• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGGIAWAN Good is the enemy of Great

Dalam dokumen Interview Pertamina (Halaman 103-122)

stay updated via rss

 AUTHOR

o

 RECENT POST

o Sedikit Cuap Tentang Kependidikan Hari Ini (Hardiknas Edition) o Antara Sang Pengusaha dan Pekerja (May Day Edition)

o Ngantuk..

o Cinta itu…

o May 2014 (1) o April 2014 (5) o March 2014 (4) o February 2014 (5) o January 2014 (4) o December 2013 (2) o November 2013 (2) o October 2013 (4) o August 2013 (2) o July 2013 (4) o June 2013 (4) o May 2013 (10) o April 2013 (1) o February 2013 (1) o December 2012 (1) o November 2012 (9) o October 2012 (3) o August 2012 (3) o July 2012 (9) o June 2012 (8) o May 2012 (6) o April 2012 (10) o March 2012 (16) o January 2012 (1) o November 2011 (3) o October 2011 (6) o August 2011 (3) o July 2011 (4)  CATEGORIES o curcol abiss :D o diagnosa o English o hikmah o In memorian o poetry o story o tulisan jadul o Uncategorized o via phone  SEARCH

 CALENDAR M T W T F S S « May Jul » 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 11 12 13 14 15 16 1 7 18 19 20 21 22 23 2 4 25 26 27 28 29 30 June 2013  TAGS 5 perkara adik

bintang akhwat Allah answer argumentation

article

bangsa BBM belief China dakwah dakwah kampus diskusi ekonomi ekonomi islam family GC globalization go

green hadits hamka hikmah idiom ikhwan ilmuan

Indonesia

Indonesian information

i

nspiration

islam jakarta kasih kehidupan kemiskinan keputusan Khadafi kisah kisah saat kecil komunikasi koruptor leadership love madrasah mahasiswa masjid motivation my

self novel nyasar

opini

organisasi pemerintahan pendidikan

perjuanganpertam

ina

pertolongan pilihan

PPSDMS

psikologi question quote qur'an

ramadhan

sejahtera s embunyi sepeda

skripsi

story syukur tak berharap teknologi thesis tried vocab

 FOLLOW @ZIA_AWAN23

o Dalam politik tak mengenal lawan dan kawan, yang ada hanyalah siapa berkepentingan dg siapa.. 2 weeks ago

o "@onedayonejuz: Sudahkah pagi ini bershalawat?"--> alhamdulillah sudah, juga alma'surat

o "@Info_Migas: Total Indonesie Tunggu Kepastian Peranjangan Kontrak Blok Mahakam tinyurl.com/lem3gca"-->serahkan k

pertamina.. 3 weeks ago

o "@dimartianingsih: Freeport Belum Sepakati 6 Poin Renegosiasi Kontrak dlvr.it/5TNVx9via @MarwanBatubara" 3 weeks ago

o RT @ShofwanAlBanna: Untuk kawan2 yang besok ujian: Selamat ujian, ujianlah dengan selamat. Taklukkan diri sendiri, lalu kau kan

taklukkan d… 1 month ago

 BLOGROLL o Learn WordPress.com o miti-m  FRIENDS o Amelya Afriandes o Hasdi Putra o Hendra Amalfi o Millati Fitrah

o Ridwansyah Yusuf Ahmad

 INSPIRING

o Dahlan Iskan

o Helvy Tiana Rosa

o Salim A Fillah

 MITI-M

o Adiyta Rangga Yoga

o BangHerman o Heninggar o mas eki o Mega Trishuta P o panji arrohman o Retno Chiku o Riska IPB  UGM o Abe Naro P o Agung Baskoro

o Ahmad Nasikun o Angga Antagia o Dimas Agil o Hanief Cahya o Imam Wibisono o Iqbal Muharam o Jupri S. o Pebri Arif  DETIK.COM

o An error has occurred; the feed is probably down. Try again later.

 REPUBLIKA

o An error has occurred; the feed is probably down. Try again later.

 FIMADANI

o Islam Anti Politik, Benarkah? May 14, 2014 o Ikut Hadits Nabi atau Ikut Ulama? May 13, 2014 o Pengertian Hadits Mudhtharib May 13, 2014

Job Seeker #5 (tamat)

Posted: June 10, 2013 in In memorian 0

Sebenarnya, saat memberitahukan Mama bahwa setelah tes kesehatan aku langsung pulang ke Yogya, mendapat ketidaksetujuan dari Mama, ia lebih mengerekomendasikan untuk stay di Jakarta aja dulu, karena kemungkinan pengumumannya tidak akan lama. Akan tetapi, sehubungan dengan ada banyaknya hal yang harus aku selesaikan di Yogya, maka aku bersikeras untuk tetap ke balik ke Yogya. Adanya banyak hal yang perlu aku kelarkan adalah sehubungan dengan amanahku yang belum berakhir yaitu sebagai Presidium Kepemimpinan SCCF UGM. Akhir tahun merupakan masa-masa

suksesi lembaga yang aku hadonahi, tentunya kondisi ini menuntut peran yang masif dari masing-masing presidium terhadap lembaganya, khususnya adalah Presidium Kepemimpinan yang nota bene adalah aku sendiri. Suksesi lembaga sejatinya penentuan Ketua baru lembaga tersebut, nah tentunya butuh pendampingan ke masing-masing lembaga agar tersedia stock

kepemimpinan yang cukup di lembaganya. Untuk itu aku bersama Presidium yang lain telah mempersiapkan beberapa agenda dalam rangka

pendampingan ke lembaga-lembaga di bawah naungan SCCF tersebut, diantaranya adalah jaulah ke tiap lembaga, pemberian award untuk lembaga terbaik, dan Leadership Camp. Dan yang sedang berjalan adalah jaulah ke tiap lembaga tersebut, lebih dari seminggu aku meninggalkan Jogya, sudah seminggupun vakum berjalan jaulah lembaga nya, yang lakukan hanya komunikasi jarak jauh via phone dengan presidium lainnya.

Tanpa terasa, seminggu pun berlalu sejak tes kesehatan di Jakarta tersebut, akupun sibuk dengan rutinitas-rutinitas ke kampus (walau sudah lulus dari kampus, tapi masih ngurusin kampus). Hingga saat itu, hari Rabu kalau nggak salah, saat lagi asyik bersantai siang hari di Dorm, HP ku berdering dengan nomor depan 021, jantungku pun berdegup kencang apakah ini dari Pertamina? Segera aku angkat panggilan tersebut, dan benar saja suara dari seberang sana menyampaikan kabar bahwa aku lolos tes kesehatan dan diundang untuk menghadiri Wawancara dengan Direksi pada hari Jum’at nya. Segera saja aku buka email di Laptop, di list pertama inbox ada dari

recruitment Pertamina dengan subjek undangan Wawancara dengan Top Management yang diselenggarakan pada hari Jumat pukul 12.30 WIB. Demi melihat jadwal wawancara yang pada siang hari tersebut, aku berhitung dengan waktu, berarti aku setidaknya nyampe disana pada Jumat pagi, dengan demikian aku putuskan untuk berangkat dari Yogya pada Kamis malam, sehingga bisa nyampe pagi di Jakarta, istirahat sejenak di kos kakakku dan tancap gas ke kantor pada siangnya. Saat itu segera saja aku

bangkit dan tancap motor ku si Hitam ke stasiun Lempuyangan, semoga masih tersisa tiket kereta untuk Kamis malam.

Untunglah masih tersedia tiket ke Jakarta untuk Kamis malam, namun

alangkah kagetnya aku karena pada besok harinya, orang HR nya menelpon ku lagi dalam rangka memberitahukan bahwa jadwal interviewnya dirubah menjadi Jumat pagi pukul 07.00 WIB. Mengetahui hal demikian, aku sempat protes ke orang HR nya karena sudah terlanjur beli tiket pada Kamis malam yang diperkirakan bisa sampai di Jakarta pada subuh hari Jumat. Namun hal itu sangat riskan untuk terlambat, tahulah kalau tidak telat bukan kereta api Indonesia namanya. Orang HR nya memberikan penjelasan bahwa ada perubahan jadwal dari Direkturnya. Saat itu aku meminta kompensasi izin terlambat dan menterakhirkan jadwal interview buatku, dan alhamdulillah orang HR nya pengertian dan akan mengkondisikan hal tersebut. Syukurlah, aku bisa tenang sehingga bisa fokus pada mempersiapkan diri untuk

menghadapi wawancara nantinya.

Tanya sana sini dengan senior kampus yang sudah pernah interview Top Management, aku mendapat bocoran bahwa sejatinya interview kali ini lebih untuk mengukur akan konsistensi serta komitmen kita untuk bekerja

Pertamina. Pesan dari salah seorang senior adalah bahwa kita harus bisa meyakinkan direkturnya kalau kita amat siap di Pertamina, bahkan dengan menyebutkan permisalan jikalah perusahaan itu dalam kondisi collaps, kita masih tetap stay disana bersama sedikit orang yang memperjuangkan keberlanjutan perusahaan. Idealis memang, tapi nanti aku akan menjawab semampuku aja dan sesuai dengan kondisi yang ada, serta mencoba merelevansikan antara bekerja Pertamina dengan cita-cita (life plan) yang aku miliki, sehingga nanti terlihatlah kesungguhan ku untuk bekerja di perusahaan minyak negara ini.

Kamis malam, aku berangkat ke ibukota dengan Kereta Ekonomi AC Gajah Wong, semoga aja tidak ada halang rintang di jalan sehingga bisa sampai di Jakarta sesuai jadwal, ucap batinku berharap. Benar saja, keberuntungan masih ada di pihakku, selama perjalanan tidak terjadi apa-apa dan aku bisa sampai di Jakarta pada subuh harinya. Dari stasiun Gambir aku menuju Masjid Istiqlal, sesuai rencanaku aku akan bersih-bersih diri di istiqlal aja, karena kalau aku ke kost kakakku dulu sudah dipastikan akan terlambat. Pikirku istiqlal pagi-pagi ini masih sepi pengunjung, sehingga aku bisa mempergunakan kamar mandinya dengan optimal. Namun nyatanya,

sesampainya di plataran parkir masjid, diluar dugaan ramai sekali wisatawan disana. Yang lebih kaget saat aku masuk ke kamar mandinya, ternyata pada ngantri disana. Aku baru sadar, ternyata yang memanfaatkan layanan tempat mandi gratis ini tidak hanya aku aja, ada banyak rombongan yang lagi Tour ke Jakarta, memanfaatkan tempat ini untuk membersihkan diri. 15 menit menunggu akhirnya aku memperoleh satu kamar mandi, segera bersih-bersih diri dan mengganti pakaian dengan kemeja, celana bahan, tampilan serapi mungkin sehingga siap untuk diwawancara. Aku percepat selesainya semua urusan, karena tahu bahwa juga banyak orang ngantri di luar.

Waktu menunjukkan pukul 06.45 WIB, aku berjalan dari istiqlal menuju Kantor Pusat Pertamina. Sebenarnya jaraknya amatlah dekat, tetapi berhubung gerbang masjid yang merupakan akses ke Pertamina jam segini masih

tertutup, terpaksalah aku melewati gerbang utama yang harus memutar dulu untuk ke kantor, sehingga baru sampai di kantor 15 menit kemudian.

Sebagaimana intruksi sebelumnya, bahwa interview dilaksanakan di gedung utama lantai 6, segera aku menuju kesana bersama dengan Sony, teman sesama FEB UGM yang kebetulan juga lolos interview saat itu, tapi proses test nya dia kebelakang diselenggarakan di Yogyakarta. Sesampainya di lantai 6, kaget juga ternyata juga sudah datang peserta test lainnya yang ternyata juga adalah sesama alumi di FEB UGM, bahkan bareng wisuda

malah. Aku pikir yang hanya akan di test hanya yang lolos saat tes kesehatan kemaren, ternyata digabung yang hasil tes yang diselenggarakan di

Yogyakarta. Jadilah ada 6 orang yang akan diwawancara saat itu, uniknya 5 diantara kita adalah alumni FEB UGM semua, dan satu dari FE Unpad.

Setelah menunggu hingga satu jaman lebih, salah satu orang HR nya keluar dan menyampaikan bahwa wawancara diundur hingga siang nanti,

berhubung Bapak Direkturnya ada acara lain. Semua dari kami berucap, Yahhh, dag dig dug jantungnya tambah makin lama deh.

Seusai shalat Jumat, kami berkumpul lagi di lantai HR. Setelah sekitar jam 2an lebih baru kita diantar ke ruangan direktur keuangan. Ada info baru lagi ternyata, Direktur Keuangannya tidak bisa, sehingga yang mewawancara adalah Senior Vice Presiden nya, yaitu Bapak Budi Himawan dan Bapak Purwo. Satu per satu dari kami dipanggil, dan aku mendapatkan urutan ke 5 untuk diwawancara. Dari yang sudah duluan, dapat bocoran bahwa sama kayak interview yang sebelumnya diawali dengan B. Inggris, tapi yang kali ini banyak dikasih pertanyaan studi kasus. Aku berdoa saja, semoga nanti dimudahkan dan interview nya lagi baik hati, hehehe. Akhirnya, giliranku untuk dipanggil pun tiba, sebelumnya aku kembali merapikan pakaian dan membenarkan posisi dasi. Dasi pinjaman dari temann yang udah wawancara duluan, aku sama sekali tidak tahu ada aturan tidak tertulis seperti ini bahwa untuk interview direksi memakai dasi, sehingga tidak mempersiapkan

membawa dasi sebelumnya.

Saat memasuki ruangan interview, sudah menunggu dua orang Bapak2 dan juga Ibu Santi, orang HR yang sudah kukenal saat interview user pekan lalu. Kemudian, aku dipersilahkan duduk dan diminta untuk memperkenalkan diri dengan menggunakan B. Inggris.

“Good afternoon Mr, let me introduce my Self, My Name is M Zia Anggiawan, you can call me Anggi. I jus graduated from Accounting Mayority, Economic & Business Faculty, Gadjah Mada University. I come from Payakumbuh, Wes Sumatera. My Hobby is reading and travelling. I think that’s all from me, any else?”, aku menutup perkenalan singkat ku dengan B.Inggris yang agak lumayan lancar, karena standar introducing ini udah aku hafal-hafalin sebelumnya.

“Ok M. Zia, can you tell us Why do you apply at Pertamina?”, Pak Budi mereply pembukaan perkenalan dariku.

“Yaa, thank you for your Question Sir. My reason apply at Pertamina..So far I know if Pertamina is ones of the biggest national company in Indonesia. In my mind, if I give my best to this company, in same time I give my best to this country. Different condition, if I work at private comany or foreign company, my capablity will not give effect to my country. So that’s why I choose

national company (BUMN, red) and Pertamina is the best national company I guess. Because of that, I can improve n develop my knowledge, my

capability, etc via Pertamina. It is a big company, so my capability will be develop quickly.”, aku mencoba menjelaskan dengan grammar begitu kacaunya, tapi aku nggak peduli yang penting bapak nya mengerti dengan apa yang aku jelaskan.

Kemudian, percakapan pun berlanjut oleh kedua interviewer tersebut dengan menggunakan bahasa inggris, beda saat interview user sebelumnya yang mana speaking english hanya sebentar saja, kali ini cukup lama juga sehingga rada-rada kewalahan aku menyusun kata-kata, karena diluar dugaan banyak pertanyaan-pertanyaan diluar prediksi, sehingga selain mempersiapkan jawaban yang pas juga memikirkan vocab atas jawaban tersebut, maklumlah aku belum terlalu master bahasa international ini sehingga belum keluar secara natural tapi penuh dengan keterbata-bataan.

Hingga kemudian Bapaknya memberikan sebuah pertanyaan unik, tapi untunglah sesi bahasa inggrisnya udah selesai sehingga aku bisa menjawab dengan bahasa Indonesia.

“Mas Zia, Anda dari UGM kan ya? Berarti kenal dong dengan teman-teman yang juga interview sekarang?”, Pak Purwo menyampaikan pertanyaannya. “oh yes Sir, I know them. Sorry Sir, for the next question Its ok if I answer the question using Bahasa, isn’t?”, jawabku dengan masih pake B.Inggris.

“Yaya, pake bahasa Indonesia aja, gak papa” “Baik, terima kasih Pak”, ucapku lega.

“Sekarang saya mau tanya gini, kamu kan kenal dengan teman-teman yang lain itu kan. Menurutmu, diantara semua teman-teman mu yang lain dan termasuk kamu juga yang paling berhak untuk lulus interview ini siapa?”, tanya Bapaknya sambil tersenyum.

“Hmmm..saya kenal mereka Pak, hanya saja saya tidak mengenal mereka begitu mendalam hingga tataran kompetensi mereka. Sehingga saya kesulitan untuk menjawab pertanyaan Bapak tadi”

“Tapi kamu harus memilih, pilih salah satu, atau kalau mau pilih diri sendiri juga boleh”

“Tapi kondisinya adalah saya tidak mempunyai pertimbangan yang cukup matang untuk menilai Pak, sehingga dalam konteks seperti ini pilihan yang saya tentukan jadi nya gambling, tidak berdasar. Padahal menurut saya setiap keputusan harus ada dasarnya, yang logis dan masuk akal disertai dengan data dan bukti yang mendukung. Kembali ke statement saya sebelumnya, saya tidak bisa memberikan keputusan untuk hal ini. Beda

cerita kalau saya diberi kesempatan untuk mewawancarai mereka, sehingga saya mempunyai data yang cukup untuk menentukan kualitas mereka

sehingga bisa menentuka siapa yang paling layak diantara mereka untuk dinyatakan lolos tes.”, jawabku dengan tetap pada pendirian awalku. “Kondisinya saat ini kamu harus menentukan pilihan dek, saya gak peduli apakah kamu kenal mereka atau tidak”, bapaknya ngeyel tetap meminta pilihanku.

“tapi Pak..”

“Gak ada tapi-tapian, pokoknya kamu harus memilih”, Bapaknya memotong pembicaraan.

“Kalau demikian adanya, sesuai dengan rasionalitas saya tadi, yang mana saya harus menentukan berdasarkan data, tidak asal pilih, dan berhubung data yang saya punyai cukup lengkap dan valid hanya diri saya seorang Pak, untuk itu ya saya pilih diri saya sendiri”, jawabku sambil tersenyum gak bisa ngeles lagi.

Kedua Bapaknya tertawa, kemudian mereka menjelaskan alasan mereka bertanya hal tersebut, bagi mereka jawaban yang diberikan tidak penting, tapi cara menentukan jawaban, metode berpikir yang digunakan itulah yang ingin mereka ketahui saat memberikan pertanyaan tersebut. Aku hanya ber “oh” saja, berharap rasionalisasi yang aku kemukan tadi merupakan metode berpikir yang mereka harapkan karena mereka juga tidak memberi tahukan apakah jawaban yang aku berikan sudah tepat atau belum.

Alhamdulillah, setengah jam lebih diinterview akhirnya selesai juga. Kemudian aku keluar ke tempat berkumpul yang lainnya, menyampaikan pesan untuk peserta test berikutnya dipersilahkan masuk. Sambil menunggu selesai semuanya, kami ditemani oleh orang HR, Ibu nya bilang bahwa

pengumuman akan disampaikan pada hari Senin nanti, jadi diminta stand by aja dengan HP masing-masing. Kegiatan pendidikan akan dimulai pada hari Senin depannya lagi, tanggal 2 Januari 2012. “Berhubung yang tidak lolos tidak akan dihubungi, maka kalau kalian tidak dihubungi hingga hari tanggal 2 tersebut, berarti kalian tidak lolos”, jelas Bu Diana orang HR tersebut. Aku berhitung dengan waktu, kalau pendidikan dimulai hari Senin minggu depannya lagi, berarti seharusnya paling lama hari Rabu sudah diumumkan. Kalau tidak dihubungi hingga hari Rabu tersebut, berarti pupuslah sudah harapan. Aku meminta izin untuk duluan pulang, karena aku rencananya akan langsung ke Yogya malam ini, terkait ada kegiatan di kampus yang musti ku hadiri (terkait amanah dakwah thulaby yang masih ada di pundak). Jadi aku akan ke stasiun dulu, semoga masih ada tiket kereta sehingga aku bisa langsung pulang. Pertama aku ke Gambir dulu, tiket malam ini sudah habis. Kemudian aku ke stasiun Senen, ternyata juga habis tiket nya. Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore lewat, aku naik aja ke Kopaja 20 yang menuju Terminal Lebak Bulus, jalur Bus Jakarta-Jogya yang aku tahu ada disana. Setelah naik, aku tanya kondekturnya terkait bus yang ke Yogya di Lebak Bulus, alangkah mengecewakan jawabannya karena kemungkinan biasanya jam 4 sore bus ke Yogya udah habis, atau paling lama sekitar jam 5an katanya. Sementara untuk ke Lebak Bulus paling cepat 2 jam-an. Yahh, gak akan terkejar lagi mah itu pikirku. Akhirnya aku putuskan untuk pulang besok sore aja dengan menggunakan bus, karena tiket kereta untuk besok juga sudah habis. Sehingga sore itu kembali ke kost kakakku dulu, yang kebetulan angkutannya juga dengan menggunakan Kopaja 20 itu.

Setelah 1 jam lebih diatas bus karena macet, akhirnya sampai juga di daerah Mampang, aku berdiri untuk bersiap turun. Mengingat bus nya juga penuh padat, aku berdiri dulu sehingga ketika benar-benar sampai aku tinggal lompat turun. Beberapa saat setelah turun, aku mau ngambil HP yang tadi

aku masukkan ke dalam tas. Alangkah terkejutnya, karena resleting tas ku terlihat terbuka, dan lebih kagetnya karena hp ku dalam tas sudah tidak ada lagi, padahal tadi aku masukkan ke tas bagian luar ini. Kemudian, aku

mencoba periksa lagi, dengan melihat bagian tas yang lainnya, tetap tidak ada. Benarlah ternyata, HP ku ditilep orang, menurut dugaanku diambil saat aku berdiri tadi yang saat itu kebetulan membelakangi tas. Apes memang, sudah sekian kali naik Kopaja, akhirnya aku juga sempat menjadi korban pencopetannya. Pada hal itu HP nya juga HP baru lagi, baru ku beli beberapa bulan yang lalu. Untung masih ada Hp yang satu lagi, dengan mengandalkan beberapa kontak yang masih tersimpan aku mengabarkan bahwa Hp ku yang nomor IM3 tersebut barusan ilang, jadi kalau ada yang SMS aneh2 tersebut udah pada tahu bahwa itu bukan aku sehingga tidak usah menggubrisnya. Interview hari ini berakhir dengan sad ending, sudahlah tidak dapat tiket langsung ke Yogya, HP ku dicuri lagi. Nasib ya nasib, semoga diganti dengan yang lebih baik, berusaha untuk ikhlas.

Keesokan harinya, aku jadi pulang ke Yogya dengan menggunakan Bus dari Lebak Bulus, dan aku salah pilih Bus lagi, yang aku naiki adalah memang bus yang jurusan Yogya, tetapi Bus nya lewat jalur Solo, sehingga sampainya di Yogya cukup lama. Sudah berangkatnya dari Jakarta jam 8 malam, sampai di Yogya pada pukul 2 siang, perjalanan panjang yang lama dan melelahkan. Saat hari Senin, seharian perasaanku gak karuan, dag dig dug. Tiap sebentar ngeliat ke HP, berharap-harap ada nelpon dengan nomor kode area 021. Namun, ternyata hingga malam tidak ada telpon sama sekali. Sedikit kecewa, berharap besoknya ada kabar yang menggembirakan.

Pada hari Selasa pun demikian, harap-harap cemas aku menunggu telepon. Blas dua hari ini aku tidakn ada keluar rumah, jadi tambah galaulah

menunggu kabar yang entah kapan datangnya ini. Hingga malam tiba, tidak ada panggilan sama sekali, tidur ku pun kali ini diiringi dengan kekecewaan.

Kalau besok masih juga tidak ada yang nelpon, berarti sudah tidak harapan sama sekali, demikian batinku. Dan ternyata benar, besokpun hingga malam tidak ada panggilan sama sekali. Malamnya aku mencoba mengikhlaskan diri, mungkin ini adalah hasil yang terbaik, dengan harapan ada peluang untuk kerja di perusahaan lain. Aku pun mencoba untuk mulai fokus untuk kegiatan yang lain, melupakan Perusahaan minyak negara ini. Sebagaimana amanah yang aku emban saat ini, aku kembali mencoba menyusun agenda kunjungan ke lembaga-lembaga fakultas. Aku konfirmasi masing-masing ketua lembaga dan juga rekan SCCF lainnya, sehingga cukup padatlah agenda ku dari Kamis-Sabtu. Gak apa-apa, walaupun capek, setidaknya aku bisa melupakan

kekecewaan kepada Pertamina ini.

Saat itu hari Jum’at, siang ini pukul 14.00 aku ada jadwal kunjungan ke salah

Dalam dokumen Interview Pertamina (Halaman 103-122)

Dokumen terkait