E. Isu Internasional
2. Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme
Sehubungan dengan belum dapat dilaksanakannya komitmen Indonesia terhadap APG (Asia Pasific Group on Money Laundering) /FATF (Financial Action Task Force) atas pemenuhan action plan yang telah disepakati sebelumnya oleh Pemerintah Indonesia, maka sejak Februari 2011 Indonesia masuk dalam daftar FATF Public List sebagai “Jurisdiksi yang progres perbaikan kelemahan rezim APU-PPT kurang memadai dan tidak memenuhi komitmen dalam pemenuhan action plan yang telah ditetapkan bersama FATF”. Selain Indonesia, berdasarkan FATF Public List tanggal 24 Oktober 2014, juga ada tiga negara lainnya yaitu Algeria, Ecuador dan Myanmar.
Selanjutnya setelah tiga tahun Pemerintah berupaya untuk dapat keluar dari FATF Public Statement, pada tanggal 27 Februari 2015 saat Sidang FATF berlangsung di Paris, Indonesia berhasil keluar dari List “Jurisdiksi yang progres perbaikan kelemahan rezim APU-PPT kurang memadai dan tidak memenuhi komitmen dalam pemenuhan action plan yang telah ditetapkan bersama FATF” dan masuk dalam list “Jurisdiksi yang memiliki kelemahan dalam Strategi AML/CFT-nya namun telah memilki action plan dengan FATF yang tertuang dalam komitmen politik secara tertulis untuk menyelesaikan kelemahan tersebut” atau disebut juga grey list (compliance report).
Secara lengkap FATF Public Statement yang diumumkan oleh FATF tanggal 27 Februari 2015 adalah sebagai berikut:
Tabel E.2.1 FATF Public Statement
No. Kategori List Nama Negara yang
Tercantum Kriteria 1 Jurisdiksi merupakan subjek untuk
diterapkan counter measure oleh negara anggota untuk melindungi sistem keuangan internasional dan risiko AML/CFT yang substnsial dari juridiksi tersebut.
Iran dan Korea Utara FATF Public Statement I (Black List)
2 Jurisdiksi yang yang progres perbaikan kelemahan regim AML/CFTnya kurang memadai dan tidak memenuhi komitmen dalam pemenuhan action plan yang telah ditetapkan bersama FATF
Myanmar, Algeria, dan
Ekuador FATF Public Statement
I (Black List)
3 Jurisdiksi yang memiliki kelemahan dalam Strategi AML/CFTnya namun telah memilki action plan dengan FATF
Indonesia, Afghanistan, Angola, Guyana, Irak, Lao PDR, Panama,
FATF Public Statement II (Grey List)
L A P O R A N I N D U S T R I P E R B A N K A N • T R I W U L A N I
O t o r i t a s J a s a K e u a n g a n ♦ 103
LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I
94 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
2. Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme (Anti Money Laundering and Countering Financing Terrorism/AML/CFT)
Sehubungan dengan belum dapat dilaksanakannya komitmen Indonesia terhadap APG (Asia Pasific Group on Money Laundering) /FATF (Financial Action Task Force) atas pemenuhan action plan yang telah disepakati sebelumnya oleh Pemerintah Indonesia, maka sejak Februari 2011 Indonesia masuk dalam daftar FATF Public List sebagai “Jurisdiksi yang progres perbaikan kelemahan rezim APU-PPT kurang memadai dan tidak memenuhi komitmen dalam pemenuhan action plan yang telah ditetapkan bersama FATF”. Selain Indonesia, berdasarkan FATF Public List tanggal 24 Oktober 2014, juga ada tiga negara lainnya yaitu Algeria, Ecuador dan Myanmar.
Selanjutnya setelah tiga tahun Pemerintah berupaya untuk dapat keluar dari FATF Public Statement, pada tanggal 27 Februari 2015 saat Sidang FATF berlangsung di Paris, Indonesia berhasil keluar dari List “Jurisdiksi yang progres perbaikan kelemahan rezim APU-PPT kurang memadai dan tidak memenuhi komitmen dalam pemenuhan action plan yang telah ditetapkan bersama FATF” dan masuk dalam list “Jurisdiksi yang memiliki kelemahan dalam Strategi AML/CFT-nya namun telah memilki action plan dengan FATF yang tertuang dalam komitmen politik secara tertulis untuk menyelesaikan kelemahan tersebut” atau disebut juga grey list (compliance report).
Secara lengkap FATF Public Statement yang diumumkan oleh FATF tanggal 27 Februari 2015 adalah sebagai berikut:
Tabel E.2.1 FATF Public Statement
No. Kategori List Nama Negara yang
Tercantum Kriteria 1 Jurisdiksi merupakan subjek untuk
diterapkan counter measure oleh negara anggota untuk melindungi sistem keuangan internasional dan risiko AML/CFT yang substnsial dari juridiksi tersebut.
Iran dan Korea Utara FATF Public Statement I (Black List)
2 Jurisdiksi yang yang progres perbaikan kelemahan regim AML/CFTnya kurang memadai dan tidak memenuhi komitmen dalam pemenuhan action plan yang telah ditetapkan bersama FATF
Myanmar, Algeria, dan
Ekuador FATF Public Statement
I (Black List)
3 Jurisdiksi yang memiliki kelemahan dalam Strategi AML/CFTnya namun telah memilki action plan dengan FATF
Indonesia, Afghanistan, Angola, Guyana, Irak, Lao PDR, Panama,
FATF Public Statement II (Grey List)
LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I
95 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
No. Kategori List Nama Negara yang
Tercantum Kriteria yang tertuang dalam komitmen politik
secara tertulis untuk menyelesaikan kelemahan tersebut
Papua New Guenea, Sudan, Syria, Yaman 4 Jurisdiksi yang progres pemenuhan
action plannya tidak memadai Uganda FATF Public Statement
II 5 Jurisdiksi yang tidak lagi menjadi subjek
dari proses pemantauan Kepatuhan
Hasil sidang FATF yang turut dihadiri oleh OJK bersama anggota delegasi Indonesia lainnya yaitu PPATK, Kementrian Luar Negeri, Densus 88, Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), dan Kementrian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan antara lain:
1. Salah satu agenda pertemuan adalah membahas laporan ICRG mengenai hasil review terhadap negara/yurisdiksi anggota FATF atau FATF Style Regional Bodies (FSRB), termasuk Indonesia yang merupakan anggota Asia Pacific Group (APG). Seperti yang telah dijelaskan di atas, salah satu keputusan ICRG adalah dikeluarkannya Indonesia dari FATF Public Statement / black list menjadi grey list.
2. Dalam laporannya, FATF menyebutkan: “Since February 2010, when Indonesia met a high level political commitment to work with FATF and APG to address its strategic AML/CFT deficiencies, Indonesia has met significant progress to improve its AML/CFT regime.
Indonesia has substantially addressed its action plan at technical level including by: (1) adequately criminalizing money laundering and terrorist financing; (2) establishing adequate procedures to identify and freeze terrorist asset; and (3) enacting laws and other instruments to fully implementing the 1999 International Conventions for the Suppression of Financing of Terrorism. The FATF will conduct an on-site visit to confirm that the process of implementing the laws and other instruments as well as actions is underway to address deficiencies previously identified by the FATF”.
Selanjutnya, untuk memastikan bahwa hal-hal yang telah disampaikan delegasi Indonesia telah dilaksanakan secara efektif khususnya terkait dengan penerapan Undang-undang No.9 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme, APG dan FATF akan melakukan on site visit pada tanggal 11 – 12 Mei 2015. Salah satu agenda on site visit adalah pertemuan dengan instansi terkait (PPATK, Kemenlu, Kapolri, PN Jakarta Pusat, Densus 88, BI, dan OJK) dan perwakilan industri keuangan (perbankan, pedagang valuta asing, kegiatan usaha pengiriman uang, pasar modal dan non bank). Agenda utama pertemuan adalah memastikan pelaksanaan freezing without delay dimana berdasarkan UU NO.9 tahun 2013, Kapolri akan menyampaikan domestik list atau Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris
Departemen Pengembangan dan Manajemen Krisis
104 ♦96 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
(DTTOT) kepada LPP (OJK, BI, dan PPATK) untuk disampaikan kepada seluruh jasa keuangan yang diawasi. Daftar terduga teroris tersebut bersumber dari United Nation (UN) list yang diterima oleh Kapolri dari Kementrian Luar Negeri.
Untuk kelancaran penerapan UU No.9 tahun 2013 khususnya terkait dengan Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris (DTTOT), pada tanggal 2 Maret 2015 telah dilaksanakan kegiatan sosialisasi penerapan UU Pendanaan Teroris kepada Bank Umum dengan narasumber selain dari OJK juga dari PPATK dan Kepolisian-Densus 88.
Sampai dengan triwulan I-2015, telah dikeluarkan empat DTTOT dengan rincian sebagai berikut:
Tabel E.2.2
Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris Triwulan I-2015 No. Tanggal Surat
Kapolri Nomor DTTOT
DTTOT
(Individual + Entitas) WNI WNA (Individual + Entitas)
1 20 Nov 2014 R/2723 0+1 201+0
2 24 Des 2014 R/2882 11+2 -
3 23 Feb 2014 R/279 3 + 1 -
4 30 Maret 2015 R/638 3 + 1 -
Dalam rangka menghadapi on site visit FATF bulan Mei 2015, pada triwulan I-2015 telah dilakukan pertemuan baik di internal OJK maupun dengan eksternal yang dikoordinir oleh PPATK. Persiapan yang matang perlu dilakukan, mengingat hasil on-site visit akan menentukan status Indonesia selanjutnya yang akan dibahas pada sidang Pleno FATF Bulan Juni 2015 di Brisbane. Apabila hasil on-site visit positif maka Indonesia akan dikeluarkan dari Compliance Report (grey list) dan keluar dari Negara yang diawasi FATF terkait penerapan standar FATF terkait pencucian uang dan pendanaan terorisme. Namun apabila pihak reviewer menilai masih terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan rekomendasi FATF, hal tersebut dapat menghambat proses keluarnya Indonesia dari grey list.
LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I
96 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan
(DTTOT) kepada LPP (OJK, BI, dan PPATK) untuk disampaikan kepada seluruh jasa keuangan yang diawasi. Daftar terduga teroris tersebut bersumber dari United Nation (UN) list yang diterima oleh Kapolri dari Kementrian Luar Negeri.
Untuk kelancaran penerapan UU No.9 tahun 2013 khususnya terkait dengan Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris (DTTOT), pada tanggal 2 Maret 2015 telah dilaksanakan kegiatan sosialisasi penerapan UU Pendanaan Teroris kepada Bank Umum dengan narasumber selain dari OJK juga dari PPATK dan Kepolisian-Densus 88.
Sampai dengan triwulan I-2015, telah dikeluarkan empat DTTOT dengan rincian sebagai berikut:
Tabel E.2.2
Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris Triwulan I-2015 No. Tanggal Surat
Kapolri Nomor DTTOT
DTTOT
(Individual + Entitas) WNI WNA (Individual + Entitas)
1 20 Nov 2014 R/2723 0+1 201+0
2 24 Des 2014 R/2882 11+2 -
3 23 Feb 2014 R/279 3 + 1 -
4 30 Maret 2015 R/638 3 + 1 -
Dalam rangka menghadapi on site visit FATF bulan Mei 2015, pada triwulan I-2015 telah dilakukan pertemuan baik di internal OJK maupun dengan eksternal yang dikoordinir oleh PPATK. Persiapan yang matang perlu dilakukan, mengingat hasil on-site visit akan menentukan status Indonesia selanjutnya yang akan dibahas pada sidang Pleno FATF Bulan Juni 2015 di Brisbane. Apabila hasil on-site visit positif maka Indonesia akan dikeluarkan dari Compliance Report (grey list) dan keluar dari Negara yang diawasi FATF terkait penerapan standar FATF terkait pencucian uang dan pendanaan terorisme. Namun apabila pihak reviewer menilai masih terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan rekomendasi FATF, hal tersebut dapat menghambat proses keluarnya Indonesia dari grey list.
Perlindungan Konsumen
1. Pelaksanaan kebijakan Perlindungan Konsumen pada Perbankan 2. Percepatan Penanganan Pengaduan Perbankan
3. Pembentukan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS)
Sektor Pebankan
L A P O R A N I N D U S T R I P E R B A N K A N • T R I W U L A N I
O t o r i t a s J a s a K e u a n g a n ♦ 107
LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I
98 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan