• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Smart Green House (SGH) : Buat Tanaman “Berbicara”

Dalam dokumen MAJALAH RISTEKDIKTI EDISI 1 2017.. page1 (Halaman 50-53)

50

Vol.7.II.2017

Menurut Helmi, kedepannya dengan aplikasi SGH ini, seluruh tanaman di dunia ini dapat melaporkan dirinya sendiri untuk optimasi pertumbuhan. Terkait dengan pertumbuhannya dan perawatannya. Akan timbul data-data dari tanaman itu sendiri untuk langsung ditanggulangi oleh pemilik tanaman lewat notiikasi yang muncul,” katanya.

Menariknya, meskipun produk ini masih prototipe, namun sudah banyak dipesan oleh beberapa pemilik lahan

pertanian di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. “Sudah ada yang pesan, namun tahapnya masih uji coba saja, karena masih prototipe, dan pengembangannya masih jauh karena sebenarnya akan ada tahap monitoring, controlling, dan penambahan itur,” ujar Helmy sambil tersenyum. Selain itu menurut Tito, dengan teknologi yang digunakan akan semakin eisien dan mempersedikit pengeluaran para petani. “Pada penelitian ini saya lebih mengembangkan sisi

monitoring dan controlling dengan menggunakan alat yan bernama Arduino. Yaitu alat microcontroller dari Italia, sehingga kita tinggal memasukkan program dan mengkoding untuk data-data dari sensor. Jadi kita atur keluarannya sesuai keinginan kita, tinggal nanti diaplikasikan di website dan aplikasi berbasis android,” jelas mahasiswa semester akhir Polines itu.

Tito mengutarakan bahwa sebenarnya produk SGH ini memang sudah siap dilempar ke pasaran, hanya saja masih terbentur pada alat sensor yang terbatas, karena produknya hanya baru bisa didapat di luar negeri dan harga masih terlampau mahal. Tapi kedepannya menurut Tito akan dicoba memproduksi sendiri untuk alat sensor pendukung aplikasi SGH.

Di masa depan bidang pertanian akan sangat terbantu dengan hadirnya aplikasi ini. Namun yang paling penting adalah bahwa teknologi di dunia iksi belum tentu hanya menjadi khayalan, namun kita bisa merealisasikannya di dunia nyata lewat riset dan inovasi.

“Dimasa depan aplikasi ini akan membantu pemilik tanah dan petani

meningkatkan taraf ekonomi kehidupannya”

-Helmy & Tito

Menurut Ahmad Zikri, selaku Sekretaris Jurusan Teknik Kimia sekaligus dosen yang mengembangkan alat tersebut, cara kerja dari alat ini adalah memisahkan antara hidrogen dan oksigen yang merupakan senyawa dari air.

“Salah satu inovasi mahasiswa program teknik energi adalah menghasilkan energi yang sifatnya renewable/ bisa terbaharui. Jadi yang awalnya berupa air, bisa di konversi menjadi gas hidrogen. Gas hidrogen disini bisa kita manfaatkan langsung sebagai gas bahan bakar,” jelasnya. Keunggulan dari produk ini menurut Zikri adalah meskipun inovasi hidrogen ini sudah lama dikenal, tetapi rata-rata gas hasilnya dalam kondisi tercampur, selain hidrogen, alat ini juga menghasilkan oksigen. Kalau keadaannya tercampur, riskan akan terjadinya ledakan pada saat proses pembakaran, kalau memang murni hidrogen, maka dapat dikatakan aman untuk bisa dimanfaatkan.

“Disini kami menginovasikan agar alat ini bisa memisahkan antara molekul hidrogen dan molekul oksigen tersebut. Terdapat 2 jalur produk disini yang merah itu jalur produk Pernahkah kita melihat beberapa ilm iksi ilmiah dimana

sebuah mobil bahan bakarnya hanya diambil dari air yang biasa kita dapat di sekeliling kita? Atau pernahkah kita bermimpi mempunyai alat-alat transportasi lainnya hanya dengan menggunakan bahan bakar air? Seperti kita tahu selama ini minyak bumi sebagai bahan dasar seperti bensin dan solar yang dibuat agar kendaraan berfungsi, telah mengalami penurunan luar biasa dalam produksinya, sehingga harga bahan bakar tersebut menjadi mahal di pasaran. Dengan demikian diperlukan energi terbarukan (renewable energy) yang didapatkan dari hasil penelitian dan inovasi.

Dengan semangat menciptakan energi terbarukan tersebut, Politeknik Negeri Sriwijaya (Polsri) berusaha menciptakan alat yang dapat merealisasikan hal tersebut. Alat tersebut kini bukan hanya impian, alat tersebut sudah diciptakan oleh dosen dan mahasiswa dari program Teknik Energi Polsri. Oleh : Doddy

Foto : Ardian

52

Vol.7.II.2017

industri yang memesan alatnya. Namun, dirinya ingin agar alat ini dapat diterapkan langsung di masyarakat, karena menurutnya alat ini dapat dibilang sangat sederhana dan dalam pembuatannya tidak menelan biaya yang terlalu mahal.

“Untuk rencana kedepan, kendala yang ada di kami adalah produksinya masih terbatas, jadi kami ingin ada peningkatan skala sehingga bisa diterapkan langsung pada masyarakat. Kalau ke industri mungkin kami harus membuat MoU atau semacamnya terlebih dahulu, tetapi kalau ke masyarakat kami hanya ingin bisa menguntungkan untuk mereka karena disini hanya modal awal berupa alat sederhana saja yang dibutuhkan, dan selanjutnya tidak butuh pendanaan lebih lanjut, karena energi listrik yang dipakai alat ini berasal dari sel surya kemudian di konversi menjadi energi hidrogen,” jelas pria yang mendapat hibah dosen pemula 2016 dari Kemenristekdikti ini.

Menurut Tahdib, Kepala Laboratorium di Jurusan Teknik Kimia, Program Studi Tehnik Energi Polsri, inilah pentingya Pendidikan Tinggi Vokasi, terutama Politeknik. Tahdib menuturkan kalau Kemenristekdikti sekarang sedang meningkatkan Pendidikan Tinggi Vokasi, dirinya setuju bahwa mutu Politeknik semestinya harus lebih di tingkatkan lagi, karena Pendidikan Vokasi mahasiswanya mendapatkan pengetahuan mulai dari teori, teknik, teknologi, dan praktik di lapangan juga mendapat porsi yang sama rata.

“Lulusan kami juga ada yang beberapa sudah diterima bekerja di luar Negeri pada industri minyak di Qatar, dan di dalam Negeri sudah ada beberapa yang diterima di perusahaan besar seperti Pertamina. Kami memiliki graik yang bagus untuk mahasiswa lulusan dari Politeknik Negeri Sriwijaya, dari tahun ke tahun naik dan lulusannya cepat diserap industri,” pungkasnya.

oksigen sedangkan yang biru itu jalur produk hidrogen,” terangnya sambil menunjuk struktur alat tersebut. Zikri menambahkan, meskipun masih dalam bentuk prototipe, namun alat ini, dalam pengembangannya hasil gas hidrogen tersebut sudah dapat digunakan untuk pengelasan (proses las). Bahkan terang Zikri alat ini akan coba digunakan pada kendaraan/transportasi saat Asian Games di Palembang 2018 nanti.

“Saat ini Pemerintah Provinsi sudah meminta kami untuk memasang alat tersebut pada beberapa kendaraan di Asian Games nanti di 2018, tinggal proses resmi kerjasamanya saja yang akan dilakukan sebentar lagi. Perencanaannya juga kami akan membuat mobil untuk gelaran Asian Games, tetapi mobil ini dengan bahan bakar hidrogen.

Bentuknya seperti apa yang jelas nanti dianggap itu sudah menjadi kendaraan khusus Asian Games,” ungkapnya. Zikri pun memiliki angan yang sangat besar di masa mendatang. Ia mengakui memang saat ini belum banyak

Ahmad Zikri

Mobil Berbahan

Dalam dokumen MAJALAH RISTEKDIKTI EDISI 1 2017.. page1 (Halaman 50-53)

Dokumen terkait