• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anggaran yang diperlukan Monitoring dan evaluas

Dalam dokumen 9fd3d203 139d 4579 aa5d cd3d5487c4a8 (Halaman 53-57)

Dinas kesehatan Kabupaten Jayapura mulai mengevaluasi hasil costing SPM tahun 2014 dengan melibatkan MSF. Monitoring dan evaluasi ini akan dilakukan setiap tahun dengan melihat status kegiatan, hasil dan kendala yang dihadapi. Kemudian, hasil evaluasi dikelompokkan. Misal, status kegiatan dikelompokkan menjadi sudah/ belum/ sedang dilaksanakan, sedangkan hasil kegiatan dikelompokkan menjadi sesuai/ dibawah/ melebihi target. Jika hasil kegiatan dibawah target, maka penyebabnya akan dicari dan solusinya didiskusikan.

Tantangan yang dihadapi

Tantangan terbesar pelaksanaan program penerapan SPM adalah menjaga komitmen para pemangku kepentingan, seperti dinas kesehatan. Namun, hal ini dapat diatasi melalui advokasi, lokakarya, dan audiensi insentif dengan kepala dinas dan staff kuncinya.

Gambar 2. Seorang ibu memeriksakan kehamilan di puskesmas. Berbekal ketrampilan analisis capaian dan kesenjangan SPM, puskesmas dapat memberikan layanan

Tantangan lain adalah keterbatasan jumlah sumber daya manusia yang mampu terlibat dalam program penerapan SPM. Kendala ini diatasi dengan melakukan pelatihan dan rapat kerja/ diskusi kelompok terhadap lebih banyak staff.

Keberlanjutan dan peluang replikasi

Keberlanjutan penerapan SPM sangat dipengaruhi oleh komitmen kepala dinas kesehatan. Berdasarkan pengalaman Kinerja, kepala dinas akan memiliki komitmen untuk melanjutkan penerapan SPM jika melihat bukti perbaikan proses atau hasil program. Di Kabupaten Jayapura, program penerapan SPM berpotensi untuk berlanjut karena hasil costing SPM telah diintegrasikan dalam perencanaan lima tahunan atau rencana strategis (renstra) dinas kesehatan. Renstra tersebut telah mengintegrasikan indikator target SPM kesehatan dan beberapa kegiatan pencapaian SPM.

Selain itu, hasil costing SPM juga telah diintegrasikan dalam rencana tahunan (sejak 2014. Dengan demikian, pelaksanaan SPM dapat terus dipantau melalui perencanaan tahunan (rencana kerja dinas, RKA dan DPA).

Hasil pembelajaran dan rekomendasi

Pembelajaran yang didapat dari partisipasi masyarakat dalam penerapan SPM Kesehatan adalah:

1. Masyarakat Papua mampu memainkan peran aktif untuk memberikan masukan pada upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan berbasis SPM, ketika sejak awal proses mereka sudah dilibatkan sebagai bagian dari pendampingan teknis di daerah. Penyadaran dan keterlibatan dari dua belah pihak, baik pemerintah daerah sebagai penyedia layanan dan masyarakat sebagai pengguna layanan dalam perencanaan dan costing SPM menjadi krusial. Kesadaran bersama dari dua belah pihak akan menjamin sinergi dalam melakukan upaya perbaikan.

2. Sentuhan kepentingan lokal atau kedaerahan serta menggali kearifan lokal, juga mampu membangkitkan semangat dan kesadaran. Sentuhan lokal ini antara lain ditunjukannya

Kita berharap cara berpikir ini bisa dilanjutkan oleh teman-teman kita. Arahnya sudah jelas dan sistemnya sudah dibuat dengan baik sehingga tinggal bagaimana kita menggerakkan pelayanan agar kita bisa mendapatkan kinerja yang baik di bidang kesehatan.

Bapak Khairul Lie Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura

kondisi riil kesehatan rakyat Papua dan dibandingkan dengan daerah lain. Sentuhan tentang betapa pentingnya masyarakat lokal untuk berubah mengejar ketertinggalan dan konsekuensinya bila tidak ada perubahan, telah mampu membangkitkan kesadaran pemerintah daerah maupun masyarakat untuk berubah melakukan upaya bersama. 3. Peran media dan MSF yang

dikembangkan di lapangan, mampu menjadi agen pendorong perubahan di daerah dengan menyebarluaskan informasi tentang SPM dan apa kaitan SPM dalam pemenuhan hak masyarakat. Selain itu, kemitraan yang terbangun antara media, forum multi pihak dan unit pelayanan/ puskesmas serta dinas kesehatan telah memberikan kesempatan yang lebih besar untuk pencapaian SPM dengan melibatkan berbagai sumber daya yang ada di pemerintah daerah dan juga di masyarakat.

4. Pentingnya data riil dalam perencanaan kegiatan juga disadari oleh para pengambil kebijakan. Data menjadi sangat penting dalam menentukan capaian dan target SPM. Pendampingan SPM bagi dinas kesehatan dan puskesmas memberikan nilai tersendiri bagi pemerintah daerah. Melalui pendampingan SPM bidang kesehatan, pemerintah daerah Kab Jayapura memutuskan untuk mereplikasikan pendekatan penerapan SPM kepada SKPD lainnya yang memiliki peran sebagai penyelenggara pelayanan publik. Untuk itu, sejumlah rekomendasi dibuat, yaitu:

a. Peran masyarakat dalam perencanaan kegiatan dan anggaran SPM dan dalam

mengawal integrasi dan pelaksanaan SPM Kesehatan, harus menjadi bagian penting dari proses peningkatan kualitas pelayanan kesehatan berorientasi pemenuhan hak masyarakat yang dijamin dalam SPM Kesehatan. Partisipasi masyarakat dapat terjadi, bahkan dalam kondisi Papua yang penuh tantangan.

b. Pendampingan SPM yang aktif melibatkan masyarakat masih harus terus

dilakukan untuk memastikan komitmen Pemerintah Daerah dan Unit Layanan bisa

Forum multi-pihak mendorong

pemerintahan dengan tata-kelola yang

baik… Masyarakat melakukan

kerjasama dengan pemerintah untuk mengetahui apa yang menjadi masalah puskesmas, kemudian diskusi dengan pemerintah dan dijawab oleh

pemerintah dalam hal pelayanan publik. Harus ada responsibility masyarakat, mereka harus lebih paham bagaimana

mereka bisa sehat dan cerdas.

Bapak Amos Soumilena Ketua MSF Kabupaten Jayapura.

diimplementasikan di lapangan. Dalam hal ini, masyarakat memiliki peran untuk mengawasi pelayanan publik, sesuai mandat UU 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Untuk menjamin masyarakat sipil dapat menjalankan peran pengawasan yang berkelanjutan tersebut ada dua hal penting yang perlu dilakukan: (1) pengembangan kapasitas kelompok-kelompok masyarakat sipil (LSM, forum multi-pihak, dll) dan (2) alur informasi yang transparan antara masyarakat dan pemerintah daerah, dinas kesehatan atau puskesmas yang akan menjadi precursor yang penting untuk pelibatan aktif masyrakat di masa mendatang.

c. Peningkatan kapasitas bagi dinas kesehatan tetap masih diperlukan karena

kadangkala dinas kesehatan belum memahami harmonisasi dan sinkronisasi teknis penganggaran antara Permendagri No 13 Tahun 2006 dan SPM Kesehatan yang diterbitkan oleh Kementerian kesehatan. Kesulitan dalam mengharmonisasikan aturan ini pada beberapa kasus dapat membuat dinas kesehatan dan pemerintah kabupaten kurang memiliki keberanian dalam membuat kegiatan inovasi yang dapat meningkatkan capaian SPM dan IPM, seperti yang dialami Kab.Jayapura.

Informasi kontak

Dalam dokumen 9fd3d203 139d 4579 aa5d cd3d5487c4a8 (Halaman 53-57)

Dokumen terkait