Sumber : Seksi KIA Dinas kesehatan Prov. Gorontalo Tahun 2014
2. Angka Kematian Bayi(AKB)
Di Provinsi Gorontalotrend AKB dalam kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami fluktuasi, ditahun 2010 capaian AKB mencapai 12,9/1000 KLH. Angka ini terus mengalami peningkatan hingga tahun 2012 dengan AKB 18,7/1000 KLH. Ditahun 2013 AKB mengalami penurunan hingga 13,3/1000 KLH tetapi mengalami peningkatan ditahun 2014 yakni mencapai 13,9/1000 KLH.
Gambar : 3.4
Trend Angka Kematian Bayi Provinsi Gorontalo Tahun 2010 –2014
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2014
42.93 % 21.72 % 4.04 % 5.56 % 2.02 % 1.52 % 22.22 % BBLR Asfiksia Sepsis
Kelainan Kongenital Ikterus Masalah Laktasi
Lain - Lain 17 18 20.9 15 15.3 0 5 10 15 20 25 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 AKABA
Target Nasional AKB : 23/1000 KLH
Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 25 maupun target RPJMD 2012-2017 (16/1000 KLH), namun hal ini masih menjadi permasalahan dari segi jumlah anak mati yang harus terus diturunkan. Walaupun terjadi penurunan AKB saat ini, namun penurunan kematian cenderung melambat dalam 3 tahun terakhir bahkan di tahun 2014 mengalami kenaikan meskipun tidak signifikan. Dari data yang bersumber dari Kabupaten / Kota angka kematian yang terjadi yakni angka kematian neonatal yang merupakan penyumbang terbesar AKB, kematian neonatal menunjukkan jumlah yang tinggi dibandingkan dengan angka kematian bayi dan balita. ini mengakibatkan proporsi kematian neonatal semakin besar dari tahun ke tahun jika dibandingkan dengan seluruh kematian bayi dan balita.
Berdasarkan hasil sementara SDKI tahun 2012, sebanyak 59,4% kematian bayi dan 47,5% kematian balita terjadi pada usia neonatal. Oleh karena itu, AKN harus diturunkan dengan upaya meningkatkan kesehatan ibu hamil dan menjamin pertolongan persalinan yang aman sesuai dengan tujuan akhir MDGs 5 tentang memperbaiki kesehatan ibu.Dari angka kematian bayi dan balita per 1000 KLH di Provinsi Gorontalo dapat dilihat jumlah kematian bayi dan balita sebagai berikut :
Gambar : 3.5
Jumlah dan Angka Kematian Bayi (AKB)Menurut Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2014
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2014
Gambar diatas menunjukkan jumlah dan angka kematian pada bayi, dimana kematian bayi terbanyak terjadi di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Boalemo masing – masing sebanyak 72 bayi mati. Kematian bayi pada gambar
Jumlah Angka
Kota Gtlo Kab. Gtlo Boalemo Pohuwato Bonbol Gorut 50 72 72 26 36 23 13.1 11.3 28.1 9.6 14.2 11.3 Target RPJMD Tahun 2014 : AKB 16/1000 KLH, Nasional : 23/1000 KLH
Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 26 diatas yakni jumlah kematian neonatal di tambah dengan kematian bayi (usia 0-11 bulan). Tetapi untuk angka kematian lebih tinggi terjadi di Kabupaten Boalemo (28,1/1000 KLH) dibandingkan Kabupaten Gorontalo (11,3/1000 KLH), hal ini dikarenakan perbandingan jumlah kelahiran hidup yang jauh lebih tinggi di Kabupaten Gorontalo.Jumlah kematian bayi terbesar selanjutnya yakni di Kota Gorontalo sejumlah 50 kematian bayi dengan angka kematian 13,1/1000 KLH. Jumlah kematian bayi terendah terjadi di Kabupaten Gorontalo Utara dengan 23 kematian (11,3/1000 KLH) sedangkan dilihat dari angka terendah Kabupaten Pohuwato.
Adapun penyebab kematian Bayi di Provinsi Gorontalo dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar : 3.6
Proporsi Angka Kematian Bayi (AKB)Brdasarkan Penyebab Provinsi Gorontalo Tahun 2014
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2014
Diare dan Pneumonia merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita di Provinsi Gorontalo tahun 2014. Kematian bayi yang disebabkan oleh Diare mencapai 20 bayi dengan persentase 25% dan berikutnya Pneumonia sejumlah 12 bayi dengan persentase 15%, sedangkan jumlah kematian terendah diakibatkan oleh kelainan syaraf 1 bayi dengan persentase 1%.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) berbasis masyarakat merupakan upaya ditingkat pelayanan kesehatan dasar beserta masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi penyakit pada anak. Banyak anak-anak yang tidak dapat menjangkau tenaga kesehatan dapat ditolong oleh
kader-Pneumonia 16% Diare 25% Kelainan Kongenital 9% Kelainan Saraf 1% Infeksi 7% Gizi Buruk 1% Lain - Lain 41%
Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 27 cepat kejadian penyakit yang ada dimasyarakat. Program ini berhasil menjangkau anak balita sakit di wilayah yang sangat sulit. Tanpa dedikasi para kader dan kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan, sebagian besar anak balita di wilayah sulit ini tidak mendapatkan akses ke layanan pengobatan. 2. Angka Kematian Balita (AKABA)
Pada target pencapaian MDGs menurunkan angka kematian anak merupakan Goals ke 4 sekaligus merupakan Goals yang harus dicapai diakhir tahun 2015. Angka kematian anak dalam hal ini adalah Angka Kematian Balita (AKABA) usia 0 – 59 bulan. seperti halnya angka kematian neonatal dan bayi, AKABA ini juga dapat memberikan gambaran status kelangsungan hidup disuatu wilayah. Di Provinsi Gorontalo trend AKABA dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar : 3.7
Trend Angka Kematian Balita (AKABA) Provinsi Gorontalo Tahun 2014
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2014
17 18 20.9 15 15.3 0 5 10 15 20 25 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 AKABA
Target Nasional AKABA : 32/1000 KLH
Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 28 Untuk data jumlah dan AKABA ditahun 2014 dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar : 3.8
Jumlah dan Angka Kematian Balita (AKABA)Menurut Kabupaten / Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2014
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2014
Gambar diatas menunjukkan besaran jumlah dan angka kematian balita di Provinsi Gorontalo. Jumlah balita mati tertinggi di Kabupaten Gorontalo sebesar 81 balita mati dengan angka kematian 12,72/1000 KLH. Kematian tertinggi selanjutnya terjadi di Kabupaten Boalemo sebanyak 75 kematian balita dengan angka 29,27/1000 KLH, jumlah kematian balita terendah berada di Kabupaten Gorontalo Utara yakni 26 balita mati dengan angka kematian 12,74/1000 KLH. Angka kematian balita terendah terjadi di Kabupaen Pohuwato yang hanya mencapai 10,35/1000 KLH.
Adapun penyebab kematian Balita di Provinsi Gorontalo dapat dilihat pada gambar berikut :
Jumlah Angka
Kota Gtlo Kab. Gtlo Boalemo Pohuwato Bonbol Gorut
55 81 75 28 41 26 14.43 12.72 29.27 10.35 16.14 12.74
Target RPJMD Tahun 2014 : AKABA 18,50/1000 KLH, Nasional : 32/1000 KLH
Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 29 Proporsi Angka Kematian Balita (AKABA)Brdasarkan Penyebab
Provinsi Gorontalo Tahun 2014
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2014
Diaremerupakan penyebab utama kematian balita di Provinsi Gorontalo tahun 2014. Kematian balita yang disebabkan oleh Diare mencapai 19% balita berikutnya kemtian balita yang disebabkan oleh DBD dengan persentase 11%, Thypoid 7% dan terendah diakibatkan oleh kelainan saluran cerna 4%bayi.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) berbasis masyarakat merupakan upaya ditingkat pelayanan kesehatan dasar beserta masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi penyakit pada anak. Banyak anak-anak yang tidak dapat menjangkau tenaga kesehatan dapat ditolong oleh kader-kader kesehatan yang berada diwilayah Puskesmas dan melaporkan denga cepat kejadian penyakit yang ada dimasyarakat. Program ini berhasil menjangkau anak balita sakit di wilayah yang sangat sulit. Tanpa dedikasi para kader dan kerjasama yang baik dengan tenaga kesehatan, sebagian besar anak balita di wilayah sulit ini tidak mendapatkan akses ke layanan pengobatan.
- Angka Kematian Ibu (AKI)
Kematian ibu maternal adalah kematian ibu karena kehamilan, melahirkan atau selama nifas. Angka kematian ibu sudah mengalami penurunan dari tahun ke tahun, namun hal ini masih jauh dari target yang sudah ditentukan tahun 2014, meskipun pelayanan kesehatan pada ibu hamil dan bersalin yang meliputi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan kunjungan pertama ibu hamil (K1) dan kunjungan ke empat (K4) cenderung mengalami peningkatan. Penyebab utama kematian ibu yakni akibat menderita penyakit
Diare 19% DBD 11% Thypoid 7% Kel. Saluran Cerna 4% Lain - Lain 59%
Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 30 pada kehamilan dan perdarahan pada saat persalinan. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat antara lain adalah anemia, ibu hamil yang menderita penyakit degeneratif dan kondisi ibu yang masuk dalam kelompok resiko tinggi.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator penilaian derajat kesehatan ibu yang juga masuk menjadi target MDGs Goals nomor 5 yakni, meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan angka kematian ibu hingga 3/4 sampai tahun 2015. Selain itu, target dari MDGs 5 ini mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015(102/100.000 KLH). Angka kematian ibu secara nasional menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus – menerus.
Berdasarkan survei dari SDKI terakhir tahun 2012 AKI di Indonesia sebesar 120 per 100.000 Kelahiran Hidup, angka ini dari tahun ke tahun mengalami penurunan namun masih jauh dari target yang harus dicapai. Jumlah kematian ibu di Provinsi Gorontalo tahun 2014 mencapai 39 ibu mati, jumlah ini menurun dibandingkan dengan kematian ibu di tahun 2013 yakni mencapai 52 ibumati. Untuk Provinsi Gorontalo belum dapat menghitung Angka Kematian Ibu dikarenakan jumlah kelahiran belum mencapai 100.000 kelahiran hidup,tetapi guna mengukur capaian kinerja bidang kesehatan ditingkat daerah berdasarkan Rencana Pemerintah Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo melalui komitmen antara Kepala Daerah dalam hal ini Gubernur, Wakil Gubernur dan Satuan Kerja Dinas Kesehatan maka untuk melihat keberhasilan program kesehatan ibu dihitung dengan menggunakan jumlah dan angka kematian ibu.
Indikator AKI sangat dibutuhkan daerah sebagai tolok ukur dalam perencanaan dan evaluasi bidang kesehatan selanjutnya, sehingga setiap tahunnya tetap menghitung capaian kinerja membandingkan jumlah kematian dengan kelahiran hidup dalam konstanta 100.000 KLH. Tahun 2014dari jumlah Kematian ibu sebanyak 39 ibu matitertinggi terjadi pada kelompok umur 20 – 34 tahun sebanyak 32 kematian ibu. Angka ini menurun dibandingkan dengan tahun 2013 yakni 52 ibu mati. Jumlah kematian ibu per Kabupaten / Kota selengkapnya digambarkan melalui grafik berikut :
Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 31 Jumlah Kematian Ibu Berdasarkan Umur Kabupaten / Kota
Provinsi Gorontalo Tahun 2014
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2014
Gambar diatas menunjukkan jumlah kematian ibu berdasarkan golongan umur dimana pada golongan umur <20 tahun jumlah kematian 1ibu yang terjadi di Kabupaten Gorontalo. Kematian ibu pada golongan umur 20 – 34 tahun terjadi 32 kematian ibu tertinggi di Kabupaten Gorontalo sebanyak 11 ibu mati dan terendah di Kabupaten pohuwato dan Gorut masing – masing 3 ibu mati. Pada kelompok umur >35 tahun terjadi 6 kematian ibu yang tertinggi terjadi di Kabupaten Gorontalo 3 kematian ibu, di Kabupaten Pohuwato 2 kematian dan Kota Gorontalo 1 kematian ibu.Kematian ibu tertinggi terjadi pada kelompok umur 20 – 34 tahun, hal ini dikarenakan antara lainusia tersebut merupakan usia produktif seorang wanita, sehingga kehamilan diusia ini lebih banyak di bandingkan dengan usia lainnya yang secara tidak langsung juga menyebabkan resiko kematian terbanyak ada pada range umur ini.
Jumlah penduduk dengan usia kehamilan tertinggi 20 – 34 tahunjuga dibuktikan dengan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013di daerah perkotaan maupun pedesaan tertinggi kehamilan pada usia prodiktif yakni 20 – 34 tahun. Sehingga pada rentan umur tersebut terdapat banyak kejadian kematian diakibatkan banyaknya kehamilan diusia tersebut.
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Kota Gtlo Kab. Gtlo Boalemo Pohuwato Bonbol Gorut
0 1 0 0 0 0 7 11 4 3 4 3 1 3 0 2 0 0 <20 Thn 20 - 34 Thn >35 Thn Target Nasional : 102/100.000 KLH, Target RPJMD 2014 : 159,1/100.000 KLH
Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 32
Gambar : 3.11
Proporsi penduduk yang sedang hamil berdasarkan laporan rumah tangga Menurut kelompok umur dan tempat tinggal, Indonesia 2013
Sumber : Riskesdas Tahun 2013
Sedangkan trend kematian ibu di Provinsi Gorontalo dari kurun waktu tahun 2010 hingga 2014 mengalami fluktuasi yakni sebanyak 40 ibu mati di tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2011 meningkat sebanyak 49 ibu mati hingga tahun 2013 meningkat lagi menjadi 52 ibu mati. Di tahun 2014 angka ini mengalami penurunan yakni sebanyak 39 kematian ibu (194,7/100.000 KLH). Data selengkapnnya dapat dilihat melalui gambar berikut :
Gambar : 3.12
Trend Jumlah dan Angka Kematian Ibu kurun waktu 5 (Lima) tahun Provinsi Gorontalo Tahun 2010–2014
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2010 – 2014
Trend angka kematian ibu di Provinsi Gorontalo yang mengalami fluktuatif selama kurun waktu 5 tahun ini menggambarkan bahwa masalah
177 249.7 243.3 251.7 194.7 40 49 48 52 39 10 60 110 160 210 2010 2011 2012 2013 2014 Angka Jlh Target RPJMD AKI 2014 : 159,1/100.000 KLH
Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 33 baik. Masalah utama penyebab kematian ibu berdasarkan laporan dari penyebab kematian ibu Kabupaten / Kota adalah masih tingginya persentase perdarahan yang terjadi di tahun 2014 sebanyak 10 kejadian dengan persentase 25,6%. Hal ini disebabkan terlambatnya penanganan kegawatdaruratan obstetri sebagai akibat dari keterlambatan sarana pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dengan resiko tinggi.Selain itu juga terdapat faktor tenaga kesehatan yakni bidan yang belum melakukan penanganan kegawatdaruratan obstetri secara optimal. Sesuai data kesehatan ibu Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2013, dari 779 bidan yang berada di Provinsi Gorontalo (baik bidan PNS dan bidan PTT) hanya 232 bidan yang telah dilatih Asuhan Persalinan Normal (APN). Pelatihan APN bertujuan agar terlaksananya persalinan normal dengan baik dan benar, selain itu penyebab lainnya adalah kepesertaan KB berkualitas yang masih kurang.Berikut data jumlah dan persentase kematian ibu berdasarkan penyebab kematian :
Gambar : 3.13
Jumlah dan Persentase Kematian Ibu Berdasarkan Penyebab Kematian Provinsi Gorontalo Tahun 2014
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten / Kota Tahun 2014
Penyebab lain Kematian Ibu dipengaruhi pula karena rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil yang merupakan penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Permasalahan yang terjadi ini tentunya menjadi tanggungjawab seluruh lapisan, lingkungan kesehatan, lintas sektor dan
10 (25.6 %)
8 (20.5 %) 4 (10.3 %)
17 (43.6 %)