TINJAUAN PUSTAKA A. Cairan Obat Dalam
D. Angka Kapang/Kamir dan Angka Lempeng Total
Salah satu parameter keamanan dari sedian jamu uyup-uyup adalah angka
kapang/ khamir. AKK adalah jumlah koloni kapang dan khamir yang tumbuh dari
cuplikan (sampel uji) yang dinokulasikan pada media yang sesuai setelah inkubasi
selama 3-5 hari pada suhu 20-250C dan dinyatakan dalam koloni/ml (Badan POM
RI, 2006). Prinsip uji AKK adalah pertumbuahan kapang/ khamir setelah cuplikan
diinokulasikan pada media lempeng yang sesuai dan diinkubasikan pada suhu
20-250C. Tujuan uji AKK adalah memberikan jaminan bahwa sediaan simplisia tidak
mengandung cemaran fungi melebihi batas ditetapkan karena berpengaruh pada
stabilitas sediaan dan aflatoksin yang berbahaya bagi kesehatan (DepKes RI,
2000).
Khamir (yeast) merupakan fungi bersel satu (uniseluler), tidak berfilamen,
berbentuk oval atau bulat, berukuran lebih besar dibanding bakteri, tidak
berflagel. Khamir bersifat fakultatif, artinya khamir dapat hidup dalam kedaan
aerob ataupun anaerob. Khamir bereproduksi melalui pertunasan atau pembelahan
sel (Pratiwi, 2008). Salah satu contoh khamir adalah Candida albicans yang
secara alami terdapat dalam tubuh sebagai flora normal selaput mukosa saluran
ditemukan di tanah, air dan kotoran binatang. Candida albicansyang terkonsumsi
manusia akan dihantarkan memalui aliran darah ke seluruh organ tubuh, termasuk
selaput otak. Jamur ini dapat menyebabkan infeksi mulut (sariawan), terutama
pada bayi (Jawetz, 1996).
Kapang merupakan (mold) merupakan fungi yang berfilamen, multiseluler
dan hidup dalam kondisi aerob. Kapang membentuk miselium dan berbagai
bentuk spora. Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang disebut hifa.
Hifa mempunyai dua struktur, yaitu bersepta dan tidak bersepta. Septa ini
menyekat sel sehingga filamen yang panjang ini terlihat sebagai rantai sel (Lay,
1994; Pratiwi, 2008). Contoh toksin yang dihasilkan oleh kapang kelas
Deuteromycetes genus Aspergillus adalah aflatoksin. Aflatoksin ini dapat
mencemari bahan makanan yang nantinya dapat terkonsumsi oleh manusia.
Penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi aflatoksin disebut dengan
aflatoksikosis. Aflatoksin ini juga bersifat karsinogenik pada manusia dan hewan.
Konsumsi aflatoksin dalam dosis tinggi dapat menyebabkan terjadinya
aflatoksikosis akut yang dapat menimbulkan manifestasi hepatotoksisitas atau
pada kasus-kasus berat dapat terjadi kematian. Bila aflatoksikosis ini
berkelanjutan maka muncul sindrom penyakit yang ditandai dengan muntah, nyeri
perut, edema paru, kejang, koma dan kematian akibat edema otak serta
perlemakan hati, ginjal dan jantung (Yenny, 2006).
Salah satu penyebab penyakit infeksi adalah bakteri. Patogenesis infeksi
bakteri mencakup inisiasi dari proses infeksi dan mekanisme yang menyebabkan
bakteri ke dalam tubuh, kemudian menempel atau melekat pada sel inang. Setelah
bakteri menetap pada tempat infeksi pertama, bakteri akan berkembang biak dan
menyebar langsung menuju aliran darah. Kemudian bakteri akan mencapai
jaringan yang cocok bagi perkembangbiakannya. Kemampuan mikroorganisme
untuk meningkatkan patogenisitas sangat bergantung pada faktor virulensi
mikroorganisme yang meliputi daya invasi dan toksigenisitas. Daya invasi
merupakan kemampuan mikroorganisme untuk berpenetrasi ke dalam jaringan
hospes, mengatasi pertahanan tubuh hospes, berkembangbiak, dan menyebar ke
dalam seluruh tubuh hospes. Bakteri menghasilkan dua toksin, yaitu endotoksin
dan eksotosin. Endotoksin ini bersifat stabil pada pemanasan, dapat menimbulkan
reaksi demam serta bersifat kurang toksik, namun dapat menimbulkan kematian
bila terdapat dalam jumlah besar. Eksotosin bersifat tidak stabil terhadap
pemanasan, tidak memberikan reaksi demam, serta bersifat sangat toksik dan
dapat menimbulkan kematian walaupun dalam dosis yang kecil. Banyaknya
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, maka perlu dilakukan uji angka
lempeng total (ALT). Uji ALT dapat digunakan untuk menghitung banyaknya
bakteri yang tumbuh dan berkembang pada sampel, juga sebagai acuan yang dapat
menentukan kualitas dan keamanan simplisia. Simplisia dikatakan berkualitas
apabila tidak ada sama sekali cemaran mikroba yang tumbuh atau apabila ada
maka jumlahnya haruslah berada di batas yang sudah ditentukan oleh KepMenKes
RI No. 661/MenKes/RI/SK/VII/1994, yaitu tidak lebih dari 103 koloni/ml untuk
angka kapang/khamir dan 104koloni/ml untuk angka lempeng total (Depkes RI,
E. Salmonella
Bakteri patogen pada saluran cerna merupakan golongan bakteri yang
dapat menyebabkan penyakit infeksi pada saluran cerna manusia. Jenis bakteri
yang paling sering menyebabkan infeksi pada saluran cerna adalah bakteri-bakteri
famili Enterobacteriaceae, salah satu contohnya adalah Salmonella(Radji, 2010).
Salmonella merupakan bakteri yang berbentuk batang dan bersifat gram negatif,
anaerob fakultatif, motil dengan flagel serta dapat tumbuh optimum pada suhu
37,5ºC dengan pH media 6-8. Salmonella dapat memfermentasi laktosa dan
sukrosa serta mempunyai enzim katalase yang dapat memfermentasi sitrat dan
H2S, namun tidak dapat memfermentasi indol. Salmonella mati pada suhu 56ºC
dan pada keadaan kering. Manusia dan hewan merupakan sumber kontaminasi
Salmonellasecara langsung maupun tidak langsung. HabitatSalmonellaadalah di
tanah, air dan pembuangan kotoran. (Radji,2010).
Infeksi yang disebabkan bakteri Salmonella disebut salmonelosis.
Salmonella dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang
dipersiapkan oleh alat-alat dan tangan yang terkontaminasi. Infeksi Salmonella
terjadi pada saluran pencernaan dan terkadang menyebar lewat peredaran darah ke
seluruh organ tubuh. Bagi manusia, dosis infektif rata-rata untuk menimbulkan
infeksi klinik atau subklinik adalah 105-108bakteri (tetapi mungkin cukup dengan
103 organisme Salmonella typhi). Proses infeksi terjadi ketika mikroorganisme
mesuk ke dalam jaringan dan berkembang biak. Virulensi Salmonelladisebabkan
oleh kemampuan menginvasi sel-sel epitel, mempunyai antigen permukaan yang
menghasilkan beberapa toksin spesifik, kemampuan berkolonisasi pada ileum dan
kolon, serta kemampuan menginvasi lapisan epitel intestin dan berkembang di
dalam sel-sel limfoid (Radji, 2010).
InfeksiSalmonelladapat berupa infeksi yang dapat sembuh sendiri seperti
gastroenteritis, namun juga dapat menjadi masalah serius apabila terjadi
penyebaran sistematik seperti demam enterik (Radji,2010). Gejala klinik yang
sering dialami oleh penderita salmonelosis adalah ganguan pencernaan mulai dari
rasa mual dan muntah, diare, nyeri lambung, sering juga disertai nyeri kepala,
keringat dingin dan pada keadaan yang parah dapat terjadi kekakuan otot serta
kehilangan kesadaran sesaat. Gejala yang tampak terkadang disertai dengan
demam, di mana suhu tubuh mencapai 37,1- 38,50C. Gejala paling serius adalah
dehidrasi yang nantinya dapat menimbulkan kematian apabila tidak segera
diobati, terutama pada anak-anak (Soeharsono, 2002).