• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SYARAT DAN DASAR PEMBERIAN KREDIT DENGAN

B. Aplikasi Permohonan Kredit Sebagai Acuan Perjanjian

Pada Umumnya, suatu failitas kredit dimintakan permohonnanya oleh debitur (calon debitur) terlebih dahulu sebelum analisa dilakukan oleh bank, tetapi dalam kasus-kasus tertentu, analisa kredit dibuat mendahului adanya permohonan dari calon debitur. Hal demikian jika berdasarkan pengamatan dan penilaian bank, calon debitur tersebut mempunyai potensi yang baik untuk diberikan fasilitas kredit. Adapun data- data yang dijadikan dasar analisis pendahuluan ini biasanya diperoleh dari data-data nasabah yang terdapat pada public folder atau internet milik calon debitur. Namun, untuk selanjutnya jika offering latter dari bank dalam permohonan diterima oleh calon debitur, maka kepada yang bersangkutan tetap dimintakan untuk mengajukan fasilitas kredit.

Adapun surat permohonan mendapatkan kredit berisi antara lain47: 1. Identitas nasabah

2. Bidang usaha nasabah

3. Jumlah kredit yang dimohonkan 4. Tujuan Pemakaian kredit

Disamping surat permohonan tersebut, masih diperlukan data-data lain yang dapat menunjang permohonan nasabah seperti sebagai berikut ;

1. Susunan pengurus perusahaan nasabah

2. Laporan keuangan ( neraca dan perhitungan laba / rugi )

47Wawancara dengan Bapak Ngr, Account Officer Bank Mandiri Cabang Imam Bonjol, pada tanggal 7-9-2013, pada pukul 10.00 WIB

3. Perencanaan proyek yang akan dibiayai dengan kredit 4. Barang jaminan yang dapat digunakan

5. Dan lain-lain

Permohonan Fasilitas kredit seyogianya ditandatangani oleh calon debitur sesuai kewenangan dari calon debitur tersebut. Dalam hal calon debitur adalah berupa badan, maka calon debitur tersebut sesuai dengan kewenangan badan yang bersangkutan sebagaimana terdapat dalam anggaran dasarnya.

Dalam praktik perbankan, sebagian besar permohonan kredit yang idealis tersebut (permohonan kredit yang telah ditandatangani oleh calon debitur sesuai kewenangan dalam Anggaran Dasar) belum dapat dipenuhi sehingga untuk meminimalisasi resiko hukum tersebut, maka fungsi SPPK (yang sebelumnya merupakan Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit), maka kini terdapat bank besar yang mengubah fungsi “persetujuan” menjadi “penawaran” sehingga SPPK diartikan sebagai Surat Penawaran Pemberian Kredit, sehingga konotasi hukumnya pada saat SPPK dibuat oleh bank, dapat diartikan sebagai offering.

Perubahan tersebut secara hukum telah mengubah konstruksi hukum yang luas, antara lain untuk menutup kekurang sempurnaan atas persetujuan kredit dari debitur, dimana persetujuan tersebut dapat diartikan sebagai telah terjadinya kesepakatan karena persetujuan tersebut merupakan tanda persetujuan atas permohonan debitur. Dalam hal demikian, maka permohonan tersebut merupakan dasar adanya persetujuan bank, yang berarti permohonan tersebut harus / wajib

ditandatangani oleh calon debitur yang berwenang (jika suatu badan, kewenagan tersebut dapat dilihat dalam anggaran dasar perusahaan yang bersangkutan)

Permasalahan juga timbul berkenaan dengan pengertian permohonan kredit. Hal ini penting karena menyangkut tata cara dan prosedur yang harus dipenuhi dalam permohonan kredit sebagaimana diuraikan diatas, termasuk menyangkut kewenangan bertindak.

Sebagai gambaran, permohonan kredit yang utama meliputi : 1. Permohonan baru

2. Permohonan kenaikan Limit 3. Permohonan Restrukturisasi

4. Permohonan perpanjangan fasilitas kredit.

Batasan mengenai makna permohonan kredit adalah hal yang sangatesensial. Karena dokumen permohonan kredit tersebut wajib ada dan untuk perseroan, maka perseroan tersebut pada dasarnya harus mendapatkan persetujuan dari komisaris dan/ atau RUPS sesuai anggaran dasar perseroan. Oleh karena itu, jika suatu permohonan diklasifikasikan sebagai permohonan kredit, maka permohonan tersebut wajib memenuhi kewenangan bertindak dari subjek hukum yang bersangkutan.

Jika kita menganut asas Prudential banking, maka seluruh permohonan yang menyangkut pemberian fasilitas kredit diklasifikasikan sebagai permohonan kredit dan oleh karena itu, harus memenuhi ketentuan kewenangan bertindak dari subyek hukum yang bersangkutan.

Dalam praktik penggolongan, apakah suatu permintaan oleh debitur termasuk permohonan kredit atau bukan, agak sulit. Penggolongan ini diperlukan karena jika permohonan tersebut harus dianggap sebagai permohonan kredit, maka wajib

memperhatikan kewenangan bertindak sesuai dengan anggaran dasarnya. Seperti untuk melengkapi permohonan tersebut wajib memenuhi persyaratan, misalnya adanya persetujuan dari komisaris dan / atau dari RUPS. Pemenuhan persyaratan itu sering menjadi sulit untuk dipenuhi oleh debitur dengan berbagai alasan. Pemenuhan persyaratan itulah sebenarnya yang menjadi permasalahan utama, pengklasifikasian suatu permohonan merupakan permohonan kredit atau bukan. Jika suatu permohonan kredit ternyata tidak memenuhi persyaratan yang diatur dalam ketentuan anggaran dasar dan ketentuan perundang-undangan, maka permohonan tersebut dapat dianggap (ketika atas permohonan tersebut nantinya disetujui oleh kreditur/bank) pihak debitur telah melakukan perjanjian yang belum memenuhi syarat syahnya perjanjian, yang diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata, yaitu syarat subyektif, yang ancamanya dapat dibatalkan (sekalipun hal tersebut terdapat dalam permohonan kredit).

Jika dicermati, suatu permohonan adalah perbuatan hukum sepihak yang belum mengikat pihak lain. Permohonan tersebut akan mengikat pihak lain jika atas permohonan itu, disetujui oleh kreditur / bank. Dengan konstruksi hukum demikian, maka ketika suatu permohonan kredit ( setelah dianalisa oleh bank ) kemudian diberikan suatu pemberitahuan persetujuan kredit ( SPPK ), maka atas permohonan tersebut, ketika mendapatkan SPPK, telah menjadi kesepakatan antara pihak debitur dan kreditur karena offering yang disampaikan oleh calon debitur telah disetujui oleh kreditur / bank.48

Sebelum Penyaluran kredit kepada debitur / penjual dilakukan Bank selaku kreditur akan melakukan analisa terlebih dahulu dengan tujuan untuk memperoleh

keyakinan yang didapat berdasarkan data dan fakta. Karena keyakinan tanpa adanya dukungan fakta dan data adalah kecerobohan.

1. Tahapan Prosedur dalam Pembiayaan kredit dengan Jaminan Purchasing Order FinancingmaupunInvoice Financing.

Tahapan Prosedur dalam pembiayaan kredit dengan Purchasing Order financingmaupunInvoice financingadalah sebagai berikut49:

Debitur yang akan meminjam dana kepada bank dengan agunan Purchasing

Order, maupun Invoice financing, terlebih dahulu harus menyerahkan Aplikasi

Receivables Financingyang telah ditandatangani beserta seperangkat dokumen dasar yaitu:

49Wawancara dengan Bapak Ngr, Account Officer bank Mandiri Cabang Imam Bonjol, pada tanggal 7-9-2013, pada pukul 10.00 WIB.

Purchasing Order Financing Invoice Financing

1. Menyerahkan Aplikasi

Receipable Financing

2. MenyerahkanCopy Purchase Orderdari pembeli terpilih atau

Copy Salles Contract/ Agreement

atau dokumen komersial lain yang dapat berfungsi sebagai pemesanan barang/ layanan dengan pembeli terpilih yang masuk dalam daftar pembeli

1. Menyerahkan AplikasiReceivable Financing

2. Bukti Accepted Invoice atau dokumen komersial lainnya yang dapat menunjukkan nasabah sudah dapat membuka piutang (receivables), sementara di sisi pembeli sudah berfungsi sebagai bukti adanya hutang dagang kepada penjual. Dalam hal terdapat PO Financing, Invoice

atau dokumen yang

dipresentasikan mencantumkan instruksi pembayaran ke rekening

Lebih Jelas mengenai apa yang dimaksud dengan Accepted Invoice dalam permohonan kredit denganInvoice Financing adalah merupakan dokumen yang telah di Akseptasi oleh Perusahan pemberi pekerjaan (Bougher). Akseptasi adalah suatu tanda hutang (pengakuan hutang) dari yang mengeluarkan aksep pada sipemegang aksep dimana yang mengeluarkan berjanji akan sanggup membayar suatu jumlah tertentu pada sipemegang aksep pada suatu waktu tertentu. Kewajiban sipenandatangan aksep tidaklah untuk menanggung pembayaran oleh seorang tertarik, melainkan dirinya sendiri wajib membayar sejumlah uang kepada penerima atau pembawa aksep. Jadi berbeda dengan cek, dan wesel yang merupakan perintah untuk membayar sejumlah uang (betalingsopdracht), aksep merupakan suatu surat sanggup yang berisi kesanggupan atau janji untuk membayar sejumlah uang (betalingsbelofte).

3. Khusus bila per transaksi pemesanan barang nasabah tidak lagi menggunakan Purchase order, maka Copy Sales contract

/ Agreement cukup diserahkan

sekali pada transaksi PO FinancingPertama.

3. Copy dokumen lain, yang dipersyaratkan oleh penjual dalam

Sales Contract / Agreement (jika ada)

4. Khusus untuk presentasi Invoice

yang belum memperoleh akseptasi (Un-accepted Invoice), Disertai dengan bukti pengiriman barang berupa copy dokumen

Goods Receipt atau copy delivery

Order atau copy Berita Acara

Serah Terima (BAST) barang atau

dokumen lainya yang

mengandung tanda terima barang oleh pihak Pembeli yang masuk dalam daftar pembeli.

Meskipun demikian ketentuan pada pasal 176 KUHD berlaku juga bagi aksep, yaitu beberapa ketentuan wesel mengenai endosemen, hari bayar, hak regres, kadaluarsa, kehilangan perubahan, dan lain sebagainya berlaku pula bagi surat aksep, hanya tidak termasuk mengenai ketentuan sitertarik menyetujuinya (akseptasi) dan mengenai penyediaan dana ditangan seorang tertarik. Ketentuan ayat 1 pasal 177 KUHD menegaskan, si penandatangan aksep adalah terkait seperti si tertarik dalam wesel itu( akseptasi).

Menurut ketentuan dalam pasal 174 KUHD, suatu surat sanggup harus berisikan50: a. keterangan tertunjuk (orderclausule) baik penyebutan surat sanggup, atau

promes kepada tertunjuk, yang dimuat dalam teksnya sendiri, dan diistilahkan dalam bahasa yang dipakai surat tersebut.

b. Kesanggupan tidak bersyarat untuk membayar suatu jumlah tertentu. c. Penetapan hari bayar.

d. Penetapan tempat pembayaran harus dilakukan.

e. Nama pihak atau pihak lain yang ditunjuk oleh surat promes itu untuk mendapatkan pembayaran.

f. Tanggal, dan tempat surat itu ditandatangani. g. Tanda tangan pihak yang mengeluarkan surat itu.

Setelah nasabah menyerahkan Aplikasi Receivables Financing yang telah ditandatangani beserta seperangkat dokumen yang telah disebutkan pada tabel diatas

50 Muhamad Djumhana,Hukum Perbankan di Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

maka Trade Servicing Unit dari bank akan melakukan pemeriksaan kebenaran atas kelengkapan dan keaslian dokumen (apparent genuineness) yang menjadi dasar pembiayaan denganReceivables Financingdan mengisi checklist Penarikan Fasilitas

Receivables Financing. Trade Servicing Unit dari pihak bank akan menelusuri

kebenaran Atas PO yang didapat oleh Penjual, dengan berdasarkan atas data yang diberikan oleh penjual maupun menghubungi langsung pihak pembeli (pemesan barang / jasa ) apakah PO yang diberikan kepada Penjual benar Adanya.

2. Analisis Kredit terhadap permohonan kredit dengan jaminan Purchasing Order.

Untuk memperoleh keyakinan dimaksud bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap hal-hal berikut :

1. Watak (Caracter).

Watak (Caracter) adalah pribadi, kelakuan, sikap tingkah laku, dan nilai-nilai dari debiturnya yang dapat dilihat dari track record, yaitu sejarah hidup dan

curriculum vetae dari debitur. Data-data dan sumber ini dapat dilihat dari

beberapa sumber dan informasi, antara lain informasi tersebut dapat diminta dari Bank Indonesia.

2. Kemampuan (Capacity).

Kemampuan adalah kemampuan debitur untuk mengelola fasilitas kredit yang diberikan sehingga dapat memberikan nilai tambah, yang akhirnya dapat mengembalikan fasilitas kredit sesuai dengan waktu yang diperjanjikan. Oleh karena itu, dalam pemberian kredit harus dianalisa, antara lain mengenai kondisi

keuangan yang bersangkutan, untuk meyakini tentang jumlah fasilitas yang dibutuhkan dan kondisi perusahaan yang sebenarnya.

Kemampuan juga menyangkut mengenai kecakapan. Oleh karena itu kecakapan dan profesionalisme Debitur/Pengurus dan karyawan perlu mendapat perhatian. 3. Modal (Capital).

Modal adalah modal yang dimiliki oleh debitur yaitu apa yang dijadikan debitur dalam melakukan usahanya. Pengertian modal adalah termasuk juga modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang disetor. Termasuk dalam cakupan modal adalah Sharing pembiayaan, yaitu jumlah tertentu yang harus disediakan sendiri oleh debitur dalam suatu pembiayaan terhadap objek kredit.

4. Agunan (Collateral).

Agunan adalah benda bergerak dan benda tidak bergerak yang diserahkan debitur kepada kreditur, untuk menjamin apabila fasilitas kredit tidak dibayar kembali sesuai waktu yang ditetapkan.Jika hal demikian terjadi, maka benda tersebut dapat dijual untuk pelunasan fasilitas kredit tersebut. Jaminan tersebut dapat berupa jaminan umum, dimana kreditur tidak mempunyai hak Preferent dan jaminan khusus, dimana kreditur mempunyai hakpreferent.

5. Prospek usaha (Condition Of Economy).

Prospek usaha adalah dukungan lingkungan, baik keadaan ekonomi maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku serta keadaan daerah setempat yang memungkinkan suatu usaha yang dibiayai dapat berjalan dengan baik dan menguntungkan.

Apabila berdasarkan penilaian terhadap watak (character), kemampuan (Capacity), modal (Capital), dan prospek usaha (condition of economy) telah diperoleh keyakinan atas kemampuan nasabah debitur mengembalikan utangnya, maka agunan dapat hanya berupa barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Jika mendasarkan pada ketentuan ini, maka dalam pemberian fasilitas kredit hanya dikenal Project financing dan bukan Corporate financing. Namun demikian, dalam praktik perbankan telah lazim dalam pemberian fasilitas kredit dengan pola project financing.51 ProdukProject Financing ini dalam Bank mandiri disebut denganReceivable Financing.

Untuk memahami pengertian pembiayaan Proyek (Project Financing) O.P.Simorangkir (1989) berpendapat bahwa :

“Pembiayaan proyek adalah pembiayaan dari berbagai sumber keuangan yang diperlukan untuk menilai, mendirikan, dan mulai bekerjanya suatu proyek bermodal besar, pinjaman untuk proyek tersebut biasanya diberikan oleh sindikasi bank, dan jaminan keuangan atas pengembalian pinjaman tersebut hanya digantungkan pada arus pemasukan dimasa yang akan datang, dan tidak digantungkan pada jaminan pihak ketiga”.52

Dalam definisi ini dapat diketahui ciri-ciri pokok pembiayaan proyek yaitu : 1. Proyek yang dibiayai adalah proyek besar,

2. Sumber pembiayaan proyek adalah pinjaman yang diberikan oleh sindikasi Bank, 3. Pengembalian pinjaman diperoleh dari penghasilan proyek tersebut,

4. Dan tidak ada jaminan pihak ketiga.

51Try Widiono,Op.cit, hal 5,6.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan diatas dapat diinventarisasi ciri-ciri khas pembiayaan proyek sebagai berikut53:

1. Hanya disediakan atau diperuntukkan bagi proyek besar

2. Biasanya dilakukan secara sindikasi oleh beberapa sumber pembiayaan .

3. Tidak menggunakan system kredit konvensional yang didukung oleh jaminan kebendaan atau orang.

4. Bila memerlukan jaminan hanya terbatas pada aset unit ekonomi yang dibiayai itu.

5. Pembiayan proyek merupakan hutang / pinjaman yang berisiko tinggi jika dibandingkan dengan kredit konvensional.

6. Pengembalian pinjaman bersumber dari pendapatan (revenue) proyek yang bersangkutan.

7. Kelangsungan pendapatan (economic viability) proyek menjadi pertimbangan utama pihak penyandang dana.

8. Karena menggunakan teknologi canggih, kelayakan teknis (technical feasibility) juga menjadi pertimbangan utama pihak penyandang dana.

9. Kontrak pembangunan proyek yang memuat bentuk pemborongan pekerjaan menjadi jaminan pembiayaan proyek dan pengembaliannya.54

53 Abdulkadir Muhammad & Rilda Murniati, Segi hukum lembaga Keuangan dan

Untuk memahami pengertian pembiayaan Proyek (Project Financing) O.P.Simorangkir (1989) berpendapat bahwa :

“Pembiayaan proyek adalah pembiayaan dari berbagai sumber keuangan yang diperlukan untuk menilai, mendirikan, dan mulai bekerjanya suatu proyek bermodal besar, pinjaman untuk proyek tersebut biasanya diberikan oleh sindikasi bank, dan jaminan keuangan atas pengembalian pinjaman tersebut hanya digantungkan pada arus pemasukan dimasa yang akan datang, dan tidak digantungkan pada jaminan pihak ketiga”.55

Dalam definisi ini dapat diketahui ciri-ciri pokok pembiayaan proyek yaitu : 1. Proyek yang dibiayai adalah proyek besar,

2. Sumber pembiayaan proyek adalah pinjaman yang diberikan oleh sindikasi Bank,

3. Pengembalian pinjaman diperoleh dari penghasilan proyek tersebut, 4. Dan tidak ada jaminan pihak ketiga.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan diatas dapat diinventarisasi ciri-ciri khas pembiayaan proyek sebagai berikut56:

10. Hanya disediakan atau diperuntukkan bagi proyek besar

11. Biasanya dilakukan secara sindikasi oleh beberapa sumber pembiayaan .

55O.P, Simorangkir,Seluk Beluk Bank Komersial. Aksara Persada Indonesia, Jakarta1989.

56 Abdulkadir Muhammad & Rilda Murniati, Segi hukum lembaga Keuangan dan

12. Tidak menggunakan system kredit konvensional yang didukung oleh jaminan kebendaan atau orang.

13. Bila memerlukan jaminan hanya terbatas pada aset unit ekonomi yang dibiayai itu.

14. Pembiayan proyek merupakan hutang / pinjaman yang berisiko tinggi jika dibandingkan dengan kredit konvensional.

15. Pengembalian pinjaman bersumber dari pendapatan (revenue) proyek yang bersangkutan.

16. Kelangsungan pendapatan (economic viability) proyek menjadi pertimbangan utama pihak penyandang dana.

17. Karena menggunakan teknologi canggih, kelayakan teknis (technical feasibility) juga menjadi pertimbangan utama pihak penyandang dana.

18. Kontrak pembangunan proyek yang memuat bentuk pemborongan pekerjaan menjadi jaminan pembiayaan proyek dan pengembaliannya.

Dokumen terkait