• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN

B. Anilisa Faktor perkawinan di Bawah Umur

Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya perkawinan di bawah umur seperti yang telah dibahas sebelumnya antara lain:

1. Hamil di Luar Nikah

Pelaksanaan perkawinan di bawah umur yang terjadi di Kecamatan Gemuh disebabkan faktor hamil di luar nikah, menurut penulis ada beberapa faktor penyebab anak hamil di luar nikah di antaranya

a. Faktor Orang Tua

Ketidak pedulian orang tua terhadap setiap aktivitas anaknya karena kesibukan dengan urusan pekerjaannya masing-masing ini mengakibatkan anaknya bebas melakukan apapun yang dia inginkan karena tidak ada peraturan, bimbingan bahkan perhatian yang diberikan orangtua kepada anaknya. Inilah yang menjadi permasalahan orang tua di Kabupaten Kendal khususnya di Kecamatan Gemuh, dari hasil wawancara dengan beberapa responden, bahwa masyarakata Kendal banyak yang bekerja di luar negeri atau biasa disebut TKW.

48 Abdul Yatin (Orang Tua Pelaku Pernikahan di Bawah Umur). Diwawancarai oleh

Mereka yang menjadi TKW kebanyakan dari mereka sudah menikah dan mempunyai anak terlebih dahulu, kemudian melamar kerja menjadi TKW, dan anaknya yang masih membutuhkan perhatian, bimbingan dari orang tuanya, dititipakn ke orang tuanya alias nenek dan kakek dari anak yang dititipkan, dari sinilah permasalahan itu muncul sehingga anak yang dititipkan merasa bebas dan tidak ada kontrol dari orang tuanya, akibatnya semua remaja akan bergerak bebas dalam bertindak

Maka dari itu menurut penulis peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mengurangi terjadinya pernikahan di bawah umur karena hamil sebelum menikah. Orang tua tidak sepatutnya membiarkan pergaulan bebas terhadap anaknya. Kebanyakan orang tua saat ini sudah meyakini bahwa pergaulan anaknya sudah sesuai dengan yang diinginkan. Seharusnya sebagai orang tua harus selalu mengoreksi perilaku anaknya agar karakter anak bisa diketahui sesuai dengan yang diinginkan orang tua.

b. Faktor Seks Pranikah (Zina)

Remaja memang sangat rentan terhadap pergaulan bebas, keadaan ini sangat memprihatinkan. Seperti diketahui bahwa masa remaja merupakan masa untuk mencari jati diri. Remaja selalu ingin mencoba berbagai hal, yang kadang kala hal tersebut malah menjerumuskan mereka pada hal-hal yang negatif. Sehingga banyak masalah akan muncul. Tidak hanya menyangkut dirinya, orang tua pun akan ikut terlibat. Saat ini, remaja terkesan berlebihan sehingga tidak dapat mengendalikan diri dan hawa nafsu. Banyak yang diremehkan demi terlaksananya semua keinginannya. Bagi sebagian remaja, seks pranikah dianggap wajar sesuai dengan perubahan zaman. Dari hasil wawancara di Pengadilan Agama Kendal, dari 460 orang yang mengajukan permohonan dispensasi kawin ada sekitar 181 orang yang mengajukan permohonan dispensasi kawin karena faktor

47

hamil, melahirkan anak dan telah melakukan hubungan suami istri (seks pranikah), selebihnya karena kehawitaran orang tua terhadap anaknya.

Dari hasil wawancara dengan pelaku nikah di bawah umur karena hamil sebelum menikah mereka melakukan hubungan suami istri (seks pranikah) atas dasar suka sama suka, tidak ada paksaan sama sekali dari salah satu pihak. Parahnya, mereka yang melakukan hubungan seks pranikah tidak merasa menyesal karena telah melakukan hubungan seks pranikah.

Menurut penulis perbuatan tersebut dilakukan mereka karena ada pengaruh dari media internet dan kurangnya pengawasan dari orang tua anak tersebut, sehingga anak tersebut bebas menggunakan media internet sesuka hati seperti mengakses situ-situs dewasa, atas dasar ini sehingga mereka yang telah terpengaruh oleh situs-situs dewasa melakukan hubungan suami istri karena rasa keingintahuan yang tinggi untuk merasakan bagaimana jika mereka melakukannya sendiri.

c. Faktor Kurangnya Ilmu Agama

Kurangnya ilmu agama juga menjadi faktor anak melakukan hal-hal yang dilarang oleh Agama salah satunya melakukan hubungan suami istri sebelum menikah. Akibat dari kurangnya pengetahuan mengenai ilmu keagamaan membuat anak yang ingin melakukan perbuatan tersebut tidak berpikir panjang, karena yang mereka tahu hanyalah kesenangan yang akan mereka dapatkan dari perbuatan tersebut, mereka tidak memperdulikan akibat dari perbuatan yang mereka lakukan

d. Faktor Lingkungan

Di zaman sekarang ini pengaruh lingkungan terhadap perkembangan remaja sangat kuat, apalagi jika lingkungan itu kurang baik, pasti banyak remaja yang salah pergaulan. Begitu rentannya pergaulan sekarang, membuat para orang tua khawatir terhadap pergaulan anak mereka,

terlebih pada anak yang sedang beranjak dewasa. Pada kenyataannya lingkungan Gemuh merupakan lingkungan yang rawan terjadinya kehamilan di luar nikah, karena kebebasan bergaul di wilayah ini sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan.

Dari penuturan orang tua yang menikahkan anaknya yang masih di bawah umur, beliau mengatakan bahwa remaja zaman sekarang sangat bebas pergaulannya, ditambah dengan kemajuan teknologi yang semakin cangggih, apa saja bisa dilakukannya tanpa diketahui oleh orang tuanya sehingga membuatnya khawatir terhadap anaknya, maka tidak jarang ditemukan anak yang hamil di luar nikah bahkan ada yang menikah setelah anaknya lahir.

Faktor lingkungan sangat merangsang munculnya penyimpangan seksual (zina). Salahnya pergaulan (pergaulan bebas) dan acara-acara di televisi, tabloid, majalah, internet dan mediamedia lainnya yang dapat merangsang untuk mencoba dan menyalurkannya pada hal-hal yang haram. Kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang ditemukan pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja, sehingga penyimpangan seksual dikalangan remaja yang belum menikah kian meningkat dan semakin memprihatinkan, khususnya di wilayah KUA kecamatan Gemuh.

2. Pengaruh Rendahnya Pendidikan

Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, batasan usia menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Pada masa remaja terjadi perubahan fisik secara cepat, yang tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental

49

emosional). Perubahan yang cukup besar ini dapat membingungkan remaja yang mengalaminya. Remaja memerlukan pengertian, bimbingan dan dukungan lingkungan sekitarnya, agar tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat baik jasmani maupun mental. Beberapa hal yang harus menjadi perhatian utama bagi remaja dalam kaitan dengan kesehatan reproduksi adalah penundaan usia menikah, informasi seks yang aman, remaja yang menjual dirinya untuk kebutuhan hidup atau kesenangan semata, serta perkawinan pada usia muda49

Dalam pandangan masyarakat, Khususnya masyarakat kecamatan Gemuh, mereka tidak mempertimbangkan besarnya dampak dari pernikahan dini. Dari hasil wawancara ke beberapa orang tua yang menikahkan anaknya di bawah umur, mereka beranggapan bahwa pernikahan dini pada wanita lebih kepada menjaga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kehamilan di luar nikah, atas kekhawatiran ini lah yang menyebabkan orang tua menikahkan anaknya yang masih di bawah umur.

Menurut penulis hal ini disebabkan oleh rendahnya pendidikan orang tua anak tersebut, karena hampir rata-rata orang tua yang menikahkan anaknya yang masih di bawah umur, pendidikan terakhirnya adalah SD, sehingga mereka minim atau bahkan tidak mengetahui sama sekali terkait informasi mengenai dampak dari pernikahan di bawah umur terhadap kesehatan anak, keharmonisan rumah tangga anak dan lain sebagainya.

Dalam Undang-undang Perkawinan disebutkan bahwa orang tua atau keluarga yang bersangkutan berkewajiban dan bertanggungjawab mencegah terjadinya perkawinan pada anak yang masih di bawah umur

49 Umi Syafangah, Hubungan Tingkat Pendidikan Danpekerjaan Dengan Pernikahan

Dinipada Remaja Putri Di Kecamatangampingkabupaten Sleman Tahun, Naskah Publikasi Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma Iv (Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta Tahun 2017), 2

seperti yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya terkait syarat-syarat perkawinan salah satunya adalah masing-masing pasangan yang ingin menikah minimal harus berusia 19 tahun.

Undang-Undang Perkawinan mengatur pencegahan perkawinan itu dalam pasal 13 sampai dengan 21 yang secara esensial tidak menyalahi ketentuan fiqih, pada pasal 13 disebutkan perkawinan dapat dicegah, apabila ada pihak yang tidak memenuhi syarat-syarat untuk melangungkan perkawinan, di pasal 14 dijelaskan bahwa yang dapat mencegah perkawinan ialah para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah, saudara, wali nikah, wali, pengampu dari salah seorang calon mempelai dan pihak-pihak yang berkepentingan.50

Oleh karena itu peran orang tua sangat penting karena dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 26 ayat 1 yaitu orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk: mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya dan mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.51

3. Media Internet

Faktor media adalah salah satu faktor yang berpengaruh cukup besar, sebut saja internet. Dalam dunia internet para remaja rentan menemukan hal-hal yang berbau negatife. Dalam internet informasi yang benar-benar dapat langsung diterima tetapi harus melalui proses selektif. Selain itu berbagai macam tayangan televisi saat ini, khususnya tentang drama, sinetron dan kisah-kisah percintaan ala remaja lainnya, yang tanpa sadar membuat para remaja terpengaruh oleh tayangan tersebut. Gencarnya

50 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana

Prenadamedia, 2006), 153. Lihat juga Idris Ramulyo, Tinjauan beberapa Pasal Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Dari Segi Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Ind-Hill-Co, 1990), 143

51

expose seks di media massa menyebabkan remaja saat ini kian permisif terhadap seks karena pengaruh dari media

Zaman sekarang ilmu teknologi semakin maju, dengan majunya teknologi dibarengi dengan pemanfaatan orang-orang yang tidak bertanggung jawab diantaranya adalah internet, televisi, VCD, dan majalah. Pada kenyataannya di wilayah KUA Kecamatan Gemuh, banyak remaja yang kebanyakan masih berstatus pelajar, menggunakan media internet untuk mencari informasi, tetapi mereka menyalah gunakan media tersebut dengan melihat situs-situs porno yang dengan mudah di akses oleh para pelajar melalui internet, tidak hanya melalui internet saja mereka melihat adegan porno, melainkan melalui VCD juga. Hal ini juga berpengaruh terhadap meningkatnya kehamilan di luar nikah di wilayah Kendal.

Dari hasil wawancara dengan beberapa responden yang menikah di bawah umur, hampir semuanya bebas menggunakan media internet seperti mengakses Facebook, youtube bahkan situs-situs dewasa dan lain-lain tanpa pengawasan dari orang tua. Menurut penulis media internet juga menjadi salah satu pemicu terjadinya pernikahan di bawah umur di Kecamatan Gemuh

4. Tidak Mengetahui Undang-Undang Perkawinan

Tidak mengatahui Undang-undang Perkawinan Nomor 16 Tahun 2019 juga menjadi pemicu terjadinya pernikahan di bawah umur, hal ini tidak terlepas dari hasil wawancara dengan salah satu responden di Kecamatan Gemuh, ia mengaku menikah di umur 18 tahun karena ketidatahuannya terhadap Undang-undang Perkawinan Nomor 16 Tahun 2019, yang mengaharuskan perempuan menikah minimal berusia 19 tahun sama seperti usia laki-laki

Sehingga ia terpaksa menikah secara agama karena menurut peraturan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 harus berusia 19 tahun, si responden mengatakan kalau saja dari awal saya mengetahui undang-undang tersebut maka saya akan mengikutinya berhubung pada waktu itu surat undangan sudah disebar mau tidak mau saya harus menikah meskipun secara agama atau sah menurut Agama.

Dari semua responden yang diwawancarai tidak satu pun dari mereka yang mengetahui Undang-undang tersebut baik itu yang masih remaja ataupun orang tuannya, menurut penulis ini dikarenakan kurangnya sosialisasi mengenai Undang-undang Perkawinan Nomor 16 Tahun 2019 dari pihak terkait, sehingga masyarakat kecamatan Gemuh dengan mudahnya mengizinkan anaknya untuk menikah di usia muda (bawah umur).

Dokumen terkait