• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I . PENDAHULUAN

A. Konsep

5. Aplikasi Teori Perubahan Konsep Dalam Pembelajaran

Menurut Suparno, proses pembelajaran fisika yang benar haruslah mengembangkan perubahan konsep. Perubahan yang pertama adalah perubahan dalam arti siswa memperluas konsep, dari konsep belum lengkap menjadi lebih lengkap, dari konsep yang belum sempurna menjadi lebih sempurna. Perubahan lain adalah mengubah dari konsep yang salah menjadi benar atau sesuai dengan konsep para ahli fisika (Suparno, 2005: 94-95). Sedangkan pembelajaran fisika yang baik adalah yang memungkinkan perubahan konsep itu secara cepat dan efisien, diantaranya adalah sebagai berikut ini :

a. Proses Perluasan Konsep

Beberapa cara membantu siswa menambah konsep atau pengetahuan mereka tentang bahan fisika, antara lain:

1) Memberikan informasi baru yang belum pernah diketahui oleh siswa. Pemberian informasi baru atau tambahan konsep-konsep baru dapat dilakukan antara lain dengan : guru menjelaskan konsep yang baru sesuai

dengan kurikulum yang telah direncanakan. Sistem pengajaran bab per bab lebih untuk menambah konsep siswa agar lebih luas. Model pengajaran ceramah termaksud disini.

2) Siswa diberi bahan baru dan diajak untuk mempelajari sendiri bahan itu sehingga konsepnya bertambah. Disini diperlukan bantuan pengarahan dari guru. Inilah model belajar mandiri.

3) Siswa diberi kesempatan untuk mencari bahan-bahan baru yang telah disediakan, baik dari buku maupun multimedia fisika.

b. Pembetulan Konsep yang Salah

Untuk proses ini tidak cukup guru menambah bahan fisika dalam pembelajaran, tetapi harus memikirkan strategi yang tepat untuk membetulkan miskonsepsi yang dialami siswa. Banyak ahli dan peneliti mengusulkan untuk menggunakan strategi pembelajaran yang menyediakan pengalaman anomali bagi siswa. Siswa disadarkan bahwa konsep awal mereka tidak tepat, salah atau tidak sesuai dengan situasi yang ada. Siswa ditantang untuk memikirkan kembali konsepnya dan tertantang untuk mengubah konsep awal mereka.

Joan Davis, 2001 (dalam Suparno, 2005: 97), mengajarkan perubahan konsep menyangkut dua hal pokok :

1) Membuka konsep awal siswa. Dalam langkah ini gagasan awal siswa

diungkapkan agar menjadi jelas dan eksplisit. Maka diperlukan kepiawaian guru untuk membantu siswa berani mengungkapkan pikiran atau gagasan mereka.

2) Menggunakan beberapa teknik untuk membantu siswa mengubah

kerangka berpikir awal tersebut. Dalam langkah ini guru mencari

beberapa teknik yang sesuai untuk menantang agar siswa mengubah gagasan mereka yang tidak benar.

Untuk dapat membantu mengubah kerangka berpikir awal siswa, guru perlu mengerti ekologi konseptual siswa, yaitu pengetahuan dan kepercayaan

yang dipunyai siswa. Hal itu meliputi antara lain:

1) Pengetahuan awal siswa atau konsep yang telah ada dalam diri siswa. 2) Relasi antara konsep-konsep tersebut dalam pikiran siswa.

3) Pengetahuan baru tentang konsep-konsep alternatif yang dipunyai siswa. 4) Keyakinan epistemologis siswa, yaitu keyakinan siswa yang membuat

siswa percaya bahwa pengetahuannya benar. Keyakinan ini sangat penting agar dapat membantu siswa mengubah keyakinan. Tanpa perubahan keyakinan ini, siswa akan sulit mengubah konsep dan gagasan mereka. Duit (1999, dalam Davis, 2001 dalam Suparno, 2005 : 98), menjelaskan bahwa perubahan konsep bukan hanya disebabkan oleh faktor kognitif siswa, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor afeksi, sosial, dan konteks. Dalam mengajar untuk perubahan konsep perlu dimengerti bahwa konsep awal siswa resisten terhadap perubahan. Lebih lanjut Duit mengemukakan bahwa strategi yang perlu dikembangkan dalam perubahan konsep agar lebih efektif menyangkut dua hal pokok :

1) Guru membuat situasi sedemikian rupa sehingga konsep awal siswa menjadi eksplisit dan tampak jelas.

2) Guru menantang agar muncul konflik kognitif pada siswa dan terjadi disekuilibrium dalam pengertian siswa. Bila ini terjadi maka siswa akan merasa tidak nyaman pikirannya dan akan lebih mudah menerima pengertian baru yang lebih intelligible (dapat dimengerti), plausible

(masuk akal),dan fruitful (bermanfaat).

c. Strategi Pengajaran Perubahan Konsep

Davis, Scott, Asoko, Driver dalam Davis, (dalam Suparno, 2005: 99), merangkumkan beberapa strategi pengajaran perubahan konsep sebagai berikut: 1) Strategi Berdasarkan Konflik Kognitif

Strategi pengajaran perubahan konsep yang didasarkan pada konflik kognitif dan resolusinya ada beberapa pendekatan yaitu: (a) mengungkapkan konsep awal siswa secara eksplisit, (b) membahas dan mengevaluasi konsep awal siswa, (c) menciptakan konflik konseptual terhadap konsep awal, (d) menyemangati dan mengarahkan siswa merestrukturisasi konsep mereka 2) Strategi Berdasarkan Perkembangan Ide Siswa

Menurut Scott, Asoko, Driver (1999: dalam Suparno, 2005: 101) dalam strategi ini digunakan gagasan dasar yang ada pada siswa, lalu dibantu dengan pengajaran dan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk mengembangkan dan memperluas gagasan mereka ke arah pandangan yang bersifat ilmiah 3) Metode Pembelajaran Fisika yang dapat Membantu Perubahan Konsep

Beberapa peneliti, ahli dan pendidik fisika menemukan beberapa metode pembelajaran fisika yang telah terbukti dapat membantu perubahan konsep,

terutama perubahan konsep fisika yang kurang benar ke arah yang lebih benar (Suparno, 2005: 102). Beberapa metode tersebut diantaranya adalah :

a) Bridging Analogy (Analogi penghubung).

Model analogi penghubung ini menghubungkan analogi dengan yang dianalogikan menjadi dekat atau dengan kata lain Bridging Analogy ini membagi analogi menjadi dua langkah yang lebih pendek yang memungkinkan siswa lebih mudah menangkap daripada satu langkah yang jauh.

b) Simulasi Komputer

Dalam simulasi komputer, siswa dapat memanipulasi data, mengumpulkan data, menganalisis data, dan mengambil kesimpulan. Penggunaan simulasi komputer ini sangat menguntungkan, karena siswa dapat melakukannya sendiri tanpa harus ditunggui guru seperti pelajaran dalam kelas.

c) Wawancara Diagnosis

Wawancara dapat berbentuk bebas dan terstruktur. Dalam wawancara bebas, guru bebas bertanya dan siswa bebas untuk menjawab. Apa yang hendak ditanyakan dan urutan pertanyaan dalam wawancara tidak perlu dipersiapkan. Pada wawancara terstruktur, pertanyaan sudah dipersiapkan dan urutannya secara garis besar sudah disusun sehingga memudahkan dalam wawancara.

d) Diskusi Kelompok

Menurut Farmer (1985 dalam Suparno, 2005: 110) diskusi antar siswa adalah cara yang paling baik untuk mengungkapkan pengetahuan siswa, karena dalam diskusi kelompok siswa dipacu untuk terlibat aktif dalam diskusi.

e) Peta Konsep

Peta konsep adalah suatu gambaran skematis untuk merepresentasikan suatu rangkaian konsep dan kaitan antar konsep-konsep terssebut. Peta konsep ini dapat digunakan untuk membantu mengatasi miskonsepsi. Menurut Novak, dkk peta ini mengungkapkan hubungan-hubungan yang berarti antar konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok. f) Problem Solving

Problem solving adalah model pembelajaran dengan pemecahan persoalan. Dengan memecahkan persoalan, siswa dilatih untuk mengkoordinasikan pengetahuan dan kemampuan mereka. Bila terdapat miskonsepsi dan telah diketahui penyebabnya, guru dapat menanyakan kepada siswa mengapa mereka mempunyai pengertian atau langkah seperti itu.

g) Percobaan atau Pengalaman Lapangan

Menurut Gilbert, Watts, Osborne (1982); Brouwer (1984); McClelland (1985) dalam Suparno, 2005: 114 percobaan atau Pengalaman lapangan adalah cara yang baik untuk mengontraskan pengertian siswa dengan kenyataan. Yang perlu diperhatikan adalah, percobaan yang tidak menyeluruh sering kali dapat menyebabkan miskonsepsi yang baru. Jelas

bahwa pemilihan percobaan dan pengalaman pun perlu diperhatikan agar benar-benar dipilih yang membantu perkembangan konsep siswa, dan bukan yang sebaliknya.

h) Pertanyaan Terus menerus di Kelas

Model ini memang tidak dapat meyakinkan bahwa setiap siswa akan mengalami perubahan konsep, tetapi secara klasikal dapat membantu beberapa siswa mengubah konsepnya. Yang perlu diperhatikan adalah guru harus piawai mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing gagasan siswa.

Dokumen terkait