• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN INDUSTRI PERBANKAN TRIWULAN I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN INDUSTRI PERBANKAN TRIWULAN I"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

L A P O R A N I N D U S T R I P E R B A N K A N • T R I W U L A N I

O t o r i t a s J a s a K e u a n g a n ♦ 1

LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I

1 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan Pengarah : Nelson Tampubolon (KEPP)

Mulya E. Siregar (DKPP I) Boedi Armanto (DKPP II) Irwan Lubis (DKPP III) Heru Kristiyana (DKPP IV) Penanggung jawab : Teguh Supangkat, Kepala DPMK

Aman Santosa, Direktur DPMK Koordinator : Evi Alkaviati

Kontributor :

DPMK Aslan Lubis

Mirza Yuniar I. Mara Miftachul Choiri DPB 1 Yustianus Dapot T

Parjiman DPB 2 Ria Swandito

Sigit Wasito DPB 3 Eko Widianto

Hermansyah Arfi Fajar Ariawan DPbS Muhamad Irfan Sukarna

Retno Muhardini DPNP Eggi Gilkar K.

Onny Alpha S.

Dian Purwaningsih P Rafidha

DPIP Sitti Fajria Novari Herri Ferdian DPKP Agung Sutrasno

Akmal

Dhina Prasetya W.

DKIP M.S. Artiningsih Andri Mulia Nurliany Aprianty KR 1 Dewi Gunherani

Chandra Shadiq Faritzi

EPK Nurita

(3)
(4)

L A P O R A N I N D U S T R I P E R B A N K A N • T R I W U L A N I

O t o r i t a s J a s a K e u a n g a n ♦ 3

LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I

2 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan

Kata Pengantar

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan triwulanan pelaksanaan tugas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat diselesaikan dengan baik.

Secara umum laporan ini memuat berbagai informasi tentang kinerja perbankan, profil risiko perbankan, kebijakan dan pengaturan, pengembangan pengawasan, serta pengawasan terintegrasi perbankan selama triwulan I-2015. Selain itu, laporan ini juga memuat informasi mengenai kelembagaan perbankan, penegakan hukum sektor perbankan, kerjasama domestik dan internasional yang telah dilakukan oleh OJK pada sektor perbankan selama triwulan I- 2015.

Dalam laporan ini juga ditampilkan isu-isu internasional terkait dengan operasional perbankan, seperti Foreign Account Tax Compliant Act (FATCA), dan isu terkait Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme (Anti Money Laundering and Countering Financing Terrorism).

Selanjutnya, diberikan pula pelaksanaan kebijakan perlindungan konsumen selama triwulan I- 2015.

Pada triwulan I-2015, meskipun terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi, industri perbankan nasional masih menunjukkan trend pertumbuhan yang baik dan tetap solid terlihat dari ketahanan industri perbankan yang tetap kuat dengan risiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga. Hal ini tercermin dari rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 20,98%, Non Performing Loan (NPL) net sebesar 1,16%, Return On Asset (ROA) sebesar 2,69% dan Loan To Deposit Ratio (LDR) sebesar 87,58%. Baik bank umum konvensional (BUK) maupun bank umum syariah (BUS), berhasil meningkatkan peran intermediasinya dengan baik, dimana terjadi peningkatan aset, kredit, dan DPK masing-masing sebesar 3,01% (qtq), 0,15% (qtq), dan 2,05%

(qtq).

Kinerja Keuangan industri BPR secara nasional selama triwulan I-2015, menunjukkan kinerja yang cukup baik. Hal ini tercermin dari peningkatan total aset, kredit, dan DPK pada BPR masing-masing sebesar 1,86% (qtq), 2,95% (qtq) dan 3,05% (qtq). NPL dan BOPO pada BPR tergolong rendah, dengan kisaran rasio sebesar 5,46% dan 81,55%. Hal tersebut ditopang oleh komposisi permodalan yang memadai, tercermin dari rasio CAR yang mencapai 22,32%.

Dengan pertumbuhan dan kinerja sektor perbankan pada tahun 2015, diharapkan sektor perbankan dapat lebih meningkatkan ketahanan dan stabilitas melalui sistem keuangan yang lebih sehat, kokoh, dan efisien, mempercepat fungsi intermediasi dan penyaluran dana masyarakat dalam mendukung pembangunan, serta meningkatkan akses perbankan dalam rangka peningkatan sektor keuangan yang inklusif.

(5)

Departemen Pengembangan dan Manajemen Krisis

43 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan

Sebagai penutup, kami berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Juni 2015

Nelson Tampubolon

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan

(6)

L A P O R A N I N D U S T R I P E R B A N K A N • T R I W U L A N I

O t o r i t a s J a s a K e u a n g a n ♦ 5

LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I

4 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan

Daftar Isi

Kata Pengantar ... 2

Daftar Isi ... 4

Daftar Tabel ... 6

Daftar Grafik ... 8

A. Overview Profil Industri Perbankan Nasional ... 10

1. Kinerja Bank Umum Konvensional ... 11

1.1 Permodalan ... 12

1.2 Dana Pihak Ketiga ... 14

1.3 Likuiditas ... 15

1.4 Kredit ... 15

1.5 Rentabilitas ... 17

2. Kinerja Bank Syariah ... 24

2.1 Permodalan ... 24

2.2 Dana Pihak Ketiga ... 25

2.3 Likuiditas ... 25

2.4 Pembiayaan ... 25

2.5 Rentabilitas ... 27

3. Kinerja BPR ... 28

3.1 Permodalan ... 28

3.2 Dana Pihak Ketiga ... 28

3.3 Kredit ... 29

3.4 Likuiditas ... 31

3.5 Rentabilitas ... 31

4. Corporate Governance ... 32

4.1 Bank Umum ... 32

4.2 BPR ... 34

5. Jaringan Kantor dan Kegiatan Perizinan Kelembagaan Perbankan... 36

5.1 Bank Umum Konvensional ... 36

5.1.1 Perizinan ... 36

5.1.2 Jaringan Kantor ... 37

5.1.3 Uji Kemampuan dan Kepatutan (New Entry) ... 39

5.2 Bank Syariah ... 39

5.2.1 Perizinan ... 39

5.2.2 Jaringan Kantor ... 40

5.3 BPR ... 40

5.3.1 Perizinan ... 40

5.3.2 Jaringan Kantor ... 41

5.3.3 Uji Kemampuan dan Kepatutan (New Entry) ... 42

B. Profil Risiko Perbankan Nasional ... 44

1. Risiko Kredit ... 44

1.1. Kredit Perbankan Menurut Sektor Ekonomi ... 44

1.2. Penyaluran Kredit UMKM ... 47

1.3. Konsentrasi Kredit kepada Debitur Inti ... 50

1.4. Sumber Dana Pemberian Kredit ... 51

1.5. Kualitas Kredit ... 51

1.6. Kecukupan Pencadangan ... 52

2. Risiko Pasar ... 53 35 79 1114 1517 1818 2027

2828 2830 3131 3132 3434 3535 3739 39 3940 4242 4243 4343 4445 4749

5556 5657 58 27

LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I

3 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan

Sebagai penutup, kami berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Juni 2015

Nelson Tampubolon

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan

4952

(7)

Departemen Pengembangan dan Manajemen Krisis

65 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan

2.1. Risiko Harga ... 54

2.2. Risiko Nilai Tukar ... 55

2.3. Risiko Suku Bunga ... 56

2.4. Komposisi Derivatif ... 57

3. Risiko Likuiditas ... 58

3.1. Likuiditas Di Sisi Aset ... 58

3.2. Likuiditas Di Sisi Kewajiban ... 60

3.3. Kemampuan Penghimpunan Dana Perbankan ... 61

4. Risiko Operasional ... 63

C. Kebijakan, Kajian dan Pengembangan Pengawasan Perbankan Nasional ... 67

1. Bank Umum Konvensional ... 67

1.1 Kebijakan ... 67

1.2 Kajian ... 72

1.3 Pengembangan Pengawasan Bank Umum Konvensional ... 74

2. BPR ... 75

2.1 Kebijakan ... 75

2.2 Kajian ... 78

2.3 Pengembangan Pengawasan BPR ... 78

3. Bank Syariah... 79

3.1 Kebijakan ... 79

3.2 Kajian ... 80

3.3 Pengembangan Pengawasan Bank Syariah ... 80

4. Bank Terintegrasi ... 82

4.1 Kebijakan ... 82

4.2 Pengembangan Pengawasan Bank Terintegrasi ... 82

D. Pengawasan Bank ... 86

1. Pemeriksaan Umum dan Pemeriksaan Khusus ... 86

2. Perizinan Produk dan Aktivitas Bank ... 87

3. Penegakan Kepatuhan Bank ... 89

3.1 Uji Kemampuan dan Kepatutan (Existing) ... 89

3.2 Penanganan Dugaan Tindak Pidana Perbankan ... 90

E. Isu Internasional ... 93

1. FATCA (Foreign Account Tax Compliant Act) ... 93

2. Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme ... 94

F. Perlindungan Konsumen ... 98

1. Pelaksanaan Kebijakan Perlindungan Konsumen pada Perbankan ... 98

1.1. Layanan Konsumen OJK ... 98

1.2. Layanan Penerimaan Informasi (Laporan) ... 100

1.3. Layanan Pemberian Informasi (Pertanyaan) ... 100

1.4. Layanan Pengaduan ... 101

2. Percepatan Penanganan Pengaduan Perbankan ... 102 3. Pembentukan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) Sektor Perbankan . 102 5960 6162 6363 6566 6871 7373 7880 8181 8484 8585 8686 8888 8891 9394 9696 97 99101 102105 107107 109109 110111 111

(8)

L A P O R A N I N D U S T R I P E R B A N K A N • T R I W U L A N I

O t o r i t a s J a s a K e u a n g a n ♦ 7

LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I

6 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan

Daftar Tabel

Tabel A.1 Suku Bunga Deposito Rupiah ... 11

Tabel A.1.1 Kondisi Umum Perbankan Konvensional ... 12

Tabel A.1.1.1 Rasio Permodalan Perbankan ... 13

Tabel A.1.1.2 Rasio Permodalan Perbankan Berdasarkan Kepemilikan ... 14

Tabel A.1.5.1 Suku Bunga Dasar Kredit Berdasarkan Jenis Kredit ... 147

Tabel A.1.5.2 Rentabilitas Perbankan (%) ... 18

Tabel A.1.5.3 Rasio Rentabilitas Berdasarkan Kelompok Bank (%)... ... 19

Tabel A.1.5.1.1 Komponen Pendapatan Bunga Lainnya (dalam Rp miliar) ... 19

Tabel A.1.5.1.2 Proporsi Sumber Pendapatan Bunga Perbankan ... 20

Tabel A.1.5.1.3 Proporsi Sumber Pendapatan Operasional Perbankan ... 211

Tabel A.1.5.2.1 Struktur BOPO Berdasarkan Kepemilikan Bank (%) ... 21

Tabel A.1.5.2.2 Komponen Beban Operasional Industri Perbankan ... 22

Tabel A.1.5.2.3 Komponen Beban Bunga Berdasarkan Kepemilikan Bank ... 22

Tabel A.1.5.2.4 Beban Bunga Berdasarkan Kepemilikan Bank ... 23

Tabel A.1.5.2.5 Komponen Beban Bunga Per Kepemilikan Bank ... 23

Tabel A.1.5.2.6 Proporsi Beban Bunga Perbankan (%) ... 244

Tabel A.2.4.1 Pembiayaan Perbankan Syariah (BUS dan UUS) Berdasarkan Sektor Ekonomi (dalam Rp miliar) ... 266

Tabel A.2.4.2 Penyaluran BUS dan UUS Berdasarkan Penggunaan ... 26

Tabel A.2.5.1 Indikator Umum Perbankan Syariah ... 27

Tabel A.3.1.1 BPR Dengan CAR Dibawah Threshold ... 28

Tabel A.3.2.1 Penyebaran DPK (dalam Rp miliar) ... 29

Tabel A.3.3.1 Kredit BPR Berdasarkan Sektor Ekonomi ... 30

Tabel A.3.5.1 BPR dengan ROA Negatif ... 31

Tabel A.3.5.2 Indikator Umum BPR ... 32

Tabel A.4.1.1 Hasil Penilaian Corporate Governance Perbankan Desember 2014 ... .333

Tabel A.4.2.1 Ketentuan Corporate Governance Berdasarkan Modal Inti... .335

Tabel A.5.1.1.1 Perijinan (Merger, Perubahan Nama dan Status)... .366

Tabel A.5.1.1.2 Perijinan Perubahan Jaringan Kantor ... 377

Tabel A.5.1.2.1 Jaringan Kantor Bank Umum Konvensional ... 378

Tabel A.5.1.3.1 FPT Calon Pengurus dan Pemegang Saham Bank Umum ... 39

Tabel A.5.2.2.1 Jaringan Kantor Bank Umum Syariah ... 40

Tabel A.5.3.1.1 Perijinan BPR ... 41

Tabel A.5.3.2.1 Jaringan Kantor BPR... 41

Tabel A.5.3.3.1 Daftar Hasil Fit and Proper Test New Entry BPR ... 42

LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I

5 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan 2.1. Risiko Harga ... 54

2.2. Risiko Nilai Tukar ... 55

2.3. Risiko Suku Bunga ... 56

2.4. Komposisi Derivatif ... 57

3. Risiko Likuiditas ... 58

3.1. Likuiditas Di Sisi Aset ... 58

3.2. Likuiditas Di Sisi Kewajiban ... 60

3.3. Kemampuan Penghimpunan Dana Perbankan ... 61

4. Risiko Operasional ... 63

C. Kebijakan, Kajian dan Pengembangan Pengawasan Perbankan Nasional ... 67

1. Bank Umum Konvensional ... 67

1.1 Kebijakan ... 67

1.2 Kajian ... 72

1.3 Pengembangan Pengawasan Bank Umum Konvensional ... 74

2. BPR ... 75

2.1 Kebijakan ... 75

2.2 Kajian ... 78

2.3 Pengembangan Pengawasan BPR ... 78

3. Bank Syariah... 79

3.1 Kebijakan ... 79

3.2 Kajian ... 80

3.3 Pengembangan Pengawasan Bank Syariah ... 80

4. Bank Terintegrasi ... 82

4.1 Kebijakan ... 82

4.2 Pengembangan Pengawasan Bank Terintegrasi ... 82

D. Pengawasan Bank ... 86

1. Pemeriksaan Umum dan Pemeriksaan Khusus ... 86

2. Perizinan Produk dan Aktivitas Bank ... 87

3. Penegakan Kepatuhan Bank ... 89

3.1 Uji Kemampuan dan Kepatutan (Existing) ... 89

3.2 Penanganan Dugaan Tindak Pidana Perbankan ... 90

E. Isu Internasional ... 93

1. FATCA (Foreign Account Tax Compliant Act) ... 93

2. Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme ... 94

F. Perlindungan Konsumen ... 98

1. Pelaksanaan Kebijakan Perlindungan Konsumen pada Perbankan ... 98

1.1. Layanan Konsumen OJK ... 98

1.2. Layanan Penerimaan Informasi (Laporan) ... 100

1.3. Layanan Pemberian Informasi (Pertanyaan) ... 100

1.4. Layanan Pengaduan ... 101

2. Percepatan Penanganan Pengaduan Perbankan ... 102 3. Pembentukan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) Sektor Perbankan . 102

14 15 16 17 20 21 22 22 23 24 24 25 25 26 26 27

29 29 30 31 32 33 34 35 36 38 39 40 41 42 43 44 44 45 Pembiayaan Perbankan Syariah (BUS dan UUS)

Berdasarkan Sektor Ekonomi (dalam Rp miliar)...

(9)

Departemen Pengembangan dan Manajemen Krisis

87 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan

Tabel B.1.1.1 Konsentrasi Kredit Perbankan Menurut Sektor Ekonomi ... 455

Tabel B.1.1.2 Konsentrasi Kredit Sektor Ekonomi Berdasarkan Kepemilikan Bank ... 47

Tabel B.1.2.1 Konsentrasi Penyaluran UMKM ... 48

Tabel B.1.2.2 Porsi UMKM berdasarkan Kelompok Bank (dlm miliar Rupiah) ... 49

Tabel B.1.2.3 Realisasi Penyaluran KUR ... 49

Tabel B.1.2.4 Penyaluran KUR Berdasarkan Sektor Ekonomi ... 50

Tabel B.1.3.1 Konsentrasi Kredit kepada Debitur Inti ... 50

Tabel B.1.5.1 Nilai NPL Berdasarkan Sektor ... 522

Tabel B.1.6.1 Kecukupan Pencadangan ... 533

Tabel B.2.1 Perkembangan Nilai Tukar USD/IDR ... 533

Tabel B.2.1.1 Komponen Aset Trading Triwulan I-2015 ... 54

Tabel B.2.2.1 Perkembangan Rasio PDN ... 55

Tabel B.2.2.2 Rasio PDN Berdasarkan Kepemilikan ... 55

Tabel B.2.3.1 Komponen Suku Bunga Berdasarkan Industri dan Kelompok Bank ... 56

Tabel B.2.4.1 Komponen Risiko Pasar – Komposisi Derivatif Per Kelompok Bank ... 57

Tabel B.3.1.1 Rasio Likuiditas Perbankan ... 58

Tabel B.3.1.2 Pertumbuhan Kredit dan Undisbursed Loan ... 59

Tabel B.3.1.3 Rasio LDR Bank Berdasarkan Kepemilikan ... 59

Tabel B.3.2.1 Rasio Likuiditas Perbankan Berdasarkan Kepemilikan ... 61

Tabel B.3.3.1 Proporsi DPK Berdasarkan Kepemilikan ... 62

Tabel B.3.3.2 Penyebaran DPK berdasarkan Pangsa Wilayah Terbesar ... 633

Tabel B.4.1 Risiko Operasional Bank Umum Posisi Desember 2014 ... 644

Tabel C.1.1.1 Kebijakan BUK Triwulan I-2015 ... 647

Tabel C.4.2.1 Entitas Utama dan Anggota Konglomerasi Keuangan ... 83

Tabel C.4.2.2 Data Keuangan 50 Konglomerasi Keuangan ... 84

Tabel D.1.1 Pemeriksaan Bank Umum ... 87

Tabel D.2.1 Produk dan Aktivitas Baru Perbankan Triwulan I-2015 ... 89

Tabel D.3.1.1 Jumlah Track Record ... 90

Tabel D.3.2.1 Hasil Pengawasan Penyimpangan Ketentuan Perbankan ... 90

Tabel E.2.1 FATF Public Statement ... 94

Tabel E.2.2 Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris Triwulan I-2015 ... 96

Tabel F.1.1.1 Total Layanan Per Sektor ... 99

Tabel F.1.1.2 Layanan Sektor Perbankan ... 99

Tabel F.1.4.1 Status Tindak Lanjut Penerusan Pengaduan Kepada Pengawas ... 102

Tabel F.1.4.2 Pengaduan dalam Proses Penanganan Pengawas ... 102 50 52 54 54 54 55 55 57 58 58 59 60 60 61 62 63 64 64 66 67 68 69

89 90 94 96 97 97

103 73

102

108 108 111 111

(10)

L A P O R A N I N D U S T R I P E R B A N K A N • T R I W U L A N I

O t o r i t a s J a s a K e u a n g a n ♦ 9

LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I

8 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan

Daftar Grafik

Grafik A.1.2.1 Struktur Pendanaan DPK Perbankan... 15

Grafik A.1.3.1 Perkembangan Likuiditas Perbankan... 165

Grafik A.1.4.1 Pertumbuhan Kredit (qtq) ... 16

Grafik A.1.4.2 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (qtq) ... 16

Grafik A.1.4.3 Trend Pertumbuhan (qtq) Pemberian Kredit Berdasarkan Lapangan Usaha .. 16

Grafik A.1.5.1 Trend ROA dan NIM Perbankan ... 17

Grafik A.2.3.1 Perkembangan Likuiditas Perbankan Syariah ... 25

Grafik A.2.4.1 Pembiayaan Perbankan Syariah Berdasarkan Lokasi Bank Penyalur ... 277

Grafik A.3.3.1 Kredit BPR Berdasarkan Penggunaan ... 29

Grafik A.3.3.2 Kredit BPR Berdasarkan Lokasi Penyaluran ... 30

Grafik A.4.2.1 Jumlah BPR Berdasarkan Pemenuhan Komposisi Jumlah Anggota Direksi dan Dewan Komisaris ... 36

Grafik A.5.1.2.1 Penyebaran Jaringan Kantor BUK di Lima Wilayah di Indonesia ... 38

Grafik A.5.3.2.1 Jaringan Kantor BPR ... 42

Grafik B.1.1.1 Konsentrasi Pemberian Kredit terhadap 3 Sektor ... 444

Grafik B.1.1.2 Konsentrasi Penyebaran Kredit Tujuh Sektor Lainnya ... 46

Grafik B.1.2.1 Penyebaran UMKM berdasarkan Wilayah ... 48

Grafik B.1.4.1 Sumber Dana Pemberian Kredit ... 51

Grafik B.1.5.1 Trend NPL... 51

Grafik B.1.5.2 Tiga Sektor Penyumbang NPL ... 51

Grafik B.3.1.1 Pertumbuhan DPK BPD ... 60

Grafik B.3.3.1 Komponen Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 622

Grafik C.4.2.1 Konglomerasi Keuangan ... 83

Grafik D.3.2.1 Sebaran Jenis Dugaan Tindak Pidana Perbankan ... 91

Grafik F.1.1.1 Layanan Per Sektor ... 99

Grafik F.1.2.1 Layanan Penerimaan Informasi (Laporan) Sektor Perbankan berdasarkan Jenis Produk ... 100

Grafik F.1.3.1 Layanan Pemberian Informasi (Pertanyaan) Sektor Perbankan berdasarkan Jenis Produk ... 101

Grafik F.1.4.1 Layanan Pengaduan Sektor Perbankan berdasarkan Jenis Produk ... 101

LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I

7 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan Tabel B.1.1.1 Konsentrasi Kredit Perbankan Menurut Sektor Ekonomi ... 455

Tabel B.1.1.2 Konsentrasi Kredit Sektor Ekonomi Berdasarkan Kepemilikan Bank ... 47

Tabel B.1.2.1 Konsentrasi Penyaluran UMKM ... 48

Tabel B.1.2.2 Porsi UMKM berdasarkan Kelompok Bank (dlm miliar Rupiah) ... 49

Tabel B.1.2.3 Realisasi Penyaluran KUR ... 49

Tabel B.1.2.4 Penyaluran KUR Berdasarkan Sektor Ekonomi ... 50

Tabel B.1.3.1 Konsentrasi Kredit kepada Debitur Inti ... 50

Tabel B.1.5.1 Nilai NPL Berdasarkan Sektor ... 522

Tabel B.1.6.1 Kecukupan Pencadangan ... 533

Tabel B.2.1 Perkembangan Nilai Tukar USD/IDR ... 533

Tabel B.2.1.1 Komponen Aset Trading Triwulan I-2015 ... 54

Tabel B.2.2.1 Perkembangan Rasio PDN ... 55

Tabel B.2.2.2 Rasio PDN Berdasarkan Kepemilikan ... 55

Tabel B.2.3.1 Komponen Suku Bunga Berdasarkan Industri dan Kelompok Bank ... 56

Tabel B.2.4.1 Komponen Risiko Pasar – Komposisi Derivatif Per Kelompok Bank ... 57

Tabel B.3.1.1 Rasio Likuiditas Perbankan ... 58

Tabel B.3.1.2 Pertumbuhan Kredit dan Undisbursed Loan ... 59

Tabel B.3.1.3 Rasio LDR Bank Berdasarkan Kepemilikan ... 59

Tabel B.3.2.1 Rasio Likuiditas Perbankan Berdasarkan Kepemilikan ... 61

Tabel B.3.3.1 Proporsi DPK Berdasarkan Kepemilikan ... 62

Tabel B.3.3.2 Penyebaran DPK berdasarkan Pangsa Wilayah Terbesar ... 633

Tabel B.4.1 Risiko Operasional Bank Umum Posisi Desember 2014 ... 644

Tabel C.1.1.1 Kebijakan BUK Triwulan I-2015 ... 647

Tabel C.4.2.1 Entitas Utama dan Anggota Konglomerasi Keuangan ... 83

Tabel C.4.2.2 Data Keuangan 50 Konglomerasi Keuangan ... 84

Tabel D.1.1 Pemeriksaan Bank Umum ... 87

Tabel D.2.1 Produk dan Aktivitas Baru Perbankan Triwulan I-2015 ... 89

Tabel D.3.1.1 Jumlah Track Record ... 90

Tabel D.3.2.1 Hasil Pengawasan Penyimpangan Ketentuan Perbankan ... 90

Tabel E.2.1 FATF Public Statement ... 94

Tabel E.2.2 Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris Triwulan I-2015 ... 96

Tabel F.1.1.1 Total Layanan Per Sektor ... 99

Tabel F.1.1.2 Layanan Sektor Perbankan ... 99

Tabel F.1.4.1 Status Tindak Lanjut Penerusan Pengaduan Kepada Pengawas ... 102

Tabel F.1.4.2 Pengaduan dalam Proses Penanganan Pengawas ... 102

18 18 19 19 19 20 28 30 32 33

39 41 45 49 51 53 56 56 56

67 89 98 108

109

110 110 65

Layanan Penerimaan Informasi (Laporan) Sektor Perbankan

berdasarkan Jenis Produk...

Layanan Pemberian Informasi (Pertanyaan)

Sektor Perbankan berdasarkan Jenis Produk ...

Jumlah BPR Berdasarkan Pemenuhan Komposisi

Jumlah Anggota Direksi Dewan Komisaris ...

(11)
(12)

Overview Profil Industri Perbankan

1. Kinerja Bank Umum Konvensional 2. Kinerja Bank Syariah

3. Kinerja BPR

4. Corporate Governance

5. Jaringan Kantor dan Kegiatan Perizinan Kelembagaan Perbankan

(13)
(14)

L A P O R A N I N D U S T R I P E R B A N K A N • T R I W U L A N I

O t o r i t a s J a s a K e u a n g a n ♦ 13

LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I

10 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan

A. Overview Profil Industri Perbankan Nasional

Secara umum kondisi ketahanan industri perbankan nasional masih tetap solid, tercermin dari rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 20,98% yang melebihi batas ketentuan maksimal 8%.

Lebih lanjut, Non Performing Loan (NPL) gross sebesar 2,27% masih jauh dibawah threshold 5%, serta Return On Asset (ROA) sebesar 2,69% dan Loan To Deposit Ratio (LDR) sebesar 87,58%. Total asset, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan nasional masing-masing meningkat sebesar 3,01% (qtq), 0,15% (qtq) dan 2,05% (qtq) menjadi sebesar Rp5.784 triliun, Rp3.680 triliun dan Rp4.199 triliun.

Kondisi likuiditas perbankan secara umum juga membaik. Hal ini diindikasikan dari rasio AL/NCD1 maupun rasio AL/DPK2 perbankan pada posisi 31 Maret 2015 masih berada diatas threshold masing-masing sebesar 90,73% dan 18,39%.

Dari sisi permodalan, ketahanan perbankan Indonesia cukup kuat dan terus mengalami peningkatan. Hal ini diindikasikan dengan tingkat permodalan yang relatif tinggi sebesar 20,93% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 19,57%. Rasio tersebut masih jauh di atas persyaratan Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum (KPMM). Rasio modal inti meningkat dari 18,02% pada triwulan IV-2014 menjadi 18,40% pada triwulan I-2015.

Sementara itu, kinerja rentabilitas masih memadai, dengan ROA dan Net Interest Margin (NIM)3 sebesar 2,69% dan 5,30% serta rasio BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional) sebesar 79,49%.

Kinerja perbankan syariah pada triwulan I-2015 umumnya mengalami perlambatan, terlihat dari pertumbuhan aset dan DPK yang menurun masing-masing sebesar -1,46% (qtq) dan - 2,24% (qtq), sementara pembiayaan syariah meningkat sebesar 0,69% (qtq). Rentabilitas Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) tergolong cukup baik, terlihat dari ROA yang meningkat menjadi 1,13%, meskipun BOPO menurun 189 bps menjadi 92,78%

dan NPF gross meningkat 48 bps menjadi 4,81%. Adapun kinerja permodalan pada bank syariah tergolong masih memadai dengan capaian sebesar 13,85% (qtq) (BUS) dan 23,04%

(qtq) (BPRS).

Sejalan dengan kondisi tersebut di atas, total aset pada BPR meningkat 1,86% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp91,5 triliun, adapun kredit dan DPK mengalami

1AL/NCD merupakan indikator likuiditas yang membandingkan antara Alat Likuid terhadap Non Core Deposit.

Likuiditas yang baik jika berada diatas threshold AL/NCD>50%. AL = Final Excess Reserve + Kas + Penempatan pada BI lainnya + Reserve Repo, sementara NCD = 30% Tabungan + 30% Giro + 10% Deposito.

2AL/DPK merupakan indikator likuiditas yang membandingkan antara Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga.

Likuiditas yang baik jika berada diatas threshold 10%. DPK = Tabungan + Giro + Deposito.

3NIM (Net Interest Margin) merupakan indikator rentabilitas bank yang didapat dari rasio Pendapatan Bunga Bersih terhadap rata-rata Total Aset Produktif (SE BI No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011).

(15)

Departemen Pengembangan dan Manajemen Krisis

1411 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan

peningkatan masing-masing sebesar 2,95% (qtq) dan 3,05% (qtq) menjadi sebesar Rp70,4 triliun dan Rp60,5 triliun. NPL gross pada BPR mengalami peningkatan menjadi 5,46%

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,75%. Lebih lanjut, permodalan BPR masih memadai, tercermin dari rasio CAR yang mencapai 22,32% relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 22,34%.

Suku bunga deposito bank umum konvensional menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan IV–2014, kecuali pada suku bunga dengan tenor lebih dari 12 bulan yang meningkat dari 8,76% menjadi 8,84%. Penurunan suku bunga deposito untuk tenor 1, 3, dan 6 bulan dipengaruhi oleh BI rate yang menurun pada pertengahan Februari 2015. Suku bunga deposito pada triwulan I–2015 dengan tenor 1, 3 dan 6 bulan masing-masing sebesar 8,38%, 9,03% dan 9,07% lebih rendah dibandingkan posisi triwulan IV–2014 masing-masing sebesar 8,56%, 9,14% dan 9,22%. Berdasarkan kelompok kepemilikan bank, kelompok BUSND menawarkan suku bunga deposito tertinggi untuk tenor 1, 3, dan 6 bulan, sementara suku bunga deposito tenor lebih dari 12 bulan tertinggi ditawarkan oleh kelompok KCBA untuk stabilitas sumber dana rupiah (Tabel A.1).

Tabel A.1

Suku Bunga Deposito Rupiah

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2015

1. Kinerja Bank Umum Konvensional

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2015 tercatat sebesar 4,71% (yoy), menurun dibandingkan triwulan IV-2014 yang tercatat sebesar 5,01% (yoy) (dengan menggunakan tahun dasar 2010). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2015 didukung oleh hampir semua lapangan usaha, kecuali Pertambangan dan Penggalian yang mengalami kontraksi. Kinerja ekspor menunjukkan pelemahan seiring melemahnya permintaan global, menurunnya harga komoditas, dan kebijakan pembatasan ekspor mineral dan batubara.

Di tengah kondisi penurunan pertumbuhan ekonomi, secara umum kondisi perbankan pada triwulan I-2015 masih terjaga baik (financially sound). Kinerja perbankan yang cukup baik,

TW IV TW I TW IV TW I TW IV TW I TW IV TW I

Industri 8,56 8,38 9,14 9,03 9,22 9,07 8,76 8,84

BUMN 8,13 7,98 8,74 8,64 8,83 8,55 9,06 9,06

BUSD 8,85 8,64 9,37 9,26 9,28 9,16 8,09 8,23

BUSND 9,55 9,17 9,87 9,83 9,82 9,87 9,20 9,41

BPD 8,09 8,26 9,09 8,93 9,31 9,11 8,97 9,14

Campuran 8,61 8,51 9,20 9,05 9,41 9,27 9,17 9,25

KCBA 6,72 6,52 8,68 8,43 9,45 9,31 9,61 9,49

Suku Bunga Deposito Rupiah (%)

> 12 Bulan 6 Bulan

3 Bulan 1 Bulan

(16)

L A P O R A N I N D U S T R I P E R B A N K A N • T R I W U L A N I

O t o r i t a s J a s a K e u a n g a n ♦ 15

LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I

11 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan

peningkatan masing-masing sebesar 2,95% (qtq) dan 3,05% (qtq) menjadi sebesar Rp70,4 triliun dan Rp60,5 triliun. NPL gross pada BPR mengalami peningkatan menjadi 5,46%

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,75%. Lebih lanjut, permodalan BPR masih memadai, tercermin dari rasio CAR yang mencapai 22,32% relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 22,34%.

Suku bunga deposito bank umum konvensional menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan IV–2014, kecuali pada suku bunga dengan tenor lebih dari 12 bulan yang meningkat dari 8,76% menjadi 8,84%. Penurunan suku bunga deposito untuk tenor 1, 3, dan 6 bulan dipengaruhi oleh BI rate yang menurun pada pertengahan Februari 2015. Suku bunga deposito pada triwulan I–2015 dengan tenor 1, 3 dan 6 bulan masing-masing sebesar 8,38%, 9,03% dan 9,07% lebih rendah dibandingkan posisi triwulan IV–2014 masing-masing sebesar 8,56%, 9,14% dan 9,22%. Berdasarkan kelompok kepemilikan bank, kelompok BUSND menawarkan suku bunga deposito tertinggi untuk tenor 1, 3, dan 6 bulan, sementara suku bunga deposito tenor lebih dari 12 bulan tertinggi ditawarkan oleh kelompok KCBA untuk stabilitas sumber dana rupiah (Tabel A.1).

Tabel A.1

Suku Bunga Deposito Rupiah

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2015

1. Kinerja Bank Umum Konvensional

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2015 tercatat sebesar 4,71% (yoy), menurun dibandingkan triwulan IV-2014 yang tercatat sebesar 5,01% (yoy) (dengan menggunakan tahun dasar 2010). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2015 didukung oleh hampir semua lapangan usaha, kecuali Pertambangan dan Penggalian yang mengalami kontraksi. Kinerja ekspor menunjukkan pelemahan seiring melemahnya permintaan global, menurunnya harga komoditas, dan kebijakan pembatasan ekspor mineral dan batubara.

Di tengah kondisi penurunan pertumbuhan ekonomi, secara umum kondisi perbankan pada triwulan I-2015 masih terjaga baik (financially sound). Kinerja perbankan yang cukup baik,

TW IV TW I TW IV TW I TW IV TW I TW IV TW I

Industri 8,56 8,38 9,14 9,03 9,22 9,07 8,76 8,84

BUMN 8,13 7,98 8,74 8,64 8,83 8,55 9,06 9,06

BUSD 8,85 8,64 9,37 9,26 9,28 9,16 8,09 8,23

BUSND 9,55 9,17 9,87 9,83 9,82 9,87 9,20 9,41

BPD 8,09 8,26 9,09 8,93 9,31 9,11 8,97 9,14

Campuran 8,61 8,51 9,20 9,05 9,41 9,27 9,17 9,25

KCBA 6,72 6,52 8,68 8,43 9,45 9,31 9,61 9,49

Suku Bunga Deposito Rupiah (%)

> 12 Bulan 6 Bulan

3 Bulan 1 Bulan

LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I

12 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan

ditunjukkan oleh rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang relatif masih tinggi sebesar 20,98% dan rasio kredit bermasalah (NPL) gross yang relatif masih rendah sebesar 2,27% (Tabel A.1.1). Searah dengan itu, pencadangan yang dilakukan oleh perbankan juga cukup memadai, sehingga NPL net berada pada tingkat yang rendah yaitu sebesar 1,16% (masih jauh dibawah threshold 5%). Total aset perbankan meningkat 3,01%

(qtq) dari Rp5.615 triliun menjadi Rp5.784 triliun, sejalan dengan peningkatan kredit dan DPK yang masing-masing mengalami peningkatan 0,15% (qtq) dan 2,05% (qtq). Peningkatan DPK yang melebihi peningkatan kredit memicu penurunan LDR yang tercatat turun 184 bps (qtq) dari 89,42% menjadi 87,58%. Dari sisi rentabilitas, meskipun ROA menunjukkan penurunan dari triwulan sebelumnya (2,85%) menjadi 2,69%, namun masih tergolong baik.

Tabel A.1.1

Kondisi Umum Perbankan Konvensional

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia dan Sistem Informasi Perbankan OJK, Maret 2015

1.1 Permodalan

Kondisi permodalan pada triwulan I-2015 membaik tercermin dari peningkatan CAR sebesar 141 bps (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 19,57% menjadi 20,98%.

Peningkatan CAR disebabkan oleh meningkatnya modal inti karena adanya tambahan modal disetor, cadangan, laba/rugi tahun lalu, serta peningkatan laba ditahan yang tercermin dari retention rate4 yang meningkat menjadi 51,21% dari sebelumnya 35,39% pada triwulan IV- 2014. Komposisi modal5 secara umum masih didominasi oleh modal inti yaitu 87,47%

4 Retention rate merupakan indikator untuk melihat kemampuan bank dalam memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan (laba ditahan). Retention rate merupakan rasio antara laba ditahan terhadap modal rata-rata (SEBI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004).

5Komponen yang termasuk ke dalam modal inti diantaranya modal inti utama (Common Equity Tier 1) dan modal inti tambahan (Additional Tier 1). Modal inti utama termasuk didalamnya modal disetor, cadangan tambahan modal, minority interest hasil konsolidasi, faktor pengurang CET 1, kekurangan modal, serta eksposur sekuritisasi. Sementara modal inti tambahan diantaranya saham preferen, surat berharga dan pinjaman

2015

TW IV TW I

Total Aset (Rp milyar) 5.615.150 5.783.994 3,01%

Kredit (Rp milyar) 3.674.308 3.679.871 0,15%

Dana Pihak Ketiga (Rp milyar) 4.114.420 4.198.577 2,05%

- Giro (Rp milyar) 889.586 952.048 7,02%

- Tabungan (Rp milyar) 1.284.458 1.202.101 -6,41%

- Deposito (Rp milyar) 1.940.376 2.044.429 5,36%

CAR (%) 19,57 20,98 1,41 ROA (%) 2,85 2,69 (0,16) NIM (%) 4,23 5,30 1,07 NPL Gross (%) 2,04 2,27 0,23 NPL Net (%) 0,98 1,16 0,18 LDR (%) 89,42 87,58 (1,84)

Rasio 2014 qtq

(17)

Departemen Pengembangan dan Manajemen Krisis

1613 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan

meskipun menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 92,08%, sementara komposisi modal pelengkap6 mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya 7,97%

menjadi 12,53% (Tabel A.1.1.1).

Rasio aktiva produktif bermasalah terhadap modal sebesar 5,67%, sehingga apabila dilakukan write-off terhadap seluruh aktiva produktif bermasalah, CAR masih memadai (15,31%). Kondisi tersebut mencerminkan bahwa kualitas permodalan bank masih tergolong memadai dalam menyerap risiko-risiko bank, terutama risiko yang tidak dapat diperkirakan (unexpected loss).

Tabel A.1.1.1

Rasio Permodalan Perbankan

Sumber: Diolah dari Sistem Informasi Perbankan OJK, Maret 2015

Untuk kondisi permodalan perbankan apabila dibandingkan berdasarkan peer group (kepemilikan), permodalan kelompok KCBA tertinggi dari CAR yang mencapai 38,77% (Tabel A.1.1.2) jauh di atas CAR Industri sebesar 20,93%. Tingginya CAR pada kelompok KCBA diikuti dengan tingginya rasio modal inti dan rasio leverage modal inti7 yaitu masing-masing sebesar 37,84% dan 22,64%. Kondisi dimaksud terjadi mengingat untuk kelompok ini,

subordinasi, dan komponen lainnya (sesuai ketentuan BASEL III) (PBI No. 15/12/PBI/2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum).

6 Komponen modal pelengkap hanya dapat diperhitungkan maksimal 100% dari modal inti, meliputi: saham preferen; surat berharga sobordiansi; mandatory convertible bond; dan komponen modal pelengkap lainnya (PBI No. 15/12/PBI/2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum).

7Rasio Laverage Modal Inti diukur dengan indikator rasio modal inti terhadap total aset, dimana apabila total aset melebihi modal inti bank maka terjadi laverage atas modal inti bank. Peningkatan pada rasio laverage perlu dicermati karena terkait dengan profil risiko dan kualitas aset bank yang berimplikasi pada modal.

Indikator 2014 2015

I. Kecukupan Permodalan (%) TW IV TW I

1. Rasio KPMM (CAR) (%) 19,57 20,93

2. Rasio Modal Inti (Tier 1 Capital Ratio) (%) 18,02 18,40

3. Rasio Leverage Modal Inti (Tier 1 Leverage Ratio) (%) 12,84 13,00

4. Rasio Komposisi Modal Inti (%) 92,08 87,47

5. Rasio Komposisi Modal Pelengkap (%) 7,97 12,53

6. Rasio AP Bermasalah terhadap Modal (%) 4,96 5,67

7. Aset KR - CKPN KR thdp Modal Inti + PPAP Umum 22,41 26,21

8. Critized Assets terhadap Modal 25,10 28,99

II. Akses Permodalan (%)

1. Rasio saldo laba terhadap modal/ROE 44,47 49,39

2. Retention Rate 35,39 51,21

(18)

L A P O R A N I N D U S T R I P E R B A N K A N • T R I W U L A N I

O t o r i t a s J a s a K e u a n g a n ♦ 17

LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I

13 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan

meskipun menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 92,08%, sementara komposisi modal pelengkap6 mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya 7,97%

menjadi 12,53% (Tabel A.1.1.1).

Rasio aktiva produktif bermasalah terhadap modal sebesar 5,67%, sehingga apabila dilakukan write-off terhadap seluruh aktiva produktif bermasalah, CAR masih memadai (15,31%). Kondisi tersebut mencerminkan bahwa kualitas permodalan bank masih tergolong memadai dalam menyerap risiko-risiko bank, terutama risiko yang tidak dapat diperkirakan (unexpected loss).

Tabel A.1.1.1

Rasio Permodalan Perbankan

Sumber: Diolah dari Sistem Informasi Perbankan OJK, Maret 2015

Untuk kondisi permodalan perbankan apabila dibandingkan berdasarkan peer group (kepemilikan), permodalan kelompok KCBA tertinggi dari CAR yang mencapai 38,77% (Tabel A.1.1.2) jauh di atas CAR Industri sebesar 20,93%. Tingginya CAR pada kelompok KCBA diikuti dengan tingginya rasio modal inti dan rasio leverage modal inti7 yaitu masing-masing sebesar 37,84% dan 22,64%. Kondisi dimaksud terjadi mengingat untuk kelompok ini,

subordinasi, dan komponen lainnya (sesuai ketentuan BASEL III) (PBI No. 15/12/PBI/2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum).

6 Komponen modal pelengkap hanya dapat diperhitungkan maksimal 100% dari modal inti, meliputi: saham preferen; surat berharga sobordiansi; mandatory convertible bond; dan komponen modal pelengkap lainnya (PBI No. 15/12/PBI/2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum).

7Rasio Laverage Modal Inti diukur dengan indikator rasio modal inti terhadap total aset, dimana apabila total aset melebihi modal inti bank maka terjadi laverage atas modal inti bank. Peningkatan pada rasio laverage perlu dicermati karena terkait dengan profil risiko dan kualitas aset bank yang berimplikasi pada modal.

Indikator 2014 2015

I. Kecukupan Permodalan (%) TW IV TW I

1. Rasio KPMM (CAR) (%) 19,57 20,93

2. Rasio Modal Inti (Tier 1 Capital Ratio) (%) 18,02 18,40

3. Rasio Leverage Modal Inti (Tier 1 Leverage Ratio) (%) 12,84 13,00

4. Rasio Komposisi Modal Inti (%) 92,08 87,47

5. Rasio Komposisi Modal Pelengkap (%) 7,97 12,53

6. Rasio AP Bermasalah terhadap Modal (%) 4,96 5,67

7. Aset KR - CKPN KR thdp Modal Inti + PPAP Umum 22,41 26,21

8. Critized Assets terhadap Modal 25,10 28,99

II. Akses Permodalan (%)

1. Rasio saldo laba terhadap modal/ROE 44,47 49,39

2. Retention Rate 35,39 51,21

LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I

14 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan

terdapat kewajiban pembentukan Capital Equivalency Maintained Assets (CEMA)8 yang umumnya ditanamkan pada SUN dengan bobot risiko 0% pada ATMRnya. Kondisi ini sejalan dengan tingginya LDR pada kelompok ini dimana dukungan dari Head Office berupa pinjaman luar negeri atau deposito tidak diperhitungkan sebagai komponen DPK, sehingga untuk memperkuat operasional bank, dibutuhkan permodalan yang tinggi.

Tabel A.1.1.2

Rasio Permodalan Perbankan Berdasarkan Kepemilikan Indikator

BUMN BUSD BPD Campuran KCBA BUSND Industri I. Kecukupan Permodalan (%)

1. Rasio KPMM (CAR) (%) 19,32 17,36 20,53 20,91 38,77 24,98 20,93

2. Rasio Modal Inti (Tier 1 Capital Ratio) (%) 16,14 15,33 17,82 17,42 37,84 23,85 18,40 3. Rasio Leverage Modal Inti (Tier 1 Leverage Ratio) (%) 10,29 11,58 9,60 15,28 22,64 15,64 13,00 4. Rasio Komposisi Modal Inti (%) 84,70 93,11 89,20 95,51 97,54 96,08 87,47 5. Rasio Komposisi Modal Pelengkap (%) 15,31 6,90 10,80 4,50 2,46 3,92 12,53 6. Rasio AP Bermasalah terhadap Modal (%) 4,72 7,92 3,76 5,67 1,03 5,45 5,67 7. Aset KR - CKPN KR thdp Modal Inti + PPAP Umum 28,90 28,30 17,75 21,33 5,23 28,36 26,21

8. Critized Assets terhadap Modal 31,68 29,09 17,31 28,78 6,51 28,52 28,99

II. Akses Permodalan (%)

1. Rasio saldo laba terhadap modal/ROE 70,03 34,18 23,71 52,93 16,52 11,95 49,39

2. Retention Rate 54,64 29,34 19,18 38,56 13,14 12,49 51,21

Sumber: Diolah dari Sistem Informasi Perbankan OJK, Maret 2015

1.2 Dana Pihak Ketiga (DPK)

Jumlah DPK pada triwulan I-2015 meningkat 2,05% (qtq) dari triwulan IV-2014 yaitu dari Rp4.114 triliun menjadi sebesar Rp4.198 triliun. Pertumbuhan DPK tersebut didorong oleh kenaikan Giro dan Deposito masing-masing sebesar 7,02%(qtq) dan 5,36% (qtq). Sedangkan untuk Tabungan mengalami penurunan 6,41% (qtq).

Dilihat dari sisi liabilities bank pada triwulan I-2015, DPK masih mendominasi sumber dana perbankan sebesar 89,15%, menurun dibandingkan pada triwulan sebelumnya sebesar 89,54%. Komposisi DPK terbesar yaitu Deposito sebesar 48,69%, diikuti oleh Tabungan dan Giro masing-masing sebesar 28,63% dan 22,68%. Porsi deposito yang cukup tinggi merupakan akibat dari tingginya suku bunga deposito apabila dibandingkan dengan suku bunga tabungan dan giro (Grafik A.1.2.1).

8 Capital Equivalency Maintained Assets (CEMA) adalah alokasi dana usaha kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri yang wajib ditempatkan pada aset keuangan dalam jumlah dan persyaratan tertentu, PBI No. 15/12/PBI/13 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum

.

(19)

Departemen Pengembangan dan Manajemen Krisis 18

15 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan Grafik A.1.2.1

Struktur Pendanaan DPK Perbankan (%)

Sumber: Diolah dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2015

1.3 Likuiditas

Likuiditas perbankan yang dilihat dari rasio AL/NCD dan AL/DPK pada posisi 31 Maret 2015 menurun dibandingkan pada posisi 30 Desember 2014, yaitu dari 95,48% dan 19,71%

menjadi 90,73% dan 18,39%. Namun demikian, rasio tersebut masih berada diatas threshold masing-masing 50% dan 10%.

Grafik A.1.3.1

Sumber: OJK

1.4 Kredit

Pada triwulan I-2015 kredit tumbuh sebesar 0,15% (qtq) menjadi Rp 3.680 triliun, menurun dari 3,17% (qtq) pada triwulan sebelumnya (Grafik A.1.4.1). Penurunan tersebut seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2015 yang disebabkan oleh masih terkontraksinya ekspor dan terbatasnya pertumbuhan investasi9.

9Bank Indonesia, “Tinjauan Kebijakan Moneter”, April 2015

(20)

L A P O R A N I N D U S T R I P E R B A N K A N • T R I W U L A N I

O t o r i t a s J a s a K e u a n g a n ♦ 19

LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I

15 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan Grafik A.1.2.1

Struktur Pendanaan DPK Perbankan (%)

Sumber: Diolah dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2015

1.3 Likuiditas

Likuiditas perbankan yang dilihat dari rasio AL/NCD dan AL/DPK pada posisi 31 Maret 2015 menurun dibandingkan pada posisi 30 Desember 2014, yaitu dari 95,48% dan 19,71%

menjadi 90,73% dan 18,39%. Namun demikian, rasio tersebut masih berada diatas threshold masing-masing 50% dan 10%.

Grafik A.1.3.1

Sumber: OJK

1.4 Kredit

Pada triwulan I-2015 kredit tumbuh sebesar 0,15% (qtq) menjadi Rp 3.680 triliun, menurun dari 3,17% (qtq) pada triwulan sebelumnya (Grafik A.1.4.1). Penurunan tersebut seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2015 yang disebabkan oleh masih terkontraksinya ekspor dan terbatasnya pertumbuhan investasi9.

9Bank Indonesia, “Tinjauan Kebijakan Moneter”, April 2015

LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I

16 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan

Berdasarkan jenis penggunaan, kredit masih didominasi oleh Kredit Modal Kerja (KMK) dengan porsi 46,99%, diikuti dengan Kredit Konsumsi (KK) dan Kredit Investasi (KI) dengan porsi masing-masing sebesar 27,89% dan 25,12%. Pertumbuhan kredit pada triwulan I-2015 terutama didorong oleh pertumbuhan KI dan KK sebesar 2,34% (qtq) dan 1,24% (qtq), sedangkan KMK mengalami penurunan sebesar 1,60% (qtq) (Grafik A.1.4.2).

Sumber: Diolah dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2015

Dilihat dari sektor ekonomi berdasarkan lapangan usaha, sektor Perdagangan Besar dan Eceran serta sektor Industri Pengolahan merupakan sektor dengan porsi pemberian kredit terbesar masing-masing 19,69% dan 18,53%. Pertumbuhan kredit kedua sektor tersebut pada triwulan I-2015 meningkat masing-masing 1,86% (qtq) dan 0,79% (qtq). Sementara itu, untuk sektor ekonomi bukan lapangan usaha, sektor rumah tangga menikmati pemberian kredit terbesar yaitu 22,38% dari total kredit kepada pihak ketiga.

Grafik A.1.4.3

Trend Pertumbuhan (qtq) Pemberian Kredit Berdasarkan Lapangan Usaha

Sumber: Diolah dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2015

Memperhatikan data dari Grafik A.1.4.3 di atas, sektor pertanian, perburuan dan kehutanan memiliki pertumbuhan kredit yang tinggi namun penyaluran kredit pada sektor tersebut masih

Grafik A.1.4.1

Pertumbuhan Kredit (qtq) Grafik A.1.4.2

Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (qtq)

(21)

Departemen Pengembangan dan Manajemen Krisis

2017 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan

rendah sehingga dibutuhkan adanya peningkatan peranan perbankan dalam mendorong sektor ekonomi produktif yang banyak menyerap tenaga kerja (labor intensive) seperti pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.

1.5 Rentabilitas

Pada triwulan I-2015, kinerja rentabilitas perbankan masih tergolong baik10 atau cenderung stabil, tercermin dari NIM yang meningkat meskipun ROA mengalami penurunan. Penurunan pada ROA (sebelumnya 2,85% menjadi 2,69%) terjadi dikarenakan peningkatan aset yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan laba. Sementara NIM meningkat dari sebelumnya 4,23% menjadi 5,30% seiring dengan penurunan BI rate pada Februari 2015 dari sebelumnya 7,75% menjadi 7,50%, tercermin dari penurunan HPDK pada semua jenis kredit (korporasi, retail, mikro, KPR, dan non KPR) pada triwulan I-2015 dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik A.1.5.1

Trend ROA dan NIM Perbankan

Sumber: Diolah dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2015 Tabel A.1.5.1

Suku Bunga Dasar Kredit Berdasarkan Jenis Kredit

Sumber: OJK

10Secara umum rentabilitas dapat dikatakan baik apabila ROA >1,5% (mengacu pada pedoman CAMELS).

Des-14 Mar-15 Des-14 Mar-15 Des-14 Mar-15 Des-14 Mar-15 Des-14 Mar-15 HPDK 7,23 7,18 7,56 7,47 7,67 7,54 7,44 7,40 7,60 7,52

OHC 2,81 2,51 3,40 3,02 4,43 3,97 3,00 2,62 3,65 3,28 Margin 1,93 1,97 2,09 2,06 3,42 3,53 1,92 2,04 2,32 2,36 SBDK 11,97 11,66 13,04 12,55 15,52 15,04 12,36 12,06 13,57 13,16

Korporasi Ritel Mikro KPR Non KPR

(22)

L A P O R A N I N D U S T R I P E R B A N K A N • T R I W U L A N I

O t o r i t a s J a s a K e u a n g a n ♦ 21

LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I

17 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan

rendah sehingga dibutuhkan adanya peningkatan peranan perbankan dalam mendorong sektor ekonomi produktif yang banyak menyerap tenaga kerja (labor intensive) seperti pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.

1.5 Rentabilitas

Pada triwulan I-2015, kinerja rentabilitas perbankan masih tergolong baik10 atau cenderung stabil, tercermin dari NIM yang meningkat meskipun ROA mengalami penurunan. Penurunan pada ROA (sebelumnya 2,85% menjadi 2,69%) terjadi dikarenakan peningkatan aset yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan laba. Sementara NIM meningkat dari sebelumnya 4,23% menjadi 5,30% seiring dengan penurunan BI rate pada Februari 2015 dari sebelumnya 7,75% menjadi 7,50%, tercermin dari penurunan HPDK pada semua jenis kredit (korporasi, retail, mikro, KPR, dan non KPR) pada triwulan I-2015 dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik A.1.5.1

Trend ROA dan NIM Perbankan

Sumber: Diolah dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2015 Tabel A.1.5.1

Suku Bunga Dasar Kredit Berdasarkan Jenis Kredit

Sumber: OJK

10Secara umum rentabilitas dapat dikatakan baik apabila ROA >1,5% (mengacu pada pedoman CAMELS).

Des-14 Mar-15 Des-14 Mar-15 Des-14 Mar-15 Des-14 Mar-15 Des-14 Mar-15 HPDK 7,23 7,18 7,56 7,47 7,67 7,54 7,44 7,40 7,60 7,52

OHC 2,81 2,51 3,40 3,02 4,43 3,97 3,00 2,62 3,65 3,28 Margin 1,93 1,97 2,09 2,06 3,42 3,53 1,92 2,04 2,32 2,36 SBDK 11,97 11,66 13,04 12,55 15,52 15,04 12,36 12,06 13,57 13,16

Korporasi Ritel Mikro KPR Non KPR

LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I

18 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan Tabel A.1.5.2

Rentabilitas Perbankan (%)

Sumber: Sistem Informasi Perbankan OJK, Maret 2015

Sedikit menurunnya ROA pada triwulan I-2015 dibandingkan triwulan sebelumnya dipengaruhi oleh biaya bunga yang meningkat dibandingkan pendapatan bunga yang mengalami penurunan, tercermin dari peningkatan rasio BOPO menjadi 79,49% dari triwulan sebelumnya 76,29% (Tabel A.1.5.2).

Rasio rentabilitas berupa ROA tertinggi berada pada kelompok bank BUMN sebesar 3,68%, sementara NIM tertinggi terdapat pada kelompok BPD sebesar 7,29%. Peningkatan NIM pada kelompok BPD sejalan dengan masih mendominasinya kredit konsumsi (69,38%) dibandingkan jenis kredit lainnya (KMK dan KI masing-masing sebesar 18,61% dan 12,01%), dimana suku bunga kredit konsumsi lebih tinggi dibandingkan suku bunga jenis kredit lainnya, sehingga akan mempengaruhi pendapatan bunga bank. Tingginya pendapatan bunga turut mempengaruhi peningkatan NIM.

Sementara itu, pangsa pendapatan bunga terendah dibandingkan dengan kelompok bank lainnya terdapat pada kelompok KCBA yang tercermin dari NIM dan rasio pendapatan bunga bersih terhadap total aset KCBA, masing-masing sebesar 3,50% dan 3,31% (Tabel A.1.5.3).

Kondisi tersebut terjadi karena KCBA beroperasi lebih efisien dibandingkan kelompok bank lainnya sehingga tidak memerlukan margin yang besar dan selektif dalam penyaluran dananya.

TW IV TW I

2,85 2,69 4,24 5,30

5,22 5,00 8,86 8,81 3,65 3,81 2,83 4,02 3,29 3,13 0,62 0,67 76,29 79,49 28,18 24,43 7,20 9,34 2,96 4,04 0,09 0,02

2,20 2,05 53,86 53,55 1. ROA

2. NIM

1.1 Pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata total aset

2. Beban Overhead terhadap Primary Core Income III.Komponen yang mendukung Rentabilitas II. Sumber-sumber yang mendukung Rentabilitas

Indikator

1. Core ROA

1.6. Beban pencadangan terhadap rata-rata total aset (%) 1.2. Pendapatan bunga terhadap rata-rata total aset 1.3. Beban bunga terhadap rata-rata total aset 1.4. Pendapatan net thdp rata2 total aset

1.5. Beban overhead terhadap rata-rata total aset

2. BOPO 3. OHC

4.1 Pendapatan bunga terhadap Rata-Rata Total Earning Assets 4.2 Beban bunga terhadap Rata-Rata Total Earning Assets 5. Non core earnings bersih terhadap rata-rata total aset I. Kinerja Bank dalam menghasilkan laba (Rentabilitas)

(23)

Departemen Pengembangan dan Manajemen Krisis 22

19 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan Tabel A.1.5.3

Rasio Rentabilitas Berdasarkan Kelompok Bank (%)

Sumber: Sistem Informasi Perbankan OJK, Maret 2015

1.5.1 Pendapatan Operasional

Sumber utama pendapatan operasional bank adalah pendapatan bunga yang berasal dari penempatan di BI, penempatan dibank lain, surat berharga, kredit dan lainnya.

Proporsi pendapatan bunga terbesar pada triwulan I-2015 berasal dari kredit yang mencapai 69,18%, diikuti oleh komponen lainnya11 (21,18%), surat berharga (7,34%), penempatan di BI (1,30%), dan penempatan di bank lain (0,99%) (Tabel A.1.5.1.2). Besarnya komponen pendapatan bunga Lainnya didominasi oleh reverse repo dari kantor pusat/cabang di dalam negeri (94,86%), diikuti dari pihak ketiga bukan bank (2,82%), dan dari Bank Indonesia (1,86%).

Tabel A.1.5.1.1

Komponen Pendapatan Bunga Lainnya (dalam Rp miliar)

Sumber: OJK

11Komponen pendapatan bunga Lainnya adalah seluruh pendapatan bunga yang diterima dalam rupiah dan valuta asing atas penanaman dana, termasuk di dalamnya pendapatan bunga/diskonto yang diterima bank pelapor yang timbul dari pembelian surat berharga dengan janji dijual kembali (reverse repo).

INDIKATOR BPD BUMN BUSD BUSND Campuran KCBA Industri

1. ROA (%) 3,25 3,68 1,02 0,83 2,04 2,97 2,69

2. NIM (%) 7,29 5,17 4,00 5,10 3,36 3,50 5,30

2.1 Pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata total aset 6,78 4,94 3,69 4,60 3,21 3,31 5,00

2.2. Pendapatan bunga terhadap rata-rata total aset 10,54 9,42 9,34 11,51 6,89 4,63 8,81

2.3. Beban bunga terhadap rata-rata total aset 3,88 4,02 5,63 6,96 2,79 1,29 3,81

2.4. Pendapatan net thdp rata2 total aset 0,84 2,58 1,09 0,65 3,67 16,71 4,02

2.5. Beban overhead terhadap rata-rata total aset 3,83 3,08 3,17 3,86 1,89 2,22 3,13

2.6. Beban pencadangan terhadap rata-rata total aset (%) 0,45 0,78 0,27 0,15 0,59 0,14 0,67

3. BOPO 73,51 72,53 90,45 94,07 86,13 84,54 79,49

4. OHC 30,85 28,50 28,76 32,02 15,59 11,97 24,43

4.1 Pendapatan bunga terhadap Rata2 Total Earning Assets 11,25 9,51 9,94 12,48 6,84 4,86 9,34 4.2 Beban bunga terhadap Rata-Rata Total Earning Assets 4,15 4,21 5,83 7,62 2,69 1,36 4,04 5. Non core earnings bersih terhadap rata-rata total aset 0,00 0,03 0,00 0,00 -0,02 -0,00 0,02

2013 2014 2015 Porsi

TW IV TW IV TW I TW I '15 - Dari Bank Indonesia 2.701 3.503 621 1,86%

- Dari Bank Lain 578 548 134 0,40%

- Dari Pihak Ketiga Bukan Bank 3.172 2.140 942 2,82%

- Kantor Pusat/Kantor Cabang Luar Negeri 22 30 20 0,06%

- Kantor Pusat/Kantor Cabang Dalam Negeri 80.265 105.775 31.718 94,86%

Komponen Pendapatan Bunga Lainnya

(24)

L A P O R A N I N D U S T R I P E R B A N K A N • T R I W U L A N I

O t o r i t a s J a s a K e u a n g a n ♦ 23

LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I

19 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan Tabel A.1.5.3

Rasio Rentabilitas Berdasarkan Kelompok Bank (%)

Sumber: Sistem Informasi Perbankan OJK, Maret 2015

1.5.1 Pendapatan Operasional

Sumber utama pendapatan operasional bank adalah pendapatan bunga yang berasal dari penempatan di BI, penempatan dibank lain, surat berharga, kredit dan lainnya.

Proporsi pendapatan bunga terbesar pada triwulan I-2015 berasal dari kredit yang mencapai 69,18%, diikuti oleh komponen lainnya11 (21,18%), surat berharga (7,34%), penempatan di BI (1,30%), dan penempatan di bank lain (0,99%) (Tabel A.1.5.1.2). Besarnya komponen pendapatan bunga Lainnya didominasi oleh reverse repo dari kantor pusat/cabang di dalam negeri (94,86%), diikuti dari pihak ketiga bukan bank (2,82%), dan dari Bank Indonesia (1,86%).

Tabel A.1.5.1.1

Komponen Pendapatan Bunga Lainnya (dalam Rp miliar)

Sumber: OJK

11Komponen pendapatan bunga Lainnya adalah seluruh pendapatan bunga yang diterima dalam rupiah dan valuta asing atas penanaman dana, termasuk di dalamnya pendapatan bunga/diskonto yang diterima bank pelapor yang timbul dari pembelian surat berharga dengan janji dijual kembali (reverse repo).

INDIKATOR BPD BUMN BUSD BUSND Campuran KCBA Industri

1. ROA (%) 3,25 3,68 1,02 0,83 2,04 2,97 2,69

2. NIM (%) 7,29 5,17 4,00 5,10 3,36 3,50 5,30

2.1 Pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata total aset 6,78 4,94 3,69 4,60 3,21 3,31 5,00

2.2. Pendapatan bunga terhadap rata-rata total aset 10,54 9,42 9,34 11,51 6,89 4,63 8,81

2.3. Beban bunga terhadap rata-rata total aset 3,88 4,02 5,63 6,96 2,79 1,29 3,81

2.4. Pendapatan net thdp rata2 total aset 0,84 2,58 1,09 0,65 3,67 16,71 4,02

2.5. Beban overhead terhadap rata-rata total aset 3,83 3,08 3,17 3,86 1,89 2,22 3,13

2.6. Beban pencadangan terhadap rata-rata total aset (%) 0,45 0,78 0,27 0,15 0,59 0,14 0,67

3. BOPO 73,51 72,53 90,45 94,07 86,13 84,54 79,49

4. OHC 30,85 28,50 28,76 32,02 15,59 11,97 24,43

4.1 Pendapatan bunga terhadap Rata2 Total Earning Assets 11,25 9,51 9,94 12,48 6,84 4,86 9,34 4.2 Beban bunga terhadap Rata-Rata Total Earning Assets 4,15 4,21 5,83 7,62 2,69 1,36 4,04 5. Non core earnings bersih terhadap rata-rata total aset 0,00 0,03 0,00 0,00 -0,02 -0,00 0,02

2013 2014 2015 Porsi

TW IV TW IV TW I TW I '15 - Dari Bank Indonesia 2.701 3.503 621 1,86%

- Dari Bank Lain 578 548 134 0,40%

- Dari Pihak Ketiga Bukan Bank 3.172 2.140 942 2,82%

- Kantor Pusat/Kantor Cabang Luar Negeri 22 30 20 0,06%

- Kantor Pusat/Kantor Cabang Dalam Negeri 80.265 105.775 31.718 94,86%

Komponen Pendapatan Bunga Lainnya

LAPORAN PROFIL INDUSTRI PERBANKAN - TRIWULAN I

20 Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis| Otoritas Jasa Keuangan

Tingginya proporsi pendapatan bunga menunjukkan bahwa bank lebih efektif dalam pengelolaan portofolio dan penempatan dana idle di pasar untuk optimalisasi keuntungan bank, baik melalui pasar uang, surat berharga, maupun melalui penempatan di Bank Indonesia.

Berdasarkan kelompok bank, pendapatan bunga tertinggi yang berasal dari kredit terdapat pada kelompok BUMN yaitu sebesar 82,58%, sedangkan untuk komponen surat berharga porsi tertinggi berada pada kelompok KCBA sebesar 20,90% (Tabel A.1.5.1.2). Tingginya pendapatan bunga yang berasal dari kredit seiring dengan tingginya porsi kredit dalam aktiva produktif BUMN. Sedangkan tingginya porsi surat berharga pada KCBA sejalan dengan perannya sebagai primary dealer dan untuk memenuhi ketentuan CEMA12.

Tabel A.1.5.1.2

Proporsi Sumber Pendapatan Bunga Perbankan

Sumber: Diolah dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Maret 2015

Pendapatan bunga masih merupakan pendapatan operasional bank tertinggi dibandingkan pendapatan lainnya, yaitu sebesar 73,27%. Adapun komposisi pendapatan operasional tertinggi yang berasal dari pendapatan bunga terdapat pada kelompok BUSND yaitu sebesar 94,86%, sedangkan komponen pendapatan bunga terkecil berada pada kelompok KCBA sebesar 24,10%. Disisi lain, kelompok KCBA memiliki pendapatan non bunga tertinggi yang berasal dari valas sebesar 64,33% dibandingkan kelompok bank lainnya (Tabel A.1.5.1.3).

Hal ini mengingat kelompok KCBA memiliki infrastruktur, risk management dan metodologi yang relatif memadai dibandingkan dengan kelompok bank lainnya dalam kegiatan transaksi forex. Di samping itu, KCBA memiliki pasar yang lebih luas di pasar offshore baik pada regional maupun kantor pusatnya dalam hal diperlukan hedging atas transaksi forex tersebut di pasar offshore.

12 Capital Equivalency Maintained Assets (CEMA) adalah alokasi dana usaha kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri yang wajib ditempatkan pada aset keuangan dalam jumlah dan persyaratan tertentu. (PBI No. 15/12/PBI/13 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum

)

PENDAPATAN BUNGA BUMN BUSD BUSND BPD Campuran KCBA Industri

Penempatan di BI 0,92% 1,45% 1,98% 1,04% 1,18% 2,62% 1,30%

Penempatan di bank lain 0,67% 0,36% 0,71% 3,76% 1,68% 2,54% 0,99%

Surat Berharga 9,17% 6,65% 2,54% 3,43% 6,03% 20,90% 7,34%

Kredit 82,58% 63,26% 55,75% 62,71% 59,86% 70,43% 69,18%

Lainnya 6,65% 28,26% 39,01% 29,06% 31,24% 3,51% 21,18%

Referensi

Dokumen terkait

lembaga lain yang mempunyai fasilitas untuk menyelenggarakan Tes Tertulis dengan metode CAT sebagaimana dimaksud dalam huruf d. Tim Seleksi mengumumkan hasil Tes Tertulis

Rumah sakit di Indonesia tidak lepas dari pengaruh sektor kesehatan yang menggunakan teknologi kedokteran yang membutuhkan obat dan peralatan mutakhir serta sumber

Jadual Luh al-Hay t dan Luh al-Mam t tersebut di atas digunakan oleh pengarang sebagai asas numerologi di dalam kitabnya dan disarankan kepada orang ramai

Syukur Alhamdulillah segala puji syukur hanya milik Allah SWT yang telah mencurahkan Rahmat, Hidayah serta Inayahnya sehinnga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang

Dengan tidak mengurangi ketentuan pasal 10 ayat ke 1 Anggaran Dasar ini, rapat-rapat tersebut dalam ayat ke 1 Pasal ini harus dihadiri sekurang- kurangnya 1/2 (setengah) bagian

5.7 Semak bahan dalam OPAC Institusi lain untuk mengesan bahan yang dipohon dan kemaskini butiran pada Borang Perkhidmatan Pembekalan Dokumen. PP/ PPKn /

berprestasi melalui kegiatan pengembangan diri. Kegiatan pembinaan peserta didik menjadi tanggung jawab semua tenaga kependidikan terutama guru, karena guru merupakan sosok

Dengan menggunakan metode inversi model coupled hypocenter velocity dan software velest 3.3 diperoleh model kecepatan baru gelombang P 1D untuk wilayah perairan