• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGGARAN PENDIDIKAN

Agar amanat Pasal 31 Ayat 4 UUD 1945 Amandemen ke-4 dapat dipenuhi dengan tetap menjaga

kesinambungan fiskal, alokasi anggaran pendidikan dalam RAPBN tahun 2017 direncanakan

mencapai Rp414,1 triliun (20,0 persen terhadap APBN), yang berarti menurun Rp2,5 triliun dari APBNP tahun 2016 Rp416,6 triliun. Perkembangan alokasi anggaran pendidikan dalam tahun

2016-2017 disajikan dalam Tabel 1.

Alokasi anggaran pendidikan dalam RAPBN tahun 2017 tersebut akan diarahkan untuk: (1) penyediaan guru dan dosen yang berkualitas dan penempatan yang merata; (2) peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan; (3) penyediaan bantuan pendidikan yang efektif dan lebih memadai; (4) pengembangan pembelajaran yang berkualitas; (5) peningkatan ketersediaan

sarana dan prasarana yang berkualitas; dan (6) bantuan pendidikan kepada siswa termasuk beasiswa kepada siswa yang kurang mampu.

2016 2017 APBNP RAPBN I. Anggaran Pendidikan melalui Belanja Pemerintah Pusat 145,0 142,1

A. Anggaran Pendidikan pada Kementerian Negara/Lembaga 141,7 140,9 a.l. 1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 43,6 39,8 2. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 39,6 38,4 3. Kementerian Agama 46,5 50,4 B. Anggaran Pendidikan pada BA BUN 3,3 1,2 II. Anggaran Pendidikan melalui Transfer ke Daerah dan Dana Desa 266,6 269,5 Dana Transfer Khusus 119,9 117,0 a. DAK Fisik 2,7 8,1 b. DAK Non Fisik 117,3 109,0 a.l. i. Tunjangan Profesi Guru (TPG) PNSD 69,8 56,6 ii. Bantuan Operasional Sekolah 43,9 45,1 III. Anggaran Pendidikan melalui Pengeluaran Pembiayaan 5,0 2,5 Total Anggaran Pendidikan 416,6 414,1 Total Belanja Negara 2.082,9 2.070,5

Rasio Anggaran Pendidikan thd Belanja Negara (%) 20,0 20,0

Sumber : Kementerian Keuangan

TABEL 1

Komponen

a.l.

PERKEMBANGAN ALOKASI ANGGARAN PENDIDIKAN TAHUN 2016-2017 (triliun rupiah)

Adapun target/sasaran anggaran pendidikan dalam RAPBN tahun 2017 antara lain sebagaimana

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 2017

Bab 4: Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat

RAPBN 2017 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2018-2020 Bagian II

II.4-17

Fungsi Perlindungan Sosial

Dalam RAPBN tahun 2017, alokasi anggaran untuk fungsi perlindungan sosial direncanakan

sebesar Rp158.479,3 miliar. Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 5,1 persen

jika dibandingkan dengan alokasinya pada APBNP tahun 2016 sebesar Rp150.841,7 miliar. Alokasi anggaran pada fungsi perlindungan sosial tersebut diarahkan untuk meningkatkan

kualitas dan efektivitas program-program perlindungan sosial dalam rangka menurunkan

tingkat kemiskinan dan menjaga kualitas hidup masyarakat.

Arah kebijakan perlindungan sosial pada tahun 2017 adalah: (1) meningkatkan perlindungan anak dari tindak kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan salah lainnya, serta

efektivitas kelembagaan perlindungan anak; (2) meningkatkan kualitas hidup dan peran

perempuan di berbagai bidang pembangunan; (3) meningkatkan perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan termasuk tindak pidana perdagangan orang (TPPO); (4) meningkatkan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan; dan (5) mendukung penyempurnaan dan pengembangan sistem perlindungan sosial yang komprehensif. Adapun sasaran yang ingin dicapai dari pengalokasian anggaran pada fungsi perlindungan sosial pada tahun 2017, antara lain: (1) melanjutkan pelaksanaan bantuan tunai bersyarat/

Program Keluarga Harapan (PKH) kepada 6 juta Rumah Tangga Sasaran (RTS) berdasarkan

database yang lebih valid dan akuntabel; (2) penyaluran subsidi pangan (Rastra) kepada

14.332.212 rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTS PM) dan pengalihan sebagian

subsidi Rastra menjadi bantuan pangan dengan mekanisme nontunai/voucher di 44

kota besar dengan target sasaran sebanyak 1.198.685 RTS PM; (3) meningkatnya jumlah

penyandang disabilitas yang mendapat akses pemenuhan hak dasar (akte, NIK, KTP, alat

bantu, kartu identitas penyandang disabilitas) dengan target sasaran 2.500 jiwa; dan (4)

meningkatnya jumlah keluarga miskin yang memperoleh bantuan kelompok usaha ekonomi produktif di perdesaan sebanyak 53.600 KK dan perkotaan sebanyak 48.400 KK.

Terkait dengan pelaksanaan program-program perlindungan sosial, salah satu yang menjadi perhatian utama pemerintah adalah pelaksanaan program Rastra yang telah berjalan sejak tahun 1998. Dalam pelaksanaanya, program Rastra menghadapi beberapa tantangan terutama masalah exclusion dan inclusion error yang masih tinggi. Oleh karena itu, dalam rangka perbaikan kualitas bantuan dan ketepatan target sasarannya, program Rastra yang sebelumnya diberikan dalam bentuk beras bersubsidi, secara bertahap akan disalurkan dalam bentuk bantuan langsung melalui mekanisme nontunai/voucher bantuan pangan.

No Target/Sasaran 1 Sertifikasi untuk: - Guru 101,1 ribu - Dosen 10,2 ribu 2 34 kab/kota percontohan

3 Kartu Indonesia Pintar (siswa) 19,5 juta

4 Bidikmisi (mahasiswa) 360,5 ribu

5 BOS (siswa) 8,5 juta

6 107

7 Rehabilitasi ruang kelas (ruang) 41.128

8 Satuan pendidikan yang melaksanakan K13 129,2 ribu

Sumber: Kementerian Keuangan

TABEL 2

TARGET/SASARAN ANGGARAN PENDIDIKAN RAPBN 2017 Uraian

Pemerataan guru antarsekolah dan antardaerah

Sebagai tahapan awal, penyaluran voucher bantuan pangan tersebut akan dilakukan

di 44 kota besar, melanjutkan uji coba terbatas di wilayah terpilih di tahun 2016, untuk kemudian diperluas secara bertahap. Melalui skema tersebut, pelaksanaan dan penyaluran

Rastra diharapkan bisa lebih terarah, tepat sasaran, dan penerima bantuan mempunyai

fleksibilitas, baik kualitas maupun bentuk pangan yang diinginkan.

4.1.2 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut

Organisasi

Anggaran belanja pemerintah pusat secara umum dikelompokkan dalam dua bagian besar yaitu: (1) anggaran yang dialokasikan melalui BA Kementerian Negara/Lembaga (K/L) dengan menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran (Chief Operational Officer/ COO); dan (2) anggaran yang dialokasikan melalui bagian anggaran Bendahara Umum

Negara (BUN) dengan Menteri Keuangan selaku BUN (Chief Financial Officer/CFO) atau belanja non-K/L, yang berwenang dan bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan kewajiban negara secara nasional.

Berdasarkan struktur kementerian yang berlaku sejak tahun 2015 (Kabinet Kerja periode 2014-2019), jumlah BA K/L adalah 87 bagian anggaran dengan rincian: 34 kementerian, empat kementerian koordinator, enam lembaga tinggi negara, 37 lembaga pemerintah, dan

enam komisi. Sementara itu, jumlah BA BUN belanja pemerintah pusat adalah 5 BA BUN

yang terdiri atas: (1) BA BUN Pengelolaan Utang Pemerintah (BA 999.01); (2) BA BUN

Pengelolaan Hibah (BA 999.02); (3) BA BUN Pengelolaan Belanja Subsidi (BA 999.07);

(4) BA BUN Pengelolaan Belanja Lainnya (BA 999.08); dan (5) BA BUN Pengelolaan Transaksi Khusus (BA 999.99).

Dari anggaran belanja pemerintah pusat dalam RAPBN tahun 2017 sebesar Rp1.310.439,3 miliar, sebanyak 57,9 persen atau Rp758.378,0 miliar dialokasikan melalui BA K/L, sementara 42,1 persen lainnya atau Rp552.061,3 miliar dialokasikan melalui BA BUN (belanja non-K/L) sebagaimana disajikan dalam Tabel II.4.2.

2016 2017 APBNP RAPBN I. 767.809,9 758.378,0 II. 538.886,1 552.061,3 1.306.696,0 1.310.439,3 Belanja Non K/L Jumlah

Sumber: Kementerian Keuangan

TABEL II.4.2

BELANJA PEMERINTAH PUSAT, 2016-2017 (miliar rupiah)

Uraian Belanja K/L

Penjelasan lebih lanjut atas rencana anggaran belanja K/L dan rencana anggaran belanja BUN akan diuraikan sebagai berikut.

4.1.2.1 Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga

Belanja K/L tahun 2017 yang dialokasikan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku

COO yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan tugas

dan fungsinya masing-masing, disusun dengan mengacu pada kebutuhan pendanaan penyelenggaraan pemerintahan masing-masing K/L, serta strategi dan prioritas

pembangunan yang tertuang dalam RKP tahun 2017 yang bertemakan “Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja serta Mengurangi Kemiskinan dan Kesenjangan Antarwilayah”. Besaran belanja K/L tahun 2017 juga telah memerhatikan anggaran yang sifatnya wajib berdasarkan peraturan perundang-

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 2017

Bab 4: Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat

RAPBN 2017 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2018-2020 Bagian II

II.4-19

undangan (mandatory)seperti anggaran pelaksanaan SJSN bidang kesehatan, anggaran pendidikan, anggaran kesehatan, serta rencana kegiatan yang memiliki skema pendanaan yang bersifat tahun jamak (multiyears).

Selanjutnya, dengan berpedoman pada arah kebijakan fiskal dan RKP tahun 2017, kebijakan

belanja K/L diarahkan antara lain untuk:

1. Meningkatkan kinerja aparatur pemerintah dengan didukung kebijakan reformasi birokrasi serta mempertahankan tingkat kesejahteraan aparatur negara;

2. Melanjutkan kebijakan efisiensi dan penajaman belanja nonoperasional pada K/L dengan tetap menjaga kualitas pelayanan kepada masyarakat;

3. Melanjutkan dan memperkuat pembangunan infrastruktur dan konektivitas untuk memperbaiki kualitas pembangunan;

4. Memperkuat pelaksanaan program prioritas di bidang pendidikan, kesehatan,

kedaulatan pangan dan energi, kemaritiman dan kelautan, serta pariwisata dan industri;

5. Mendukung penegakan hukum (penanganan perkara) serta stabilitas pertahanan dan keamanan (Alutsista dan pencegahan terorisme);

6. Mendukung peningkatan pengembangan kualitas demokrasi dan kehidupan berpolitik. Pemerintah juga memerhatikan sinergitas pembangunan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan memastikan program/kegiatan masing-masing K/L dan

pemerintah daerah dapat bersinergi dan serasi sesuai dengan dengan RPJMN 2015-2019,

RKP tahun 2017, dan rencana tata ruang.

Selanjutnya, sejalan dengan upaya peningkatan kualitas belanja negara, kebijakan

belanja K/L dalam tahun 2017 akan diarahkan untuk mendukung upaya tersebut melalui: (1) perbaikan kualitas perencanaan anggaran; (2) perbaikan kualitas pengelolaan anggaran tidak hanya berfokus dalam rutinitas tapi mulai berorientasi pada hasil, yang sejalan dengan penataan Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) berupa perbaikan redaksi/rumusan sasaran kinerja (output-sasaran) dalam RKA-K/L dalam rangka meningkatkan kualitas

implementasi penganggaran berbasis kinerja; dan (3) monitoring dan evaluasi pengelolaan

anggaran.

Berkenaan dengan perbaikan kualitas perencanaan anggaran, dalam hal ini belanja modal dan belanja pemeliharaan, Pemerintah telah mulai menerapkan perencanaan kebutuhan

barang milik negara (RKBMN) pada beberapa K/L sebagai pilot project. Hal ini merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas belanja negara bahwa rencana pengadaan BMN telah disusun dengan berpedoman pada standar barang, standar kebutuhan, dan

rencana strategis K/L dengan titik berat pada optimalisasi existing BMN.

Sejalan dengan upaya untuk mendukung tercapainya sasaran-sasaran prioritas RKP tahun

2017, serta memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan, anggaran belanja K/L

tahun 2017 direncanakan sebesar Rp758.378,0 miliar. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pagu APBNP tahun 2016. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam melakukan efisiensi belanja operasional dan belanja nonprioritas. Volume belanja

K/L tersebut bersumber dari rupiah murni, pagu penggunaan PNBP dan BLU, Pinjaman

Luar Negeri, Hibah Luar Negeri, Pinjaman Dalam Negeri, serta SBSN Project Based Sukuk, dengan komposisi sebagaimana disajikan dalam Tabel II.4.3.

No. Sumber Dana RAPBN

1 Rupiah Murni 651.016,0

2 Pagu Penggunaan PNBP 26.209,6

3 Pagu Penggunaan BLU 36.788,7

4 Pinjaman Luar Negeri 23.905,5

5 Hibah Luar Negeri 1.190,0

6 Pinjaman Dalam Negeri 2.500,0

7 SBSN PBS 16.768,1

758.378,0

Sumber : Kementerian Keuangan

TABEL II.4.3

BELANJA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA (miliar rupiah)

Total

MENURUT SUMBER DANA, TAHUN 2017

Dari 87 K/L, komponen alokasi per K/L (khususnya pada 15 K/L dengan alokasi anggaran terbesar) dalam RAPBN tahun 2017 disajikan dalam Grafik II.4.1. Lima belas K/L tersebut alokasi anggarannya mencapai 85,6 persen dari total anggaran K/L dalam RAPBN tahun 2017.

GRAFIK II.4.1

ANGGARAN BELANJA K/L RAPBN TAHUN 2017 (persen) 13,9 13,8 9,6 8,0 7,7 6,4 5,6 5,3 5,2 3,2 2,4 1,3 1,21,1 1,0 14,4 KEMEN PU PR KEMENHAN POLRI KEMENAG KEMENKES KEMENHUB KEMENKEU KEMENDIKBUD KEMENRISTEKDIKTI KEMENTAN KEMENSOS KKP KEMENKUM HAM MA KEMENLU LAINNYA

Sumber: Kementerian Keuangan

Penjelasan secara garis besar mengenai program-program pada 15 K/L dengan pagu terbesar yang mencakup program, sasaran, indikator kinerja, dan target adalah sebagai berikut.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Peran infrastruktur sangat penting dalam mewujudkan pemenuhan hak dasar rakyat dan

memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan daya saing global. Untuk mendukung hal tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat mempunyai tugas dan fungsi yang sangat strategis untuk mewujudkan penguatan konektivitas nasional, ketahanan air, pengembangan wilayah, perwujudan permukiman

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 2017

Bab 4: Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat

RAPBN 2017 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2018-2020 Bagian II

II.4-21

yang layak huni dan berkelanjutan termasuk pengusahaan penyediaan pembiayaan dan penyediaan rumah melalui program-program antara lain: (1) Program Penyelenggaraan

Jalan; (2) Program Pengelolaan Sumber Daya Air; (3) Program Pembinaan dan

Pengembangan Infrastruktur Permukiman; dan (4) Program Pengembangan Perumahan. Rincian indikator kinerja dan sasaran program-program tersebut adalah sebagai berikut.

Program Penyelenggaraan Jalan mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jalan

yang dibangun sepanjang 815 km; (2) jembatan yang dibangun sepanjang 9.399 m,

(3) pemeliharaan rutin jalan sepanjang 41.849 km; (4) pemeliharaan preventif jalan sepanjang 1.538 km; dan (5) rekonstruksi jalan sepanjang 949 km. Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatkan konektivitas dan

kemantapan jalan nasional.

Program Pengelolaan Sumber Daya Air mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) bendungan irigasi kewenangan pusat yang dilaksanakan konstruksinya sebanyak 20 bendungan; (2) luas layanan jaringan irigasi permukaan kewenangan pusat yang

dilaksanakan konstruksinya sebanyak 56.217,1 ha; (3) konstruksi bendungan baru yang dibangun sebanyak 9 bendungan baru; dan (4) luas layanan jaringan irigasi air tanah

yang dibangun sebanyak 1.787,1 ha. Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan program

tersebut antara lain pembangunan jaringan irigasi baru, pembangunan bendungan baru, dan pembangunan jaringan irigasi air tanah baru.

Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman mempunyai indikator

kinerja antara lain: (1) debit dan jumlah sambungan rumah SPAM IKK sebanyak 216.000 SR, (2) debit dan jumlah sambungan rumah SPAM Kawasan Nelayan sebanyak 4.250 SR,

(3) luas peningkatan kualitas permukiman di 38.341 ha daerah perkotaan sebanyak 9.500 ha, dan (4) jumlah kabupaten/kota yang dibangun infrastruktur air limbah sistem terpusat

skala komunal sebanyak 120 kabupaten/kota. Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan

program tersebut antara lain meningkatnya pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat, meningkatnya pemenuhan akses sanitasi bagi masyarakat, dan meningkatnya pemenuhan kebutuhan hunian dan permukiman yang layak.

Program Pengembangan Perumahan mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah satuan rumah susun terbangun sebanyak 11.400 unit; dan (2) peningkatan kualitas rumah

swadaya sebanyak 113.300 unit. Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah tersedianya rumah susun sewa bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan peningkatan kualitas rumah swadaya.

Untuk menjalankan hal-hal tersebut di atas, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat direncanakan memperoleh anggaran sebesar Rp105.565,1 miliar pada RAPBN tahun 2017.

Kementerian Pertahanan

Lingkungan strategis regional yang semakin kompetitif dengan peningkatan belanja militer

berkarakter ofensif dan berkapabilitas maritim di kawasan Asia Timur dan Tenggara

telah mendorong Kementerian Pertahanan sebagai unsur pelaksana pemerintah yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang pertahanan untuk menjalankan arah kebijakan di bidang pertahanan yaitu membangun postur pertahanan berdaya gentar

tinggi dan wilayah perbatasan yang aman dengan: (1) pengadaan alutsista TNI dalam rangka pemenuhan MEF, (2) peningkatan sarpras keamanan perbatasan, (3) pembangunan Sarpras Alutsista TNI, (4) Pemeliharaan dan perawatan Alutsista TNI, dan (5) penguatan

industri pertahanan.

Dalam menjalankan kebijakan-kebijakan tersebut, Kementerian Pertahanan melaksanakan program-program antara lain: (1) Program Pengembangan Teknologi dan Industri

Pertahanan; (2) Program Modernisasi Alutsista dan Non-Alutsista/Sarana dan Prasarana Matra Darat; (3) Program Dukungan Kesiapan Matra Laut; dan (4) Program Dukungan Kesiapan Matra Udara. Rincian indikator kinerja dan sasaran program-program tersebut

adalah sebagai berikut.

Program Pengembangan Teknologi dan Industri Pertahanan mempunyai indikator kinerja

antara lain Alutsista produksi industri pertahanan nasional sebanyak 20 Alutsista. Sasaran

yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah terpenuhinya Alutsista

Prioritas TNI dalam rangka pemenuhan MEF oleh industri pertahanan nasional.

Program Modernisasi Alutsista dan Non-Alutsista/Sarana dan Prasarana Matra Darat

mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) panser pengganti sarasen dan saladin sebanyak

24 unit; (2) meriam armed (M-109) sebanyak 20 unit; dan (3) pembangunan kesatrian di Kepulauan Natuna sebanyak 1 den arhanud dan 1 batrai armed. Sasaran yang ingin dicapai

dari pelaksanaan program tersebut antara lain terpenuhinya kendaraan tempur TNI AD, terpenuhinya senjata dan munisi TNI AD, dan terlaksananya modernisasi dan peningkatan fasilitas/sarpras tempur matra darat.

Program Dukungan Kesiapan Matra Laut mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) Harwat senlek KRI sebanyak 94 unit; (2) Harwat ranpur marinir sebanyak 378 unit; dan (3) Harwat kapal pemukul sebanyak 45 unit. Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan

program tersebut antara lain meningkatnya kesiapan peralatan senjata dan kendaraan tempur/taktis TNI AL.

Program Dukungan Kesiapan Matra Udara mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) Harwat pesawat latih sebanyak 4 jenis; (2) Harwat radar sebanyak 20 unit; dan (3) Harwat pesawat tempur sebanyak 6 jenis. Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan

program tersebut antara lain meningkatnya kesiapan dan kemampuan alutsista TNI AU. Untuk menjalankan hal-hal tersebut di atas, Kementerian Pertahanan direncanakan memperoleh anggaran sebesar Rp104.428,0 miliar pada RAPBN tahun 2017.

Kepolisian Negara Republik Indonesia

Kuatnya stabilitas keamanan dan ketertiban merupakan salah satu syarat tercapainya target pembangunan nasional. Kepolisian Negara RI selaku lembaga yang melaksanakan peran memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri melaksanakan beberapa program, antara lain:

(1) Program Pemberdayaan Potensi Keamanan; (2) Program Peningkatan Sarana dan

Prasarana Aparatur Polri; dan (3) Program Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana. Rincian indikator kinerja dan sasaran program-program tersebut adalah sebagai berikut. Program Pemberdayaan Potensi Keamanan mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) desa yang mendapatkan pelayanan Bhabinkamtibmas sebanyak 44.010 desa; (2) pembentukan dan pembinaan kelompok potensi masyarakat sebanyak 2.500 kelompok; dan (3) kegiatan dalam rangka pencegahan dan penegakan hukum pelanggaran terkait

miras, Napza dan bahan berbahaya lainnya sebanyak 232.800 kegiatan. Sasaran yang ingin

dicapai dari pelaksanaan program tersebut antara lain: (1) terselenggaranya kerjasama

antara Polri dan masyarakat dalam Harkamtibmas; dan (2) peningkatan law enforcement

regulasi terkait peredaran miras, Napza dan bahan berbahaya lainnya.

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Polri mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) pengadaan Almatsus sebanyak 1 paket; (2) pengembangan Jaring Komunikasi Kepolisian sebanyak 1 paket; (3) pengembangan RTMC di 6 Polda dan TMC di 7 Polres; dan

(4) penyajian data informasi kriminal secara terintegerasi antarsatker Polri (mendukung

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 2017

Bab 4: Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat

RAPBN 2017 dan Proyeksi Jangka Menengah Periode 2018-2020 Bagian II

II.4-23

dicapai dari pelaksanaan program tersebut antara lain: (1) pengembangan teknologi dan peralatan kepolisian secara bertahap; dan (2) peningkatan informasi kriminal nasional secara merata di seluruh Polda dan Polres.

Program Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah kasus pidana umum yang dapat terselesaikan (P21) sebanyak 11.000 kasus; (2) pemenuhan 1 Polres – 1 Ruang PPA di 453 Polres; (3) jumlah kasus tindak

pidana ekonomi yang dapat terselesaikan (P21) sebanyak 1.272 kasus. Sasaran yang ingin

dicapai dari pelaksanaan program tersebut antara lain: (1) meningkatnya penyelesaian penanganan perkara tindak pidana umum; (2) penanganan kasus berkaitan dengan

Pelayanan Perempuan dan Anak/PPA dan Anak Berhadapan dengan Hukum/ABH; dan

(3) meningkatnya penyelesaian penanganan perkara tindak pidana ekonomi.

Untuk menjalankan hal-hal tersebut di atas, Kepolisian Negara RI direncanakan memperoleh anggaran sebesar Rp72.436,8 miliar pada RAPBN tahun 2017.

Kementerian Agama

Kementerian Agama merupakan kementerian yang mengemban tugas dan fungsi

pembangunan bidang agama serta bidang pendidikan. Secara lebih khusus pembangunan

bidang pendidikan yang menjadi tugas Kementerian Agama adalah pendidikan umum

berciri agama, pendidikan agama, dan pendidikan keagamaan. Dalam rangka mewujudkan

agenda pembangunan nasional pada tahun 2017, kebijakan pembangunan agama dan pendidikan agama antara lain akan diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama dan pendidikan keagamaan serta meningkatkan peran lembaga agama dalam mengajarkan perdamaian dan toleransi.

Dalam rangka melaksanakan kebijakan-kebijakan tersebut, Kementerian Agama akan melaksanakan berbagai program, antara lain: (1) Program Pendidikan Islam;

(2) Program Bimbingan Masyarakat Islam; (3) Program Bimbingan Masyarakat Kristen; (4) Program Bimbingan Masyarakat Katolik; (5) Program Bimbingan Masyarakat Hindu; dan (6) Program Bimbingan Masyarakat Buddha. Rincian indikator kinerja dan sasaran

program-program tersebut adalah sebagai berikut.

Program Pendidikan Islam mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah penerima

BOS sebanyak 3.672.852 siswa MI, 3.255.506 siswa MTs, dan 1.359.515 siswa MA/MAK; (2) jumlah penerima PIP sebanyak 528.527 siswa MI, 540.118 siswa MTs, dan 308.608 siswa MA/MAK; (3) mahasiswa PTKI penerima bidik misi sebanyak 24.096 mahasiswa. Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatkan akses, mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan keagamaan Islam.

Program Bimbingan Masyarakat Islam mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) unit gedung baru yang dibangun sebagai wujud pelayanan prima sebanyak 254 KUA; (2) lembaga zakat profesional sebanyak 506 lokasi; (3) 5.000 tanah wakaf yang bersertifikat; dan (4) pembinaan agama yang dilakukan oleh 45.000 penyuluh. Sasaran yang ingin

dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya kualitas pemahaman, pengamalan, dan pelayanan keagamaan Islam.

Program Bimbingan Masyarakat Kristen mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah siswa SDTK, SMPTK dan SMTK penerima bantuan KIP sebanyak 2.245 siswa; (2) jumlah siswa SDTK, SMPTK dan SMTK penerima BOS sebanyak 8.700 siswa; (3) jumlah guru non-PNS penerima tunjangan profesi sebanyak 1.597 guru; dan (4) jumlah penyuluh Agama Kristen penerima honorarium sebanyak 5.000 orang. Sasaran yang ingin

dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya kualitas pemahaman, pengamalan, dan pelayanan Agama Kristen serta kualitas pembinaan dan pelayanan pendidikan Agama Kristen.

Program Bimbingan Masyarakat Katolik mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) peserta didik sekolah keagamaan Katolik yang menerima KIP sebanyak 600 siswa; (2) siswa SMAK penerima BOS sebanyak 2.000 siswa; (3) mahasiswa miskin pada PTAKS penerima bantuan beasiswa sebanyak 2.000 mahasiswa; (4) guru dan dosen pendidikan Agama Katolik non-PNS penerima tunjangan profesi masing-masing sebanyak 1.198 dan 105 orang; dan (5) PTAKS yang mendapat BOP sebanyak 23 perguruan tinggi. Sasaran

yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya kualitas pemahaman, pengamalan, dan pelayanan agama Katolik serta kualitas pembinaan dan pelayanan pendidikan agama Katolik.

Program Bimbingan Masyarakat Hindu mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) penyuluh dan tenaga teknis keagamaan Hindu yang mendapatkan pembinaan dan pengembangan sebanyak 2.962 orang; (2) lembaga sosial keagamaan Hindu yang mendapat

penguatan dan pemberdayaan sebanyak 209 lembaga; (3) satuan pendidikan keagamaan

yang memiliki SNP sebanyak 20 lembaga; dan (4) mahasiswa yang menerima BOPTN sebanyak 7.500 mahasiswa. Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya kualitas pemahaman, pengamalan, dan pelayanan agama Hindu serta kualitas pembinaan dan pelayanan pendidikan agama Hindu.

Program Bimbingan Masyarakat Buddha mempunyai indikator kinerja antara lain:

(1) lembaga agama Buddha yang melaksanakan pelayanan keagamaan sebanyak 34

lembaga; (2) guru Pendidikan Agama Buddha baik PNS maupun non-PNS yang menerima

tunjangan profesi sebanyak 239 guru; (3) guru Pendidikan Agama Buddha yang ditingkatkan

kompetensinya sebanyak 829 guru; dan (4) mahasiswa yang mendapatkan Beasiswa Bidik Misi dan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) masing-masing sebanyak 350 dan 50 mahasiswa. Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan program tersebut adalah

meningkatnya kualitas pemahaman, pengamalan, dan pelayanan agama Buddha serta kualitas pembinaan dan pelayanan pendidikan agama Buddha.

Untuk menjalankan hal-hal tersebut di atas, Kementerian Agama direncanakan memperoleh anggaran sebesar Rp60.734,1 miliar pada RAPBN tahun 2017.

Kementerian Kesehatan

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia

yang produktif. Pembangunan kesehatan pada tahun 2017 diarahkan antara lain untuk

(1) memperkuat upaya promotif dan preventif dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat;

(2) meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan; dan (3) mempercepat perbaikan gizi masyarakat.

Dalam rangka mencapai sasaran pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan akan melaksanakan berbagai program, antara lain: (1) Program Pembinaan Kesehatan

Masyarakat; (2) Program Pembinaan Pelayanan Kesehatan; dan (3) Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Rincian indikator kinerja dan sasaran program-

Dokumen terkait