• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

C. Tujuan Perusahaan

Adapun Tujuan Perusahaan PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar, antara Lain:

 Meningkatkan kemampuan berlaba (Profitability) dan nilai tambah.

 Mengimplementasikan kebijakan statejik yang mempertimbangkan kepentingan jangka panjang demi kesehatan dan kelangsungan hidup perusahaan.

 Mencari dan memanfaatkan peluang usaha secara kesinambungan dibisnis kelistrikan dan usaha lain yang terkait.

 Mengembangkan kompetensi personil.

 Memperbaiki dan membangun fasilitas fisik.

 Menghadirkan suatu hubungan yang baik terhadap pelanggan dengan suatu keterbukaan (Transparansi).

 Meningkatkan pendapatan dan menumbuhkan loyalitas pelanggan.

D. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas PT. PLN (Perser) Wilayah (Sulselrabar) Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat.

1. Bagan Susunan Struktur Organisasi PT. PLN Wilayah Sulselrabar

39

2. Pembagian Tugas Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Wilayah sulselrabar Sebagai perusahaan Negara yang bergerak di bidang kelistrikan mempunyai struktur organisasi yang menggambarkan batas-batas tugas dan tanggung jawab serta hak dari setiap tingkatan jabatan dalam lingkungan PT PLN (Persero) Wilayah Sulsel, Sultra, dan Sulbar itu sendiri, ini dimaksudkan agar setiap karyawan PT PLN mengetahui sampai dimana hak dan kewajibannya serta kepada siapa ia harus bertanggung jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung.Hal ini sangat penting untuk menghidari kerancuan di dalam PT PLN (Persero) itu sendiri.

Adapun tugas dari struktur organisasi PT PLN (Persero) Wilayah Sulsel, Sultra, dan Sulbar ( Sul-Selrabar ) adalah sebagai berikut :

1. General Manager ( GM )

Bertanggung jawab atas pengadaan usaha, melalui optimalisasi seluruh sumber daya secara efisien, efektif dan sinergis serta menjamin penerimaan hasil penjualan tenaga listrik, peningkatan kualitas pelayanan, peningkatan profit serta iklim kerja yang produktif.

2. Bidang Manager

Bidang Manager terdiri dari 6 bagian yaitu : 1) Manajer Bidang perencanaan

Bertanggung jawab atas tersusunnya perencanaan kerja, sistem manajemen kerja, perencanaan investasi dan pengembangan aplikasi sistem informasi untuk mendukung upaya pengusahaan tenaga listrik yang memiliki efisiensi, mutu dan

keandalan yang baik serta upaya pencapaian sasaran dan ketersediaan kerangka acuan pelaksanaan kerja.

2) Manajer Bidang Pembangkit

Bertanggung jawab atas penyusunan strategi, standar operasi dan pemeliharaan, standar desain konstruksi dan kebijakan manajemen termasuk keselamatan ketanagalistrikan untuk menjamin kontinyitas pengusahaan tenaga listrik dengan efesiensi serta mutu dan keandalan yang baik dan dukungan logistik bagi operasional pengusahaan tenaga listrik di unit pelaksana.

3) Manajer Bidang Transmisi & Distribusi

Bertanggung jawab atas penyusunan strategi, standar operasi dan pemeliharaan, standar desain konstruksi dan kebijakan manajemen termasuk keselamatan ketenagalistrikan untuk menjamin kontinuitas pengusaha tenaga listrik dengan efisiensi serta mutu dan keandalan yang baik dan dukungan logistik bagi operasional pengusahaan tenaga listrik di unit pelaksana.

4) Bidang Niaga & Pelayanan Pelanggan

Bertanggung jawab atas upaya pencapaian target pendapatan dari penjualan tenaga listrik, pengembangan pemasaran yang berorientasi kepada kebutuhan pelanggan serta transaksi pembelian tenaga listrik yang meberikan nilai tambah bagi perusahaan, serta ketersediaan standar pelaksanaan kerja dan terciptanya interaksi kerja yang baik antara unit-unit pelaksana.

41

5) Bidang Keuangan

Bertanggung jawab atas penyelenggaran atas pengelolaan anggaran dan keuangan unit usaha sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen keuangan yang baik, pengeloalaan pajak dan asuransi yang efektif serta penyajian laporan keuangan dan akuntansi yang akurat dan tepat waktu.

6) Manajer Bidang Sumber Daya Manusia ( SDM )

Adapun tugas dari Bidang SDM ini adalah mengelola : 1. Pengembangan organisasi dan manajemen.

2. Pengembangan sumber daya manusia.

3. Manajemen sumber daya manusia.

4. Administrasi dan data kepegawaian.

5. Melakukan analisis dan evalusi jabatan.

6. Membina hubungan industrial.

7. Membuat usulan RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan) yang terkait dengan bidangnya.

8. Menyusun dan mengelola manajemen mutu.

9. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.

7) Hukum dan Humas

Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengelolaan administrasi kesekretariatan, komunikasi masyarakat dan hukum, dan pengelolaan keamanan, sarana dan prasarana kantor serta pembinaan lingkungan untuk mendukung kelancaran kerja organisasi.

Adapun tugas dari Bidang Hukum adalah mengelola : 1. Serifikasi asset

2. Dekomentasi dan perpustakaan.

3. Administrasi kesekretariatan, protokol dan rumah tangga kantor induk.

Adapun tugas dari Bidang Humas adalah mengelola : 1. Komunikasi kemasyarakatan dan pelanggan.

2. Fasilitas dan prasarana kerja.

3. Sistem keamanan dan pengamanan kantor.

4. Mengelola program bina/peduli lingkungan.

5. Melakukan advokasi hukum dan peraturan Perusahaan.

6. Membuat usulan RKAP yang terkait dengan bidangnya.

7. Menyusun dan mengelola manajemen mutu.

8. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.

51

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengendalian Terhadap Kas

Mengingat sifat-sifatnya mengelola kas dalam perusahaan memerlukan perhatian yang cukup serius. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu mengelola kas adalah :

1. Pengendalian Internal Atas Penerimaan Kas

Untuk melindungi kas dari pencurian dan penyalahgunaan, perusahaan harus mengendalikan kas mulai dari diterimanya hingga disetorkan ke bank. Prosedur semacam ini disebut dengan pengendalian preventif (Preventeive Control).

Prosedur yang dirancang untuk mendeteksi pencurian dan penyalahgunaan kas disebut pengendalian detektif (Detektif Control). Dalam pengertian tertentu, pengendalian detektif juga dapat bersifat preventif (mencegah) karena para karyawan akan berupaya menghindarkan pencurian bila mereka mengetahui bahwa hal semacam itu kemungkinan besar akan terungkap.

Prosedur penerimaan kas dalam perusahaan perlu dirancang sedemikian rupa sehingga kemungkinan tidak tercatat dan tidak diterimanya uang yang seharusnya diterima dapat dikurangi menjadi sekecil mungkin. Prosedur penerimaan kas perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Terdapat pemisahan tugas antara yang menyimpan, yang menerima dan yang mencatat penerimaan uang. Apabila untuk sebuah perusahaan kecil pemisahaan demikian tidak dapat dilakukan, maka penggabungan antara ketiga tugas tadi hanya dapat dilakukan oleh pemilik perusahaan.

43

b. Setiap penerimaan uang langsung disetor ke bank sebagaimana adanya.

c. Penerimaan kas perusahaan biasanya diperoleh dari dua sumber utama, yaitu:

1. Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai

Terlepas dari mana asal penerimaan kas, setiap perusahaan harus menjaga dan membukukan penerimaan kas sebagaimana mestinya. Salah satu alat pengendalian yang penting untuk mengamankan kas yang diterima di counter penjualan adalah register kas. Hal yang perlu diperhatikan adalah merancang kas register sedemikian rupa, sehingga mesin kas register hanya dapat dibuka oleh orang yang berwenang. Hal ini dimaksudkan agar catatan dalam kas register dapat dipercaya, karena tidak mudah dirubah oleh semabarang orang dan bersifat permanen.

Seperti telah disebutkan di atas, pemegang kas harus dipisahkan dari petugas pencatat transaksi kas. Dalam hal penjualan tunai, pemisahan ini dimulai dari kas register. Petugas penjualan yang mengoperasikan mesin kas register tidak diperkenankan merangkap sebagai petugas pembuka mesin kas register. Seperti halnya petugas penjualan, kasir juga menangani kas. Oleh karena itu ia tidak diperkenankan merangkap sebagai petugas pencatatan transaksi kas. Petugas ketiga biasanya dari bagian accounting, memerika hasil catatan komputer melalui kas register (atau kertas catatan dalam kas register) dan membandingkan dengan uang yang diterima kasir.

Apabila digunakan kertas pencatat dalam kas register, maka data dalam

45

kertas pencatat tersebut dijadikan dasar untuk membuat jurnal atas transaksi penjualan tunai.

2. Penerimaan Kas Melalui Pos

Penerimaan pos melalui pos dapat berwujud cek yang diterima dalam amplop atau berupa poswesel. Apabila cek diterima melalui pos, maka pada saat amplop dibuka harus dihadiri oleh dua orang petugas. Seorang diantaranya membuat daftar cekyang diterima sebanyak 3 (tiga) kali.

Rangkap. Dalam daftar tersebut dicantumkan nama pengirim, maksud pembayaran, dan jumlah rupiahnya. Lembar pertama beserta cek-cek yang diterima, dikirimkan kepada kasir. Lembar kedua dikirimkan kepaada bagian akuntansi, sedangkan lembar ketiga disimpan oleh petugas yang bersangkutan sebagai arsip.

Apabila penerima kas melalui pos berupa poswesel, maka seperti halnya penerima cek melalui pos, penangannya dilakukan oleh dua orang petugas. Petugas pertama membuat daftar pos wesel yang diterima sebanyak 3(tiga) rangkap, sedangkan petugas kedua bertugas menguangkan poswesel ke kantor pos. Petugas ini harus dapat penunjukkan dari perusahaan untuk menguangkan pos wesel atas nama perusahaan, dan memiliki kartu C7. pendistribusian daftar penerimaan poswesel, sama seperti halnya daftar penerima cek.

Kasir menyetorkan cek dan uang ke bank, dan petugas dibagian accounting mencatat transaksi penerimaan kas dalam jurnal. Dengan demikian apabila saldo menurut laporan bank direkonsiliasi oleh orang

keempat, maka kesalahan atau kecurangan yang dilakukan petugas penerima pembayaran melalui pos, kasir, atau petugas dibagian accounting akan dapat segera diketahui. Kesalahan atau kecurangan akan dapat diketahui karena kas yang disetorkan kebank harus sama jumlahnya dengan catatan yang dibuat oleh ketiga petugas lainnya.

Dengan cara demikian, kecurangan jelas akan sulit dilalukan, kecuali mereka besekongkol. Petugas penerima pembayaran melalui pos harus melaporkan penerimaan tersebut kepada si pengirim. Jika hal ini tidak dilakukan, maka pengirim pasti akan menanyakannya. Kasir harus menyetorkan seluruh uang yang diterimanya, sebab saldo menurut laporan bank harus sama dengan saldo kas menurut catatan dibagian accounting.

2. Pengendalian Internal Atas Pembayaran / Pengeluaran Kas

Pengendalian internal atas pembayaran / pengeluaran kas harus memberika jaminan yang memadai bahwa pembayaran dilakukan hanya untuk transaksi yang diotorisasikan.

Seperti halnya penerimaan uang, prosedur pengeluaran kas perlu dirancang sedemikian rupa sehingga hanya pengeluaran-pengeluaran yang telah disetujui dan betul-betul untuk kegiatan perusahaan saja yang dicatat dalam pembukuan perusahaan. Pada dasarnya untuk dapat menghasilkan sistem pengendalian yang baik, prosedur pengeluaran kas harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

“Semua pengeluaran dilakukan dengan cek. Pengeluaran-pengeluaran dalam jumlah kecil dilakukan melalui dana kas kecil.”

47

Jika kewenangan untuk menandatangani cek didelegasikan kepada seorang pegawai yang ditunjuk, maka pegawai tersebut tidak diperkenankan untuk melakukan pencatatan transaksi kas.

Dalam perusahaan kecil, manager pemilik biasanya menadatangani semua cek yang akan dikeluarkan, dan dari kontak-kontak langsung ia mengetahui dengan pasti apa yang harus dibayar. Dalam perusahaan besar, kontak-kontak langsung semakin berkurang dan digantikan dengan prosedur-prosedur pengendalian intern. Prosedur harsu dirancang untuk memberi informasi kepada penandatangan cek, bahwa pembayaran yang dilakukan adalah benar-benar kewajiban perusahaan, benar-benar terjadi dan oleh karenanya harus dibayar.

Prosedur-prosedur yang banyak diterapkan pada berbagai perusahaan untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakan dalam salah satu sistem yaitu sistem voucher.

B. Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah suatu laporan yang berguna untuk menyampaikan informasi keuangan yang dapat dipercaya kepada pihak yang berkepintingan. Laporan keuangan memuat beberapa hal, diantaranya harta, utang, modal dan semua pendapatan yang diperoleh serta beban yang dikeluarkan perusahaan pada periode tertentu dalam rangka mendapatkan laba dari keuntungan. Penyusunan laporan keuangan biasanya akan dimulai dari laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.

Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang BUMN pada PT. PLN tentu sudah memiliki laporan keuangan seperti perhitungan laba rugi arus kas, laporan laba rugi ini memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan serta biaya-biaya yang terjadi selama periode tertentu. Sedangkan anggaran kas adalah anggaran yang menggambarkan suatu rencana yang terperinci tentang arus kas masa depan dan terdiri dari 3 unsur : anggaran pengeluaran kas, perubahan bersih dalam kas untuk suatu periode, dan perubahan dana yang baru. Maka disini penulis akan memperlihatkan laporan laba rugi pada tahun 2012-2015 dan anggaran pengeluaran kas serta perbandingan antara anggaran kas dan realisasinya dari tahun 2012-2015 dimana dalam analisis ini laporan laba rugi, Komponen anggaran pengeluaran kas dan anggaran kas (akhir) yang disusun berdasarkan data dari PT. PLN (persero) wilayah Sulselrabar yang dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :

49

Tabel 4.1

Laporan Laba/Rugi PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar Pada Periode Tahun 2012 sampai 2015

Jenis Periode Tahun

2012 2013 2014 2015

Pendapatan Usaha 5.656.486.226.173 5.021.671.334.175 7.862.846.563.809 8.012.337.169.558 Beban Usaha 7.022.782.786.219 7.381.215.892.376 8.410.631.919.950 8.620.965.698.872 Laba (Rugi) Usaha 1.366.296.560.046 2.359.544.558.201 547.785.356.141 608.628.529.314 Pendapatan (Beban) Lain-lain 64.069.253.010 104.345.415.319 31.003.729.933 216.585.210.538 Laba (Rugi) sebelum PPh Badan 1.430.365.813.056 2.463.889.973.520 578.789.086.074 852.213.739.852 Laba (Rugi) Bersih 1.430.365.813.056 2.463.889.973.520 578.789.086.074 852.213.739.852 Total 16.970.366.451.560 19.794.557.147.111 18.009.845.741.981 19.162.944.087.986 Sumber Data : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar

Dari tabel 4.1 tersebut dapat diketahui untuk Laporan laba/rugi yang diperoleh oleh PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar dari tahun 2012 sampai tahun 2015 mengalami naik turun, dimana laba/rugi tahun 2012 sebesar Rp 16.970.366.451.560 naik pada tahun 2013 sebesar Rp 19.794.557.147.111, kembali turun pada tahun 2014 sebesar Rp 18.009.845.741.981 dan mengalami lagi kenaikan pada tahun 2015 sebesar Rp 19.162.944.087.986.

49

Adapun rincian komponen dalam laporan Laba/Rugi tersebut yaitu : a. Pendapatan usaha, terdiri dari penjualan tenaga listrik, Subsidi Listrik

Pemerintah, Penyambungan Pelanggan, dan Lain – lain.

b. Beban Usaha, terdiri dari Pembelian Tanaga Listrik, Sewa diesel/Genset, Beban Penggunaan Transmisi, bahan bakar dan minyak pelumas, Pemeliharaan, Kepegawaian, penyusutan aset tetap, dan adminitrasi.

c. Pendapatan ( Beban ) lain-lain, terdiri dari Pendapatan Bunga, Pendapatan lain, beban Pinjaman, Beban Pensiun, Beban lain-lain, dan Beban selisih kurs.

d. Laba ( Rugi ) sebelum pph badan, terdiri dari Beban pajak kini dan beban Pajak tangguhan.

e. Laba ( Bersih ), terdiri dari pemilik entitas induk dan kepentingan Non-Pengendali.

51

C. Komponen Anggaran Pengeluaran Kas

Komponen anggaran pengeluaran kas adalah semua pengeluaran perusahaan untuk pembelian barang dan jasa yang meliputi :

1. Pengeluaran Operasional, yang terdiri dari pengeluaran untuk pembelian material langsung produksi, yaitu pembelian bahan baku yang secara langsung digunakan dalam proses produksi seperti :

 Bahan bakar dan minyak pelumas

 Pembelian tenga listrik

2. Pengeluaran untuk Biaya Operasional lainnya yaitu biaya-biaya yang mendukung proses produksi maupun biaya-biaya lainnya yang timbul dalam operasi perusahaan pada satu periode anggaran.

Biaya-biaya operasional lainnya tersebut diantaranya adalah : pembiayaan material konsumsi, biaya personel dalam daftar gaji, tunjangan-tunjangan diluar gaji, biaya perawatan personel, perjalanan dinas dalam Negeri, perjalalan dinas diluar Negeri, biaya personel lain-lain, biaya financial, biaya pajak, biaya reparasi dan pemeliharaan, biaya pengankutan, biaya asuransi, biaya penjualan, biaya adminitrasi dan umum.

3. Pengeluaran investasi yang meliputi :

a. Pengeluaran untuk pembalian aktiva tetap tidak bergerak seperti : tanah, bangunan dan hangar, dan sebagainya.

b. Pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap bergerak seperti : mesin-mesin, peralatan, tool & jig, kendaraan, dan sebagainya.

c. Pengeluaran untuk pembelian aktiva tidak berwujud seperti : technical assistant, pendidikan, penelitian dan pembangunan, lisensi, dan sebagainya.

Berdasarkan data dari tabel 4.2 yang diperoleh dapat diketahui komponen anggaran pengeluaran kas dalam kebijakan PT PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar untuk periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 terdiri dari penyedian bahan bakar, pembelian tenaga listrik dan sewa diesel, pemeliharaan, kepegawaian, penyusutan dan administrasi.

Dari data yang diperoleh tersebut diketahui jumlah anggaran pengeluaran kas pada PT. PLN (Persero) Sulselrabar setiap tahunya mengalami peningkatan.

Dimana sumber anggaran pengeluaran kas pada PT. PLN (Persero) Sulselrabar adalah sebagai berikut:

53

Tabel 4.2

PT PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar Anggaran Pengeluaran Kas Periode Tahun 2012 Sampai Dengan Tahun 2015

Tahun Pembelian Tenaga Listrik

Bahan Bakar dan Minyak Pelumas

Pemeliharaan Kepegawaian Penyusutan Aktiva Tetap

Lain –lain Total 2012 2.302.869.740.307 3.208.721.801.371 525.602.642.547 319.632.996.984 361.049.999.514 97.187.644.320 6.815.064.825.043 2013 3.680.896.431.330 2.070.624.910.752 589.199.790.260 495.640.203.885 394.655.623.021 150.198.933.128 7.381.215.892.376 2014 4.291.986.911.040 2.531.392.863.142 541.782.703.604 511.960.987.667 414.536.716.235 126.287.245.701 8.417.947.427.389 2015 4.723.038.177.731 1.842.059.005.309 737.157.825.708 689.997.192.332 497.429.423.870 131.284.073.922 8.620.965.698.872

Sumber Data : Laporan Keuangan PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar ( Data Diolah kembali).

Berdasarkan tabel 4.2 tersebut menunjukkan jumlah anggaran pengeluaran kas PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dimana pada tahun 2012 anggaran pengeluaran kas sebesar Rp. 6.815.064.825.043, pada tahun 2013

sebesar Rp. 7.381.215.892.376, tahun 2014 sebesar Rp. 8.417.947.427.389 dan pada tahun 2015 anggaran pengeluaran kas mencapai

Rp. 8.620.965.698.8. 53

Adapun rincian dari komponen anggaran pengeluaran kas terdiri dari : a. Bahan bakar

Dalam tabel 4.2 menunjukkan bahwa bahan bakar tahun 2012 turun sebesar 5,88 % atau turun sebesar Rp. 200 Milyar dibandingkan tahun 2011, hal ini diakibatkan tidak beroperasinya pembangkit PLTD Sektor Tello sehingga biaya pemakaian BBM mengalami penunurunan. Kemudian pada tahun 2013 turun sebesar 35,25% atau turun sebesar Rp. 1.127 Milyar dibandingkan tahun 2012, hal ini diakibatkan tidak beroperasinya pembangkit PLTD Sektor Tello dan beroperasinya PLTU Tanasa Sektor Kendari dan Barru dengan baik sehingga biaya pemakaian BBM mengalami penurunan. Pada tahun 2014 turun sebesar 22,25% atau turun Rp. 460 Milyar dibandingkan tahun 2013, hal ini diakibatkan karena beroperanya pembangkit yang menggunakan Non BBM. Dan Pada Tahun 2015 juga

pengalami penurunan sebesar 27,23% atau turun sebesar Rp. 689.333.857.833,- dibandingkan tahun 2014, hal ini disebabkan

banyaknya mesin pembangkit Sendiri, dan mesin sewa diesesl tidak dioperasikan ( mesin stanbay ) dan karena beroperasinya pembangkit yang menggunakan Non BBM.

b. Pembelian tenaga listrik dan sewa diesel

Dalam tabel 4.2 menunjukkan bahwa pembelian tenaga listrik dan sewa diesel tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 25,66% atau naik sebesar Rp. 470 milyar, hal ini disebabkan bertambahnya pembelian Liswas akibat adanya pembayaran Komponen C dari PT. Makassar Power sebesar

55

Rp. 361 milyar dan adanya pertambahan mesin sewa diesel yaitu PLTD Poasia Kolaka Sektor Kendari, Agreco II Sektor Tello, dan PLTD Bontoala Sektor Telllo, PLTD Takalar dan PLTD Sungguminasa. Kemuadian pada tahun 2013 mengalammi kenaikan sebesar 46,61% atau naik sebesar Rp.

1.170 milyar, hal ini disebabkan bertambahnya Pembelian Liswas akibat pertambahanmesin sewa diesel yaitu PT. Poso Energy PLTU Jeneponto, PT.

Simbuang Hydro Power PLTM Simbuang Palopo dan PT. Latunrung PLTM Bungin. Pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 10,04% atau naik sebesar RP. 431.051.266.691,- dibandingkantahun 2014 akibat meningkatnya kwh beli dan meningkatnya nilai pembelian Tenaga Listrik akibat naiknya kurs Dollar tahun 2015 dibanding Kurs Dollar tahun 2014.

c. Pemeliharan

Dalam tabel 4.2 menunjukkan bahwa beban pemeliharaan tahun 2012 naik sebesar 38,97 % atau naik sebesar Rp. 147 Milyar yang terdiri dari pemakaian material naik sebesar 14,085 atau sebesar Rp. 27 milyar dan Jasa Borongan naik sebesar 65,94 % atau sebesar Rp. 199 Milyar dan yang paling signifikan kenaikan adalah fungsi Pembangkitan sebesar Rp 148 milyar disebabkan adanya pemeliharaan asset Rutin TOSOMO khususnya PLTD Sektor Tello dan PLTD Sektor Kendari dan funsi Distribusi naik sebesar Rp. 18 Milyar disebabkan adanya penggantian Kwh meter berkala. Kemudian beban pemeliharaan pada tahun 2013 naik sebesar 12,10 % atau naik Rp. 63 milyar yang terdiri dari pemakaian Material naik sebesar 12,35 %atau sebesar Rp. 27 Milyardab Jasa Borongan naik sebesar

11,91 % atau sebesar Rp. 35 milyar dan yang paling signifikan kenaikan adalah fungsi distribusi sebesar 36,82 % atau sebesar Rp. 53 Milyar atau disebabkan adanya pemeliharaan asset funsi Distribusi disebabkan adanya penggantian Kwh meter berkala. Pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 35,84 % atau naik sebesar Rp. 194.173.407.104,- dibandingkan

tahun 2014 akibat meningkatnya beban jasa Borongan sebesar Rp. 194.173.407.104,- dibanding tahun 2014 ini disebabkan adanya beban

Jasa OM PLTU Barru dan Jasa OM PLTD Nii Tanasa dan meningkatnya Biaya Peliharaan Aset pembangkit dan Pemeliharaan Aset Distribusi.

d. Kepegawaian

Dalam tabel 4.2 beban kepegawaian tahun 2012 turun sebesar 16.52%, atau sebesar Rp.63 milyar dibanding tahun 2011 hal ini disebabkan belum ada accrue biaya bonus dan IKS semester II tahun 2012 dari PLN Pusat. Kemudian beban kepegawaian tahun 2013 naik sebesar 15.24 %, atau sebesar Rp.65 milyar dibanding tahun 2012 hal ini disebabkan biaya Bonus dan IKS semester II tahun 2012 baru diterima dari PLN Pusat di tahun 2013.dan adanya penambahan P1 tahun 2013 sebesar Rp.25 milyar. Dan tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar sebesar 35,01%

atau naik sebesar Rp. 179.237.919.665,- dibandingkan tahun 2014 akibat meningkatnya penghasilan pegawai dibandig tahun lalu ini disebabkan.

e. Penyusutan milyar diakibatkan adanya penambahan asset sebesar Rp. 1.157 Triliun

57

yang terdiri dari STP Proyek induk bertambah sebesar Rp. 281.166 milyar dan pekerjaan PDT Transmisi dan Distribusi yang selesai100 % bertambah sebesar Rp. 865.374 milyar. Dan beben penyusutan tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 20,00% atau naik sebesar Rp. 82.892.707.635,- dibandingkan tahun sebelumnya akibat bertambahnya nilai perolehan aset dibanding tahun lalu ini, hal ini disebabkan bertambah aset dari STP prodes Rp. 287.778.526.214.

f. Administrasi

Dalam tabel 4.2 beban adminitrasi tahun 2012 turun sebesar 9,85%

atau sebesar 10 miliar yang terdiri dari beban adminitrasi niaga naik sebesar 19,25% atau naik sebesar 5,7 miliar dan beban adminitrasi umum turun sebesar 21% atau turun sebesar Rp. 16,4 miliar dan unsur biaya yang paling seknifikan penurunannya adalah biaya honoriarum sebesar 82,41%

atau sebesar Rp. 15 miliar, hal ini disebabkan biaya honoriarum Operator PT. Tuza dibebankan jasa borongan. Kemudian beban adminitrasi pada tahun 2013 naik sebesar 54,55% atau sebesar Rp. 53 miliar yang terdiri dari beban adminitrasi niaga naik sebesar 66,14% atau naik sebesar Rp.

23.667 miliar dan beban Adminitrasi Umum naik sebesar 46,92% atau naik sebesar Rp. 28.806 miliar dan unsur biaya yang paling siknifikan kenaikannya adalah biaya-biaya sppd non diklat sebesar 32,26% dan sebesar Rp. 5 miliar.dan biaya teknologi informasi 8.912% atau sebesar Rp. 10.106 miliar hal ini disebabkan oleh adanya latihan SAP diwilayah oleh adanya unit-unit ditahun 2013. Beban adminitrasi pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 3,95% atau naik sebesar Rp. 4.992.671.113,- dibanding tahun sebelumnya akibat meningkatnya Biaya Adminitrasi Umum terutama Biaya Perjalanan dinas naik sebesar Rp. 4.054.771.690,-dibanding tahun lalu.

D. Perbandingan Antara Anggaran Kas dan Realisasi Pada PT. PLN (Persero) Wilayah Sulselrabar

Komponen Periode Tahun Anggaran Periode Tahun Realisasi

2012 2013 2014 2015 2012 2013 2014 2015

Kepegawaian 320.642.256.325 499.635.253.825 540.759.120.953 695.990.139.335 319.632.996.984 495.640.203.885 537.753199.973 689.997.192.332

Adminitrasi 98.273.252.955 160.199.923.235 130.329.259.752 140.295.175.950 97.187644.320 150.198.933.128 126.287.245.701 131.284.073.922

Pemeliharaan 535.652.254.925 590.299.759.362 550.729.731.650 740.159.828.752 525.602.642.547 589.199.790.260 541.782.703.604 737.157.825.708

Total 954.567.764.205 1.250.134.936.422 1.221.818.112.355 1.576.445.145.037 942.423.283.851 1.235.038.927.273 1.205.823.069.278 1.558.439.091.962

Sumber Data : Laporan Keuangan PT. PLN ( Persero ) Wilayah Sulselrabar ( Data Diolah Kembali) .

Berdasarkan data dari tabel 4.3 tersebut, maka perbandingan antara anggaran kas dan realisasi Pada PT. PLN ( Persero ) Wilayah Sulselrabar dari tahun 2012 sampai 2015 dapat dilihat pada jumlah perhitungan dibawah ini :

Rumus : Hasil Perbandingan = Anggaran Kas /Realisasi X 100%

58

59

1. Tahun 2012 = 954.567.764.205 / 942.423.984 X 100%

= 101,28%

2. Tahun 2013 = 1.250.134.936.422 / 1.235.038.273 X 100 %

= 101,22%

3. Tahun 2014 = 1.221.818.112.355 / 1.205.823.069.278 X 100%

= 101,32%

4. Tahun 2015 = 1.576.445.145.037 / 1.558.439.091.962 X 100%

= 101,15%

Berdasarkan nilai tersebut kelihatan bahwa anggaran tersebut dalam belanja pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 hanya 405,97% dari total anggaran dan realisasi sehingga dikatakan sudah efisien karna adanya pengendalian kas dalam perbandingan antara anggaran kas dan realisasi tersebut sehingga anggaran pembiayaan kas lebih besar dari realisasinya jadi terdapat

Berdasarkan nilai tersebut kelihatan bahwa anggaran tersebut dalam belanja pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 hanya 405,97% dari total anggaran dan realisasi sehingga dikatakan sudah efisien karna adanya pengendalian kas dalam perbandingan antara anggaran kas dan realisasi tersebut sehingga anggaran pembiayaan kas lebih besar dari realisasinya jadi terdapat

Dokumen terkait