• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAJALAH RISTEKDIKTI EDISI 1 2017.. page1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAJALAH RISTEKDIKTI EDISI 1 2017.. page1"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Vokasi Pasti!

Revitalisasi Pendidikan Tinggi Vokasi

Pembaca yang budiman, tak disangka dan dinyana

waktu terasa sangat cepat, hingga tak kira kini

majalah Ristekdikti sudah terbit lagi dengan edisi

ke-1 di tahun 2017 ini. Kesinambungan ini tak lepas

dari antusiasme pembaca yang menginginkan

dan mengharapkan bahwa majalah ini akan terus

muncul untuk berbagi mengenai informasi yang

ada di bidang Riset, Teknologi, dan Pendidikan

Tinggi di Indonesia.

Tema pada edisi kali ini akan mengangkat

mengenai “Revitalisasi Pendidikan Tinggi Vokasi”.

Munculnya rencana program revitalisasi pendidikan

tinggi vokasi diawali karena pihak industri

seringkali mengeluh karena lulusan dari perguruan

tinggi belum cukup relevan dengan kebutuhan

industri, baik dari segi kompetensi, maupun

jumlahnya yang masih dianggap kurang.

Program revitalisasi pendidikan tinggi vokasi

sendiri menjadi program prioritas dari Kementerian

Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi di tahun

2017 dalam rangka mendukung pemenuhan

kebutuhan industri dan pemantapan program

Nawacita yang digadang oleh Pemerintah. Tujuan

akhirnya jelas, yaitu semua lulusan vokasi itu

harus mendapatkan pekerjaan sesuai dengan

kompetensinya. Tidak boleh ada yang menganggur

dan tidak boleh mendapatkan pekerjaan tetapi

tidak sesuai kompetensinya. Industri harus

mendapatkan pasokan tenaga kerja yang

kompeten.

Maka pada edisi ke-1 tahun 2017 ini, redaksi akan

coba mengupas tuntas, sebenarnya bagaimana

program revitalisasi pendidikan tinggi vokasi akan

dijalankan. Redaksi akan mengupas satu-persatu

alasan mengapa program ini menjadi begitu

penting baik dari sisi kebijakan maupun dari

sisi pengguna lulusan pendidikan tinggi vokasi,

ataupun opini dari sosok-sosok yang juga banyak

berpengalaman di bidang vokasi.

Mengutip pernyataan Presiden Amerika Serikat

ke-16 Abraham Lincoln, “Kalau kita tidak

merencanakan masa depan karena kita hidup

pada jaman sekarang, maka kita akan tetap berada

di masa lalu”, maka revitalisasi pendidikan tinggi

vokasi ini adalah investasi. Investasi Sumber

Daya Manusia Indonesia di masa depan. Selamat

membaca.

(4)

RUBRIK

Dinna Handini, Yoggi Herdani, Firman Hidayat

Penulis

Satya Herlina, Suryo Boediono, Lalang Saksono, Indriyani

Winda, Nita Nurita, Wicky B.P

Alamat Redaksi

Bagian Publikasi dan Dokumentasi Biro Kerjasama dan Komunikasi Publlik

Setjen Kemenristekdikti Gedung. D Lt.8, Jl. Jendral Sudirman,

Pintu 1 Senayan, Jakarta

Layout dan Grais

Boni Agusta, Widiasmi Pangestika, Ageng Prasetyo

Nomor ISSN : 2502-7344

SK ISSN : 0005.25027344/Jl.3.1/SK.ISSN/2017.03

Kabar

Smartphone Rakyat

Indonesia

Sepuluh Politeknik Negeri Tandatangani Perjanjian Kerja Sama dengan Industri

Tinjau Progres Pesawat N219 Tingkatkan Sinergi Ristekdikti Melalui Rakernas

Indonesia-Inggris Sepakati 10 Proyek Penelitian Kolaboratif, Memperkuat Kerjasama Riset dan Inovasi

Yuk Intip Vlog Pertama

Menristekdikti, Mohamad Nasir Bareng Dubes Inggris

Tokoh

Bet El Silisna Lagarense, Srikandi Pariwisata Indonesia

Laporan Utama

Tidak Boleh Ada Lulusan Politeknik Yang Menganggur Pendidikan Tinggi Vokasi diharapkan dapat Cetak Guru

Vokasi yang Handal Lulusan Manufaktur yang Sukses

Mendirikan Pabrik

Aktual

(5)

Daftar Isi

Ragam

Lulusan Poliseni Yogyakarta,

Belum Lulus Sudah Diminati Industri

Feature

Menelisik Lebih dalam Universitas Mataram Untad Siap Mengejar Mimpi Jadi PTN WCU

Geliat Amikom menjadi Percontohan di NTB

Opini

Melahirkan Lulusan Siap Kerja dan Mandiri

Revitalisasi Politeknik, Membangun Kemandirian dan Peradaban

Etalase

Memajukan Pendidikan Tinggi Indonesia Dengan Program World Class Professor

Rana

Politeknik Negeri Medan

Sosok

Inovator Mentok Mengejar Paten dan Publikasi Pengembangan dan PembinaanPerguruan Tinggi Swasta Bidang Vokasi

Infograis

Updating jumlah PTN/vokasi/jumlah dosen/jumlah mahasiswa

Updating Jumlah Publikasi Internasional

Inovasi

Buat Tanaman Berbicara

Mobil Berbahan Bakar Air, Mengapa Tidak? Alat Pendeteksi Dini Penyakit Jantung

18

22

30

34

50

46

54

52

36

(6)

Smartphone Rakyat Indonesia

CIKARANG – Peneliti Indonesia telah mampu menciptakan smartphone yang sebentar lagi akan diproduksi perdana secara massal. Produk ini dikembangkan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB). Kemenristekdikti, Melalui skema pendanaan inovasi perguruan tinggi di industri, pada tahun 2016 memberikan pendanaan kepada ITB untuk mengembangkan dan menghilirisasikan produk smartphone 4G.

Menristekdikti, Mohamad Nasir, di sela-sela kunjungannya ke PT. VS Technology Indonesia, Rabu (11/1), mengatakan riset-riset yang dihasilkan anak bangsa jangan sampai hanya berhenti di perspustakaan, tetapi harus dikomersialisasikan sehingga manfaatnya dapat dirasakan masyarakat. Dirinya merasa bangga dan berharap produk ini bisa mengambil pasar, bisa kompetitif, punya nilai tambah, dan menjadi kebanggaan.

Tinjau Progres Pesawat N219

BANDUNG – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir menyampaikan apresiasi kepada segenap personil PT Dirgantara Indonesia yang telah bersusah payah mengembangkan pesawat karya anak negeri. Hal ini disampaikan Menristekdikti pada saat meninjau kemajuan proses produksi Pesawat N219 di Hanggar PT Dirgantara Indonesia, Bandung pada senin (27/2).

Kemajuan proses produksi prototype Pesawat N219 saat ini memasuki fase basic airframe dan basic system installation. Setelah fase tersebut, N219 akan melakukan berbagai macam uji fungsi (functional test) untuk memastikan setiap komponen berfungsi dengan baik. Selain itu, pada saat ini juga tengah berlangsung pengujian wing static test.

Sepuluh Politeknik Negeri Tandatangani

Perjanjian Kerja Sama dengan Industri

YOGYAKARTA - Sebagai wujud nyata pelaksanaan program revitalisasi pendidikan tinggi vokasi, 10 politeknik negeri menandatangani kerja sama dengan mitra industri dalam bidang energi, ketahanan pangan, dan perhubungan. Penandatanganan kerja sama tersebut dilaksanakan bersamaan dengan Rakernas Kemristekdikti Tahun 2017 di UGM Yogyakarta dan disaksikan langsung oleh Menristekdikti dan jajaran pejabat Kemristekdikti.

Pada kerja sama bidang energi ditandatangani perjanjian antara Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dengan PT LEN Industri (Persero) dan Politeknik Negeri Banjarmasin dengan PT Trakindo Utama. Pada bidang ketahanan pangan ditandatangani perjanjian kerja sama antara Politeknik Pertanian Negeri Pangkep dengan PT Nusa Indah Kalimantan Plantations, Politeknik Negeri Jember dengan PT Benih Citra Asia, dan Politeknik Negeri Malang dengan PT Labtech International LTD.

6

Vol.7.II.2017

(7)

Tingkatkan Sinergi Ristekdikti Melalui

Rakernas

YOGYAKARTA – Dalam rangka memperkuat sinergi antara Pendidikan Tinggi, Pusat Penelitian, Industri, dan lembaga terkait lainnya, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kemenristekdikti 2017 pada senin (30/1) di Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Membuka acara tersebut, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M. Nasir menyatakan tujuan utama kegiatan Rakernas tahun ini adalah untuk memperkuat sinergi antara Kemenristekdikti dengan Perguruan Tinggi, Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), Balitbang Kementerian, dan lembaga terkait lainnya.

Indonesia-Inggris Sepakati 10 Proyek

Penelitian Kolaboratif, Memperkuat

Kerjasama Riset dan Inovasi

Jakarta – Menandai ulang tahun ke-1 Newton UK-Indonesia Science & Technology Fund di 2017, Pemerintah Indonesia dan Inggris mengumumkan 10 proyek penelitian kolaboratif baru dalam berbagai topik yang memiliki relevansi dengan pembangunan sosial ekonomi Indonesia. Acara yang dihadiri oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir dan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste Moazzam Malik, diselenggarakan di Ruang Auditorium gedung D Kemenristekdikti pada Rabu (5/4).

Pada kesempatan tersebut, Menristekdikti menyatakan bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi memaikan peran penting dalam mendukung pembangunan ekonomi masyarakat yang berbasis pengetahuan (knowledge based society).

Yuk Intip Vlog Pertama Menristekdikti

Mohamad Nasir Bareng Dubes Inggris

Internet dan media sosial semakin penting dalam

mengkomunikasikan ide dan kebijakan pemerintah kepada masyarakat. Data Techinasia menyebutkan per Januari 2017 ada 132 juta pengguna internet di Indonesia dan 106 juta diantaranya merupakan pengguna aktif media sosial. Artinya, sosialisasi kebijakan publik melalui media sosial menjadi sarana komunikasi publik yang efektif dan eisien.

Lewat akun Youtube Mohamad Nasir, Menristekdikti Mohammad Nasir mengunggah video blog (vlog) pertamanya untuk menyapa dan lebih dekat dengan para netizen. Dalam vlog berdurasi 2 menit 20 detik ini, Menristekdikti dan Dubes Inggris mengumumkan kerjasama bidang riset dan inovasi antara pemerintah Indonesia dan Inggris. Vlog ini berlangsung dalam acara UK-Indonesia Science & Teknology Fund Anniversary 2017, bertempat di Ruang Auditorium Gedung D Kemenristekdikti, Jakarta (05/04). (BiroKKP/Ristekdikti)

(8)

Indonesia sebagai negara Kepulauan, tidak dapat dipungkiri memiliki lokasi-lokasi wisata yang menarik untuk didatangi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Dampak positif dari kedatangan para wisatawan selain meningkatkan perekonomian juga memperkenalkan beragam budaya dan kesenian selain keindahan Indonesia. Namun, dampak negatif terhadap pertumbuhan pariwisata juga harus menjadi perhatian pemerintah, terutama terhadap keasrian lingkungan hidup di sekitarnya seperti menurunnya kualitas air, kualitas tanah, terganggunya ekosistem lora dan fauna serta memberikan pengaruh terhadap budaya dan lingkungan sosial budaya pada masyarakat setempat.

Hal-hal itu menjadi perhatian dari seorang wanita berdarah Manado, tepat di usianya yang telah mencapai setengah

abad, telah berhasil mencapai jenjang akademik tertinggi sebagai Guru Besar Pariwisata Pertama di Indonesia dan juga Guru Besar Pertama untuk Politeknik di Indonesia.

Melalui orasi ilmiahnya mengenai “Model Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan dengan Pendekatan Pentahelix Berbasis Digital” pada saat inaugurasi pengukuhannya menjadi Guru Besar, Prof. Dr. Bet El Silisna Lagarense menyampaikan konsep pembangunan pariwisata

berkelanjutan memiliki keseimbangan antara 3 (tiga) dimensi yaitu aspek lingkungan, aspek ekonomi, dan aspek sosial budaya. Banyak penelitian bidang ilmu kepariwisataan yang telah dilakukan terutama tentang perkembangan industri pariwisata, produk pariwisata, pemasaran dan promosi pariwisata serta sistem informasi pariwisata.

“Program pengembangan pariwisata Indonesia, prinsip-prinsip berkelanjutan hingga saat ini belum dapat diimplementasikan secara maksimal dikarenakan masih lemahnya koordinasi dan integritas dari semua pemangku

Bet El Silisna Lagarense,

Srikandi Pariwisata Indonesia

Oleh : Indriyani Foto : Indriyani

kepentingan sehingga pengembangan pariwisata dilakukan secara sektoral saja,” demikian ditekankan oleh Prof. Bet.

Penelitian yang menjadi perhatian Prof. Bet selama melakukan disertasi dengan memfokuskan pada model pengembangan pariwisata berkelanjutan dengan pendekatan pentahelix adalah sebagai upaya

Pariwisata sudah saatnya

menjadi industri penting,

sektor strategis dalam

meningkatkan ekonomi

negara yang harus dikelola

sungguh-sungguh dengan

sumber daya manusia

profesional

-

Prof. Bet

8

Vol.7.II.2017

(9)

Sumber Foto : Google

untuk mengakselerasi pembangunan kepariwisataan. Menurutnya bukan hanya tanggung jawab Pemerintah saja, akan tetapi menjadi tanggung jawab semua elemen dalam sistem pentahelix, dan bertujuan untuk mengoptimalkan pengembangan pariwisata berkelanjutan yang diimplemtasikan untuk percepatan pembangunan kepariwisataan Indonesia.

Melalui peluncuran bukunya “Tourism and Waterfront Development”, dirinya juga menekankan akan pentingnya pengendalian terhadap lingkungan perairan dan kelautan yang juga menjadi sektor pariwisata yang terpenting di Manado.

Prestasi besar yang di raih oleh wanita ini menarik perhatian seorang jurnalis senior Reymoond ‘Kex’ Mudami untuk menuliskan buku Biograi tentang dirinya “Melintasi

Tantangan Meraih Anugerah”. Betapa tidak, prestasi dan kerja keras yang telah diraih oleh Prof. Bet membuktikan bahwa seorang wanita juga dapat meraih gelar akademik Profesor, gelar yang selama ini dianggap hanya menjadi tantangan dan permasalahan, sanggupkah para Dosen terutama mereka yang mengajar pada Politeknik untuk meraihnya.

Dengan prestasi ini, Prof. Bet telah memberikan inspirasi, motivasi dan semangat bagi Dosen-Dosen Politeknik lainnya untuk dapat berani melangkahkan kaki melompat menuju batu loncatan yang lebih jauh lagi untuk menghasilkan karya yang berguna tidak hanya bagi anak didiknya, namun juga menjadi jawaban atas permasalahan yang terjadi di masyarakat.

Sumbangsih Prof. Bet pada bidang ilmu pariwisata selain memicu motivasi bagi para akademisi, juga menjadi dukungan program Pemerintah dalam menaikkan target kunjungan wisatawan sebanyak 20 juta wisatawan asing ke Indonesia atau menaikkan pertumbuhan sebanyak 8 % hingga tahun 2019. Dimana hingga saat ini, sektor pariwisata yang telah menjadi salah satu program prioritas Pemerintah telah memberikan kontribusi sebesar 4 % dari total

perekonomian Indonesia.

(10)

10

Vol.7.II.2017

(11)

prodi Profesi Guru. Inputnya bisa dari lulusan prodi Keguruan Poltek dan Teknik dari Universitas atau Institut Teknologi. Sebab untuk menjadi Guru Vokasi itu mereka harus memiliki pengalaman atau Pendidikan Vokasi yang baik,” terangnya.

Selain itu Pemerintah juga akan menggandeng pihak swasta untuk pengembangan dan Revitalisasi Pendidikan Tinggi Vokasi ini. Hal ini berkaca dari Negara maju yang sudah melibatkan industri kedalam Pendidikan Vokasi. Maka mulai sekarang, katanya, Pemerintah akan mendorong supaya industri mempunyai kepedulian dan keterlibatan dalam Vokasi.

Patdono menjelaskan, untuk perusahaan yang sudah berskala besar akan didorong untuk mendirikan Politeknik. Kemenristekdikti pun akan turun tangan dengan membantu menyusun kurikulum, penyediaan dosen melalui Recognition Prior Learning (RPL) dan pendampingan pada saat

penyusunan proposal.

(12)

Laporan Utama

Pendidikan

Tinggi

Vokasi

Diharapkan

Dapat Cetak

Guru Vokasi

yang Andal

Oleh : Syarief Foto : Ardian

(13)

Laporan Utama

Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla dalam salah satu programnya ingin menggenjot Pendidikan bidang Vokasi, yang bertujuan untuk mencetak sumber daya manusia yang siap bekerja pada sektor-sektor pembangunan. Dalam kaitan ini, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mengimplementasikan programnya dengan memacu Pendidikan Vokasi antara lain dengan mencetak Guru-guru Vokasi yang andal.

“Untuk mencetak siswa yang dapat memiliki kemampuan kompetensi tinggi, maka Gurunya harus memiliki kompetensi yang lebih baik dari siswanya. Untuk itu kami mendorong Pendidikan Politeknik agar dapat masuk ke LPTK atau Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan,” kata Direktur Pembelajaran Kemenristekdikti, Paristiyanti Nurwardani di kantornya beberapa waktu lalu.

Para calon Guru ini mengikuti Pendidikan Politeknik atau LPTK dan setelah lulus pada jenjang Diploma Empat (D4), mereka menjalani uji kompetensi, maka otomatis mereka memiliki sertiikat kompetensi, sehingga ketika mereka mengajar pada jenjang SMK mesti lebih unggul dari siswanya. Arahnya agar siswa memiliki keterampilan, dan Gurunya juga bisa mengajar dengan terampil. “Artinya kita tidak berharap bahwa nantinya lulusan SMK memiliki kompetensi, namun ternyata Gurunya tidak kompeten,” cetusnya.

Nah, untuk mendukung ini pada Pendidikan Politeknik, maka jenjang pendidikan Diploma juga di dorong dengan model pembelajaran tipe 3-2-1 yaitu sebanyak tiga semester berkuliah di Politeknik, dua semester melakukan magang di Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), lalu satu semester

mereka kembali ke Kampus lagi. Sedangkan untuk tingkat SMK sendiri, mereka menempuh Pendidikan satu tahun di sekolah, satu tahun magang, dan satu tahun kembali lagi untuk ujian.

“Yang jelas lulusan Diploma harus memiliki uji kompetensi yang lebih tinggi dari lulusan SLTA, terutama mereka yang diperuntukan menjadi Guru,” ujar Paristiyanti yang sempat menjabat sebagai Atase Pendidikan KBRI di Manila, Filipina ini.

Kemudian dalam pelaksanaan kegiatan, lanjutnya, disini juga mendorong tentang perubahan kurikulum, diantaranya Pendidikan Politeknik tersebut. Sebab menurutnya tidak semua LPTK memiliki kemampuan bidang studi yang dibutuhkan para siswa di SMK, sehingga mau tidak mau diperlukan disiplin ilmu seperti yang ada di beberapa Politeknik.

“Kalau di LPTK sebagian sudah melakukan, yang jelas Politeknik itu kita harapkan setidaknya lulusan D3, kalau mereka lulus, mendalami uji kompetensi berarti mereka dapat memiliki sertiikat kompetensi level 5.Tapi kalau yang Diploma 4, mereka lulus dan mereka melakukan uji kompetensi, mereka akan memiliki sertiikat level 6,” terangnya.

Kementerian juga mengupayakan agar nanti di Perguruan Tinggi, terutama yang terkait dengan Vokasi atau Politeknik, hal pertama yang harus dilakukan minimal adalah

menerapkan Standar Nasional Perguruan Tinggi (SNPT). Kedua, harus diupayakan memenuhi Kerangka Kualiikasi Nasional Indonesia (KKNI).

“Kami bersama tim mensosialisasikan hal tersebut agar Perguruan Tinggi, terutama Politeknik, secara struktur mampu memenuhi dan bahkan melebihi standar minimal tersebut. Tetapi hal ini memiliki kekhususan sendiri. Adapun kekhususan dan keunggulan bisa terlihat dari karakter, dari prestasi, dan lain-lain. Maka kita lakukan sosialisasi ke Perguruan Tinggi, kita berharap Pendidikan Vokasi ini menjadi pilihan dari segmen yang berbeda. Sehingga kebutuhan industri bisa di penuhi. Ke depannya nanti dalam rangka pengembangan kurikulum kita akan melibatkan industri-industri,” terangnya.

Kedepan lanjut Paris, Kementerian akan membantu Politeknik memiliki sarana dan prasarana yang baik. “Kita bantu Politeknik itu bisa memiliki teaching factory yang dapat dipergunakan siswa. Arahnya adalah selain sebagai

(14)

Marlin Siagian, Direktur PT Coppal Utama Indomelt datang terlambat ke kantornya di kawasan Gedebage, Bandung untuk sesi wawancara. Dia meminta maaf karena harus mengantar anaknya ke sekolah. Sebelumnya, Marlin

mempercayakan supir untuk antar anak-anaknya ke sekolah. Tumben, adalah kalimat yang anaknya lontarkan ketika Marlin awal pertama mengantar. Kalimat sederhana yang membuatnya tersentak karena telah lalai memperhatikan keluarganya demi membesarkan pabrik pengecoran logamnya. Kini Marlin bertekad ingin berinvestasi sumber daya manusia untuk perusahaanya setelah dia sekian lama menginvetasikan hatinya, hartanya, pikiran dan raganya untuk perusahaannya itu.

Marlin hanyalah seorang anak tentara pensiunan rendahan yang tidak ada niatan menjadi pengusaha pengecoran logam terkenal seperti saat ini. Marlin remaja tak mau menjadi tentara, dia ingin jadi pengusaha, hingga lulus SMA dia nekat ingin kuliah. Sampai pada akhirnya dirinya mendaftar di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung (Polman) karena hanya di politeknik yang biayanya bisa dijangkau keluarganya. Tidak hanya disitu kenekatannya, dia juga memilih jurusan yang tidak ngetrend pada jamannya, Pengecoran Logam.

“Saya milih jurusan yang ngga saya mengerti. Kalau teknik mesin itu sudah banyak kompetitornya. Dulu saya angkatan pertama tahun 1988 di jurusan saya. Disaat mahasiswa jurusan lain mempelajari mesin, kami disuruh pasang mesin. Mesinnya gede-gede. Kita bangun dari awal. Sekarang tuh saya dan teman-teman saya terkenal di Polman karena mesin yang ada disana yang masang itu ya kami,” katanya.

Marlin tiada menyangka jika praktik pasang mesin selama 1,5 tahun itu menjadi modal dasar pekerjaannya saat ini. Marlin mengaku pengusaha kere. Mesin yang kini dipakainya bahkan dia beli bekas dari Denmark. Dia mengungkapkan, membeli mesin bekas dan ditambah dana bongkar pasang

menghabiskan dana seharga Rp. 15 Miliar. Bandingkan dengan harga unit barunya Rp. 60 Miliar. Beli mesin barupun belum termasuk rogohan kocek senilai USD 2.000 perhari untuk membayar staf dari Denmark untuk pasang mesin.

Marlin mengaku pernah bangkrut hingga dua kali. Bahkan istrinya yang seorang anak Guru Besar IPB pun pernah minta dipulangkan ke orangtuanya karena hidup sengsara dengan Marlin. Awalnya dia menyambi bekerja sambil buka workshop kecil-kecilan di Bandung. Tangga keberhasilan dia tapaki ketika ditawari satu perusahaan besar di Jakarta untuk membuat cetakan plafon (headlining) mobil salah satu merk ternama Jepang dan Jerman di medio 1999 lalu. Perusahaan itu sudah keliling Jawa namun tidak ada yang mampu membuat cetakan alumunium yang ketika dicor alumuniumnya tetap mencair dengan bagus. Waktu itu, katanya, untuk satu cetakan diperlukan 2,4 ton alumunium. Marlin pun didesak apakah bisa mengerjakan, dirinya menjawab bisa namun dia jujur tidak tahu bagaimana caranya.

Saya pun mengajukan penawaran harga. Saya combine teknologi jerman dengan teknologi orang yang ngga punya uang. Waktu itu dengan standar teknologi Jerman harus ada modal Rp. 3 Miliar. Saya darimana modal sebanyak itu. Workshop saya saja ruangnya hanya 3x4. Lalu saya beri sketsa mesin yang saya buat, dan juga saya minta DP 80 %. Meski awalnya skeptis tapi saya pun dipercaya untuk Oleh : Doddy, Neneng

(15)

membuat cetakan headlining itu,” katanya yang pernah meminjam uang dari lintah darat ini sebagai modal usaha.

Menurut bos yang mempekerjakan sekitar 200 orang ini, kesuksesannya bukan hanya dari kepiawaiannya memasang mesin namun juga dari pemasaran. Perihnya bangkrut hingga dua kali membuatnya mengevaluasi diri bahwa kejatuhannya karena dia tidak jago menjual. Marlin rela melepas jabatannya sebagai kepala gudang yang bergelimang fasilitas menjadi marketing produk di PT Kawan Lama Sejahtera. Rutenya Glodok-Tangerang dia susuri dengan motor. Penolakan demi penolakan dia alami selama berbulan-bulan. Sampai akhhirnya dia dinobatkan menjadi karyawan terbaik di perusahaanya. Dia mengaku salut dengan rekan-rekannya yang sudah mengajarkan bagaimana teknik dalam pemasaran.

Lalu apa saja produk molding yang dia hasilkan dengan modal ilmu mesin dan pemasaran yang dia dapat. Marlin mengaku, selain headlining mobil dia juga memproduksi molding untuk cetakan jok mobil, lalu molding untuk jok sepeda motor, sparepart untuk industri semen, kelapa sawit, pertambangan hingga rokok dan baru saja teken MoU untuk membuat rumah lampu LED untuk penerangan jalan di Gedebage, serta sparepart eskavator.

“Produk kita sudah banyak sekali. Kapasitas mesin yang saya punya itu untuk proses pengecoran logam 120 mold/jam.

Sebenarnya kapasitasnya bisa dinaikkan sampai 500 tapi karena ini mesin bekas saya tidak mau geber karena takut rusak,” ungkapnya sambil menuturkan banyak pekerjanya yang direkrut dari Polman.

Berkaca dari pengalamannya, Marlin berharap pemerintah bisa membantu para pengusaha lokal untuk bisa merajai pasar lokal. Pertama alihkan dana riset yang hanya dialokasikan ke Perguruan Tinggi ke industri. Sebab Pemerintah bisa memaksa industri untuk melakukan riset ke tahap produksi dan penjualan. Bukan hanya menjadi prototipe saja yang terjadi saat ini.

Dukungan kebijakan pendidikan untuk pendidikan vokasi menurutnya sudah bagus namun yang lebih penting ialah Pemerintah harus mendukung modal kerja dan keleluasan untuk bisa berperan dalam membangun Indonesia. Dia mencontohkan, kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bisa menjadi solusi dimana perusahaan disektor BUMN harus dipaksa untuk memakai produk lokal.

Dia bercita-cita Merah Putih harus bisa berkibar di negeri sendiri tapi dia pesimis idealismenya itu bisa terwujud apabila masih banyak perusahaan yang memilih produk impor, daripada mempercayakan produk lokal sebagai komponen pendukungnya.

”Industri saya ini bertumbuh besar seperti saat ini karena

konsep dasarnya kita yakin bisa dulu meski tidak tahu caranya

bagaimana”

(16)

Politeknik

Tidak Boleh Hanya

Melamun

Oleh : Rini Foto : Ardian

16

Vol.7.II.2017

(17)

Lulusan Politeknik harus menghasilkan produk inovatif yang eisien, murah, kuat dan aman serta siap masuk ke pasar. Kalimat itu merupakan kalimat pertama yang diucapkan oleh Kokok Haksono Dyatmiko yang saat ini ditugaskan sebagai Pelaksana Ketua Pendirian dan Pengembangan Politeknik Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, saat tim Majalah Ristedikti menyambangi kantornya di kawasan Melawai, Jakarta.

Karena kita tahu, Vokasi adalah Pendidikan yang menyiapkan mahasiswa menjadi profesional dengan keterampilan dan kemampuan kerja yang tinggi, ujar dosen yang mengajar Teknik Pemeliharaan Mesin di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung itu dengan lugas.

Bahkan kini menurutnya Pendidikan Vokasi kini bisa

ditempuh hingga jenjang Magister (S-2) dan Doktor terapan (S-3). Hal itu paparnya sudah tercantum dalam UU Nomor 12/ 2012 tentang Pendidikan Tinggi pada pasal 22 ayat 1 dan Perpres No 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualiikasi Nasional Indonesia (KKNI).

”Jalur Pendidikan Vokasi dapat ditempuh melalui Pendidikan SMK, Diploma satu hingga Diploma empat yang sama dengan Sarjana, Pendidikan Profesi, Magister, dan Doktor terapan,” ujarnya.

Berdasarkan dua peraturan tersebut, penyelenggara Pendidikan Magister terapan dapat dilakukan oleh Politeknik. Namun untuk saat ini masih difokuskan pada Magister Sains dan Teknik, karena lulusannya masih sangat dibutuhkan, jelas dosen yang mengambil Pendidikan S-1 di Jerman itu.

”Program ini diperuntukkan bagi lulusan program Sarjana terapan atau sederajat agar mampu mengembangkan dan mengamalkan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penalaran dan penelitian ilmiah,” katanya.

Pendidikan Kejuruan Jerman Jadi Model di Negara Lain Kokok menjelaskan bahwa beberapa Negara Uni Eropa mencoba menerapkan sistem Pendidikan kejuruan Jerman untuk memerangi pengangguran kaum muda. Contohnya adalah salah satu pabrik mobil di Spanyol mencoba menerapkan ”dual system”, dimana Pendidikan di Kampus akan berkolaborasi erat dengan industri, dan praktik di industri akan lebih mendapat porsi lebih dari teori yang diberikan.

Menurut Kokok, Indonesia bisa mencontohnya. Jika menerapkan Pendidikan Vokasi seperti Negara Eropa tersebut, maka masyarakat Indonesia bukan masyarakat pencari kerja, bukan masyarakat pencipta lapangan kerja (employee society) saja, atau masyarakat pewirausaha (entrepreneurship society) saja, tetapi masyarakat yang siap kerja dan kompeten.

Kita tahu Politeknik adalah penyelenggara Pendidikan Tinggi dengan bidang pengetahuan khusus, bertujuan agar lulusannya dapat bekerja

secara profesional dalam keahlian tertentu. Politeknik memberikan pengalaman belajar dan latihan yang cukup untuk membentuk kemampuan profesional dan terampil di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tambah salah satu tokoh Politeknik ini.

Kokok menyarankan sebaiknya Politeknik memiliki sistem seperti Politeknik yang ada di Jerman. “Disana dual system itu benar-benar menghasilkan seorang ahli,” terangnya.

Jika terlambat masuk kuliah atau ketika magang di industri, maka keterlambatan tadi harus digantikan dengan hari berikutnya. Artinya disiplin seperti Negara itu sebaiknya dicontoh, selain itu lulusan Politeknik harus bisa membuat, merekayasa, mengelola produk iptek, dan juga harus bisa mengembangkan secara kreatif, sehingga produk iptek menjadi lebih sempurna.

Dengan kata lain, tuturnya, bahwa Politeknik tidak boleh hanya melamun, hanya paparan konsep dan produk berupa jurnal, tapi juga harus menghasilkan produk inovatif yang eisien, murah, kuat dan aman serta siap masuk ke pasar.

“Tidak hanya kesiapan teknologi saja, tetapi juga harus bergerak secara cepat mengembangkan pasar, menyiapkan organisasi dan tata-kelola, memperluas jaringan pasar, jaringan inovasi dan klaster industri, mengembangkan kerjasama serta mempu mengelola manajemen resiko. Kemampuan teknopreneurship juga menjadi faktor penting mendongkrak kapasitas Politeknik,” pungkasnya.

Kokok Haksono

(18)

“Rata-rata lulusan politeknik dari mulai waktu tunggu kelulusan sampai mendapat pekerjaan hanya dibutuhkan waktu tiga bulan, bahkan banyak yang di’ijon’,” ungkap Direktur Poliseni Yogyakarta Drs. Sardi, M.pd.

Sardi mengungkapkan bahwa daya serap lulusan Poliseni Yogyakarta di dunia kerja cukup tinggi. Keterampilan para mahasiswa lulusan Poliseni Yogyakarta sangat diunggulkan. Pada perkuliahan, persentase praktek mencapai 60 persen dan teori maksimal 40 persen.

“Pada semester enam, mahasiwa politeknik akan mendapatkan training atau PKL ke berbagai perusahaan selama tiga bulan,” papar Sardi. 80 persen lulusan Poliseni Yogyakart telah bekerja di dunia Industri atau usaha. 10 persen menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan sisanya bekerja BUMN.

Selama menempuh studi di Poliseni Yogyakarta, mahasiswa wajib menerima pelajaran 40 jam per minggu dan mengikuti peraturan akademik. Para mahasiswa juga lebih difokuskan pada implementasi teknologi terapan sehingga tidak ada jurang antara ilmu dan teori yang dipelajari dengan apa yang dibutuhkan dunia kerja.

“Poliseni Yogyakarta didirikan tahun 2001 atas inisiatif para senior Kami di Pusat Pengembangan Penataan Guru Kesenian Yogyakarta bersama para dosen di Fakuktas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung,” kata Sardi. Kala itu, langsung dilakukan studi kelayakan. Akhirnya, didirikan yayasan dan Poliseni Yogyakarta.

Kala itu, Program Studi (Prodi) yang dibuka adalah Desain Kriya dan Desain Komunikasi Visual (DKV). Kini terdapat lima Prodi, yaitu DKV Advertising, Animasi, Game Tech, Kriya Logam, dan Kriya Kayu. Setiap lulusan Poliseni Yogyakarta diharapkan menjadi pribadi yang terbuka dan tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu Oleh : Rini

(19)

pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Selain itu, mereka juga harus menemukan solusi berbagai masalah yang dihadapi masyarakat khususnya yang berkaitan dengan pelayanan langsung dalam bidang keahliannya dan memiliki kemampuan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian dalam bidang tertentu.

Lulusan Prodi DKV dipersiapkan mampu mandiri dan bekeria sesuai kompetensinya, baik pada industri periklanan, penerbitan, percetakan, studio komunikasi visual, rumah produksi, dan studio animasi. Sedangkan lulusan Prodi

“Mahasiswa politeknik

dituntut disiplin yang

cukup ketat, agar

mereka terbiasa dengan

aturan-aturan yang

diterapkan di dunia

industri”

- Sardi.

Kriya Kayu dipersiapkam untuk bekerja pada perusahaan mebel atau membuka wirausaha mandiri. Prodi Kriya Logam dipersiapkan bekerja sesuai kompetensinya pada perusahaan jewelry.

Ke depan, Poliseni Yogyakarta akan membuka program desain interior, karena peluangnya sangat menjanjikan. Poliseni Yogyakarta sudah bekerja sama dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN), sehingga lulusannya bisa langsung melanjutkan ke S-1 Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta ataupun D-4 Fakultas Seni Rupa dan Design (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB).

Kini, peminat Poliseni Yogyakarta semakin banyak. Hal ini juga membuat Poliseni Yogyakarta berencana membuka Prodi D-3 Angklung. Angklung dipilih karena berkaitan dengan kriya seni dan kayu. Mahasiswa diharapkan mampu membuat angklung dan memainkannya.

(20)

MAHASISWA Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Malang ini memiliki prestasi di bidang olahraga, terutama bulutangkis. Irwan sudah bermain bulu tangkis sejak 2006. Saat itu ia masih duduk di kelas 5 SD. “Saya bermain bulu tangkis karena dorongan dari orang tua. Kalau dihitung saya sudah bermain bulu tangkis hampir 15 tahun hingga sekarang ini,” terang Irwan.

Oleh : Sundari Foto : Fatimah

Irwansyah Rachmatullah Dwi Putra

Disiplin Pada Ilmu dan

Olahraga

Irwansyah

Dengan berlatih awalnya lima kali dalam seminggu, kini ditingkatkan menjadi delapan hingga 10 kali dalam seminggu. Irwan sempat berhenti bermain bulu tangkis saat kelas dua SMP akibat cedera dan harus menjalani perawatan selama satu tahun.

Namun ia bangkit lagi dengan meningkatkan latihan hingga dua kali lipat karena ingin mendapatkan juara. “Pascacedera saya akhirnya bisa memenuhi keinginan menjadi juara 1. Saya kemudian mengikuti banyak kejuaraan baik tingkat kota maupun sekolah. Bahkan Saya sudah dipercaya untuk mengikuti kejuaraan di tingkat regional yakni di Kota Malang sampai tingkat provinsi Jawa Timur. Prestasi bisa saya pertahankan hingga saya masuk kuliah,” jelasnya.

Prestasi di bidang bulutangkis ini menjadi modal bagi Irwan untuk masuk ke Politeknik Negeri Malang. Saat menjadi mahasiswa, latihan bulutangkis menjadi terganggu karena padatnya kuliah. “Waktu latihan menurun. Pada 2014 saya ditunjuk mewakili kampus untuk mengikuti kejuaraan bulutangkis tingkat nasional di Pontianak. Persiapannya hanya tiga bulan, saya pulang membawa medali emas. Dan pada 2016 saya dikirim ke Manado untuk mengikuti kejuaraan yang sama, sayangnya hanya runner up karena cedera,” ungkapnya.

Seluruh kejuaraan bulutangkis yang ia ikuti adalah kategori tunggal pria. Meski membawa prestasi di bidang olahraga, menurutnya apresiasi atau penghargaan dari Kampus memang tidak besar. Irwan selama ini menempuh kuliah ditopang oleh beasiswa karena nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) di atas rata-rata. “Apresiasi di bidang non akademik masih kurang. Saat saya juara di Pontianak mendapat hadiah dari kampus Rp. 2,1 juta. Sedangkan di Manado, saya tidak mendapatkan apa-apa,” tuturnya.

Diakuinya hampir semua Politeknik Negeri baik di Jakarta, Medan, Bandung, dan Jember masih minim memberikan apresiasi kepada mahasiswa berprestasi di bidang olahraga. Di Amerika Serikat, mahasiswa yang unggul di bidang olahraga selain mendapat penghargaan juga beasiswa. “Kalau bisa ditingkatkan agar memacu munculnya bibit-bibit baru di bidang olahraga,” harapnya.

Di bidang akademik, Irwan menilai Pendidikan Vokasi sebagai Pendidikan yang komplit. Alasannya selain

memperoleh ilmu, ia juga langsung mempraktikkan ilmunya. “Saya benar-benar dibimbing untuk menguasai teori di setiap mata kuliah dan siap bekerja di lapangan,” kata Irwan.

Pendidikan Vokasi, lanjutnya juga sangat membantu membentuk kepribadian seorang mahasiswa lebih

bertanggung jawab. “Selain tugas banyak, jam kuliah mirip dengan orang bekerja. Saya terbiasa menyesuaikan diri dalam Pendidikan Vokasi ini terutama pola kedisplinan. Dan ini juga cocok dengan saya yang juga atlet. Menjadi atlet itu kuncinya pada kedisiplinan.Saat kuliah ini saya malah bisa mengembangkan banyak hal selain olahraga. Keilmuan saya pun berkembang,” tambahnya.

20

Vol.7.II.2017

(21)

MAHASISWA jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Malang ini menggagas pentingnya Akuntasi berlandaskan Pancasila. Model pengembangan Akuntasi seperti itu disebut juga Akuntansi multiparadigma. Menurutnya Akuntansi yang selama ini berjalan dan dilakukan banyak akuntan, hanya mencatat dan menghitung keuangan. Di dunia Akuntansi, uang satu perak pun memiliki arti. “Saya mencoba membuat sebuah paradigma bahwa Akuntansi itu bisa humanis, spiritual, dan tidak egois maupun individualis,” kata Arrayan.

Bapak Akuntansi dunia, Luca Pacioli atau biasa disebut Paciolo dahulunya menciptakan ilmu Akuntansi dengan sentuhan keagamaan. Pacioli seorang biarawan dan pakar matematika. Biarawan Fransiskan asal Italia ini menuliskan buku Summa de Aritmetica, yang menggambarkan tentang pengeluaran dan pemasukan atau kredit dan debit.

Ilmu itu dipakai para pedagang Venesia pada waktu itu untuk menghitung untung rugi. Hingga kini rumusan itu menjadi pegangan para akuntan. “Pacioli menciptakan ilmu Akuntansi sebagai sebuah seni. Matematika itu memiliki seni. Ada jiwa atau roh di dalamnya. Ada semangat spiritualnya. Apalagi dia seorang biarawan. Nah dalam perkembangannya sekarang ini tidak seperti itu,” terang Arrayan.

Yang muncul adalah Akuntasi itu egois, individualis, bahkan tidak berperikemanusiaan. “Pengaruh kapitalisme Barat ini yang mempengaruhi perkembangan ilmu Akuntansi saat ini. Saya ingin mengembalikan lagi seperti dilakukan oleh Pacioli, bahwa Akuntansi itu sebuah karya seni yang ditujukan kepada Tuhan. Itulah saya sebut sebagai Akuntasi Pancasila. Saya lebih menekankan pada praktik ilosoi keuangan yang lebih humanis seperti tertuang pada sila-sila pada Pancasila,” ujarnya.

Dia mencontohkan laporan Akuntansi yang humanis adalah saat akuntan membuat laporan keuangan, dicantumkan kata-kata yang menyinggung kejujuran, integritas dan menyebut nama Tuhan.

Pemikiran tentang Akuntansi Pancasila ini sudah dituangkan oleh Arrayan dalam dalam enam paper. Paper-paper

tersebut mendorong Arrayyan untuk melanjutkan studi S2 di Wollongong University atau di Manchester Business School karena kedua Perguruan Tinggi ini memiliki beberapa periset, yang membangun konsep Akuntansi multiparadigma. “Saya bermimpi kedua Universitas ini akan mampu mewujudkan saya sebagai founder of Pancasila Accounting,” harapnya.

Selain di bidang akademik, Arrayan juga aktif di komunitas Gendong (Gerakan Mendongeng). Ini merupakan proyek

sosial yang digarap dengan beberapa temannya. “Gendong ini lahir dengan tujuan untuk menjadi tempat memecahkan persoalan-persoalan seputar bullying yang belakangan ini banyak menimpa anak-anak di sekolah,” terang Arrayan.

Gendong memiliki tiga program utama yakni Gendong Dongengin Taman, Gendong #goesto, dan Gebyar Dongeng. Dalam beraktivitas, Gendong memanfaatkan ruang publik yang banyak dikunjungi orangtua dan anak-anak.

“Saya juga aktif mempromosikan Gendong imi ke dunia internasional. Alhamdulillah pada 2016 saya berhasil memperkenalkan Gendong lewat program ASEM (Asia and Europe Meeting) First Youth Entrepreneurial Meeting : Passion-Preneurs Challenge towards 20 Years of ASEM,” terang Co-founder sekaligus Chief Financial Oicer Gendong ini.

Dalam pertemuan ASEM 2016 ini, Gendong masuk dalam 20 proyek sosial terbaik. “Tahun ini saya akan berangkat ke Chicago, tepatnya di Northwestern University untuk memperkenalkan Gendong ke dunia internasional pada acara Global Engagemet Summit 2017,” ujar Arrayan bangga.

Dalam waktu dekat, Arrayan juga akan mengembangkan social enterprises yakni bisnis sosial berbasis teknologi dengan fokus penitipan barang, yang dikenal dengan nama Nitipdongs. “Konsep ini seperti ojek online. Kalau ojek online itu menjemput penumpang. Sedangkan Nitipdongs ini, kami menjemput barang bawaan baik milik warga atau mahasiswa. Misalnya mahasiswa mau pindah kos, kami sediakan jasa Nitipdongs ini. Ada kurir yang akan membantu membawa barang-barang yang dititipkan,” jelas Arrayyan.

Demikian juga di daerah-daerah wisata, Arrayan bersama teman-temannya menyediakan loker yang menggunakan koin. Para turis ingin menitipkan barang cukup disimpan di loker berkoin tersebut.

(22)

Lombok salah satu tujuan utama

wisatawan mancanegara untuk

berlibur di Indonesia. Hal tersebut

berdampak pada tumbuhnya

industri wisata. Permintaan bahan

baku konsumsi sehari-hari pun kian

bertambah. Universitas Mataram

(Unram) sebagai salah satu

Perguruan Tinggi Negeri (PTN),

merasa bertanggung jawab untuk

meningkatkan dan mengakomodir

permintaan tersebut. Inovasipun

dilakukan. Simak juga kiat-kiat

UNRAM untuk menapak jejak

menjadi World Class University

(WCU) dalam wawancara antara

Tim Majalah Ristekdikti (MR)

dengan Rektor Unram (UNR) Prof.

Ir. H. Sunarpi, Ph.D berikut ini.

Menelisik Lebih

Dalam Universitas

Mataram

Oleh : Doddy, Fatimah Foto : Ardian, Widiasmi

22

Vol.7.II.2017

(23)

MR: Bagaimana perjalanan UNRAM dari mulai berdiri hingga kini?

UNR: Unram mulai beroperasi tahun 1963. Namun demikian, Keputusan Presiden (Kepres-red) yang dikeluarkan Soekarno pada saat itu, mengaktifkannya pada 1 Oktober 1962, saat tersebut Kita jadikan patokan sebagai hari lahirnya UNRAM. Dalam Kepres 1962, Unram didirikan dengan empat fakultas, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Pertanian, dan Fakultas Peternakan serta Kedokteran Hewan.

Kemudian Fakultas Peternakan dan Kedokteran Hewan hilang, walaupun pada Kepres awal, Fakultas Peternakan dan Kedokteran Hewan ada. Dalam perjalanannya, kini fakultas bertambah banyak dan Program Pascasarjana berkembang dengan 12 Program, dan di tahun 2017 direncanakan akan bertambah lagi. Di Fakultas Peternakan bahkan sudah ada Program Magister yaitu Manajemen Peternakan (Terakreditasi A).

MR: Dari sekian banyak Fakultas, mana yang menjadi unggulan? Mana yang paling berkontribusi bagi masyarakat NTB?

UNR: Kalau Kita kaitkan dengan Sumber Daya Manusia-nya, Fakultas Ekonomi. Kira-kira ada 18 Doktor lulusan

Fakultas Ekonomi. Sehingga bisa Saya katakan, keunggulan yang ditonjolkan di ekonomi, dan termasuk fakultas yang cukup ketat masuknya karena peminatnya sangat banyak, khususnya Prodi Manajemen. Kemudian di Fakultas Hukum yang dari Program S-1 memiliki Akreditasi A, jadi konsentrasinya ada pada hukum-hukum adat/lokal, di Lombok ini banyak persoalan tanah adat dan sebagainya, oleh karena itu lebih berkonsentrasi pada itu. Untuk Fakultas Pertanian, yang menjadi persoalan besar di NTB adalah lahan kering. Karena sebagian besar di Sumbawa lahannya kering sehingga Kami buat center untuk kajian lahan kering termasuk di Lombok Utara, Bima dan sekitarnya yang sudah banyak risetnya dan mengarah pada riset lahan kering, termasuk untuk Program S-2 yang Kami buat, yaitu pengelolaan sumber daya lahan kering, itulah yang menjadi konsentrasi di Fakultas Pertanian.

MR: Dari banyaknya riset yang telah dilakukan, adakah produk inovasi yang sudah diaplikasikan?

UNR: Yang sudah ada dari riset terkait pengelolaan lahan kering ini adalah bagaimana sistem pengairan tetes dengan membangun sumur-sumur bor yang masing-masing ada di lahan kering, yang dikembangkan di lahan utara. Kemudian diteruskan oleh proyek yang namanya Innovative Agriculture

(24)

Production. Program ini bekerja sama dengan Unram mulai dari tahun 2016, sasarannya yaitu bagaimana Lombok Utara bisa men-supply bahan baku perhotelan, semua bahan baku mulai dari telur, beras, sayur-sayuran, dan buah-buahan yang tidak ada di Lombok Utara. Maka fokus kami untuk mengembangkan sistem pertanian tetes dengan mencoba sumur bor sehingga pertanian eisien untuk masyarakat. Masyarakat akhirnya bisa menanam sayur dan buah-buahan. Ini yang sudah lama Kami kembangkan. Kami sudah membangun proyek yang bekerja sama dengan New Zealand dengan target 1.000 Kepala Keluarga yang Kami naikkan income-nya pada tahun 2016-2019.

MR: Prestasi apa yang paling membanggakan yang pernah diraih Unram?

UNR: Prestasi yang paling menonjol Unram ada di bidang kedokteran. Kami sudah lama mengetahui di NTB ini banyak yang memiliki penyakit hepatitis, karenanya kemudian yang paling menonjol adalah produksi Vaksin Hepatitis B yang sudah diperjualbelikan tidak hanya di dalam negeri, tetapi sampai ke luar negeri dalam bentuk obat antibodi, yang diinisiasi oleh Prof. Mulyanto. Laboratorium Kami sendiri mengembangkan vaksin itu yang mulai bergeser pada beberapa tahun terakhir ini mencoba memproduksi kit untuk deteksi malaria dan juga vaksin monogclonal antibodi untuk malaria, jadi ada pergeseran yang tadi pada penyakit hati (hepatitis) yang menghasilkan vaksin, menjadi monogclonal antibodi untuk malaria.

MR: Terkait riset ini, bagaimana kerja samanya dengan industri?

UNR: Sudah sampai ke industri, dan bekerja sama dengan Perusahaan Kobe di Jepang. Kemudian untuk lokalnya kami memakai laboratorium hepatika untuk penjualan keluar. Selain itu kerjasama antara Unram dengan Pemerintah Daerah yang penjualannya bahkan sudah sampai Benua Afrika dan Amerika Latin.

Itu yang Kami kira sangat menonjol, dan kemudian dalam bidang peternakan, sudah ada 11 tahun membangun kerja sama yang cukup kuat

dalam bidang peternakan dengan perusahaan di Brisbane,

Australia (Sis

Aero), sasarannya adalah bagaimana menyiapkan sperma beku untuk membuat inseminasi buatan yang unggul. Dengan BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional-red) juga sudah sering melakukan riset yang berkesinambungan untuk teknologi itu, bahkan sekarang sudah dipakai oleh peternakan di Timor Leste sehingga ada kerja sama antara Unram dengan Timor Leste untuk membantu itu. Kemudian, bagaimana mencari bibit-bibit unggul peternakan dan juga bagaimana usaha penggemukan sapi, karena NTB salah satu punya unggulan utama dalam Proyek “Pijar” (Sapi, Jagung, dan Rumput Laut).

Pada pola penggembalaan sapi juga Kami sedang kembangkan, dahulu sistemnya memerlukan kawasan yang luas dan diberikan pagar, sekarang Kami

kembangkan dengan kawasan yang kecil dan tidak perlu dipagar, kemudian juga Kami berfokus pada penelitian penggemukan sapi, terutama sapi Bali. Kami juga membuat lima pusat pembelajaran untuk masyarakat di Dompu yang masing-masing pusat pembelajaran itu untuk 50 peternak. Ada sekitar 25 peternak dalam percontohan yang Kami sebut sebagai “Pengembangan Pertanian Petani Terpadu Berbasis Jagung dan Pakan”, untuk kami coba membuat pakan-pakan yang awet.

MR: Bagaimana Unram menatap keinginan untuk menjadi World Class University?

UNR: Terus terang, yang kami lakukan sekarang itu berawal dari kondisi yang sangat berat. Sejak Saya dilantik jadi Rektor pada 2009 lalu, Kami dihadapkan pada banyak sekali Prodi yang habis masa berlakunya. Akreditasi Prodi Kami yang menurun menjadi masalah terbesar Unram saat itu. Masa Prodi yang hampir melewati masa tenggang (lima tahun), yang artinya sudah tidak bisa lagi mengeluarkan ijazah sesuai peraturan waktu itu juga menjadi pokok persoalan Kami.

Mulai 2010, Saya fokus untuk membenahi Unram ke arah yang lebih baik lagi, Kami perbaiki sarana dan prasarana UNRAM, visi-misi universitas juga Kami buat sederhana

sehingga masing-masing akademika menjadi tahu Unram ingin dibawa kemana, sehingga

dalam benak Kami semua sudah ditanamkan tentang visi misi Unram menjadi “Lembaga

Pendidikan Tinggi yang Berbasis Riset Internasional pada 2025” pada 2010 lalu. Kami buat target agar Program Studi juga bertambah kualitasnya. Indikatornya adalah dari 54 Program

Studi ini, minimal 80% Prodi di

Unram

24

Vol.7.II.2017

(25)

harus terakreditasi B, kemudian institusi juga harus punya akreditasi B. Pada tahun 2014 lalu, akhirnya target bisa Kami capai, institusi Kami mendapatkan akreditasi B.

Kemudian dalam rangka penguatan ke tingkat Asia dan kiat-kiat yang Kami lakukan adalah Kami perbaiki terus akreditasinya, sehingga tadinya akreditasinya B menjadi A. Komitmen ini yang Kami tanamkan pada semua Program Studi yang sekarang sudah sampai tahapan tim percepatan akreditasi Prodi dan akreditasi institusi dari B ke A. 2017 awal, Kami akan submit tentang pengurusan perbaikan akreditasi Prodi.

Penguatan WCU yang menjadi penting adalah bagaimana penguatan-penguatan riset yang berskala internasional. Sekaligus Kami bekerja sama dengan Perguruan Tinggi di luar negeri untuk joint research atau Guru Besar dari luar negeri ikut mengajar di Unram, sehingga transfer ilmu dapat berjalan baik. Untuk yang dosen muda di Unram dan belum mempunyai pangkat tinggi, maka Kami akan belajarkan lagi hingga ke luar negeri, baik itu magang dan sebagainya ke Jepang, Korea, dan negara lainnya yang berdurasi mulai dari tiga sampai enam bulan. Harapan Kami, ini akan mempercepat mereka untuk bisa mempunyai gelar Ph.D disana. Dan disamping itu Unram juga menyiapkan insentif-insentif untuk membiayai paper-paper mereka yang sudah terbit dan tidak dikenakan biaya, setelah itu Kami juga memberikan insentif bagi mereka yang sudah berhasil mempublikasikan jurnalnya. Ini adalah cara-cara Kami untuk meningkatkan jumlah publikasi ilmiah internasional di Unram.

MR: Bagaimana dengan publikasi internasional Unram?

UNR: Baru ada sekitar 100-an publikasi, masih jauh dari yang Kami targetkan. Ini karena semenjak Saya menjadi Rektor di sini, dosen Unram 60% hanya menjadi seperti guru biasa saja yang setelah belajar habis itu selesai dan tidak melakukan penelitian. Pola pikir selama ini harus berubah, tugas dosen tidak hanya mengajar. Alhamdulillah, kalau sekarang dosen-dosen Unram hampir seluruhnya sudah melakukan penelitian, yang masih terus Kami tingkatkan untuk lebih baik lagi ke depannya.

MR: Bagaimana harapan Unram dengan melihat sinergi Kemenristekdikti dan daerah?

UNR: Tentu harapan Kami mudah-mudahan sinergi ini semakin baik dan semakin baik lagi. Unram sebagaimana di bawah Kementerian, dan Kementerian juga terus memberikan support atau dukungan yang lebih baik dan lebih baik lagi, khususnya bagi Kami yang berada di kawasan timur dan jauh dari pusat. Pemerintah Daerah juga terus melakukan dukungan yang nyata. Kegiatan Pemerintah Daerah diharapkan tetap melibatkan Universitas, sehingga menjadi media pembelajaran, baik bagi para dosen maupun bagi mahasiswa, juga sekaligus untuk mengawal pembangunan-pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah sehingga Kami yakin bahwa anggaran yang dilaksanakan bisa terealisasi dengan baik. Kemudian adanya kerja sama proyek-proyek dengan Pemerintah Daerah mulai dari Gubernur, Bupati, dan Walikota se-Nusa Tenggara Barat (NTB), Kami pikir dengan demikian PTN di wilayah timur Indonesia nantinya tentu akan menjadi semakin maju.

(26)

Majalah Ristekdikti (MR): Bagaimana perjalanan Untad menjadi PTN?

Rektor Untad (RU): Awal berdiri Untad didasarkan pada keinginan dan pemenuhan syarat berdirinya Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) lepas dari Sulawesi Utara Tengah (Sulutteng) tahun 1964. Itulah sebabnya Untad dicetuskan 1962 oleh para pejuang Sulteng yang status awalnya tentu saja swasta. Lalu akhirnya berubah menjadi Universitas Hasanudin (Unhas) Makassar Cabang Palu dan Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Makassar Cabang Palu. Kedua cabang inilah yang akhirnya menjadi pondasi utama berdirinya Untad sebagai PTN yang tertuang dalam Kepres Nomor 36 tertanggal 18 Agustus 1981.

MR: Dalam usia lebih dari 35 tahun, bagaimana upaya Untad menuju WCU?

RU: Kami sadar betul bahwa Untad masih merayap. Ibaratnya, kalau merayap, modal utamanya itu hanya spirit dan harapan yang berenergikan doa. Tidak hanya itu, Kami juga menata secara internal dan membuka diri secara eksternal. Kerja keras, penataan ke dalam dan keterbukaan ke luar, menjadi cambuk, walau dengan situasi yang merayap. Artinya, sebesar apapun spirit yang Kami miliki, setinggi apapun harapan yang Kami gantungkan, hal-hal yang bersifat kondisional kewilayahan tetap sangat menentukan. Visi menuju WCU, bagi Untad masih berada pada rel yang berliku, jalan panjang yang berkerikil, dan lorong sempit yang remang.

Namun demikian, tantangan sekaligus hambatan segunung itu, tak pernah menyurutkan semangat untuk membuka wawasan. Itulah sebabnya, dengan digelindingkannya kebijakan Pak Menteri Ristekdikti Prof. Mohamad Nasir yang didukung oleh seluruh jajarannya di pusat perihal upaya

mendatangkan profesor dari luar negeri, Untad menyatakan sangat siap untuk dibina, dibimbing, dan dituntun oleh Profesor yang direkomendasikan oleh Pak Menteri. Kalaupun Pak Menteri tidak mau memberi Untad karena mungkin belum memenuhi banyak syarat, Kami akan tetap memohon agar spirit WCU itu tetap membara sekalipun bara api semangat itu belum memberi “nyala” sesuai dengan harapan.

MR: Bagaimana upaya Untad untuk meningkatkan daya saing?

RU: Melihat kemajuan dan prestasi yang dicapai banyak PTN di Pulau Jawa dan Sumatera, Kami pun terbangun dari tidur. Saatnya Kita untuk berubah. Upaya perubahan harus dimulai dari sikap membuka diri. Inilah suasana batin yang Kami gelindingkan dari tingkat rektorat hingga ke Prodi. Silahkan jika adaa yang mau melihat kemajuan, mendengar cerita keberhasilan, dan belajar cara sukses dari PTN lain. Untuk mendorong perubahan cara berpikir tersebut, tentu tidak sekadar keinginan tetapi Kami mulai dengan cara-cara sederhana yang tidak muluk-muluk.

MR: Bagaimana menanamkan semangat kepada seluruh jajaran Untad dalam upaya peningkatan kualitas pengelolaan kampus?

RU: Dalam menjalankan manajemen, dimensi leadership sangat dibutuhkan dan dari sana Kami memulainya. Siapapun yang ingin berpergian untuk melihat kemajuan dan belajar dari kesuksesan PTN lain ataupun PTS, Kami sangat mendukung. Selain dukungan inansial, Kami juga menghilangkan kegundahan mereka dengan tidak mewajibkan “minta izin” kepada rektor. Jika ada niat untuk tujuan di atas, silahkan berangkat, bismillah. Tidak usah ketemu rektor hanya untuk meminta ijin atau pamit,

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya demi

terwujudnya pemerataan pembangunan infrastruktur di

Indonesia. Salah satu program yang dilakukan pemerintah

untuk menunjang cita ini adalah pembangunan daerah

terluar. Universitas Tadulako (Untad) sebagai Perguruan

Tinggi Negeri (PTN) yang berada di poros Tengah-Timur

Indonesia menjadi pengungkit pemerataan tersebut. Berikut

wawancara Rektor Untad Prof. Dr. Ir. Muh. Basir Cyio, SE, MS

(RU) dengan Tim Majalah Ristekdikti (MR) untuk menelisik

kiprah Untad sebagai motor pembangunan poros

Tengah-Timur Indonesia dan mengungkap mimpi Untad menjadi

World Class University (WCU).

Untad Siap Mengejar

Mimpi Jadi PTN WCU

Oleh : Suryo Foto : Wicky

26

Vol.7.II.2017

(27)

siapapun mereka. Mulai dari Wakil Rektor hingga koordinator Prodi. Intinya cuma satu, saat sedang berada di PTN atau PTS yang menjadi tempat untuk melihat dan mendengar, harus ada oleh-oleh dibawa pulang. Minimal spirit bertambah, daya juang meningkat. Yang mau berangkat melihat dan mendengar kesuksesan, silahkan berangkat.

MR: Untad yang posisi geograisnya berada pada poros Tengah-Timur dan masih berusia 35 Tahun, keberadaannya mulai diperhitungkan. Bagaimana Rektor melihat itu?

RU: Bagi Kami, kondisi Untad tetap masih jauh dari ekspektasi yang terbangun dalam masyarakat, apalagi dibandingkan PTN yang telah maju di negeri Kita seperti UI, ITB, UGM, ITS, IPB, Unhas, Unair, Unpad, Undip, UNY, UNS, UB, UM, dan sederet PTN lainnya. Namun demikian, karena amanah tugas tambahan ini diberikan kepada saya, secara kolegial harus bertanggung jawab terhadap sebuah kepercayaan, maka Kami harus bekerja dengan cara melihat mereka, mendengar cerita mereka, dan tidak malu bertanya pada PTN yang sudah maju itu. Kami bangga, sebab MRPTNI menjadi wadah pemersatu dan kebersamaan. Pimpinan PTN yang maju itu tidak pernah menutup diri kalau Kami datang bertanya, apakah yang datang itu setingkat Warek, Dekan maupun Kajur. Inilah tanda-tanda kebaikan dan kebajikan yang ada dalam wadah MRPTNI. Apa yang Kami lakukan selama ini, adalah buah hasil belajar. Implementasinya Kami sesuaikan dengan kondisi yang ada, baik kekuatan inansial, SDM yang ada, dan juga kondisi Sosiogeokultural.

MR: Terkait kondisi sosiogeokultural, penyesuaian apa saja yang Untad lakukan?

RU: Untad bukan sekadar gedung yang berdiri di tengah komunitas yang pluralis. Beragam situasi dan kondisi ada di antara mereka. Baik latar belakang ekonomi, pendidikan, adat istiadat, terutama budaya yang selama ini tumbuh di tengah masyarakat lokal. Budaya lokal harus dijunjung tinggi sebagai kekayaan bangsa, tak berarti Untad tidak boleh membawa mereka untuk tetap berpikir maju.

Itulah mengapa masyarakat sekitar kampus Kami sangat berdayakan, mulai dari satuan pengamanan hingga petugas keindahan dan kebersihan, 99 persen dari mereka. Keterlibatan mereka, secara langsung atau tidak langsung akan membawa perubahan kualitas hidup. Tidak bisa disangkal bahwa letak geograi Untad ikut menentukan situasi dan perjalanan PTN ini ke depan.

Kami sangat yakin bahwa “geonasibiah” adalah rahmat. Artinya bahwa Untad akan tampilkan jati dirinya sesuai dengan dimensi geograisnya, di mana Untad itu berada sebagai bagian dari kenyataan (nasib-red).

Karena tumbuh dan berkembang di tengah wilayah yang bukan tempat industri maka dipastikan bahwa Untad tidak akan pernah sama dengan PTN yang tumbuh di sekitar Jabodetabek. Itu adalah dalil. Kalaupun ada yang bantah bahwa nasib suatu PTN tidak akan berubah jika bukan dia yang merubahnya, itu memang benar sebagai premis, tetapi kalaupun berubah, maka berubahnya adalah perubahan yang berkesesuaian dengan lingkungan. Tetap “geonasibiah”.

MR: Apa harapan Rektor ke depan agar WCU untuk Untad dapat terwujud?

RU: Harapan tentu saja akan membangun kebersamaan. Hal ini dimulai dengan merubah cara berpikir. Jadi pelayan yang baik dan memposisikan mahasiswa adalah tulang rusuk. Kita hadir karena mereka. Dan Kita digaji karena untuk melayani mereka. Biarkan orang yang menilai dan melihat jika sekiranya ada secuil nilai dari Kami. Yang pasti Kami hadir untuk berbuat. Kami melayani karena tanggung jawab. Untuk WCU, ke depan Kami akan meningkatkan jumlah publikasi baik secara nasional maupun internasional, infrastruktur Kami bangun dengan cepat, dosen-dosen juga Kami berdayakan dan Kami coba bakar semangat mereka agar menjadi doktor. Lainnya, Kami akan banyak “bergaul” dengan beberapa perguruan tinggi di luar negeri, sehingga Kami pun bisa mendapat ilmu dari mereka untuk menjadi WCU. Kami siap mengejar mimpi menjadi PTN WCU.

(28)

MR: Mengapa Amikom sejak awal tertarik bergelut di bidang vokasi?

AM: Dulu awalnya Saya membuka kursus komputer, kemudian Alhamdulillah berkembang menjadi Akademi Sekretaris dan Manajamen Mataram, kemudian berkembang menjadi Akademi Manajemen Informatika Komputer Mataram seperti sekarang ini. Jadi, di bawah yayasan Kami ada dua perguruan tinggi. Kemudian Kami punya program studi yang pertama teknik komputer, kedua manajemen informatika, dan yang ketiga komputerisasi akuntansi.

Pada Akademi Sekretaris ada sekretaris dan manajemen administrasi. Kalau untuk ukuran NTB, alhamdulillah Kami bagus. Dari lima Program Studi yang ada, di antaranya empat Prodi mendapat status B untuk akreditasinya. Walaupun perguruan tinggi ini baru berjalan, alhamdulillah punya prestasi untuk akademiknya, sementara untuk institusinya belum. Kami saat ini sedang menguliahkan 12 orang sebagai persyaratan institusi, mudah-mudahan akhir 2017 kembali, hingga sudah lengkap, saat itulah Kami akan ajukan untuk akreditasi institusinya.

MR: Bagaimana upaya Amikom dalam meraih prestasi?

Seiring dengan program revitalisasi pendidikan tinggi vokasi yang

dicanangkan oleh Kemenristekdikti, maka peningkatan mutu

akademipun ditingkatkan. Salah satu yang mendukung program

tersebut adalah Akademi Manajemen Informatika Komputer

(Amikom) Mataram. Mereka kini bergeliat meningkatkan kualitas

1.500 mahasiswanya. Simak wawancara Tim Majalah Ristekdikti

(MR) dengan Direktur Amikom Mataram (AM) Ir. Lalu Darmawan

Bakti, M.Sc, M.Kom, berikut ini

AM: Kalau Kami pergi lomba itu belum, namun kalau dari hasil mahasiswa yang membuat laporan tugas akhir cukup banyak, salah satunya ditampilkan di pameran Teknologi Tepat Guna (TTG) tahun 2016 di Lombok. Telah banyak sistem informasi yang diciptakan untuk informasi, restoran, minimarket. Itu hasil inovasi mahasiswa, kemudian dikembangkan kembali oleh dosen, kemudian diinovasi lagi. Sudah banyak sebenarnya kalau dari manajemen informatika, banyak yang sudah diterapkan. Misalnya, Praktek Kerja Lapangan (PKL) atau tugas akhir di sekolah membuat web portal sekolah, ada juga yang membuat sistem informasi pengolahan nilai di sekolah dan sebagainya. MR: Apakah sudah ada kerja sama atau produk yang dijual ke industri?

AM: Sudah banyak, yang paling mencolok adalah sistem informasi akademik Kami, beberapa perguruan tinggi lain mengadopsinya. Kami membuat sendiri, tidak seperti beberapa kawan yang ke perguruan tinggi lain lalu minta dibuatkan disana, itu mahal. Kami buat sendiri, yang penting adalah wajar dan menurut Kami baik walaupun belum sempurna. BAN-PT sendiri, timnya pernah ke sini dan mereka senang melihat sistem Kami. Kan ada sembilan item di akreditasi yang dinilai, ya semuanya sudah berjalan online. Misalnya penilaian akreditasi itu dapat dilihat mulai dari sistem informasi akademik, sistem keuangan, e-learning, e-perpustakaan. Nah, sistem-sistem itu kami buat sendiri.

MR: Bagaimana dengan upaya peningkatan prestasi mahasiswa secara nasional?

AM: Kami belum mengirim sampai sejauh itu. Kalau yang lokal sekitar sini saja pernah ada lomba membuat web se-NTB. Juara satunya mahasiswa Kami. Namanya Chairul, Wina dan Gun, salah satu yang dinilai adalah keamanannya.

(29)

Menurut juri yang menilai, ini sudah selevel dengan yang ada di google. Saya terkaget-kaget, luar biasa.

MR: Keunggulan apa yang paling Amikom tonjolkan?

AM: Kalau di teknik komputer Kami unggulnya di jaringan, salah satunya karena Kami local academy untuk sistem jaringan Cisco. Kami punya lab-nya, dan pertama kali yang punya di NTB. Kalau manajemen informatika, Kami unggulnya di pembuatan web dan multimedia. Kemudian komputerisasi akuntansi, gabungan dari akuntansi dan sistem komputer.

MR: Bagaimana pengembangan Amikom untuk mencetak lulusan siap kerja?

AM: Kami bekerja dengan serius, serius dari semua sisi. Pertama, dosen harus rajin masuk. Kalau dosen rajin masuk otomatis mahasiswa rajin masuk. Tingkat masuknya dosen di sini secara keseluruhan itu mencapai 96%, jadi sangat rajin dosen itu. Sanksinya kalau dosen tidak masuk akan dipanggil oleh Direktur, jadi begitu Saya tahu ada yang tidak masuk, ya Kita langsung tegur. Kemudian ada kelebihan Kami dan bisa dilihat, yaitu seragam. Tiap angkatan berbeda-beda. Kemudian begitu masuk kelas secara spiritual mulai dengan berdoa, sehingga hati dan pikiran akan lebih tenang dalam belajar dan mengajar. Jadi Kami amat menanamkan disiplin yang amat ketat disini. Dengan disiplin yang kuat, Kami yakin mencetak lulusan yang disiplin juga dalam mengaplikasikan ilmunya. Apalagi bila sudah di tempat kerja, Kami sudah biasakan itu di perkuliahan.

MR: Bagaimana dengan upaya peningkatan kompetensi dosen?

AM: Dosen-dosen selalu di-upgrade pengetahuannya. Contohnya, dosen-dosen pergi untuk pelatihan sistem java. Mulai level 1,2,3,4,5,6 berikut untuk pemrograman java juga kami upgrade, kemudian juga Cisco, pelatihannya itu 1 level bisa 2 minggu di beberapa perguruan tinggi ternama. Alhamdulillah, dosen-dosen ini rajin dan pintar, ini yang ditularkan kepada mahasiswa Kami. Dosen bekerja dengan serius, mengajarnya serius, lab-nya harus bagus, lab komputer sejak lima tahun yang lalu sebisa mungkin ditingkatkan sarana dan prasarana. Di kampus Kami ada beberapa unit kegiatan mahasiswa yang di bidang keilmuannya, contohnya website learning community dan Amikom update software community. Dengan begitu kompetensi mereka secara informal pun Kami bantu asah lewat unit-unit itu. Selain itu, Praktek Kerja Lapangannya dilakukan dua kali. Yang PKL1 itu mereka di dunia usaha, dunia industri selama 40 hari, PKL2 mereka di instansi atau sekolah. Biasanya, mereka dari PKL1 sudah banyak yang langsung diminta kerja di sana.

MR: Apakah Amikom sudah menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi luar negeri?

AM: Sampai tahap MoU ada dua dengan China, dan tiga dengan Eropa. Dua tahun yang lalu Kami ke Eropa bersama Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI),

Ir. Lalu Darmawan Bakti

kebetulan Saya Ketua APTISI NTB. Tahap kerjasama Kami itu saat ini dalam bentuk seminar, ada seminar di Belanda dan Belgia ketika itu. Kendalanya adalah karena Kita beda level, disana sudah profesor dan ilmunya sudah tinggi-tinggi. Sedangkan Kita masih rendah jadi butuh penyesuaian yang lebih baik lagi. Untuk publikasi sendiri, untuk internasional ada beberapa yang sudah menjangkau itu di tempat Kami.

MR: Sebagai penutup, apa harapan dari Amikom Mataram ke depan?

AM: Kami kan dari Indonesia Timur, barangkali ada “perhatian lebih” untuk Kita yang berada di agak timur atau provinsi yang masih berada di level ada di bawah itu. Beda dengan Jakarta, Jogja, Bali yang tinggal disentuh sedikit saja langsung lari. Kalau Kami di sini, mungkin karena baru lulus SMA saja sudah dianggap belajar paling maksimal, jadi ketika kuliah Kami harus lebih genjot atau lebih perhatikan. Butuh perhatian lebih dari Kementerian untuk kawan-kawan yg berada di kawasan yang agak terbelakang ini.

(30)

Ya kalau mengikuti perkembangan zaman,

lab-lab dan peralatan sudah ketinggalan dibandingkan

di luar negeri. Saya berharap dengan adanya

Revitalisasi Pendidikan Tinggi Vokasi, peralatan dan laboratorium bisa

diremajakan lagi

serta memiliki jiwa kepemimpinan. “Kurikulum yang ada 70% disiapkan untuk industri,” tambahnya.

Namun di era sekarang ini, Politeknik tidak melulu mendorong lulusannya siap bekerja. Ada juga program untuk menjadikan para lulusan Politeknik menjadi wirausaha.

“Kami memiliki mata kuliah kewirausahaan yang isinya memang untuk penguatan, penggemblengan, dan menggodok para mahasiswa untuk bisa mengembangkan dunia usaha,” kata Sidik.

Selain itu daya dukung untuk menggairahkan mahasiswa tertarik pada dunia kewirausahaan melalui sejumlah kegiatan yang digelar di Politeknik Negeri Malang ini. Salah satunya Pekan Kreativitas Mahasiswa. “Para mahasiswa bisa mengajukan proposal yang nantinya bisa mendapat pembiayaan dari Kemenristekdikti, untuk pengabdian masyarakat. Umumnya pengabdian ini banyak diisi dengan kegiatan kewirausahaan,” terangnya.

Diakuinya bahwa menjadi wirausaha di kalangan mahasiswa Politeknik Negeri Malang belumlah banyak. Sebab kebiasaan orangtua menginginkan anak mereka lulus kuliah langsung bisa mendapatkan pekerjaan. “Ya rata-rata masih seperti itu. Tapi kami tetap mendorong anak-anak agar tertarik pula menjadi wirausaha,” tuturnya.

Bahkan kampus Politeknik Negeri Malang pun mengadakan festival kewirausahaan sebagai bagian mendorong para mahasiswa bisa berkreasi, dan menciptakan hal-hal baru yang nantinya bisa dikomersialkan. Sidik menjelaskan pula bahwa Pendidikan Vokasi di Indonesia masih tergolong baru. Usianya baru 34 tahun. Pendidikan vokasi dahulunya merupakan pengembangan dari induknya yakni Perguruan Tinggi Negeri. Untuk Politeknik Negeri Malang sebelumnya menginduk pada Universitas Brawijaya Malang.

Belakangan ini animo calon mahasiswa yang masuk ke Politeknik Negeri Malang cukup tinggi. Tahun lalu dari 34 ribu pendaftar hanya diterima 3.000 orang. Minat mahasiswa mengambil studi di Politeknik, sayangnya tidak didukung dengan laboratorium yang ada di kampus.

Alasannya, saat para mahasiswa telah lulus dan bekerja di industri bisa langsung mempraktikkannya. “Kalau industrinya selalu lari, lab yang ada masih jalan di tempat. Kami senang dengan adanya Revitalisasi Pendidikan Tinggi Vokasi ini. Apalagi Pendidikan Vokasi ini sangat perspektif sekali. Lulusanya siap kerja tanpa harus training. Ada penghematan biaya bagi industri yang menyerap tenaga kerja lulusan Politeknik,” pungkasnya.

PENDIDIKAN Vokasi selain memiliki knowledge juga kompetensi serta behavior yang menjadi satu kesatuan. Hal itu ditegaskan Pudir Kemahasiswaan Politeknik Negeri Malang, Sidik Ismanu menanggapi banyaknya prestasi yang diorbitkan dari Pendidikan Politeknik. “Saat kegiatan ekstrakurikuler, banyak mahasiswa yang memiliki kemampuan dan behavior yang menghasilkan beragam inovasi. Bahkan mengantarkan mereka juara,” terang Sidik sebagai Pembantu Direktur Bidang Kemahasiswaan.

Setiap calon mahasiswa yang masuk ke pendidikan vokasi, memang digembleng untuk menjadi lulusan siap kerja. Sebab kurikulum yang ada di dalam Pendidikan Vokasi mengarah pada lulusan yang siap kerja, berkompetensi, Oleh : Sundari

Foto : Fatimah

Melahirkan Lulusan

Siap Kerja dan Mandiri

Sidik Ismanu

30

Vol.7.II.2017

Referensi

Dokumen terkait

Jelas kalau Marketing kami tidak bisa berkunjung ke dealer/showroom secara periodik, dapat saja dealer/showroom tersebut memilih memberikan aplikasi mereka ke competitor

Awal dari kehidupan kita bukanlah rencana kita, dan saat berakhirnya pun bukan � � keputusan kita; tetapi telah semakin jelas bagi kita bahwa tugas kita adalah menjadikan

 Kerja kelompok dan kolaborasi: Dengan bekerja kelompok dalam memetakan konsep mereka – terlepas dari mereka menggunakan komputer atau tidak – para siswa dapat

Susunan Pohon Jaringan Global Susunan Pohon Jaringan Utama Kualifikasi Level 3 (GOLD) Kualifikasi Level 3 (GOLD) Dibayar HARIAN Dibayar HARIAN.. BR =

Kalau aliran air sudah tidak turun lagi atau terlalu lambat bongkar filter dari penampung dan menggosok dengan sepon atau sikat yang lembut di bawah aliran air

(3) Upaya yang dilakukan Pemerintah Desa untuk mengatasi hambatan pembangunan yang ada di Desa Jemekan Kecamatan Ringin Rejo Kabupaten Kediri adalah pemerintah desa

Berdasarkan survei ditemukan: (1) pencatatan dan penyimpanan tagihan obat yang masih secara manual yang memungkinkan terjadinya nota hilang dan rusak; (2) terdapat perbedaan antara

Jelasnya, setiap lambang yang tersirat pada corak dan motif tenunan songket menyebabkan kedudukan dan peranan pakaiannya menjadi lebih penting dalam adat dan