TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI
3. Anomali Pasar Efisien
Pengaruh akhir pekan merupakan bagian dari anomali musiman.
Anomali ini menyebutkan bahwa harga saham cenderung mengalami
kenaikan secara rata-rata pada akhir pekan. Penelitian yang mencoba
menguji ada tidaknya efek akhir pekan pada bursa saham di Indonesia
telah banyak dilakukan. Pada prinsipnya, penelitian-penelitian tersebut
dimaksudkan untuk menguji hipotesis pasar efisien dengan mencoba
membuktikan apakah seseorang mampu memperoleh abnormal return
dengan menggunakan strategi perdagangan tertentu, yang dalam hal ini
adalah hari perdagangan. Menurut teori pasar efisien, sebagaimana
dikemukakan oleh Fama (1970) dalam Ahmad Rodoni (2005), pada pasar
yang efisien, harga sekuritas mencerminkan informasi yang ada dan dalam
pasar yang efisien adalah tidak mungkin bagi seorang investor untuk
memperoleh keuntungan (abnormal return) dengan menggunakan strategi
perdagangan tertentu.
Anomali adalah hasil empiris yang tidak dapat dijelaskan oleh teori
dan fenomena yang mengindikasikan bentuk pasar yang tidak efisien. Pada
anomali terdaoat penyimpangan harga pada waktu-waktu tertentu dan hasil
yang ditimbulkan oleh anomali akan berlawanan dengan hasil yang
Menurut Gumanti dan Ma’ruf (2004) anomali adalah kejadian atau
peristiwa yang tidak diantisipasi dan menawarkan investor untuk
memperoleh abnormal return. Anomali muncul pada semua bentuk
efisiensi pasar baik bentuk lemah, semi kuat, maupun bentuk kuat. Tetapi
banyak bukti yang mengaitkan antara anomali dengan pasar efisien bentuk
semi kuat dan anomali juga dapat dieksploitasi untuk menghasilkan
abnormal return. Sedangkan Jones mendefinisikan anomali pasar sebagai
teknik atau strategi yang tampaknya bertentangan dengan pasar efisien.
(Jogianto, 2009:548).
Anomali adalah kejadian atau peristiwa yang tidak diantisipasi dan
yang menawarkan investor peluang untuk memperoleh abnormal return.
Anomali muncul pada semua bentuk efisiensi pasar, baik bentuk lemah,
semi kuat, maupun bentuk kuat. Tetapi banyak bukti yang mengkaitkan
antara anomali dengan pasar efisien bentuk semi kuat, dan perlu diketahui
bahwa anomali dapat dieksploitasi untuk menghasilkan abnormal return.
Levy (1996) dalam Prasetyo (2006) sedikitnya dikenal empat macam
anomali pasar dalam teori keuangan keempat anomali tersebut adalah
anomali perusahaan (firm anomalies), anomali musiman (seasonal
anomalies), anomali peristiwa atau kejadian (event anomalies), dan
anomali akutansi (accounting anomalies). Tabel 2.1 menyajikan
rangkuman lengkap tentang berbagai macam anomali yang telah
Tabel 2.1
Ringkasan Anomali Pasar
No Kelompok Jenis Khusus Keterangan
1.
Anomali Peristiwa
1.Analysts’ Recomendation
Semakin banyak analis merekomendasi untuk membeli suatu saham, semakin tinggi peluang harga akan turun
2.Insider Trading Semakin banyak saham yang dibeli oleh insiders, semakin tinggi kemungkinan harga akan naik.
3. Listings Harga sekuritas cenderung naik setelah perusahaan mengumumkan akan melakukan pencatatan saham di Bursa
4. Value Line Rating Changes
Harga sekuritas akan terus naik setelah Value Line menempatkan rating perusahaan pada urutan tinggi
2.
Anomali Musiman
1. January Harga sekuritas cenderung naik di bulan Januari, khususnya di hari-hari pertama 2. Week-end Harga sekuritas cenderung naik hari Jum’at
dan turun hari Senin.
3. Time of Day Harga sekuritas cenderung naik di 45 menit pertama dan 15 menit terakhir perdagangan 4.End of Month Harga sekuritas cenderung naik di hari-hari
akhir tiap bulan
5. Seasonal Saham perusahaan dengan penjualan musiman tinggi cenderung naik selama musim ramai.
6. Holidays Ditemukan return positif pada hari terakhir sebelum liburan
3. Anomali Perusahaan
1. Size Return pada perusahaan kecil cenderung lebih besar walaupun sudah disesuaikan dengan risiko.
2. Closed-end Mutual Funds
Return pada close-end funds yang dijual dengan potongan cenderung lebih tinggi
3. Neglect Perusahaan yang tidak diikuti oleh banyak analis cenderung menghasilkan return lebih Tinggi
4. Institutional Holdings
Perusahaan yang dimiliki oleh sedikit institusi cenderung memiliki return lebih tinggi
4. Anomali Akutansi
1. P/E Saham dengan P/E ratio rendah cenderung memiliki return yang lebih tinggi.
2.Earnings Surprise Saham dengan capaian earningslebih tinggi dari yang diperkirakan cenderung mengalami peningkatan harga.
3. Price/Sales Jika rasionya rendah cenderung berkinerja lebih baik
4. Price/Book Jika rasionya rendah cenderung berkinerja lebih baik
5.Dividend Yield Jika yield-nya tinggi cenderung berkinerja lebih baik.
6.Earnings Momentum
Saham perusahaan yang tingkat pertumbuhan earnings-nya meningkat cenderung berkinerja lebih baik.
Sumber: Haim S. Levy, 1996:436
a. Pengaruh Bulan Perdagangan
Keinginan pemodal atas likuiditas suatu saham dapat berubah
dari bulan ke bulan dalam satu tahun. Hal ini beratrti bahwa keinginan
jual beli saham dapat berubah setiap bulan. Jika kebutuhan likuiditas
suatu saham tinggi maka pemodal cenderung untuk memilikinya
(membeli) dan begitu juga sebaliknya, dikarenakan keinginan dan
kebutuhan pemodal selalu berubah, maka pasar mengalami perubahan
baik dalam hal harga maupun kuantitas saham yang diperjualbelikan.
berinteraksi dalam pasar yang bersaing. Dengan demikian, maka harga
saham dapat mengalami kenaikan maupun penurunan dari bulan ke
bulan dalam satu tahun perdagangan di pasar modal. Perilaku ini
disebutmonth of the year effect(Siswanto, 2001:15).
The average stock return in the month of January is higher than in any other month of the year, that so-called January effect(Acket and
Athanassakos:2000) dalam Siswanto yang berarti bahwa Month of the
year effect merupakan suatu kecenderungan lebih tingginya tingkat
keuntungan rata-rata saham pada bulan Januari dibandingkan dengan
bulan-bulan lain dalam satu tahun perdagangan saham pasar modal.
Month of the year effect lebih mengacu pada adanya perbedaan atas
returnsaham bulanan pada tiap bulan dalam satu tahun.
January effect atau kadang disebut juga dengan January fever
yang merupakan istilah yang dimaksudkan untuk menggambarkan
bahwa pada bulan Januari setiap tahun pada umumnya menunjukan
tingkat pengembalian yang tinggi dibandingkan bulan-bulan lainnya.
Pola January effect umumnya terjadi, karena pada pertengahan
Desember padafund managermulai libur berkaitan dengan libur Natal
dan Tahun Baru. Parafund managerbaru masuk lagi pada bulan Januari
dengan semangat optimisme dan dilengkapi dengan data-data yang
akurat sehingga biasanya mereka lakukan pembelian besar-besaran dan
tentu saja harga-harga saham akan terdongkrak naik (Darmadji dan
Namun, beberapa penelitian mengungkapkan pola January effect
mulai hilang. Hal ini membuktikan bahwa pola ini tidak selalu terjadi.
Seperti yang diungkapkan bahwa pola ini merupakan salah satu dari
penyimpangan pasar modal, jadi penyimpangan ini tidak dapat
dijelaskan secara teori walaupun dibuktikan secara empiris. Perubahan
pola pengeruh bulan perdagangan January effect juga dibuktikan dari
beberapa penelitian yang dilakukan di pasar modal Indonesia
(Siswanto, 2001:17)
Pratomo (2007) melakukan penelitian pada BEJ periode
1998-2005 dengan sampel 43 emiten. Analisis statistik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah regresi berganda dengan variabel dummy untuk
efek Januari dan Uji beda T untuk ukuran efek perusahaan. Hasil
menunjukan hanya pada bulan Agustus yang mempunyai rata-rata
returnberbeda lebih kecil dari bulan Januari yang artinya tidak ada efek
Januari. Sedangkan Uji beda T untuk efek ukuran perusahaan tidak
diperoleh hasil yang signifikan berbeda antara perusaahaan kapitalisasi
kecil dengan kapitalisasi yang lebih besar.