• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil

2.3.1 Pola Konsumsi

2.3.1.1 Anjuran Makan Ibu Hamil

Konsumsi makanan yang adekuat untuk ibu hamil adalah yang jika dikonsumsi tiap harinya dapat memenuhi kebutuhan zat-zat gizi dalam kualitas maupun kuantitasnya serta mendukung kondisi fisiologis yang sedang dialami ibu hamil. Kualitas makanan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh dalam susunan makanan dan perbandingan yang satu terhadap lainnya. Kuantitas menunjukkan kuantum masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh (Sediaoetama, 1993 dalam Marlenywati 2010).

Kehamilan merupakan masa kehidupan yang penting. Pada masa ini ibu harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menyambut kelahiran bayinya. Ibu sehat akan melahirkan bayi yang sehat. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan ibu

adalah keadaan gizi ibu. Selama kehamilan ibu perlu memperhatikan makanan sehari-hari agar terpenuhi zat gizi yang dibutuhkan selama kehamilan (Pudjiadji, 2000).

Menurut Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI (2000), kebutuhan gizi ibu hamil dapat terpenuhi apabila ibu mengkonsumsi makanan yang beranekaragam, dengan mengkonsumsi makanan yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh zat gizi dari makanan lainnya. Makanan yang beranekaragam memberikan manfaat yang besar terhadap kesehatan ibu hamil, karena makin beragam yang dikonsumsi, makin baik mutu makanannya. Makanan aneka ragam adalah hidangan dengan menu yang bervariasi paling sedikit terdiri dari:

a) Satu jenis makanan pokok, misalnya nasi, jagung, roti, ubi, kentang, sagu, dsb yang merupakan sumber zat tenaga.

b) Satu jenis lauk pauk, misalnya tempe, tahu, telur, ikan, daging, dsb yang merupakan zat pembangun

c) Satu jenis sayuran dan buah-buahan yang merupakan sumber zat pengatur.

Pola makanan yang baik bagi ibu hamil harus memenuhi sumber karbohidrat, protein dan lemak serta vitamin dan mineral. Apabila kebutuhan kalori, protein, vitamin, dan mineral yang meningkat ini tidak dapat dipenuhi melalui konsumsi makanan oleh

ibu hamil, akan terjadi kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat berakibat:

a. Berat badan bayi pada waktu lahir rendah atau sering disebut Berat Badan Bayi Rendah (BBLR)

b. Kelahiran prematur (lahir belum cukup umur kehamilan)

c. Lahir dengan berbagai kesulitan, dan lahir mati (Notoatmodjo, 2003).

Ibu hamil yang kekurangan gizi berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Oleh karena itu, ibu hamil harus memahami dan mempraktikkan pola hidup sehat bergizi seimbang sebagai salah satu upaya untuk menjaga keadaan gizi ibu dan janinnya tetap sehat (Kurniasih, dkk, 2010).

Hidangan bagi ibu hamil sebaiknya memperhatikan prinssip menu seimbang, yaitu mengandung semua unsure zat gizi, yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan air. Bahkan makanan yang dipilih juga harus cukup mengandung serat, yaitu yang bersumber dari sayur dan buah. Jenis bahan makanan yang digunakan sebaiknya bersumber dari bahan makanan segar, hindari bahan makanan hasil awetan (Sulistyoningsih, 2011). Anjuran pembagian makanan sehari ibu hamil dapat disederhanakan dalam bentuk bahan makanan dengan memakai ukuran rumah tangga (URT) sebagai berikut:

Tabel 2.1

Anjuran Makan Ibu Hamil Bahan Makanan

atau Penukarny*

Anjuran Makan Ibu Hamil Trimester I Trimester II & III

Nasi 5 porsi 5 porsi

Sayur 4 porsi 3 porsi

Buah 3 porsi 5 porsi

Tempe 3 porsi 3 porsi

Daging 3 porsi 4 porsi

Minyak 4 porsi 4 porsi

Susu 1 porsi 1 porsi

Sumber: Anjuran Pembagian Makanan Sehari Ibu Hamil dalam Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang, 2010.

*Keterangan:

1. Nasi 1 porsi = ¾ gls = 100 gram 2. Sayur 1 porsi = 1 gls = 100 gram 3. Buah 1 porsi = 1-2 bh = 50-190 gram 4. Tempe 1 porsi = 2 ptg sdg = 50 gram 5. Daging 1 porsi = 1 ptg sdg = 35 gram 6. Minyak 1 porsi = 1 sdt = 5 gram 7. Susu bubuk 1 porsi = 4sdm

Dengan mengkonsumsi makanan tersebut diperhitungan bahwa kebutuhan gizi ibu hamil dapat tercukupi.

Menurut Almatsier (2001), dalam PUGS susunan makanan yang dianjurkan adalah menjamin keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi beranekaragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya. Pengelompokan bahan makanan disederhanakan, yaitu didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu sebagai berikut:

1. Sumber zat energi/tenaga: padi-padian, tepung-tepungan, umbi- umbian, sagu.

2. Sumber zat pengatur: sayuran dan buah-buahan.

3. Sumber zat pembangun: ikan, ayam telur, daging, susu, kacang- kacangan dan hasil olahannya, seperti tempe, tahu dan oncom.

Untuk mencapai prinsip gizi seimbang hendaknya susunan makanan sehari terdiri dari campuran ketiga kelompok bahan makanan tersebut yang terdiri dari:

1. Bahan Makanan Pokok

Dalam susunan hidangan Indonesia sehari-hari, bahan makanan pokok merupakan bahan makanan yang memegang peranan penting. Pada umumnya porsi makanan pokok dalam jumlah (kuantitas/volume) terlihat lebih banyak dari bahan makanan lainnya (Santoso, dkk, 2004). Porsi nasi dalam prinsip gizi seimbang untuk ibu hamil adalah 5 porsi untuk semua trimester.

Dari sudut ilmu gizi, bahan makanan pokok merupakan sumber energi dan mengandung banyak karbohidrat (Santoso, dkk, 2004). Karbohidrat dikenal sebagai zat gizi makro sumber bahan bakar (energi) utama bagi tubuh. Karena sebagian besar energi berasal dari karbohidrat, maka makanan sumber karbohidrat digolongkan sebagai makanan pokok (Kurniasih, dkk, 2010).

Kebutuhan akan energi pada trimester 1 meningkat secara minimal. Setelah itu, sepanjang trimester 2 dan 3, kebutuhan akan terus membesar sampai pada akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester 2 diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu, yaitu penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan lemak. Sepanjang trimester 3, energi tambahan dipergunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Pertambahan energi disebabkan oleh peningkatan laju metabolisme basal. Selain itu, tambahan energi juga diperlukan untuk menjaga ketersediaan cadangan protein. Pertambahan energi ini terutama diperlukan pada 20 minggu terakhir dari masa kehamilan, yaitu ketika pertumbuhan janin berlangsung sangat pesat.

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 2004 menganjurkan tambahan energi sebesar 180 kkal untuk trimester I, 300 kkal untuk trimester II dan III (Arisman, 2004 ). Intake energi yang cukup yaitu penambahan 55.000 kkal selama 9 bulan kehamilan (Irawati, 2006) diperlukan untuk:

2. Ibu (peningkatan basal metabolisme, simpanan lemak, pertumbuhan uterus dan payudara, volume darah bertambah dan perubahan aktivitas).

Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi. Menurut Glade B. Curtis mengatakan bahwa tidak ada satu rekomendasi yang mengatur berapa sebenarnya kebutuhan ideal karbohidrat bagi ibu hamil. Namun, beberapa ahli gizi sepakat sekitar 60% dari seluruh kalori yang dibutuhkan tubuh adalah karbohidrat. Jadi, ibu hamil membutuhkan karbohidrat sekitar 1.500 kalori (Kristiyanasari, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Syahnimar (2004), menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara frekuensi makan makanan pokok dengan risiko KEK, selain itu wanita yang mempunyai frekuensi makan makanan pokok yang kurang dapat berpeluang untuk mengalami risiko KEK sebanyak 3,2 kali dibanding dengan wanita dengan frekuensi makan makanan pokok cukup.

Energi dalam tubuh manusia dapat timbul dikarenakan adanya pembakaran karbohidrat, protein dan lemak, dengan demikian agar selalu tercukupi energinya diperlukan pemasukan zat-zat makanan yang cukup ke dalam tubuhnya. Menurut Suhardjo (1988) dalam prinsip- prinsip ilmu gizi, seseorang tidak dapat bekerja dengan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari makanan kecuali jika menggunakan cadangan energi dalam tubuh, namun apabila kebiasaan menggunakan cadangan ini terus menerus, maka akan dapat

mengakibatkan keadaan kurang gizi khususnya energi (Kartasapoetra, dkk, 2003).

Asupan energi pada trimester 1 diperlukan untuk menyalurkan makanan dan pembentukan hormon, sedangkan pada janin diperlukan untuk pembentukan organ (Sadler, 2000). Asupan energi pada trimester 2 diperlukan untuk pertumbuhan kepala, badan, dan tulang janin. Trimester 3 juga terjadi pertumbuhan janin dan plasenta serta cairan amnion akan berlangsung cepat selama trimester 3 (Sulistyoningsih, 2011).

Ketika jumlah makanan yang dikonsumsi tidak cukup atau tidak adekuat. Hal ini menyebabkan penurunan volume darah, sehingga aliran darah ke plasenta menurun, maka ukuran plasenta berkurang dan transfer nutrient juga berkurang yang mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat dan bayi yang dilahirkan akan BBLR. Hal ini terjadi karena pentingnya peran plasenta yaitu sebagai alat transport, menyeleksi zat-zat makanan sebelum mencapai janin, efisiensi plasenta dalam mengkonsentrasikan, mensintesis, dan transport zat gizi menentukan suplai ke janin.

2. Bahan Makanan Lauk Pauk

Kadar zat makanan (gizi) pada setiap bahan makanan memang tidak sama, ada yang rendah dan ada pula yang tinggi, karena itu setiap bahan makanan akan saling melengkapi zat makanan/gizinya yang

selalu dibutuhkan tubuh manusia guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik serta energi yang cukup guna melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Zat makanan (gizi) yang diperlukan tubuh manusia ada yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau biasa disebut dengan lauk nabati dan ada pula yang berasal dari hewan yaitu lauk hewani (Kartasapoetra, dkk, 2003).

Lauk sebaiknya terdiri dari atas campuran lauk hewani dan nabati. Lauk hewani, seperti daging, ayam, ikan, udang dan telur mengandung protein dengan nilai biologi lebih tinggi daripada lauk nabati. Kacang-kacangan dalam bentuk kering atau hasil olahannya, walaupun mengandung protein dengan nilai biologi sedikit lebih rendah daripada lauk hewani karena mengandung lebih sedikit asam amino esensial metionin, merupakan sumber protein yang baik. Pengolahan kacang-kacangan menjadi tempe, tahu, susu kedelai, dan oncom tidak saja meningkatkan cita rasa tetapi juga meningkatkan kecernaan dan ketersediaan zat-zat gizi bagi tubuh (Almatsier, 2001).

Dalam pola makan bergizi seimbang porsi lauk-pauk sumber protein hewani ibu hamil harus lebih besar daripada ibu tidak hamil. Bila kebutuhan energy ibu hamil 2.000 kkal per hari, maka kebutuhan proteinnya 50 gram ditambah 17 gram protein, yang setara dengan 1 porsi daging (35 gram) dan 1 porsi tempe (50 gram). Adapun makanan kaya protein nabati adalah kacang-kacangan dan hasil olahnya, terutama tempe, tahu susu kedelai (Kurniasih, dkk, 2010).

WHO menganjurkan tambahan protein sebanyak 0,75 g/kg berat badan bagi wanita (Pudjiadi, 2000). Sedangkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 2004 menganjurkan tambahan protein sebesar 17 gram, baik untuk trimester I, II maupun III (Arisman, 2004). Konsumsi protein kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya:

1. Defisiensi protein selama pertumbuhan fetus 2. Pengurangan transfer protein ke fetus

3. Penurunan jumlah sel dalam jaringan ketika lahir 4. Efek serius pada otak (Irawati, A, 2006).

Hasil penelitian yang dilakukan Saraswati (2006) terhadap ibu hamil di Sukabumi menunjukkan bahwa pola konsumsi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap ibu hamil KEK. Pola konsumsi lauk hewani pada ibu hamil yaitu sebesar 27,60% ibu hamil tidak pernah mengkonsumsi daging dan diatas 65% ibu hamil tidak pernah mengkonsumsi hati, terlihat bahwa mereka mengkonsumsi makanan yang kurang dari aspek kuantitas dan kualitas. Menurut Penelitian Azma (2002) di Sukabumi, proporsi ibu dengan pola konsumsi lauk nabati tidak sesuai mengalami risiko 30,4% dan 9,4% ibu hamil dengan pola konsumsi lauk nabati sesuai. Ibu hamil dengan pola konsumsi lauk nabati tidak sesuai mempunyai risiko untuk KEK sebesar 4,225 kali dibanding dengan ibu hamil dengan pola konsumsi lauk nabati sesuai.

Dalam buku ilmu gizi, protein selain akan digunakan bagi pembangun struktur tubuh (pembentukan berbagai jaringan) juga akan disimpan untuk digunakan dalam keadaan darurat, sehingga pertumbuhan terus berlangsung, akan tetapi apabila dalam keadaan terus-menerus menerima makanan yang tidak seimbang, dengan sendirinya akan terjadi pertumbuhan yang kurang baik, daya tahan tubuh menurun, rentan terhadap penyakit, dll. Proses-proses yang berlangsung di dalam tubuh dikendalikan oleh tersedianya protein di dalam tubuh. Proses pencernaan misalnya hanya akan berlangsung secara teratur dengan dukungan hormon yang mencukupinya, sedangkan hormon itu terdiri dari protein.

Untuk memenuhi kebutuhan metabolisme dan kecepatan sintesis protein, maka pangan yang dikonsumsi harus mengandung asam amino dalam jumlah dan kualitas yang cukup. Asam amino arginin dan taurin secara fungsional penting dalam perkembangan janin dan bayi. Protein yang akan dihidrolisis menjadi asam amino, diabsorpsi dan diangkut melalui sistem portae ke hati. Asam amino masuk sirkulasi sistemik dan didistribusikan ke seluruh tubuh. Hati merupakan tempat sintesis protein dari asam amino. Karena adanya penggunaan kembali asam amino maka sintesis dan degradasi protein akan terjadi setiap hari terhadap protein yang dikonsumsi. Pada saat hamil terjadi metabolisme asam amino yang cukup tinggi. Peningkatan volume darah dan

pertumbuhan jaringan ibu membutuhkan sejumlah protein (Aritonang, 2010).

Protein yang tidak memenuhi kebutuhan secara nyata akan menurunkan pertumbuhan janin yaitu penurunan berat badan ibu, penurunan jumlah sel, dan berbagai perubahan biokimia. Janin menerima asam amino dari ibu melalui plasenta dengan sistem transport tidak aktif (difasillitasi). Konsentrasi asam amino pada janin lebih tinggi daripada ibu. Plasenta sangat aktif dalam metabolisme yang berperan penting dalam metabolisme nitrogen. (Aritonang, 2010).

Hampir 70% protein digunakan untuk pertumbuhan janin yang dikandung. Pertumbuhan dimulai dari pertumbuhan sebesar sel sampai tubuh janin mencapai kurang lebih 3.5 kg, protein juga digunakan untuk pembentukan plasenta. Bila asupan protein tidak mencukupi maka plasenta menjadi kurang sempurna padahal plasenta berfungsi untuk menunjang, memelihara, dan menyalurkan makanan bagi janin. Protein juga diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak dan myelin selama masa janin dan berkaitan erat dengan kecerdasan. Selain untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, protein juga dibutuhkan untuk persiapan persalinan. Sebanyak 300-500 ml darah diperkirakan akan hilang pada persalinan sehingga cadangan darah diperlukan pada periode tersebut dan hal ini tidak terlepas dari peran plasenta (Sulistyoningsih, 2011).

3. Bahan Makanan Sayuran

Vitamin dan mineral terutama banyak terdapat dalam sayur dan buah, khususnya yang berwarna kuning dan hijau gelap. Vitamin dan mineral adalah zat gizi makro yang memperlancar proses pembuatan energi dan proses biologis lainnya yang diperlukan untuk mempertahankan kesehatan. Oleh sebab itu didalam tumpeng gizi seimbang, sayuran dan buah dianjurkan dikonsumsi sesering mungkin setiap hari (Kurniasih, dkk, 2010).

Sayur dan buah merupakan sumber vitamin dan mineral yang diperlukan untuk mengatur metabolisme di dalam tubuh. Vitamin B1 yang terdapat dalam buah dan sayuran berfungsi sebagai enzim yang penting untuk menghasilkan energi dan metabolime karbohidrat serta membantu fungsi normal syaraf, otot dan jantung serta vitamin B6 berperan dalam pembentukan protein tubuh (Almatsier, 2001). Menurut Kartasapoetra, dkk, (2003), vitamin B6 diperlukan pada proses metabolisme protein, apabila terjadi defisensi vitamin ini, maka akan terjadi ketidaknormalan pada metabolisme protein sehingga tidak dapat mengubah asam amino menjadi niasin. Vitamin B6 ini banyak terkandung pada sayur mayur.

Pada penelitian Azma (2002) di Sukabumi, terlihat prevalensi ibu hamil yang menderita risiko KEK lebih banyak dijumpai pada ibu hamil dengan frekuensi konsumsi sayur <3 kali sehari (29,6%) dan 22,4% ibu hamil yang frekuensi konsumsi sayur ≥3 kali sehari. Ibu

hamil yang frekuensi konsumsi sayur <3 kali sehari mempunyai risiko untuk KEK sebesar 1,456 kali disbanding dengan frekuensi konsumsi sayur ≥3 kali sehari. Sedangkan pada penelitian Yuliani (2002) di Bogor, sebagian besar pola konsumsi sayuran pada ibu hamil tidak sesuai dengan anjuran makan ibu hamil yaitu sebesar 81,6%.

4. Bahan Makanan Buah-buahan

Buah berwarna kuning seperti mangga, papaya dan pisang raja kaya akan provitamin A, sedangkan buah seperti jeruk, jambu biji, dan rambutan kaya akan vitamin C. Secara keseluruhan buah merupakan sumber vitamin A, vitamin C, kalium dan serat. Sayur dan buah merupakan sumber vitamin dan mineral yang diperlukan untuk mengatur metabolisme di dalam tubuh. Vitamin B1 yang terdapat dalam buah dan sayuran berfungsi sebagai enzim yang penting untuk menghasilkan energi dan metabolime karbohidrat serta membantu fungsi normal syaraf, otot dan jantung serta vitamin B6 berperan dalam pembentukan protein tubuh (Almatsier, 2001).

Vitamin B1 sangat diperlukan tubuh, tersedianya dalam tubuh karena diserap usus dari makanan , selanjutnya diangkat bersama darah ke jaringan-jaringan tubuh. Vitamin B1 ditemukan sebagai cadangan dalam jumlah yang terbatas di dalam hati, jantung, otot dan otak. Sebagai cadangan diperlukan untuk memelihara fungsi alat-alat tubuh. Vitamin B1 membantu dalam pembakaran karbohidrat dan diangkat di

dalam darah oleh sel darah putih yang mempunyai inti dengan vitamin B1. Dari fungsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa makin banyak karbohidrat yang dikonsumsi maka kebutuhan akan vitamin B1 akan banyak pula, salah satu contoh bagi ibu-ibu yang sedang hamil atau menyusui sudah tentu akan memerlukan vitamin B1 lebih banyak daripada biasanya (Kartasapoetra, dkk, 2003).

Pada penelitian Azma (2002), terlihat prevalensi ibu hamil yang menderita risiko KEK lebih banyak dijumpai pada ibu hamil dengan frekuensi konsumsi <2 kali sehari sebesar 30,7% dan 24,2% ibu hamil dengan frekuensi konsumsi buah ≥2 kali sehari mengalami risiko KEK. Begitu juga dengan hasil penelitian Hapni (2004) dan penelitian Yuliani (2002).

5. Susu dan Hasil Olahannya

Susu merupakan makanan alami yang hampir sempurna. Sebagian besar zat gizi esensial ada dalam susu, yaitu protein bernilai biologi tinggi, kalsium, fosfor, vitamin A, dan tiamin. Susu merupakan sumber kalsium paling baik, karena disamping kadar kalsium yang tinggi, laktosa didalam susu membantu absorpsi susu didalam saluran cerna. Balita, ibu hamil dan ibu menyusui dianjurkan paling kurang minum satu gelas susu sehari, atau hasil olahannya berupa yogurt, yakult, dan keju dalam jumlah yang ekivalen (Almatsier, 2001).

Dokumen terkait