• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Ibu Hamil

2.3.2 Penyakit Infeksi

2.3.3.4 Pantang Makanan

Makanan pantang atau pantang makanan adalah bahan makanan atau masukan yang tidak boleh dimakan oleh para individu dalam masyarakat karena alasan-alasan yang bersifat budaya. Biasanya pihak yang diharuskan memantang memiliki ciri-ciri tertentu, atau sedang mengalami keadaan

tertentu (misalnya karena sedang hamil atau menyusui), dan karena dalam kebudayaan setempat terdapat suatu kepercayaan tertentu terhadap bahan makanan tersebut (misalnya berkenaan dengan sifat keramatnya). Adat memantang makan itu diajarkan secara turun temurun dan cenderung ditaati walaupun individu yang menjalankannya mungkin tidak terlalu paham atau yakin akan rasional dari alasan-alasan memantang makanan yang bersangkutan, dan sekedar karena patuh akan tradisi setempat (Swasono, 1998).

Sedangkan menurut Sediaoetama (1990), pantang makanan yaitu tidak boleh makan jenis makanan tertentu dijumpai pada masyarakat karena alasan budaya dan kesehatan di berbagai negara seluruh dunia. Dari sudut ilmu gizi, pantang makanan dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu:

1. Kelompok pertama, pantang makanan yang tidak berdasarkan agama (kepercayaan)

2. Kelompok kedua, pantang makanan yang berdasarkan agama (kepercayaan)

3. Kelompok ketiga, pantangan yang jelas akibatnya terhadap kesehatan.

Pangan dan gizi sangat berkaitan erat karena gizi seseorang sangat tergantung pada kondisi pangan yang dikonsumsinya. Masalah pangan antara lain menyangkut

ketersediaan pangan dan kerawanan pangan yang dipengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan adat/kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan. Banyak sekali penemuan para peneliti yang menyatakan bahwa faktor budaya sangat berperan dalam proses konsumsi pangan dan terjadinya masalah gizi di berbagai masyarakat dan negara. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan penduduk yang kadang-kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi. Berbagai budaya memberikan peranan dan nilai yang berbeda terhadap pangan (Baliwati, dkk, 2004).

Kepercayaan masyarakat tentang konsepsi kesehatan dan gizi sangat berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan. Semakin banyak pantangan dalam makanan maka semakin kecil peluang keluarga untuk mengkonsumsi makan yang beragam. Beberapa jenis bahan makanan dilarang dimakan oleh anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui ataupun kaum remaja. Jika ditinjau dari konteks gizi, bahan makanan tersebut justru mengandung nilai gizi yang tinggi, tetapi tabu itu tetap dijalankan dengan alasan takut menanggung risiko yang akan timbul. Sehingga masyarakat yang demikian akan mengkonsumsi bahan makanan bergizi dalam jumlah yang kurang, dengan demikian maka penyakit kekurangan gizi akan mudah timbul di masyarakat. (Suhardjo, 1989).

A. Berg (1986) dalam Pudjiadi (2000), diberbagai negara atau daerah terdapat 3 kelompok masyarakat yang biasanya mempunyai makanan pantangan, yaitu anak kecil, ibu hamil dan ibu yang menyusui. Khusus mengenai hal itu di Indonesia antara lain dikemukakan sebagai berikut:

a) Pada anak kecil di banyak daerah, makanan yang bergizi dijauhkan dari anak-anak, karena takut akan akibat-akibat yang sebaliknya. Di beberapa daerah ikan dilarang untuk anak-anak karena menurut kepercayaan mereka ikan akan menyebabkan penyakit cacingan, sakit mata atau sakit kulit. Di tempat lain kacang-kacangan yang kaya dengan protein seringkali tidak diberikan kepada anak-anak karena khawatir perut anaknya akan kembung.

b) Pada ibu yang sedang hamil, berdasarkan hasil studi di Kalimantan Tengah ditemukan fakta adanya 27 jenis ikan yang merupakan makanan pantangan, dengan alasan apabila ikan-ikan itu dimakan dapat menyebabkan maruyan (gangguan pada kesehatan ibu), mabuk, merusak badan, sulit melahirkan, peranakan bisa ke luar, dsb.

c) Pada ibu yang sedang menyusui, di Indonesia banyak wanita mengurangi makan sesudah melahirkan anak untuk menjaga bentuk tubuhnya. Di Jawa, makan telur dipantangkan selama ibu sedang menyusui anaknya, karena diduga telur bisa

menyebabkan pendarahan. Di Kalimantan Tengah ada berbagai jenis ikan tertentu yang dipantang karena bisa menyebabkan air susu ibu berbau amis dan mengakibatkan bayinya sakit perut, dll.

Seringkali ditemukan seorang wanita yang sedang hamil diharuskan pantang terhadap berbagai jenis bahan makanan, seperti ikan, dan sebagainya. Ada juga wanita hamil yang hanya dibolehkan makan nasi dengan sedikit garam saja, sedang makanan lain tidak diperkenankan. Penjelasan yang luas akan faedah makanan, bahaya pantangan semacam itu haruslah diberikan lebih dulu kepada wanita hamil, sehingga dia merasa yakin bahwa pantangan semacam itu akan merusak dirinya dan bayinya (Moehji, 2003).

Seringkali ditemukan adanya pantang makanan bagi wanita hamil terhadap beberapa jenis makanan tertentu yang jika dilihat dari nilai gizi, bahan makanan tersebut mungkin saja dibutuhkan oleh ibu. Secara umum, tidak ada pantang makanan bagi ibu hamil selama ibu tidak mengalami komplikasi ataupun mengalami penyakit lain. Ibu hamil boleh mengkonsumsi makanan yang diinginkan dengan jumlah yang tidak berlebihan. Adanya pantangan seperti itu akan menghambat pemenuhan kebutuhan gizi ibu yang akhirnya berbahaya bagi kesehatan ibu

serta pertumbuhan dan perkembangan janin, sehingga perlu penjelasan kepada ibu tentang manfaat makanan serta bahaya pantangan (Sulistyoningsih, 2011).

Hasil penelitian Yuliani (2002) di Bogor, didapatkan proporsi ibu hamil yang mempunyai pantang makanan sebesar 15,3%. Sedangkan penelitian Surasih (2005) di Banjarnegara diperoleh proporsi adanya pantangan terhadap makanan sebesar 39,20% dan dari 39,20% yang berpantangan tersebut didapat 44,73% ibu hamil berpantangan terhadap ikan.

Dalam penelitian Kamarullah (2001), diperoleh 50% ibu hamil KEK memiliki pantangan, seperti mengkonsumsi ikan, cumi-cumi, dll. Apabila diamati jenis makanan yang dipantang dikonsumsi sebagian besar adalah jenis makanan yang bernilai gizi tinggi. Disisi lain kelompok yang berpantang mengkonsumsi adalah mereka yang tergolong kelompok rawan gizi. Kondisi demikian, tentunya akan memperburuk keadaan ibu hamil. Ibu hamil merupakan kelompk yang paling rawan terhadap makanan sumber protein hewani. Hal ini seharusnya tidak dilakukan, karena pangan sumber protein ini sangan diperlukan untuk pertumbuhan dan sebagai zat pembangun.

Dokumen terkait