• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. METABOLIT SEKUNDER TUMBUHAN

6. APIACEAE

6.1. Apium graveolens

30

Nama lokal — K: daun sop. MA: seledri. Deskripsi

Merupakan herba yang memiliki akar menebal membentuk umbi dengan bentuk terkadang seperti gasing. Tumbuhan ini memiliki batang yang mencapai tinggi 90 cm dengan permukaan batang bervariasi dari bersudut, beralur-alur atau bercelah-celah, biasanya batang tidak bercabang dari pangkal. Daun tersusun spiral dengan tipe tunggal atau terbelah sedemikian rupa menjadi daun majemuk menyirip, pangkal tangkai membentuk upih dengan panjang mencapai 2 cm khususnya pada daun di bagian pangkal batang, anak daun berukuran 2−2.5 × 3 cm, helaian biasanya bertoreh dangkal atau dalam menjadi tiga bagian, daun pada ruas-ruas bagian ujung batang biasanya lebih kecil. Perbungaan tersusun dalam payung majemuk yang muncul dari sisi berlawanan dari pangkal daun, duduk hingga dengan tangkai perbungaan sepanjang 2 cm. Cabang primer perbungaan sebanyak 10 hingga 15 dengan panjang antara 1 hingga 3 cm. Bunga bersimetri banyak dengan gigi kelopak yang tidak berkembang dan mahkota sebanyak 5 helai berwarna putih atau kehijauan dengan ujung yang melengkung ke dalam. Benang sari sebanyak 5 helai dan putik sebanyak 2, bakal buah berwarna hijau terang. Buah tunggal dengan rusuk yang dangkal, berukuran 1 × 0.75 cm. Persebaran Geografis

Jenis ini tersebar asli di kawasan temperata dari Eropa, Afrika, Asia dan Amerika. Keberadaan jenis ini di kawasan Indonesia berasal dari penanaman. Habitat dan Ekologi

Dapat tumbuh saat ditanam dari ketinggian 0 hingga 2100 m. Status Konservasi

Kurang Terancam (LC). Pemanfaatan Tradisional

Beberapa bagian tumbuhan ini telah lama dimanfaatkan misalnya biji untuk bumbu. Selain itu, biji juga memiliki kegunaan dalam bidang medis. Bagian lainnya yaitu daun, tangkai dan akar yang menyerupai umbi digunakan untuk memberi varian rasa pada masakan.

MA: daun dikonsumsi untuk menurunkan dampat disentri. Metabolit Sekunder dan Bioaktivitas

Beberapa senyawa metabolit sekunder yang diidentifikasi dari jenis ini antara lain falcarinol, falcarinidol, panaksidol, poliasetilen-8-O-metilfalfarindiol, 1-rhamnosa, 1-dodekanol, metil ester, tetradecene-1-ol-asetat, caffeic acid, asam klorogenat, apiin, apigenin, rutanin, ocimen, bergapten, isopimpinellin, seslin, isoimperatorin, osthenol, gravebiosida A dan B, umbelliferon, asam palmitat, asam stearat, asam oleat, asam linoleat, asam petroselinat, d-limonene, selinene, terpineol, sedanolida, sedanonik anhidrida dan santolol. Berbagai bioaktivitas

31

yang ada pada jenis ini antara lain antitumer, neurogenesis, antioksidan, antivirus, antikanker, antimikroba, antikolesterol, spasmolitik, antijamur, neuroprotektif dan antikanker.

Referensi

Al-Asmari AK, Athar MT, Kadasah SG. 2017. An updated phytopharmacological review on the medicinal plant of Arab region: Apium graveolens Linn. Pharmacogn Rev 11(21): 13-18.doi: 10.4103/phrev.phrev_35_16

Buwalda P. 1949. Umbelliferae. Fl Malesiana I 4(2): 113-140.

6.2. Centella asiatica

Nama ilmiah — Centella asiatica (L.) Urb. in Mart., Fl. Bras. 11, 1: 287, t. 78, fig. 1 (1879).

Nama lokal — K: pegaga.MA: paga-paga. S: papaga. Deskripsi

Herba menahun dengan batang menjalar dan berakar di ruasnya atau merupakan stolon. Batang berbentuk silindris, saat masih muda biasanya lebih kurang berambut. Daun tersusun dalam roset dengan panjang tangkai bervariasi antara 1−40 cm, helaian berbentuk jantung dengan pertulangan menjari, lebar 1−7 cm dengan ujung membundar dan tepi yang mengerut atau mengerut-bergigi. Tangkai membentuk struktur seperti upih di pangkalnya. Perbungaan berupa payung sederhana yang muncul dari ketiak daun, tangkai perbungaan tidak ada atau biasanya pendek, biasanya tumbuh soliter atau hingga 5 bersama pada tiap ketiak. Tangkai perbungaan lebih pendek dari daun yang mendukungnya. Bunga biasanya 3 tiap payung, dengan bunga tengah yang duduk dan diapit oleh dua bunga lain yang bertangkai. Bunga dengan mahkota warna merah dan buah berupa mericarp pipih berukuran 2 mm panjangnya.

Persebaran Geografis

Jenis ini terdistribusi di seluruh kawasan tropis. Di Indonesia, dapat ditemukan di seluruh pulau.

Habitat dan Ekologi

Tumbuh pada habitat bervariasi, mulai dari tempat terpapar matahari hingga ternaung, kawasan subur, sepanjang aliran sungai, di antara bebatuan pada jalan dan sepanjang dinding. Tumbuh pada kisaran elevasi yang cukup lebar mulai dari dekat permukaan laut hingga 2500 m.

Status Konservasi

32

Pemanfaatan Tradisional

Daun dapat dikonsumsi secara langsung atau dijadikan lalapan. Kegunaan dalam dunia medis juga cukup banyak, antara lain untuk mengobati penyakit kulit serta untuk zat diuretik, untuk penyakit kulit, luka bedah, luka bakar, skleroderma, lupus, leprosy, celulitis, aphtae, epilepsi, disentri, senility, hepatitis, gangguan saraf, TBC, batuk, kanker, pasca melahirkan, kaki gajah, smallpox, stimulan, menurunkan tekanan darah dan beragam penyakit lainnya. Dikonsumsi juga untuk sayuran dan untuk minuman. Dalam bidang farmasi, C. asiatica dikenal dengan nama ‘Folia hydrocotyles’.

K: Digunakan untuk abscesses, luka, patah tulang dan memperlancar sirkulasi darah.

MA:Masyarakat di Mandailing-Angkola memanfaatkan rendaman daun untuk menyembuhkan demam dan luka dengan cara diurut.

S: Daun digunakan untuk mengobati sakit ginjal, gangguan saluran pencernaan dan juga untuk luka.

Metabolit Sekunder dan Bioaktivitas

Senyawa-senyawa metabolit sekunder yang pernah asiaticosida, indecentellosida, thankunisida, madecasosida, asam asiatat, asam brahmat, asam madecassat, ß-caryophyllene, α-humulene, germacrene-D, α-copaene, asam centellat, centellin, brahmoside, centellicin, trans-ß-farnesen. Berbagai aktivitas biokimia yang tercatat antara lain untuk penyembuhan luka, luka bakar, cellulitis, infeksi leprosis, ulcer, penurun tekanan darah, analgesik, anti virus herpes (simplex II), antioksidan, regenerasi saraf, penyembuhan luka, antiemetic, dan antitumor. Meskipun demikian, dampak seperti efek narkotik, sakit kepala atau vertigo dapat ditimbulkan pada penggunaan berlebihan.

Referensi

Buwalda P. 1949. Umbelliferae. Fl Malesiana I 4(2): 113-140.

Hargono D, Lastari P, Astuti Y, Bergh MH van der. 1999. Centella. Dalam: de Padua LS, N Bunyapraphatsara, Lemmens RHMJ (eds). Plant Resources of South-East Asia 12(1): Medicinal dan Poisonous Plants 1. Leiden: Backhuys Pub. pp 190-194. Ling KH, Kian CT, Hoon TC. 2009. A Guide to Medicinal Plants. Singapore: World Sci Pub.

6.3. Coriandrium sativum

Nama ilmiah — Coriandrum sativum L., Sp. Pl.: 256 (1753).

Nama lokal — K: ketumbar. Deskripsi

Jenis ini merupakan herba semusim dengan tumbuhan yang seluruhnya tidak tertutupi oleh rambut. Ciri khas pada batang salah satunya adalah adanya alur-alur dan batang dapat mencapai tinggi 75 cm. Daun memiliki bentuk yang cukup polimorfik dengan bagian pangkal bertoreh menjari dan terkadang toreh sangat dalam, daun bagian tengah batang berbagi menjari dan pada bagian ujung

33

menyirp atau majemuk bertingkat dua, segment pada daun bagian atas lebih kurang selebar 0.5 mm. Bunga tersusun dalam payung majemuk yang muncul dari ujung batang atau tampak dari samping, bertangkai sepanjang 2−10 cm dan dengan cabang primer sepanjang 1−2.5 cm dan biasanya sebanyak 3 hingga 5 tiap perbungaan. Bunga dengan kelopak kecil yang tereduksi menjadi gigi-gigi, mahkota berwarna putih, menyebar, dengan panjang 3−4 mm dan semua segmennya berbagi dalam. Buah dengan unit sebesar 4 × 2 mm dan berkelompok membentuk buah yang hampir bulat.

Persebaran Geografis

Memiliki persebaran alami dari kawasan Mediterania hingga ke Asia bagian tengah. Saat ini telah banyak ditanam di hampir seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia.

Habitat dan Ekologi

Kisaran elevasi untuk jenis ini di Malesia antara 0 hingga 2200 m. Seringkali di tanam, tampaknya belum pernah ditemukan dalam bentuk populasi meliarnya.

Status Konservasi

Belum dievaluasi (NE). Pemanfaatan Tradisional

Bagian yang lama dan umum dimanfaatkan adalah buah dan daun untuk bumbu, sedangkan daun untuk pemberi aroma pada makanan. Buah juga dicampur dengan beras untuk menyiapkan kapang (yeast). Daun juga memiliki khasiat obat untuk stimulan. Karena kegunaannya ini, biji sering di jual di pasar-pasar dan hampir selalu ada pada tiap penjual sayuran.

K: Untuk obat diare dan oukup.

Metabolit Sekunder dan Bioaktivitas

Metabolit sekunder yang ditemukan di jenis ini antara lain asam askorbat, asam p-coumaric dan asam sinamat. Bioaktivitas yang telah tercatat antara lain adalah antioksidan dan antikanker.

Referensi

Buwalda P. 1949. Umbelliferae. Fl Malesiana I 4(2): 113-140.

Tang ELH, Rajarajeswaran J, Fung SY, Kanthimathi MS. 2013. Antioxidant activity of

Coriandrum sativum dan protection against DNA damage dan cancer cell migration. BMC Complement Altern Med 13: 347.doi: 10.1186/1472-6882-13-347

34

Dokumen terkait