• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SYARAT DAN DASAR PEMBERIAN KREDIT DENGAN

C. Segi Hukum Pembiayaan Proyek

1. Asas Kebebasan berkontrak.

Ketentuan mengenai perjanjian secara umum diatur dalam Buku III KUHPerdata dan hanya terbatas pada pengaturan kewajiban dan hak pihak-pihak secara perdata baik materil maupun formal. Dalam pasal 1320 KUHPerdata diatur mengenai syarat-syarat sah perjanjian, dan pasal 1338 KUHPerdata mengenai akibat hukum perjanjian yang sah. Dalam pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata ditentukan bahwa perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi pihak-

pihak yang membuatnya. Ketentuan ini mengakui adanya asas kebebasan berkontrak (principle of contract freedom), yaitu kebebasan membuat perjanjian dan kekuatan berlaku/ mengikat perjanjian tersebut disamakan dengan kekuatan berlaku/mengikatnya Undang-undang.

Ketentuan-ketentuan kontrak mengenai pembiayaan proyek yang dibuat secara bebas oleh pihak-pihak tentunya bersumber dari asas kebebasan berkontrak. Keberlakuan asas kebebasan berkontrak menjadi sangat penting dalam hal membuat kontrak-kontrak Pembiayaan proyek karena pembiayaan proyek merupakan sistem pembiayaan yang masih belum banyak pengaturannya, jika dibandingkan dengan sistem pembiayaan konvensional yang sudah ada. Dengan demikian, pengaturan yang dilakukan melalui rumusan kontrak-kontrak yang dibakukan merupakan cara yang paling tepat untuk mengisi kekosongan hukum tertulis bagi pembiayaan proyek. 2. Pinjaman, Pembiayaan, Jaminan.

Pembiayaan proyek merupakan salah satu bentuk pinjaman (loan), jadi ketentuan hukum yang berlaku bagi pinjaman berlaku juga bagi pembiayaan proyek. Sumber hukum utama bagi pembiayaan adalah Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang penyempurnaan Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. Pinjaman biasanya dikaitkan dengan jaminan benda atau orang. Jaminan benda biasanya bersifat benda bergerak dan benda tak bergerak. Pada pembiayaan proyek jaminan itu dapat berupa aset perusahaan pengelola proyek atau proyek itu sendiri dijadikan jaminan. Sumber

hukum utama bagi jaminan adalah undang-undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan.

Dalam Hubungan Hukum bidang perkreditan terdapat ketentuan yang berlaku umum dalam setiap jenis kredit, yaitu Syarat Umum Pemberian Kredit (SUPK). Syarat Umum Pemberian Kredit (SUPK) ini diperlukan, antara lain untuk mempermudah penyajian-penyajian kredit. Klausula-klausula yang berlaku umum untuk beberapa jenis kredit yang dijadikan satu dalam bentuk SUPK, sedangkan hal- hal yang bersifat khusus diatur dalam perjanjian kredit. Dengan cara demikian, perjanjian kredit mempunyai klausula yang ringkas.

Adapun jenis formulir perkreditan yang umum berlaku dalam pemberian kredit konvensional adalah sebagai berikut:57

1. Surat permohonan kredit dari nasabah kepada bank 2. Surat pemberitahuan persetujuan kredit.

3. Syarat-syarat umum perjanjian kredit

4. Perjanjian fasilitas (biasanya dalamnoncash loan) 5. Perjanjian kredit dan adendumnya.

6. Dokumen agunan/ jaminan

7. Dokumen persyaratan penarikan kredit.

Dalam pengertian sederhana kredit merupakan penyaluran dana dari pihak pemilik dana kepada pihak yang memerlukan dana. Penyaluran dana tersebut

didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana.58

Nasabah yang datang ke bank untuk memperoleh kredit, tentu bank tidak langsung memberikan kredit begitu saja. Bank memerlukan informasi tentang data- data yang dimiliki calon penerima kredit, data-data yang dimaksud penting bagi bank untuk menilai keadaan dan kemampun nasabah, sehingga menumbuhkan kepercayaan bank dalam memberikan kreditnya.

Adapun yang pertama dilakukan adalah menyampaikan surat permohonan mendapatkan kredit yang berisi antara lain :

a. Identitas Nasabah b. Bidang usaha nasabah

c. Jumlah kredit yang dimaksudkan d. Tujuan pemakaian kredit.

Disamping surat permohonan tersebut, masih diperlukan data- data lain yang dapat menunjang permohonan nasabah sebagai berikut :

a. susunan pengurus perusahaan nasabah

b. Laporan keuangan (Neraca dan perhitungan laba/ rugi) c. Perencanaan proyek yang akan dibiayai dengan kredit d. Barang jaminan yang dapat diagunkan

b. dan lain-lain.

Dengan adanya data-data penunjang, bank dapat menilai kemampuan nasabah dalam mengelola usahanya. Bank juga dapat menilai kemampuan nasabah terhadap kredit yang diminta, apakah nantinya dapat mengembalikannya atau tidak. Peranan bank dalam bidang perkreditan, bukan semata-mata memberikan kredit asal ada jaminanya yang cukup, tetapi bank juga membina usaha nasabah, agar kelancaran usaha nasabah kredit bank dapat berjalan dengan lancar.59

Sebelum kredit diberikan kepada pengguna dana atau dalam hal ini debitur maka bank terlibih dahulu akan melakukan analisa-analisa yang mendalam terhadap permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur yang mana analisa tersebut bertujuan agar bank memperoleh keyakinan bahwa usaha atau proyek yang dibiayai dengan kredit tersebut memang layak untuk diberikan kepada calon debitur.

Analisa kredit merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan sebagai acuan bank apakah permohonan kredit dari nasabah dapat disetujui atau ditolak. Disamping itu bank perlu melakukan analisa yang mendalam agar bank terhindar dari masalah kredit yang timbul dikemudian hari. Penerapan prinsip dasar dalam pemberian kredit serta analisis yang mendalam terhadap calon debitur, perlu dilakukan oleh bank agar bank tidak salah memilih dalam menyalurkan dananya sehingga dana yang disalurkan tersebut dapat terbayar kembali sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan.

3. Standard Kelayakan kredit.

Untuk mengetahui apakah suatu kredit dengan jaminan Purchasing order

layak untuk dapat diberikan atau tidak, maka Kreditur dalam analisanya akan

melakukan analisa terhadap hal-hal sebagai berikut yang mana juga merupakan sebagai syarat standard kelayakan dalam memberikan kredit dengan jaminan

Purchasing order.

Analisa yang dilakukan oleh kreditur adalah sebagai berikut60:

a. Pengalaman dan kemampuan nasabah dalam memenuhi pesanan barang / jasa yang akan dibiayai, termasuk tata kelola produksi (production management) barang / jasa nasabah, tempat produksi yang memadai, prasarana dan kapasitas produksi dan hal-hal lain yang terkait aktivitas produksi barang dan jasa. Hal tersebut dapat dilakukan dengan LaporanOn The Spot(dokumentasi pada bank) b. Spesifikasi barang / jasa yang dipesan oleh pembeli dan kemampuan serta

pengalaman nasabah memenuhi spesifikasi tersebut. Pengecekan tersebut dapat dilakukan dengan cara:

1. Membandingkan Purchase order dari pembeli, dengan Delivery Order atau

Goods Receipt yang mengandung penerimaan Pembeli selama 6 bulan

terakhir

2. Menanyakan langsung ke Pembeli

3. Dengan cara lainya yang dianggap memadai. c. KetersediaanSupplymaterialInputproduksi.

d. Historis Hubungan bisnis nasabah dengan supplier dan kemampuan (capability)

supplier. Supplier minimal sudah memiliki hubungan kerja dengan nasabah

60 Wawancara dengan Bapak Ngr, Account Officer Bank Mandiri, Cabang Imam Bonjol,

minimal 1 (satu) tahun. Apabila supplier memiliki hubungan kerja kurang dari 1 (satu) tahun dengan pembahasan yang spesifik serta mencantumkan pertimbangannya pada Nota Analisa, misalnya pertimbangan nama baiksupplier

di industrinya dan lain-lain. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara pengecekan transaksi yang dilakukan oleh bank kepada supplier (dokumentasi pada bank) dan/ atau dokumen Delivery Order supplier yang mengandung penerimaan nasabah atau Invoice dari supplier selama 6 (enam) bulan terakhir, dicocokan dengan Purchasing Order dari nasabah kepadasupplier, atau dengan cara lainnya yang dianggap memadai.

e. Nasabah Disyaratkan Berpengalaman dalam menjual barang / jasa yang dibiayai minimal selama 2 (dua) tahun dengan rekam jejak pemenuhan penjualan barang/ jasa masuk dalam kategori baik.

f. Calon nasabah memang membutuhkan pembiayaan pada tahapan penyediaan stock/persediaan, produksi barang / jasa atau pengiriman barang / jasa dan / atau percepatan penerimaan piutang guna lajur perekonomian perusahaan tetap berjalan dengan baik.

g. Memiliki pengalaman dalam menjual barang / jasa yang dibiayai minimal selama 2 (dua) tahun.

h. Memiliki hubungan bisnis selama minimal 1 (satu) tahun dengan supplier guna memenuhi pasokan bahan baku yang antara lain dibuktikan dengan adanya

4. Penilaian Kelayakan Kredit ( Study Kelayakan Kredit ).

Dalam tahap penilaian kelayakan kredit ini, banyak aspek yang akan dinilai, yaitu61:

a. Aspek Hukum

Yang dimaksud dengan aspek hukum disini adalah penilaian terhadap keaslian dan keabsahan dokumen-dokumen yang diajukan oleh pemohon kredit. Penilaian terhadap dokumen-dokumen tersebut dilakukan oleh pejabat atau lembaga yang berwenang untuk itu.

b. Aspek pasar dan pemasaran.

Dalam aspek ini yang akan dinilai adalah prospek usaha yang dijalankan oleh pemohon kredit untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.

c. Aspek Keuangan

Dalam aspek ini yang dinilai dengan menggunakan analisis keuangan adalah aspek keuangan perusahaan yang dilihat dari laporan keuangan yang termuat, dalam neraca dan dari laporan keuangan yang termuat dalam neraca dan laporan laba rugi yang dilampirkan dalam aplikasi kredit.

d. Aspek Teknis / Operasional

Selain aspek-aspek yang telah dikemukakan diatas, aspek lain yang juga dilakukan penilaian adalah aspek teknis atau operasional dari perusahaan yang mengajukan aplikasi kredit, misalnya mengenai lokasi tempat usaha, kondisi gedung beserta sarana, dan prasarana pendukuang lainnya.

e. Aspek Manajemen.

Penilaian terhadap aspek manajemen ini adalah untuk menilai pengalaman dari perusahan yang memohon kredit dalam mengelola kegiatan usahanya, termasuk sumber daya manusia yang mendukung kegiatan usaha tersebut.

f. Aspek Sosial Ekonomi.

Untuk melakukan penilaian terhadap dampak dari kegiatan usaha yang dijalankan oleh perusahaan yang memohon kredit khususnya bagi masyarakat baik secara ekonomi maupun social.

g. Aspek AMDAL.

Penilaian terhadap aspek AMDAL ini sangat penting karena merupakan salah satu persyaratan pokok untuk dapat beroperasinya suatu perusahaan. Oleh karena itu kegiatan usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan pasti mempunyai dampak terhadap lingkungan baik darat, air, dan udara.

Dokumen terkait