• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN PENGAMPUNAN PAJAK (TAX AMNESTY)

Pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang nomor 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak atau Tax

Amnesty yang akan dilaksanakan sejak 1 Juli 2016 sampai dengan 31 Maret 2017. Kebijakan pengampunan pajak adalah kebijakan penghapusan atas pajak terutang, sanksi administrasi, dan pidana perpajakan yang dilakukan dengan membayar sejumlah uang tebusan sesuai tarif yang berlaku. Kebijakan ini ditempuh Pemerintah dalam rangka optimalisasi penerimaan negara dari sektor pajak, meningkatkan kesadaran dan

kepatuhan membayar pajak di masyarakat (tax awarenessandtax compliance), serta memperluas basis subjek

pajak untuk mendukung penerimaan pajak yang optimal dan berkelanjutan.

Program pengampunan pajak merupakan suatu terobosan kebijakan yang diperlukan untuk mendukung optimalisasi penerimaan dan perbaikan sistem perpajakan ke depan. Dengan adanya program pengampunan pajak, diharapkan basis pajak dapat diperluas dan tingkat kepatuhan pajak semakin meningkat dari waktu ke waktu sehingga penerimaan perpajakan mengalami peningkatan signifikan dan berkesinambungan serta dapat menjamin keberlanjutan penerimaan negara. Pada akhirnya, pembiayaan APBN di masa yang akan datang akan lebih pasti dan terjaga.

Sejalan dengan usaha untuk meningkatkan tax compliance, kebijakan pengampunan pajak merupakan titik

awal dalam membangun database perpajakan yang akurat, sistem pengawasan, dan penegakan hukum pajak di Indonesia yang lebih baik. Kebijakan pengampunan pajak tidak semata ditujukan untuk meningkatkan penerimaan pajak, namun juga ditujukan untuk menarik kembali dana yang selama ini berada di luar negeri sehingga dana tersebut dapat digunakan untuk menggerakkan ekonomi nasional.

Kebijakan pengampunan pajak juga akan mendorong pengalihan harta (repatriasi) dari luar wilayah NKRI untuk diinvestasikan ke dalam negeri melalui berbagai instrumen investasi maupun kegiatan sektor riil di Indonesia. Hal tersebut akan meningkatkan likuiditas dalam negeri sebagai sumber pembiayaan pembangunan nasional yang berasal dari dana yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia sendiri, sehingga akan dapat menurunkan cost of fund pembangunan nasional dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Saat ini merupakan momentum yang cukup ideal untuk melaksanakan program pengampunan pajak

mengingat semakin kecilnya kemungkinan untuk menyembunyikan kekayaan di luar negeri karena semakin transparannya sektor perpajakan global dan intensitas pertukaran informasi antar negara. Dengan adanya penerapan Automatic Exchange of Information (AEOI) atau pertukaran informasi secara otomatis antarnegara, keberhasilan implementasi program pengampunan pajak diharapkan dapat berjalan secara efektif.

Keberhasilan program pengampunan pajak sangat tergantung dari dukungan semua pihak, yaitu: (1) sosialisasi

program pengampunan pajak; (2) upaya mengajak Wajib Pajak untuk mengikuti program pengampunan pajak,

(3) pemanfaatan dana tax amnesty secara optimal untuk perekonomian nasional; (4) menjaga kerahasiaan

data wajib pajak yang mengikuti program pengampunan pajak karena menyangkut kepercayaan publik dan

amanah UU Tax Amnesty.

Indikator yang dapat dipakai untuk keberhasilan tax amnesty adalah :

1. terwujudnya percepatan pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan harta yang antara lain akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai tukar rupiah, penurunan suku bunga, dan peningkatan investasi;

2. terwujudnya reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif, dan terintegrasi; dan

3. terwujudnya peningkatan penerimaan pajak yang antara lain akan digunakan untuk pembiayaan pembangunan.

Pendapatan Pajak Dalam Negeri

Pendapatan pajak dalam negeri

terdiri dari pendapatan PPh, PPN dan PPnBM, PBB, Cukai, dan pajak

lainnya. Target pendapatan pajak

dalam negeri tahun 2017 adalah sebesar Rp1.461.818,7 miliar atau

menurun sebesar 2,8 persen jika

dibandingkan dengan APBNP tahun

2016. Penyebab penurunan tersebut karena melemahnya perekonomian d u n i a y a n g b e r d a m p a k p a d a pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Di samping itu, sektor pertambangan diperkirakan masih akan tertekan oleh lemahnya

permintaan dan harga. Faktor utama yang memengaruhi pendapatan pajak dalam negeri adalah

pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Di sisi

lain, peran PPh semakin meningkat sesuai dengan peningkatan basis pajak dan pertumbuhan

pendapatan masyarakat. Perbandingan antara pendapatan pajak dalam negeri pada APBNP tahun 2016 dan RAPBN tahun 2017 bisa dilihat pada Grafik II.3.1.

Pendapatan Pajak Penghasilan (PPh)

Pendapatan PPh (migas dan nonmigas) dalam RAPBN tahun 2017 ditargetkan mencapai Rp784.726,9 miliar atau mengalami penurunan sebesar 8,3 persen jika dibandingkan dengan APBNP tahun 2016. Penurunan target dalam RAPBN 2017 tersebut utamanya disebabkan adanya

penerimaan bersumber dari uang tebusan sebagai implementasi kebijakan pengampunan pajak.

Di samping itu, faktor pertumbuhan ekonomi domestik dan masih rendahnya harga komoditas

khususnya harga minyak Indonesia (ICP), batubara, dan CPO juga turut memengaruhi target

PPh dalam RAPBN tahun 2017.

Berkaitan dengan sanksi administrasi dan pidana perpajakan, besaran tarif uang tebusan disesuaikan dengan

kapan Wajib Pajak tersebut mengajukan tax amnesty dan skema tax amnesty yang diajukan oleh Wajib Pajak

apakah dalam bentuk deklarasi atau repatriasi aset. Kombinasi dari saat dan skema dari tax amnesty yang

diajukan oleh Wajib Pajak serta tarif yang berlaku adalah sebagai berikut:

Adapun kepada Wajib Pajak UMKM dengan peredaran usaha sampai dengan Rp4,8 miliar dikenakan tarif khusus sebesar 0,5 persen jika nilai pengungkapan harta sampai dengan 10 miliar rupiah, dan tarif 2 persen jika nilai pengungkapan harta lebih dari 10 miliar rupiah.

Periode Pengungkapan Harta yang Berada di Dalam Wilayah NKRI Pengungkapan Harta yang Berada di Luar Wilayah NKRI dan tidak dialihkan ke dalam wilayah NKRI Pengungkapan Harta yang Berada di Luar Wilayah NKRI yang dialihkan ke dalam wilayah NKRI Periode I, sejak UU Tax Amnesty

berlaku s.d. 30 September 2016 2% 4% 2%

Periode II, 1 Oktober s.d. 31

Desember 2016 3% 6% 3%

Periode III, 1 Januari 2017 s.d. 31

Maret 2017 5% 10% 5% 855,8 784,7 474,2 493,9 148,17,4 157,28,7 - 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 APBNP 2016 RAPBN 2017 GRAFIK II.3.1

PENDAPAT AN PAJAK DALAM NEGERI, 2016-2017

PPh PPN dan PPn BM PBB Cukai Pajak Lainnya T r iliun Rp

Bagian II

II.3-7

Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 2017

Bab 3: Kebijakan dan Target Pendapatan Negara RAPBN 2017 dan APBN Jangka Menengah 2018 ― 2020

Selain itu, penurunan PPh juga dipengaruhi oleh kebijakan di bidang perpajakan, antara lain kebijakan penyesuaian Penghasilan Tidak Kena

Pajak (PTKP). Dalam jangka pendek,

kebijakan PTKP diperkirakan akan menurunkan penerimaan perpajakan dari pajak penghasilan, namun dalam jangka panjang kebijakan ini diharapkan m a m p u m e n c i p t a k a n m u l t i p l i e r

effect yang positif sebagai akibat dari peningkatan daya beli masyarakat

sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Perbandingan pendapatan pajak

penghasilan tahun 2016 dan 2017 bisa dilihat pada Grafik II.3.2.

Selanjutnya, dalam RAPBN tahun 2017 komposisi PPh Nonmigas masih didominasi oleh PPh Nonmigas Orang Pribadi sebesar 51,7 persen, yang

mengalami peningkatan kontribusi

cukup signifikan sebesar 8,9 persen dari APBNP tahun 2016. Sedangkan PPh Nonmigas Badan memberikan kontribusi

sebesar 48,3 persen atau menurun 21,3

persen dibandingkan dalam APBNP

tahun 2016. Peningkatan ini antara lain disebabkan peningkatan jumlah wajib

pajak (orang pribadi yang memiliki NPWP), dan juga dipengaruhi peningkatan basis pajak (tax base) sebagai dampak dari kebijakan pengampunan pajak. Sedangkan penurunan pertumbuhan

pendapatan PPh Nonmigas Badan disebabkan oleh belum optimalnya aktivitas bisnis industri

dan badan usaha sebagai akibat dari perlambatan ekonomi tahun sebelumnya. Perbandingan

pendapatan pajak penghasilan nonmigas badan dan orang pribadi tahun 2016 dan 2017 bisa

dilihat pada Grafik II.3.3.

Pendapatan PPh migas dalam RAPBN tahun 2017 ditargetkan mencapai Rp32.956,2 miliar atau turun 9,3 persen dari target APBNP tahun 2016. Penurunan tersebut terutama dipengaruhi oleh

turunnya asumsi lifting minyak bumi dan belum membaiknya pertumbuhan ekonomi dunia sehingga berpengaruh terhadap aktivitas perdagangan dan perekonomian internasional.

819,5 751,8 36,3 33,0 680 700 720 740 760 780 800 820 840 860 880 APBNP 2016 RAPBN 2017 GRA FI K I I .3.2

PENDA PA T AN PA JA K PENGHA SI LAN, 2016-2017

PPh Non Migas PPh Migas

Sum ber: Kementerian Keuangan T r iliun Rp 56,3 48,3 43,7 51,7 APBNP 2016 RAPBN 2017 - 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 persen

PPh Nonmigas OP PPh Nonmigas Badan

Su mb er : Kement erian Keu angan

GRAFI K I I .3.3

KONT RBUSI PENDAPAT AN PAJAK PENGHASI LAN NONMI GAS, 2016-2017

Pendapatan PPN dan PPnBM

Pendapatan PPN dan PPnBM dalam RAPBN 2017 ditargetkan mencapai sebesar Rp493.888,7

miliar, meningkat sebesar 4,1

persen dari target APBNP tahun 2016. Pendapatan PPN dan PPnBM tersebut terdiri atas pendapatan PPN dan PPnBM dalam negeri sebesar Rp351.824,7 miliar, PPN dan PPnBM impor sebesar Rp141.713,9 miliar, serta PPN dan PPnBM lainnya sebesar

Rp350,0 miliar. Peningkatan

PPN dan PPn BM dipengaruhi

oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan impor serta dukungan kebijakan perpajakan berupa implementasi e-tax invoice

serta implementasi cash register dan electronic data capturing (EDC) yang online dengan

administrasi perpajakan. Perbandingan pendapatan PPN dan PPnBM tahun 2016 dan 2017

bisa dilihat pada Grafik II.3.4.

Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Pendapatan Pajak Bumi dan B a n g u n a n d a l a m R A P B N t a h u n 2 0 1 7 d i t a r g e t k a n mencapai Rp17.295,6 miliar,

menurun sebesar 2,3 persen jika dibandingkan dengan target

APBNP tahun 2016. Penurunan p e n d a p a t a n P B B t e r s e b u t

t e r u t a m a d i p e n g a r u h i o l e h penurunan proyeksi produksi

migas pada tahun 2017 dan belum

membaiknya sektor pertambangan

akibat masih rendahnya harga komoditas khususnya batubara di pasar dunia. Perbandingan

pendapatan PBB tahun 2016 dan 2017 bisa dilihat pada Grafik II.3.5.

Pendapatan Cukai

Pendapatan cukai dalam RAPBN tahun 2017 ditargetkan sebesar Rp157.158,0 miliar, terdiri atas cukai hasil tembakau sebesar Rp149.878,0 miliar, cukai Ethyl Alkohol sebesar Rp150,0 miliar, cukai Minuman Mengandung Ethyl Alkohol (MMEA) sebesar Rp5.530,0 miliar, dan Pendapatan Cukai Lainnya sebesar Rp1.600,0 miliar. Jika dibandingkan dengan target APBNP tahun 2016, target pendapatan cukai dalam RAPBN tahun 2017 meningkat sebesar 6,1 persen.

Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan pendapatan cukai hasil tembakau sebesar 5,8 persen. Penentuan target pendapatan cukai diarahkan untuk mengendalikan konsumsi

barang kena cukai melalui penyesuaian tarif cukai hasil tembakau dan tarif cukai EA-MMEA.

16,5 16,5 1 ,5 1 ,5 0,4 0,4 1 ,0 1 ,0 15 16 16 17 17 18 18 19 19 20 20 2016 APBNP RAPBN2017 GRAFIK II.3.5

PENDAPATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN, 201 6201 7

PBB M iga s PBB Perkebuna n PBB Perhutana n PBB Pertambang an

Su m ber: Kem enterian Keu ang an Tr iliun Rp 328,9 351,8 145,0 141,7 0,3 0,4 - 100,0 200,0 300,0 400,0 500,0 600,0 APBNP 2016 RAPBN 2017 GRAFIK II.3.4 PENDAPATAN PPN dan PPn BM, 2016-2017

Dalam Negeri Impor Lainnya

Sumber: Kementerian Keuangan

Bagian II

II.3-9 Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 2017

Bab 3: Kebijakan dan Target Pendapatan Negara RAPBN 2017 dan APBN Jangka Menengah 2018 ― 2020

Dalam RAPBN tahun 2017, juga akan dilanjutkan upaya mengenakan tarif cukai atas barang

kena cukai baru yang diperkirakan memiliki negative externatity. Untuk mengamankan target

pendapatan cukai dalam RAPBN tahun 2017, kebijakan yang

akan ditempuh antara lain: (1)

penerapan intensifikasi dengan

tariff policy yang dituangkan d a l a m k e b i j a k a n j a n g k a

menengah; (2) implementasi ekstensifikasi BKC baru; dan

(3) kampanye anti rokok ilegal.

G r a f i k I I . 3 . 6 menyajikan perbandingan pendapatan cukai

tahun 2016 dan 2017.

Pendapatan Pajak Lainnya

Pendapatan pajak lainnya berasal dari pendapatan bea materai, pendapatan pajak tidak langsung lainnya, dan pendapatan bunga penagihan pajak. Pendapatan pajak

lainnya dalam RAPBN tahun 2017 ditargetkan mencapai Rp8.749,6

miliar, atau meningkat sebesar 18,0 persen jika dibandingkan dengan

APBNP tahun 2016. Peningkatan

tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan dari sektor jasa keuangan yang diharapkan akan

meningkatkan transaksi yang menggunakan bea materai. Perbandingan pendapatan pajak

lainnya tahun 2016 dan 2017 bisa dilihat pada Grafik II.3.7.

Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional

Pendapatan pajak perdagangan internasional pada RAPBN tahun 2017 ditargetkan sebesar Rp34.075,1 miliar atau turun sebesar 5,0 persen dari target APBNP tahun 2016, yang terdiri

dari pendapatan bea masuk dan pendapatan bea keluar. Penentuan target pendapatan pajak perdagangan internasional diarahkan untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional dan mempertahankan daya beli masyarakat melalui penyesuaian kebijakan di bidang kepabeanan.

7,4 8,7 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2016 APBNP RAPBN2017 Triliun Rp

Sum ber: Kementerian Keuangan

GRAFIK II.3.7

PENDAPATAN PAJAK LAINNYA, 20162017

141,7 149,9 0,2 0,2 5,241,0 5,53 1,60 - 20 40 60 80 100 120 140 160 180 2016 APBNP RAPBN2017 GRAFIK II.3.6 PENDAPATAN CUKAI, 20162017

Cukai Hasil Tembakau Cukai EA Cukai MMEA Pendapatan Cukai Lainnya

T riliun Rp

Secara umum kebijakan di bidang kepabeanan yang akan ditempuh

pada tahun 2017 adalah : (1)

peningkatan kualitas pemeriksaan

barang dan dokumen kepabenan;

(2) peningkatan targeting audit dan jumlah objek joint audit;

(3) penguatan penggunaan IT untuk mendukung pelaksanaan dan

prosedur kepabeanan dan cukai;

(4) penurunan Dwelling Time

(Pre costums clearance, Customs Clearance, dan Post Customs Clearance); (5) pembentukan PLB;

(6) pemberian fasilitas pembebasan/penangguhan (KB, KITE, KEK, dan PLB); (7) pengenaan BK untuk ekspor produk mentah (CPO, kayu, kulit, kakao); (8) peningkatan akurasi nilai

pabean melalui customs advise; (9) penutupan pelabuhan “tikus” dari kegiatan ekspor impor

untuk meningkatkan kepatuhan wajib bayar; (10) peningkatan kualitas sarana dan prasarana operasi serta informasi kepabeanan dan cukai; (11) optimalisasi penerapan Indonesia National Single Window; (12) pembentukan Indonesia Single Risk Management (informasi, profile,

risk); dan (13) peningkatan kompetisi SDM kepabeanan dan cukai. Grafik II.3.8 menyajikan

perbandingan pendapatan pajak perdagangan internasional tahun 2016 dan 2017.

Pendapatan Bea Masuk

Pendapatan bea masuk dalam RAPBN tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp33.735,0 miliar atau meningkat 1,1 persen jika dibandingkan dengan target APBNP tahun 2016. Pendapatan

bea masuk dipengaruhi oleh perkiraan meningkatnya volume dan nilai impor seiring dengan

perkiraan meningkatnya volume perdagangan internasional pada tahun 2017.

Pendapatan Bea Keluar

Pendapatan bea keluar dalam RAPBN tahun 2017 diperkirakan mencapai Rp340,1 miliar turun sebesar 86,4 persen jika dibandingkan dengan APBNP tahun 2016. Penurunan tersebut selain

karena rendahnya harga CPO di pasar internasional dan juga sebagai dampak turunnya tarif

bea keluar CPO beserta turunannya terkait kebijakan pembentukan Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit sebagai amanat dari Perpres Nomor 61 Tahun 2015 tentang Penghimpunan dan Penggunaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit. Disamping itu, turunnya bea keluar dipengaruhi adanya kebijakan pelarangan ekspor mineral (tanpa pemurnian) pada tahun 2017.

3.1.1.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), PNBP adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan

perpajakan yang terdiri dari: (1) pendapatan negara yang bersumber dari pengelolaan dana

pemerintah; (2) pendapatan pemanfaatan sumber daya alam; (3) pendapatan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan; (4) pendapatan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan Pemerintah; (5) pendapatan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda administrasi; (6) pendapatan berupa hibah yang merupakan hak Pemerintah;

33,4 33,7 2,5 0,3 32 33 33 34 34 35 35 36 36 37 2016 APBNP RAPBN2017

Sum ber: Kementerian Keuangan

GRAFI K I I.3.8

PENDAPATAN PAJAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL, 20162017

Bea keluar Bea masuk

Bagian II

II.3-11 Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 2017

Bab 3: Kebijakan dan Target Pendapatan Negara RAPBN 2017 dan APBN Jangka Menengah 2018 ― 2020

dan (7) pendapatan lainnya yang diatur dalam undang-undang tersendiri. Dalam struktur APBN, PNBP dikelompokkan menjadi pendapatan sumber daya alam, pendapatan bagian laba BUMN, PNBP Lainnya, dan pendapatan Badan Layanan Umum (BLU).

Pemerintah terus berupaya mengoptimalkan kontribusi PNBP sebagai salah satu sumber

pendapatan negara dengan mempertimbangkan kondisi dan tantangan yang akan dihadapi di

tahun 2017. Berdasarkan asumsi dasar ekonomi makro yang ditetapkan yaitu indikator harga minyak mentah Indonesia (ICP), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, serta lifting

minyak bumi dan gas bumi pada tahun 2017, PNBP ditargetkan mencapai Rp240.362,9 miliar. Target tersebut mengalami penurunan sebesar 1,9 persen dari target APBNP tahun 2016.

Pendapatan Sumber Daya Alam (SDA)

Pendapatan SDA dalam RAPBN tahun 2017 direncanakan sebesar Rp80.273,9 miliar yang terdiri dari pendapatan SDA migas sebesar Rp57.078,0 miliar dan pendapatan SDA nonmigas sebesar Rp23.195,9 miliar. Secara umum, pendapatan SDA mengalami penurunan 11,3 persen dibandingkan dengan target APBNP tahun 2016.

Target pendapatan SDA migas d a l a m t a h u n 2 0 1 7 s e b e s a r Rp57.078,0 miliar terdiri dari

pendapatan minyak bumi sebesar Rp45.140,6 miliar dan pendapatan

gas bumi sebesar Rp11.937,4 miliar. Target penerimaan SDA migas

menurun dari targetnya dalam

APBNP tahun 2016 yang sebesar

Rp68.688,1 miliar. Penurunan

target penerimaan SDA migas

tersebut terutama dipengaruhi oleh menurunnya lifting minyak bumi,

serta penguatan nilai tukar rupiah. Meskipun demikian, harga minyak mentah indonesia (ICP)

meningkat seiring meningkatnya permintaan. Grafik II.3.9 memerlihatkan perbandingan

pendapatan SDA migas tahun 2016 dan 2017. Kebijakan Pemerintah yang akan ditempuh dalam mengoptimalkan pendapatan dari pengelolaan SDA migas terangkum dalam Tabel II.3.4.

51,3 45,1 17 ,4 11,9 0 10 20 30 40 50 60 70 80 2016 APBNP RAPBN2017 GRAFIK II.3.9

PENERIMAAN SDA MIGAS, 20162017

Gas Bumi Minyak Bumi

Tr iliun Rp

Su m ber: Kem enterian Keu ang an

2016 APBNP APBN2017 40,0 45,0 13.500,0 13.300,0 Lifting Minyak (MBPD) 820,0 780,0 Lifting Gas Bumi (MBOEPD) 1.150,0 1.150,0

Asumsi Makro

I CP (USD/Barel) Kurs (Rp/USD)

No. Kebijakan Yang Akan Ditempuh

1 Monitoring proyek pengembangan lapangan onstream 6 proyek baru dengan kontribusi sekitar

6.500 BOPD dan 305 MMSCFD agar dapat berjalan tepat waktu.

2 Melakukan langkah-langkah kebijakan dalam upaya meningkatkan lifting migas sebagaimana

diamanatkan dalam Instruksi Presiden No. 2 Tahun 2012 tentang Peningkatan Produksi, serta

upaya pencapaian target lifting migas.

3 Penerapan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan operasional kegiatan usaha hulu migas, seperti efisiensi dalam pembiayaan kegiatan operasi dan investasi kapital, dan penerapan teknologi tepat guna.

4 Optimalisasi lebih lanjut pada pemanfaatan Gas Bumi ke stakeholder domestik, sehingga

mendorong penyaluran Gas Bumi secara lebih maksimal.

5 Penerapan Kebijakan Penetapan HargaGas Bumitertentu berdasarkan Paket Kebijakan Stimulus

Ekonomi yang akan ditetapkan dalam Peraturan Presiden untuk mendorong pertumbuhan industri dalam negeri.

Kebijakan Pendapatan SDA Migas 2017

Sedangkan untuk pendapatan SDA nonmigas dalam tahun 2017 ditargetkan sebesar Rp23.195,9

miliar yang masih tetap didominasi oleh pendapatan pertambangan mineral dan batubara.

Dalam tahun 2017, pendapatan SDA nonmigas tersebut meningkat sebesar 6,2 persen jika dibandingkan dengan target APBNP tahun 2016. Untuk dapat mencapai target PNBP SDA

nomigas tersebut, Pemerintah akan melakukan kebijakan-kebijakan sebagaimana disajikan dalam Tabel II.3.5.

No. Kebijakan Yang Akan Ditempuh

1 Menjaga keberlanjutan usaha pertambangan minerba, khususnya untuk komoditi batubara dengan

menerapkan tarif royalti sesuai dengan PP Nomor 9 tahun 2012;

2 Perbaikan administrasi pengelolaan PNBP pertambangan minerba;

3 Peningkatan koordinasi dengan pemerintah daerah, instansi pemeriksa dalam peningkatan kepatuhan

wajib bayar PNBP sektor pertambangan minerba dan sosialisasi penerapanSIMPONI dalam sistem

pembayaran PNBP;

4 Mempercepat proses amandemen Kontrak Karya (KK) dan Perjanjian Karya Pengusahaan

Pertambangan Batubara (PKP2B).

1 Reformasi tata kelola melalui penyempurnaan regulasi guna peningkatan dan pertumbuhan usaha

sektor kehutanan;

2 Pengembangan sistem Penatausahaan Hasil Hutan (PUHH) berbasis teknologi informasi yang dapat

diakses oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kehutanan Provinsi, dan Dinas

Kehutanan Kabupaten/Kota;

3 Peningkatan produksi dan diversifikasi usaha hutan alam (hasil hutan kayu, bukan kayu, jasa

lingkungan, dan restorasi ekosistem);

4 Penerbitan Ijin Usaha Pemanfataan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam/Restorasi Ekosistem (IUPHHK-

HA/RE) pada areal bekas tebangan;

5 Penambahan luas areal pencadangan izin usaha pemanfaatan hutan tanaman;

6 Penambahan areal tanaman pada hutan tanaman;

7 Perubahan sistem dalam penatausahaan iuran dan peredaran hasil hutan dari official assessment

menjadi self assessment agar meningkatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu; dan

8 Dibukanya ekspor log terbatas.

1 Pencegahan kembalinya ilegal, unreported and unregulated (IUU) fishing;

2 Gerai percepatan perizinan hasil ukur ulang kapal markdown;

3

Penguatan armada perikanan nasional melalui restrukturisasi armada kapal perikanan nasional;

4 Penguatan prasarana perikanan tangkap dengan fokus pulau–pulau terluar (wilayah perbatasan);

5 Penataan perizinan melalui analisis dan evaluasi (ANEV);

6 Mendorong pelaku usaha perikanan nasional dan mendaratkan hasil tangkapannya di pelabuhan

perikanan;

7 Revitalisasi WPP (Kelembagaan WPP).

1 Memberlakukan Kebijakan PPh DTP bagi pengusaha panas bumi yang kontrak, kuasa pengusahaan,

dan izinnya ditandatangani sebelum Undang-Undang No. 27 tahun 2013 tentang panas bumi

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 21 tahun 2014;

2 Melakukan intensifikasi dibidang panas bumi melalui penyempurnan regulasi terkait bidang panas

bumi; 3

Meningkatkan monitoring, evaluasi dan koordinasi dengan unit/instansi terkait dengan tujuan

optimalisasiPNBPpanas bumi dengan melakukan efisiensi biaya operasional dan memintaBPKPuntuk

melakukan audit atas kewajaran setoran bagian pemerintah pengusaha panas bumi; dan

4 Mendorong pengusaha panas bumi untuk segera melakukan eksplorasi dan eksploitasi.

Kebijakan SDA Kehutanan

Kebijakan SDA Perikanan

Kebijakan SDA Panas Bumi

Kebijakan SDA Pertambangan Mineral dan Batubara Tabel II.3.5

Bagian II

II.3-13 Nota Keuangan dan RAPBN Tahun 2017

Bab 3: Kebijakan dan Target Pendapatan Negara RAPBN 2017 dan APBN Jangka Menengah 2018 ― 2020

Pendapatan SDA nonmigas dalam tahun 2017 ditargetkan sebesar Rp23.195,9 miliar terdiri dari pendapatan pertambangan mineral dan batubara sebesar Rp17.736,1 miliar, pendapatan kehutanan sebesar Rp3.942,8 miliar, pendapatan perikanan sebesar Rp857,5 miliar, dan

pendapatan panas bumi sebesar Rp659,5 miliar.

Pendapatan pertambangan mineral dan batubara sebesar Rp17.736,1 miliar atau naik 7,2 persen dibandingkan target APBNP 2016 yang terdiri dari pendapatan iuran tetap sebesar Rp1.455,4 miliar dan pendapatan royalti sebesar Rp16.280,7 miliar. Kenaikan tersebut terutama dipengaruhi oleh perkiraan kenaikan harga komoditas batubara di tahun 2017.

Pendapatan kehutanan dalam RAPBN tahun 2017 ditargetkan sebesar Rp3.942,8 miliar, mengalami penurunan sebesar 0,8 persen jika dibandingkan dengan target APBNP tahun

2016. Penurunan tersebut terutama sebagai akibat lesunya pasar komoditas dunia, rendahnya produksi kayu bulat, dan kebijakan pemerintah untuk melanjutkan penundaan pemberian izin baru hutan alam primer dan lahan gambut yang berada di hutan konservasi, hutan lindung,

hutan produksi dan area penggunaan lain. Pendapatan kehutanan dalam RAPBN tahun 2017 tersebut bersumber dari pendapatan dana reboisasi sebesar Rp1.748,8 miliar; Iuran Hak Penggunaan Hutan sebesar Rp194,6 miliar; provisi sumber daya hutan sebesar Rp832,4 miliar; ijin penggunaan kawasan hutan sebesar Rp1.164,8 miliar; denda pelanggaran sebesar Rp2,04 miliar; dan iuran penangkapan satwa liar sebesar Rp0,04 miliar.

Pendapatan SDA perikanan ditargetkan sebesar Rp857,5 miliar meningkat sebesar 23,7 persen jika dibandingkan dengan target APBNP tahun 2016, terutama akibat pengelolaan sumber daya

kelautan dan perikanan yang lebih optimal, bebas ilegal unreported and unregulated (IUU)

fishing, ekstensifikasi tempat pemasukan dan pengeluaran ikan dengan pembukaan satuan kerja/wilayah kerja yang potensial sebagai sumber PNBP, serta peningkatan jumlah fasilitas

dan sarana produksi perikanan. Sementara itu, pendapatan yang bersumber dari pertambangan

panas bumi dalam tahun 2017

d i t a r g e t k a n s e b e s a r R p 6 5 9 , 5 miliar atau meningkat 4,6 persen

Dokumen terkait