puluh) hari sejak tanggal keputusan rapat umum pemegang saham (RUPS).16Menurut penjelasan Pasal 21 ayat (5), yang dimaksud dengan “harus dinyatakan dengan “akta Notaris” adalah harus dalam bentuk akta pernyataan keputusan rapat atau akta perubahan anggaran dasar. Apabila berita acara rapat yang berisikan keputusan RUPS perubahan anggaran dasar tidak dimuat dalam akta berita acara yang dibuat oleh Notaris, maka berita acara tersebut “harus dinyatakan dalam akta Notaris”. Sebaliknya jika akta berita acara rapat yang berisi keputusan RUPS itu dimuat dalam akta berita acara rapat yang dibuat oleh Notaris, maka dengan sendirinya sudah langsung

15Frans Satrio Wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris Perseroan Terbatas (PT), Visimedia, Jakarta, 2009, hal. 48.

16Herliene Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan Buku Kedua, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2013), hal. 107.

(23)

keputusan RUPS atas perubahan anggaran dasar itu telah dinyatakan dalam akta Notaris.17

Perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas ada 2 (dua) macam, yaitu perubahan anggaran dasar yang memerlukan persetujuan Menkuham, maupun perubahan anggaran dasar yang tidak memerlukan persetujuan Menkumham.

Perubahan anggaran dasar yang memerlukan persetujuan Menteri Hukum dan HAM adalah mengenai :

1. Nama Perseroan Terbatas dan/atau tempat kedudukan Perseroan Terbatas 2. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan Terbatas

3. Jangka waktu berdirinya Perseroan Terbatas 4. Besarnya modal dasar

5. Pengurangan modal ditempatkan dan disetor, dan/atau

6. Status Perseroan terbatas yang tertutup menjadi Perseroan Terbuka atapun sebaliknya.18

Sedangkan perubahan anggaran dasar selain dari yang disebutkan pada angka 1 sampai dengan angka 6 di atas, tidak perlu memperoleh persetujuan dari Menkumham. Misalnya perubahan anggaran dasar yang tidak memerlukan persetujuan Menkumham adalah perubahan susunan direksi, komisaris atau pembukaan cabang Perseroan Terbatas di suatu daerah. Perubahan semacam ini hanya cukup diberitahukan kepada Menkumham

Dalam perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas yang dimaksudkan yaitu perubahan anggaran dasar yang memerlukan persetujuan Menkumham berupa perubahan terhadap penambahan modal Perseroan. Penambahan modal Perseroan harus berdasarkan “persetujuan” RUPS, tanpa adanya persetujuan RUPS penambahan modal tidak dapat dilakukan. Sedangkan dalam hal perubahan

17M. Yahya Harahap, Op.Cit., hal. 201.

18M. Yahya Harahap, Op.Cit., hal. 30.

(24)

anggaran dasar yang hanya memerlukan pemberitahuan kepada menteri berupa perubahan anggaran dasar terhadap perubahan susunan nama dan jabatan anggota Direksi dan/atau Dewan Komisaris.

Perubahan anggaran dasar Perseroan yang dimuat dalam akta Notaris dengan mana Notaris selaku kuasa dari Direksi mengajukan permohonan kepada Menkumham melalui internet dengan sistem online yang disebut dengan Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH). SABH adalah pelayanan jasa teknologi informasi Perseroan secara elektronik yang diselenggarakan oleh Ditjen AHU.

Perubahan tersebut dilakukan dengan melakukan pengisian data pada Format Isian Perubahan Anggaran Dasar dan/atau Data Perseroan yang selanjutnya disebut Format Perubahan yang dilengkapi keterangan mengenai dokumen pendukung.

Permohonan persetujuan atau pemberitahuan atas perubahan anggaran dasar Perseroan tersebut harus telah diajukan kepada Menkumham paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal akta Notaris yang memuat perubahan anggaran dasar, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 21 ayat (7) Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Apabila terjadinya suatu keterlambatan dalam hal pemberitahuan perubahan anggaran dasar, maka akan menyebabkan permohonan persetujuan atau pemberitahuan perubahan anggaran dasar tidak dapat diajukan atau disampaikan kepada Menkumham dan Menteri wajib menolak permohonan atau pemberitahuan tersebut.19

Perubahan anggaran dasar untuk perubahan yang memerlukan persetujuan Menkumham mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya keputusan menteri

19Frans Satrio Wicaksono, Op.Cit., hal. 49.

(25)

mengenai persetujuan perubahan anggaran dasar, sedangkan untuk perubahan anggaran dasar yang hanya memerlukan pemberitahuan kepada menteri mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya surat penerimaan pemberitahuan perubahan anggran dasar oleh menteri (Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas).

Hal yang sama juga ditegaskan dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 4 Tahun 2014 juncto Nomor 1 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas diatur dalam Pasal 18 ayat (6) dan ayat (7). Dengan demikian perlu dicermati apabila terjadi keterlambatan dalam hal permohonan pengajuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas kepada Menkumham karena telah lewat jangka waktunya, maka apa yang menjadi akibat hukum terhadap Perseroan Terbatas serta bagaimana upaya untuk menyikapi hal tersebut.

Sehubungan dengan uraian di atas, maka perlu suatu penelitian lebih lanjut mengenai perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas yang akan dituangkan ke dalam judul tesis “Akibat Hukum Terhadap Perseroan Terbatas atas Keterlambatan Pengajuan Permohonan Persetujuan dan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Kepada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka dalam Tesis ini yang menjadi permasalahan, yaitu :

(26)

1. Bagaimana peran dan tanggung jawab Notaris terhadap perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas?

2. Hambatan apa saja yang dihadapi oleh Notaris dalam menerapkan proses pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas?

3. Bagaimana akibat hukum terhadap Perseroan Terbatas atas keterlambatan pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia serta upaya yang dapat dilakukan untuk menyikapinya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang akan menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis peran dan tanggung jawab Notaris terhadap perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas;

2. Untuk mengetahui dan menganalisis hambatan yang dihadapai oleh Notaris dalam menghadapi proses pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis akibat hukum terhadap Perseroan Terbatas atas keterlambatan pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia serta upaya yang dapat dilakukan untuk menyikapinya.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian tesis ini adalah sebagai berikut :

(27)

1. Manfaat secara teoritis, penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian ataupun bahan masukan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu Kenotariatan khususnya Hukum Perusahaan terkait akibat keterlambatan pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan anggaran dasar Perseroan Terbatas.

2. Manfaat secara praktis, dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang sangat berharga bagi Notaris dalam melakukan pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi dan penelusuran yang dilakukan oleh peneliti terhadap hasil-hasil penelitian yang dilakukan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya di lingkungan Pascasarjana Magister Kenotariatan Fakultas Hukum diketahui bahwa belum pernah ada penelitian yang berjudul “Akibat Hukum Terhadap Perseroan Terbatas atas Keterlambatan Pengajuan Permohonan Persetujuan dan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Kepada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia”.

Adapun judul “Akibat Hukum Terhadap Perseroan Terbatas atas Keterlambatan Pengajuan Permohonan Persetujuan dan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Kepada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia” ini memiliki kaitan judul dengan beberapa tesis yang sudah diteliti oleh Mahasiswa terdahulu pada Pascasarjana Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yaitu :

(28)

1. Laura Ginting (NIM. 057011044/Tahun 2008) Analisis Hukum Kedudukan RUPS pada Perseroan Terbatas Dilihat Dari Anggaran Dasar.

Dengan rumusan masalah :

a. Bagaimanakah pengaturan RUPS di dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas?

b. Bagaimanakah pengaturan serta kedudukan hukum RUPS di dalam ketentuan Undang-undang Perseroan Terbatas?

2. Treesna Sari Berliana Tobing (NIM.067011102/Tahun 2009) Peran Notaris Dalam Membuat Akta Pendirian Dan Akta Perubahan Anggaran Dasar Badan Usaha Koperasi (Penelaahan Terhadap Peraturan-Peraturan Perundang- undangan Tentang Koperasi yang Berlaku Di Indonesia Sebelum dan Sesudah Zaman Kemerdekaan).

Dengan rumusan masalah :

a. Bagaimana peran Notaris dalam membuat akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi menurut peraturan perundang-undangan tentang koperasi sebelum dan sesudah zaman kemerdekaan?

b. Apa kendala-kendala yang dihadapi oleh Notaris dalam pembuatan akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi?

c. Apa upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi oleh Notaris dalam pembuatan akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi?

(29)

3. Muhammad Jeli Sonang (NIM. 147011120) Kewajiban Yuridis Menyesuaikan Anggaran Dasar Yayasan yang Menjalankan Badan Usaha Pendidikan berdasarkan PP Nomor 2 Tahun 2013.

Dengan rumusan masalah :

a. Bagaimana ketentuan mengenai penyesuaian akta Yayasan penyelenggaraan pendidikan berdasarkan PP Nomor 2 Tahun 2013?

b. Bagaimana proses penyesuaian akta Yayasan penyelenggaraan pendidikan?

c. Bagaimana hambatan dalam penyesuaian akta Yayasan penyelenggaran pendidikan?

Dari beberapa judul penelitian tersebut diatas tidak ada kesamaan dengan penelitian yang berjudul “Akibat Hukum Terhadap Perseroan Terbatas atas Keterlambatan Pengajuan Permohonan Persetujuan dan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Pada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia”. Dengan demikian judul ini belum ada yang membahasnya sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Teori hukum merupakan tujuan akhir dari ilmu pengetahuan. Hal tersebutdapat dimaklumi, karena batasan dan sifat hakikat suatu teori adalah :

“…Seperangkat konstruk (konsep), batasan, dan proposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan merinci hubungan-hubungan antarvariabel, dengan tujuan menjelaskan dan

(30)

memprediksikan gejala itu”.20

Teori yang digunakan dalam penelitian tesis ini, yaitu : a. Teori Badan Hukum

Selain manusia (Natuurlijke Persoon), badan hukum (Rechts Persoon) juga dipandang sebagai subyek hukum. Menurut Soebekti badan hukum adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti menerima serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat dan menggugat di muka hakim.21

Pengertian badan hukum secara substansial mengandung hal-hal sebagai berikut :

1. Kumpulan modal

2. Dapat melakukan perbuatan hukum 3. Diperuntukan bagi kepentingan tertentu

4. Memiliki pengurus yang akan bertindak untuk mewakili kepentingan badan hukum tersebut.22

Untuk memberi pembenaran bahwa badan hukum sebagai subyek hukum (pendukung/pembawa hak dan kewajiban di dalam hukum) ada beberapa teori tentang badan hukum, yaitu :

a. Teori Fiksi (Von Savigny)

Badan hukum semata-mata buatan negara saja. Badan hukum itu hanyalah fiksi, yakni sesuatu yang sesungguhnya tidak ada, tetapi orang yang menghidupkannya dalam bayangan sebagai subyek hukum yang dapat melakukan perbuatan hukum seperti manusia.

b. Teori Organ (Otto Van Gierke)

Badan hukum adalah suatu organisme yang riil, yang benar-benar ada, badan hukum menjadi kolektif dan terlepas dari individu.

c. Teori Kekayaan Bersama (R. Van Jiaring)

20 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2014), hal. 42 .

21P.N.H Simanjuntak, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta : Djambatan, 2009), hal. 28-29.

22Frans Satrio Wicaksono, Op.Cit., hal. 5.

(31)

Menganggap badan hukum sebagai kumpulan manusia, jadi kepentingan badan hukum adalah kepentingan seluruh anggota, badan hukum bukan abstraksi dan bukan organisme dan pada hakikatnya hak dan kewajiban badan hukum adalah hak dan kewajiban anggota bersama, jadi hanya sebagai kontruksi yuridis saja.

d. Teori Kekayaan Bertujuan (A. Brintz)

Badan hukum merupakan kekayaan yang bukan merupakan kekayaan perseorangan tetapi terikat tujuan tertentu. Badan hukum memiliki pengurus yang berhak atau dapat berkehendak.

e. Teori Kenyataan Yuridis (Mujers, Paul Schotten)

Badan hukum adalah suatu realita, konkret, riil, walaupun tidak dapat diraba, bukan khayalan tetapi kenyataan yuridis hendaknya dalam mempersamakan badan hukum dengan manusia hanya terbatas pada bidang hukum saja.23

Dari beberapa teori badan hukum yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, teori organ dari Otto Von Gierke yang lebih sesuai dengan perkembangan pada saat ini, sebab teori organ menganggap badan hukum tidak sebagai suatu fiksi, melainkan sebagai suatu kenyataan belaka (realitas) yang menggambarkan badan hukum sebagai suatu yang tidak berbeda dari seorang manusia. Badan hukum membentuk kehendaknya dengan perantaraan alat-alat atau organ-organ badan hukum seperti para pengurusnya atau anggota-anggotanya.

Menurut teori organ ini badan hukum adalah sesuatu yang sungguh- sungguh ada di dalam pergaulan yang mewujudkan kehendak dengan perantara alat-alatnya (organ) yang ada padanya (pengurusnya). Apa yang para pengurus atau anggota-anggotanya putuskan merupakan kehendak dari badan hukum.

Dengan demikian badan hukum bukan suatu hal yang fiksi, tetapi benar-benar ada secara abstrak dari konstruksi yuridis, suatu organisme yang riil.

23Handri Raharjo, Hukum Perusahaan Step By Step Prosedur Pendirian Perusahaan, (Jakarta : Pustaka Yustisia), 2013, hal. 21.

(32)

Badan hukum menurut bentuknya dibedakan menjadi dua yaitu badan hukum publik dan badan hukum privat. Yang termasuk badan hukum publik adalah negara, provinsi, kota, majelis-majelis, lembaga-lembaga dan bank-bank negara. Sedangkan yang termasuk badan hukum privat adalah perkumpulan- perkumpulan, perseroan terbatas, perusahaan tertutup dengan tanggung jawab terbatas dan yayasan.

Perseroan dalam pengertian umum adalah perusahaan atau organisasi usaha. Sedangkan Perseroan Terbatas adalah salah satu bentuk organisasi usaha atau badan usaha yang ada dan dikenal dalam sistem hukum dagang Indonesia.

Suatu perseroan terbatas secara hukum baru ada sebagai subyek hukum yaitu berstatus badan hukum setelah akta pendiriannya mendapat pengesahaan dari Menkumham. Kemudian barulah Perseroan Terbatas itu dapat melakukan perbuatan hukum.24

Dalam UU PT diatur bahwa organ perseroan terbatas adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan Komisaris. RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar. 25 Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran

24I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Jakarta : Megapoin, 2003), hal. 15.

25Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(33)

dasar.26 Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.27

Batasan perbuatan dan kedudukan organ perseroan diatur dalam anggaran dasar dan peraturan atas keputusan rapat anggota yang termasuk pembagian tugasnya. Organ dalam perseroan bertindak sebagai perwakilan perseroan dan dipilih serta diganti berdasarkan peraturan perseroan. Perseroan mempunyai anggaran dasar yang dimuat dalam akta pendiriannya dan mencerminkan keberadaan suatu organisasi yang teratur. Dalam anggaran dasar ini ditentukan tata tertib organisasi dalam aktivitasnya dan bila ada hal-hal yang belum tertampung dalam anggaran dasar ini, dapat diatur melalui keputusan-keputusan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).28

Anggaran dasar Perseroan Terbatas baru berlaku bagi pihak ketiga setelah akta pendirian Perseroan Terbatas disetujui oleh Menteri Hukum dan HAM mengenai pengesahan badan hukum Perseroan tersebut. Dengan demikian, anggaran dasar Perseroan telah menjadi undang-undang bagi semua pihak.

Anggaran dasar juga dapat di ubah sesuai dengan kebutuhan Perseroan Terbatas dan perkembangan zaman.

Perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas telah diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan dalam Pasal 18 Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 4 Tahun 2014 jo Nomor 1

26Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

27Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

28Agus Budiarto, Kedudukan Hukum Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, (Bogor: Ghalia Indonesia), hal. 25

(34)

Tahun 2016 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas.

Perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas dimuat atau dinyatakan dalam akta Notaris dan dituliskan dalam bahasa Indonesia. Perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yakni perubahan yang harus mendapatkan persetujuan dari Menkumham dan perubahan yang hanya diberitahukan kepada Menkumham. Perubahan anggaran dasar, baik yang memerlukan persetujuan maupun sekedar pemberitahuan kepada Menkumham harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal akta Notaris mengenai perubahan anggaran dasar. Apabila lewat dari jangka waktu yang telah ditetapkan, maka persetujuan permohonan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar tidak dapat diajukan kepada Menkumham. Perubahan anggaran dasar mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya Keputusan Menkumham mengenai persetujuan perubahan anggaran dasar dan perubahan anggaran dasar mulai berlaku sejak tanggal diterbitkannya Surat Penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar.

b. Teori Tanggung Jawab Hukum

Teori dari Hans Kelsen tentang tanggung jawab hukum (liability). Bahwa seseorang bertanggung jawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia memikul tanggung jawab hukum. Menurut Hans Kelsen, konsep yang berhubungan dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggung jawab

(35)

hukum. Teori tanggung jawab hukum diperlukan untuk dapatmenjelaskan hubungan antara tanggung jawab Notaris yang berkaitan dengan kewenangan Notaris berdasarkan Undang–Undang Jabatan Notaris yang berada dalam bidang hukum perdata.29

Notaris harus bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas profesinya, serta juga harus memikul dan bertanggung jawab atas suatu sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan dengan tugas profesinya sebagai Notaris dalam membuat akta. Profesi Notaris merupakan suatu pekerjaan dengan keahlian khusus yang menuntut pengetahuan luas, serta tanggung jawab yang berat untuk melayani kepentingan umum dan inti tugas Notaris adalah mengatur secara tertulis dan autentik hubungan-hubungan hukum antara para pihak yang secara mufakat meminta jasa Notaris.

Perseroan Terbatas didirikan berdasarkan perjanjian. Dalam mendirikan sebuah Perseroan Terbatas paling sedikit harus ada 2 (dua) orang yang berjanji satu sama lain. Perjanjian tersebut harus dibuat dalam format tertentu atau melalui pejabat yang berwenang untuk itu. Artinya untuk mendirikan Perseroan Terbatas tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan kesepakatan para pihak saja, melainkan harus dibuat berdasarkan akta Notaris yang disebut juga sebagai akta pendirian.

Akta pendirian Perseroan memuat anggaran dasar. Menurut Abdul Khadir Muhammad, anggaran dasar sutau Perseroan Terbatas merupakan seperangkat aturan yang menjadi dasar berdirinya organisasi dan bekerjanya Perseroan

29Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, (Jakarta : Konstutusi Press, 2012), hal. 56.

(36)

Terbatas menurut hukum.30Sebagai bagian dari akta pendirian, anggaran dasar memuat aturan main dalam Perseroan Terbatas yang menentukan setiap hak dan kewajiban dari pihak-pihak dalam anggaran dasar, baik Perseroan Terbatas itu sendiri, pemegang saham, pengurus (Direksi maupun Dewan Komisaris) Perseroan Terbatas.

Anggaran dasar dapat diubah sesuai dengan perkembangan jaman.

Mengingat suatu Perseroan Terbatas bertumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan jaman agar tetap dapat meraih keuntungan. Perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas di atur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas terdapat dalam Pasal 19 sampai dengan Pasal 28.

Perubahan anggaran dasar secara garis besar dapat dibagi 2 (dua) yaitu : perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas yang harus mendapatkan persetujuan Menteri Hukum dan HAM dan perubahan yang hanya diberitahukan kepada Menteri Hukum dan HAM. Permohonan persetujuan perubahan anggaran dasar diajukan kepada Menteri, paling lambat 30 (tiga puluh hari) terhitung sejak tanggal akta Notaris yang memuat perubahan anggaran dasar, dimuat dan dinyatakan dalam akta Notaris berbahasa Indonesia. Apabila setelah lewat jangka waktu 30 (tiga puluh) hari, permohonan persetujuan atau pemberitahuan perubahan anggaran dasar tidak dapat diajukan atau disampaikan kepada Menteri.

Hans Kelsen mengatakan:

“Kegagalan untuk melakukan kehati-hatian yang diharuskan oleh hukum disebut “kekhilapan” (negligence); dan kekhilapan biasanya dipandang sebagai satu jenis lain dari “kesalahan” (culpa), walaupun tidak sekeras

30Abdul Kadir, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1999), hal.

157.

(37)

kesalahan yang terpenuhi karena mampu mengantisipasi dan menghendaki, dengan atau tanpa maksud perbuatan atau tindakan yang jahat, maupun juga akibat yang dapat membahayakan”.31

Dalam hal perubahan anggaran dasar, kelalaian atau kekhilapan terhadap tugas profesi, yaitu apabila suatu akta perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas terlambat diajukan kepada Menkumham, maka pengajuan permohonan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas tidak dapat diajukan atau disampaikan kepada Menteri. Hal ini sesuai dengan Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 21 ayat (9) dan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas diatur dalam Pasal 18 ayat (7).

Jika akta perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas terlambat di beritahukan kepada Menteri karena kesalahan Notaris, maka sudah tentu Notaris harus bertanggung jawab atas hal tersebut.

2. Konsepsi

Konsepsi merupakan gambaran bagaimana hubungan antara konsep- konsep yang akan diteliti. Salah satu cara untuk menjelaskan konsep-konsep tersebut adalah dengan membuat definisi. Definisi merupakan suatu pengertian yang relatif lengkap tentang suatu istilah dan definisi bertitik tolak pada

31Hans Kelsen (Alih Bahasa oleh Somardi), General Theory Of Law and State, Teori UmumHukum dan Negara, Dasar-dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif- Empirik, (Jakarta : BEE Media Indonesia, 2007), hal. 83.

(38)

referensi.32

Terlihat jelas bahwa suatu konsepsi pada hakikatnya merupakan suatu pengarah atau pedoman yang lebih konkrit dari kerangka teoritis (tinjauan pustaka), yang seringkali masih bersifat abstrak. Namun demikian, suatu kerangka konsepsi belaka kadang-kadang dirasakan masih juga abstrak, sehingga diperlukan defenisi operasional yang akan menjadi pegangan konkrit didalam proses penelitian.33

Dalam penelitian tesis ini, perlu kiranya didefenisikan beberapa pengertian tentang konsep-konsep guna menghindari kesalahpahaman atas berbagai istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini, selanjutnya akan dijelaskan maksud dari istilah-istilah tersebut dalam suatu kerangka konsep. Untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini perlu didefenisikan beberapa konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi agar secara operasional dapat dibatasi ruang lingkup variable dan dapat diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan, yaitu:

a. Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang- undang ini serta peraturan pelaksanaannya.34

b. Akta pendirian memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan

32Amiruddin dan Zainal Asikin, Op.Cit., hal. 61.

33Ibid., hal. 47-48.

34Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

(39)

pendirian Perseroan.35Anggaran dasar dalam penelitian ini adalah peraturan- peraturan penting yang merupakan dasar dari Perseroan Terbatas.

c. Akibat Hukum adalah akibat dari sutau tindakan hukum.36 Akibat hukum dalam penelitian ini yaitu akibat dari tindakan hukum apabila terlambatnya atas pengajuan permohonan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas.

d. Notaris menurut Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris yaitu pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya.

e. Direktorat Jenderal Administrasi Badan Hukum (Ditjen AHU) adalah salah satu unsur pelaksana di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang bertugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelayanan administrasi hukum umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.37

f. Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) adalah pelayanan jasa teknologi dan informasi Perseroan secara elektronik yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum.38

g. Format Isian Perubahan Anggaran Dasar dan/atau Data Perseroan adalah

35Pasal 8 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

36R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 295.

37Pasal 282 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015 Tentang Organisasi Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

38Pasal 1 ayat (3) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 4 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas

(40)

format isian untuk permohonan persetujuan perubahan anggaran dasar, pemberitahuan anggaran dasar, dan/atau data Perseroan.39

G. Metode Penelitian

Metode (Inggris: method, Latin: methodus, Yunani: methodos-meta berarti sesudah, diatas, sedangkan hodos, berarti suatu jalan, suatu cara). Mula-mula metode diartikan secara harfiah sebagai suatu jalan yang harus ditempuh, menjadi penyelidikan atau penelitian berlangsung menurut suatu rencana tertentu.40

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya, disamping itu juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan- permasalahannya yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.41

1. Jenis Penelitian dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang menggunakan sumber data sekunder atau data yang diperoleh melalui bahan-bahan pustaka dengan meneliti sumber-sumber bacaan yang relevan dengan tema penelitian, meliputi penelitian terhadap asas- asas hukum, sumber-sumber hukum, teori hukum, buku-buku, peraturan perundang-undangan yang bersifat teoritis ilmiah serta dapat menganalisa

39Pasal 1 ayat (8) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 4 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum Dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas

40Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, (Medan : Pustaka Bangsa Press, 2005), hal. 15.

41Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, (Bandung : Alfabeta, 2013), hal. 31.

(41)

permasalahan yang dibahas.42

Penelitian hukum normatif dikonsepkan sebagai apa yang tertulis di dalam peraturan perundang-undangan (law in the books) atau hukum yang dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berprilaku manusia yang dianggap pantas.43

Dalam hal ini dilakukan studi pustaka yang segala sesuatunya berkaitan dengan pengaturan hukum mengenai Akibat Hukum Terhadap Perseroan Terbatas atas Keterlambatan Pengajuan Permohonan Persetujuan dan Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar Pada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia.

Penelitian ini juga bersifat deskriptif analitis, artinya bahwa penelitian ini termasuk lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara tepat serta menganalisis peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan akibat hukum terhadap Perseroan Terbatas atas keterlambatan pengajuan permohonan persetujuan dan pemberitahuan perubahan anggaran dasar pada Menteri Hukum dan HAM.

2. Sumber Data Penelitian

Berhubung karena metode penelitian adalah penelitian hukum normatif maka sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari bahan penelitian yang berupa bahan-bahan hukum, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier, seperti:

a. Bahan Hukum Primer yaitu bahan-bahan hukum atau dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang berupa bahan pustaka

42Johny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang : Bayu Media Publishing, 2008), hal. 25-26.

43Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Pers, 2007), hal. 43.

(42)

yang berisikan peraturan Perundang-undangan, yang antara lain terdiri dari:

1. Kitab Undang-undang Hukum Perdata;

2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;

3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris;

4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengesahan Badan Hukum dan Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar Serta Penyampaian Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data Perseroan Terbatas.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer berupa buku-buku yang berhubungan dengan objek yang diteliti.

c. Bahan hukum tersier, yakni yang memberikan informasi lebih lanjut mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum dan kamus besar Bahasa Indonesia.44

Selain data sekunder sebagai sumber data utama, dalam penelitian ini juga digunakan data pendukung yang diperoleh dari wawancara dengan pihak yang telah ditentukan sebagai informan yaitu pada Kantor Notaris di Medan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun untuk mendapatkan data yang diperlukan, pengumpulan data dilakukan melalui tahap-tahap penelitian antara lain sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan yaitu menghimpun data dari hasil penelaahan bahan

44Ibid., hal. 23-24.

(43)

pustaka atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Untuk memperoleh data sekunder yang berupa bahan hukum primer, hukum sekunder dan hukum tersier dalam penelitian ini akan menggunakan alat penelitian studi dokumen/pustaka atau penelitian pustaka (library research) yaitu dengan cara mengumpulkan semua peraturan Perundang-undangan, dokumen-dokumen hukum dan buku-buku yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.45

b. Pedoman Wawancara

Wawancara adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka, ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian tesis ini kepada seorang responden.46

Jenis wawancara ada 3 (tiga), yaitu :

1. Wawancara bebas yaitu pewanwancara bebas menayakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data yang dikumpulkan;

2. Wawancara terpimpin yaitu wawancara yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan dan terperinci; dan

3. Wawancara bebas terpimpin yaitu wawancara yang di kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin.47

Jenis wawancara yang akan digunakan dalam tesis ini adalah wawancara

45Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hal. 156-159.

46Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006), hal.82.

47Moh. Yamin, Pelatihan Peningkatan Kaulitas Penelitian Hukum : Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empirik serta Aplikasinya, (Surakarta : Fakultas Hukum UNS, 2007), hal.4.

(44)

bebas terpimpin, dengan menyiapkan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan sebagai pedoman wawancara, tetapi tidak menutup kemungkinan juga adanya pertanyaan lain yang sesuai dengan kebutuhan tesis ini.

Hasil wawancara yang diperoleh akan digunakan sebagai data pendukung dalam penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari pihak-pihak yang telah ditentukan sebagai informan yaitu Notaris Suprayitno,S.H., M.Kn di Medan, dan Notaris Indira Teratai Anniezoen Harahap, S.H di Kota Medan.

4. Analisis Data

Dalam suatu penelitian sebelumnya perlu disusun secara sistematis kemudian akan dianalisis dengan menggunakan prosedur logika ilmiah yang sifatnya kualitatif. Kualitatif berarti akan dilakukan analisa data yang bertitik tolak dari penelitian terhadap asas atau prinsip sebagaimana yang diatur di dalam bahan hukum primer.48

Semua data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (libraryresearch) kemudian disusun secara berurutan dan sistematis dan selanjutnya dianalisa dengan menggunakan metode kualitatif sehingga diperoleh gambaran secara menyeluruh tentang gejala dan fakta yang terdapat dalam masalah yang akan diteliti. Selanjutnya ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif, yaitu cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang umum untuk selanjutnya menarik hal-hal yang khusus dengan menggunakan ketentuan berdasarkan pengetahuan umum seperti teori-teori, dalil-dalil atau prinsip-prinsip dalam bentuk proposisi-proposisi untuk menarik kesimpulan terhadap fakta-fakta yang bersifat khusus.49

48Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hal. 105.

49Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Op.Cit., hal. 109.

(45)

BAB II

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP PERUBAHAN ANGGARAN PERSEROAN TERBATAS

A. Pemberlakuan Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) Secara Elektronik Dalam Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas

Dalam rangka memenuhi tuntutan masyarakat untuk memperoleh layanan yang cepat, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas mengatur tata cara :

1. Pengajuan permohonan dan pemberian pengesahan status badan hukum;

2. Pengajuan permohonan dan pemberian persetujuan perubahan anggaran dasar;

3. Penyampaian pemeberitahuan dan penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar atau pemberitahuan dan penerimaan pemberitahuan perubahan data lainnya.50

Selanjutnya Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, khususnya Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum, mempunyai unit kerja yang mempunyai tugas untuk menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelayanan administrasi hukum umum. Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum terdiri dari :

1. Sekretariat Direktorat Jenderal;

2. Direktorat Perdata;

3. Direktorat Pidana;

4. Direktorat Tata Negara;

5. Direktorat Otoritas Pusat dan Hukum Internasional, dan;

6. Direktorat Teknologi Informasi.51

50Penjelasan Umum Atas Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

(46)

Direktorat yang berperan dalam Sistem Administrasi Badan Hukum, yaitu:

a. Direktorat Perdata yang mempunyai fungsi sebagai pelaksana kebijakan, menganalisa, pertimbangan, dan penyusunan struktur akses.

b. Direktorat Teknologi Informasi yang mempunyai fungsi sebagai pengelola teknis perangkat keras dan perangkat lunak, jaringan dan fasilitas akses seperti log ini, password, dan open-close acces.52

Direktorat Perdata berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, terdiri dari :

1. Subdirektorat Hukum Perdata Umum;

2. Subdirektorat Badan Hukum;

3. Subdirektorat Jaminan Fidusia;

4. Subdirektorat Harta Peninggalan dan Kurator Negara;

5. Subdirektorat Notariat.

Subdirektorat badan hukum mempunyai unit kerja yang memberikan pelayanan jasa hukum kepada masyarakat di bidang badan hukum yang salah satunya berbentuk Perseroan Terbatas. Pelayanan tersebut dilaksanakan dalam suatu sistem yang disebut dengan Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH).

Sistem Administrasi Badan Hukum yang dahulu disebut dengan SISMINBAKUM memiliki berbagai macam pengertian. SISMINBAKUM adalah sistem komputerisasi dalam proses pengesahan dan/atau persetujuan pendirian

51Pasal 284 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

52EDITED_Paparan-Direktur-acara-PPATK-versi-tambahan-2.pdf, diakses pada tanggal 6 Februari 2017.

(47)

suatu badan hukum oleh Direktorat Jendral Administrasi Badan Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.53

SISMINBAKUM merupakan jenis pelayanan jasa hukum yang diberikan kepada masyarakat dunia usaha dalam proses pengesahan badan hukum Perseroan Terbatas, pemberian persetujuan dan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas, penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar Perseroan Terbatas dan perubahan data Perseroan Terbatas serta pemberitahuan informasi lainnya secara elektronik melalui jaringan komputer dan internet yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum disingkat dengan DITJEN AHU pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.54

Perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan aktivitas di berbagai sektor kehidupan, khususnya di bidang sosial dan ekonomi, berkembang semakin cepat dan pesat. Bahkan hubungan-hubungan di internasional, boleh dikatakan telah memasuki suatu masyarakat yang beriorentasi kepada informasi.

Hubungan-hubungan melalui teknologi informasi tersebut tidak lagi secara fisik sebagaimana yang terjadi selama ini, namun interaksi tersebut sudah secara virtual atau cyberspace.55

Keseluruhan informasi yang dikomputerisasikan tersebut perlu dikembangkan menurut standar tertentu, sehingga perangkat sistem yang

53Muhammad Azhari dan Rudi Indrajaya, Mengenal Sisminbakum, Cetakan II, (Bandung : Cv Dinamikan Putra, 2001), hal.17

54Iswi Hariyani, R.Serfianto Dibyo Purnomo, Cita Yustisia Serfiyani, Panduan Praktis SABH, (Jakarta : Pustaka Yustisia, 2011), hal.13.

55E.Saefullah Wiradipraja, Perspektif Hukum Internasional Tentang Cyberlaw, (Jakarta : ELIPS, 2002), hal.89.

Gambar

Gambar 1.1 aplikasi untuk dapat akses ke SABH

Referensi

Dokumen terkait

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2Ol4 tentang Hak Cipta yaitu Undang-Undang tentang perlindungan ciptaan

Artikel ini membahas tentang implementasi pendirian Perseroan Terbatas oleh Notaris menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 1 Tahun 2016 tenang Perubahan

Artikel ini membahas tentang implementasi pendirian Perseroan Terbatas oleh Notaris menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 1 Tahun 2016 tenang Perubahan

221 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UUPT) dijelaskan bahwa preemptive right/Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu merupakan

Pelaksanaan penjualan saham Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dilakukan menurut ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yairu Undang-Undang tentang perlindungan ciptaan

bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.02.HT.01.10 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pengumuman Perseroan Terbatas Dalam Tambahan Berita Negara

Undang Undang Nomor 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang Undang Hukum Pidana Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2015 Tentang Pengamanan