• Tidak ada hasil yang ditemukan

Situasi sebelum inisiatif

Dalam dokumen 9fd3d203 139d 4579 aa5d cd3d5487c4a8 (Halaman 48-53)

Tren anggaran untuk sektor kesehatan di Kabupaten Jayapura selama 2009-2013 semakin memprihatinkan. Jika pada 2009 porsi anggaran untuk bidang kesehatan adalah 11%, maka pada 2013 hanya 5%. Komitmen pemerintah daerah untuk pembangunan di bidang kesehatan tidak tercermin dalam anggaran urusan kesehatan. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Jayapura pada tahun 2012 sebanyak 118.046 jiwa, maka anggaran kesehatan untuk setiap penduduk Kabupaten Jayapura hanya 249 ribu rupiah pertahun atau hanya 24 ribu rupiah perbulan.

Berdasarkan hasil evaluasi pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang difasilitasi oleh KINERJA, SPM Kesehatan Kab.Jayapura pada tahun 2013 hanya mencapai 36%. Pemahaman pemerintah daerah terhadap Peraturan Menteri Kesehatan No 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang SPM bidang Kesehatan serta Keputusan Menteri Kesehatan No 828/Menkes/SK/IX/2008. tentang Petunjuk Teknis SPM bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota juga masih rendah. SPM masih belum dianggap penting untuk dijadikan landasan dalam perencanaan dan penganggaran sektor kesehatan, dan juga belum dipakai sebagai alat manajemen untuk menilai kinerja sektor kesehatan di daerah. Indikator SPM belum dijadikan acuan indikator dan target program dan kegiatan dalam pengembangan rencana kerja sektor.

Selain itu, masyarakat masih belum dilihat sebagai mitra yang strategis untuk pembangunan sektor kesehatan di daerah dalam proses ini. Partisipasi masyarakat dalam menentukan kebutuhan kesehatan untuk pemenuhan hak dasarnya belum banyak didorong dan disaat yang sama ketidakpahaman mengenai standar pelayanan kesehatan yang menjadi hak-nya belum banyak dipahami dengan baik

Bentuk inovasi

USAID Kinerja membantu pemerintah daerah menyediakan layanan publik berbasis SPM dengan mempertemukan sisi penyedia dan pengguna layanan. Dari sisi pengguna layanan, program melakukan asistensi dan penguatan kapasitas organisasi lokal dalam melakukan upaya penyadaran akan hak-hak masyarakat, sehingga mampu melakukan advokasi untuk peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. SPM diletakkan dalam bingkai hak dasar masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas, sehingga diseminasi SPM dan penyadaran akan pentingnya pemerintah memenuhi SPM bagi masyarakat menjadi prioritas dalam proses penyediaan pelayanan publik yang berbasis standar.

Dari sisi pemerintah, sebagai penyedia pelayanan publik, USAID Kinerja memberikan peningkatan pemahaman dalam penyediaan pelayanan publik yang berkualitas mengacu pada standar layanan, asistensi dalam melakukan penelaahan pencapaian SPM untuk mengetahui kesenjangannya, dan kemudian memberikan asistensi dalam penghitungan dan skema pembiayaan dalam memenuhi SPM serta intervensi kebijakan, program dan kegiatan yang diperlukan untuk memenuhi kesenjangan yang ada.

Proses pelaksanaan program

Penerapan pendekatan perbaikan pelayanan publik melalui sisi penyedia dan pengguna layanan ini dikawal oleh tim teknis kabupaten. Tim teknis kabupaten ini beranggotakan para aparatur yang memiliki kapasitas untuk mengambil keputusan program, dan berasal dari berbagai SKPD terkait. Dalam perencanaan kegiatan dan anggaran pemenuhan SPM, Tim Teknis kabupaten berperan signifikan dalam mendorong integrasi SPM bidang kesehatan ke dalam perencanaan dan pengganggaran daerah dengan keterlibatan aktif masyarakat.

Gambar 1. Dinas kesehatan melibatkan masyarakat untuk mengevaluasi tantangan yang dihadapi untuk menyediakan layanan kesehatan yang berkualitas dan mencari solusinya.

Penguatan kapasitas Kabupaten Jayapura dalam penerapan SPM Kesehatan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Advokasi untuk mendapatkan pemahaman dan kesadaran seluruh stakeholder (pengambil kebijakan, pelaksana kebijakan, masyarakat) atas SPM kesehatan

2. Review dan pembaharuan kebijakan yang diperlukan 3. Menyusun data bagi perhitungan status capaian SPM 4. Analisis kesenjangan capaian

5. Menghitungan kebutuhan anggaran untuk mengurangi kesenjangan capaian (Costing) 6. Konsultasi publik dan pengawasan publik

7. Integrasi target SPM dan kebutuhan anggaran pencapaian target SPM ke dalam perencanaan dan penganggaran Dinas Kesehatan dan daerah

8. Advokasi anggaran kepada para pengambil kebijakan

9. Evaluasi capaian SPM dan umpan balik bagi proses perencanaan berikutnya

Konsultasi publik yang dilakukan di Kabupaten Jayapura dalam rangka mendiskusikan hasil costing SPM pada pemangku kepentingan yang lebih luas dan dalam rangka mendapatkan dukungan. Dalam konsultasi publik ini, SKPD serta badan pemerintah daerah lainnya dilibatkan karena banyak aspek dari pencapaian SPM kesehatan yang akan memerlukan koordinasi dan sinergi dengan sektor lainnya. Selain itu, konsultasi publik ini menjadi ajang untuk memberikan ruang yang lebih luas pada masyarakat sipil dan forum multi-stakeholder (MSF) baik ditingkat kabupaten dan juga distrik untuk memberikan masukan sebelum hasil costing SPM ini diintegrasikan lebih lanjut ke dalam perencanaan dan penganggaran daerah. Masyarakat melalui MSF memberikan masukan dan diharapkan kedepannya juga mendukung Dinas Kesehatan dalam implementasi rencana. MSF juga akan terus mengawal dan mengawasi pencapaian SPM kesehatan.

Pada berbagai kesempatan, pertemuan MSF tingkat distrik dan juga tingkat kabupaten, SPM menjadi topik diskusi dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat sipil terhadap SPM dan relevansinya dalam pemenuhan hak kesehatan. Di samping itu, terdapat serangkaian talkshow tentang isu standar layanan termasuk SPM kesehatan di radio hasil kerjasama dengan Radio Kenambai Umbai dan Radio Suara Kasih – baik yang dilakukan di dalam studio ataupun di luar ruangan/di kampung yang melibatkan masyarakat umum. Radio talkshow ini

sebagai bagian pemenuhan hak masyarakat, dan mendorong perbincangan tentang SPM di tingkat akar rumput.

Selain itu, kelompok jurnalis warga, yang kemudian membentuk forum jurnalis warga dengan

nama “CYCLOPS” dan komunitas jurnalis warga video documenter, HILOI, turut juga mengangkat isu SPM bidang kesehatan lewat tulisan dan dalam berbagai aktivitas mereka sebagai jurnalis warga.

Hasil dan dampak program

Hasil penghitungan pembiayaan pemenuhan SPM telah disusun untuk empat tahun yakni 2014- 2017. Anggaran yang dibutuhkan untuk capaian SPM di Tahun 2014 adalah sebesar Rp 6,271,382,000, di Tahun 2015 sebesar Rp 10,290,521,550, di Tahun 2016 sebesar Rp 11,876,847,545, dan di Tahun 2017 sebesar Rp 14,232,772,161. Perbedaan anggaran setiap tahunnya mengacu pada target kinerja yang disepakati untuk dicapai pada tahun berkenaan. Pemerintah daerah pun telah berkomitmen untuk mengalokasikan APBDnya untuk kebutuhan tersebut.

Pendampingan SPM yang dilakukan oleh USAID Kinerja telah meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan dinas kesehatan, bahwa kegiatan yang lebih bisa mengungkit capaian SPM, meningkatkan dan menunjukkan kinerja petugas kesehatan adalah dengan menerapkan SPM. Rencana Strategis Dinas kesehatan sudah mengintegrasikan upaya pencapaian SPM Kesehatan. Dalam Rencana Kerja Dinas Kesehatan 2014 terdapat alokasi sebesar Rp 6.69 milyar untuk mendukung pemenuhan SPM.

Di saat yang sama, relasi dan kerjasama antara penyelenggara dan pengguna pelayanan kesehatan di Kabupaten Jayapura semakin erat terbangun. Dalam berbagai kegiatan terkait perencanaan program kesehatan, MSF dilibatkan. Keterlibatan masyarakat, terutama forum multi-pihak dalam perencanaan kesehatan untuk pemenuhan SPM ini telah mendorong adanya mobilisasi sumber daya yang berasal dari masyarakat.

Sebagai contoh: untuk menjamin pencapaian salah satu indicator SPM Kesehatan dalam penanggulangan penyakit menular TB di Kab. Jayapura, Kampung Yoboi di Distrik Sentani telah mengalokasikan dana untuk menyiapkan insentif bagi empat kader TB (Tuberculosis) setempat menggunakan anggaran Kampung. Selain itu, Forum Dobonsolo (MSF Distrik Sentani) dalam proses musrenbang distrik berhasil mengadvokasi pemerintah distrik untuk merencanakan Pos TB kampong untuk tujuh kampung di distrik Sentani yang nantinya akan dianggarkan lewat dana Prospek. Selama ini kader TB dan Pos TB yang melakukan tugas selalu dibiayai oleh puskesmas dengan anggaran yang minim.

Saat ini MSF di tingkat kabupaten juga memiliki komitmen yang tinggi untuk mengawal dan mengawasi pelaksanaan pencapaian SPM dan penganggarannya di Kab Jayapura. Pendampingan yang intensif atas perencanaan dan perhitungan SPM kesehatan, telah

mendorong pemerintah daerah untuk mereplikasi melalui pendampingan pengembangan SPM untuk pelayanan publik lainnya di daerah.

Anggaran yang diperlukan

Dalam dokumen 9fd3d203 139d 4579 aa5d cd3d5487c4a8 (Halaman 48-53)

Dokumen terkait