• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. DATA DAN ANALISIS

B. Data dan Analisis

1. Gambaran Umum Konsep Awal Siswa Pokok Bahasan

Ada Tidaknya Arus

Pada soal nomor I.1.a. partisipan ditanya mengenai konsep arus yang mengalir dalam rangkaian. Meskipun dengan ungkapan kalimat yang berbeda namun tampak bahwa adanya kemiripan konsep yang dimiliki oleh ketiga partisipan yaitu bahwa ada arus yang mengalir dalam rangkaian seri tersebut ketika dihubungkan dengan baterai 6 volt.

Walaupun dari jawaban partisipan 2 dan partisipan 3 tampak adanya ketidakyakinan partisipan tersebut terhadap konsep yang dimilikinya, hal ini terlihat dari jawaban yang diberikan. Namun saat melakukan wawancara lebih lanjut tampak bahwa partisipan 1 dan partisipan 2 sudah mengerti bahwa ada arus yang mengalir dalam rangkaian meskipun kedua partisipan tersebut tidak memahami fungsi baterai dengan benar, sehingga kedua partisipan tersebut mengerti bahwa ketika ada arus yang mengalir dalam rangkaian maka lampu dapat menyala. Sedangkan partisipan 3 beranggapan bahwa lampu menyala karena pengaruh kutub positif dan negatif baterai. Jawaban yang diberikan oleh partisipan tersebut tidak lengkap karena partisipan tidak menyebutkan hubungan antara kutub baterai dengan pengaruhnya terhadap nyala lampu.

Kuat Arus

Pada soal I .1.b, I.2.b, I.3.b partisipan dihadapkan pada permasalahan besarnya kuat arus yang mengalir dalam rangkaian seri. Dari hasil wawancara tampak bahwa partisipan sudah mempunyai konsep yang benar bahwa besarnya kuat arus dalam rangkaian seri besarnya sama disetiap tempat ketika nilai semua beban yang dipakai juga sama.

Akan tetapi ketika pada rangkaian seri tersebut dipasang beban yang berbeda jenis (resistor dan lampu) meskipun besar nilai beban sama besar tampak bahwa partisipan 1 dan partisipan 2 mempunyai konsep yang salah mengenai besarnya kuat arus yang mengalir dalam rangkaian, hal ini tampak dari hasil wawancara, yakni:

S1 : L1 besar. Hee..L1 sama L2 sama, sama…R nya lebih kecil, hambatan tho?

S2 : Yang ini arusnya kecil kali ya (menunjuk gambar resistor) S 3 : Sama, mungkin.

Dari hasil wawancara kedua partisipan diatas tampak bahwa patisipan menganggap bahwa arus yang melewati lampu akan berbeda dengan arus yang melalui resistor. Kesalahan konsep pada kedua partisipan tersebut sama yaitu partisipan menganggap arus akan mengalir lebih sedikit pada resistor. Kedua partisipan tersebut mungkin berangapan bahwa arus yang mengalir sedikit dikarenakan resistor tersebut berfungsi sebagai hambatan. Partisipan tidak mengetahui bahwa lampu yang terpasang dalam rangkaian tersebut juga berfungsi sebagai hambatan.

Miskonsepsi juga terlihat dari hasil wawancara peneliti dengan partisipan ketika peneliti mengganti besar beban dan jenis beban yang dipergunakan dalam rangkaian. Meskipun partisipan 3 tidak mengalami miskonsepsi dalam hal ini namun miskonsepsi yang sama dimiliki oleh partisipan 1 dan partisipan 2 adalah bahwa semakin besar nilai sebuah beban maka semakin besar pula kuat arus yang dimilikinya. Hal ini tampak dari hasil wawancara, yakni:

P : Jika R1 lebih besar dari R2, R2 lebih besar dari R3, kuat arusnya besar dimana?

S1 : R1

S2 : Banyakan ini…R1 S3 : Sama.

Ketika ditanya lebih lanjut mengenai kuat arus dalam rangkaian seri, tampak bahwa partisipan 1 mempunyai dua miskonsepsi lain. Pertama, partisipan 1 beranggapan bahwa kuat arus tergantung posisi beban terhadap kutub positif dan negatif baterai. Semakin dekat beban dengan kutub positif baterai maka kuat arusnya akan semakin besar. Kedua, partisipan 1 beranggapan bahwa jenis beban mempengaruhi besar kecilnya kuat arus yang dimiliki oleh hambatan tersebut. Partisipan 1 menganggap bahwa kuat arus yang dimiliki oleh resistor lebih kecil.

Kesalahan konsep lain yang dimiliki juga oleh partisipan 2 adalah bahwa sebuah resistor akan memiliki kuat arus yang lebih besar dibandingkan dengan beban yang berupa lampu sehingga jika kedua jenis beban tersebut dipasang dalam satu rangkaian seri maka lampu akan menyala lebih terang.

Meskipun pada awal wawancara partisipan menjawab benar, akan tetapi pada wawancara selanjutnya tampak bahwa partisipan tersebut juga memiliki

miskonsepsi yang sama dengan kedua partisipan yang lain yaitu bahwa semakin besar nilai sebuah beban maka semakin besar pula kuat arus yang dimilikinya.

Arah Arus

Pada saat melakukan wawancara mengenai arah arus pada rangkaian seri partisipan 1 dan partisipan 2 sudah menjawab dengan benar bahwa arus mengalir dari kutub positif ke kutub negatif baterai. Melihat hasil wawancara kedua partisipan tersebut, tampak bahwa kedua partisipan tersebut sudah mempunyai konsep yang benar meskipun kedua partisipan tersebut tidak menyebutkan komponen-komponen yang dilalui arusnya secara lengkap. Miskonsepsi terjadi pada partisipan 3. Partisipan tersebut menjawab bahwa arus mengalir dari kutub negatif baterai menuju kutub positif baterai. Kesalahan konsep yang dimiliki oleh partisipan tersebut juga didukung oleh pernyataan partisipan 3 berikutnya yakni:

P : Ada batre? Itu arah arusnya dari mana? S3 : Ya dari negative ke positif

P : Tetap dari negative ke positif? Jika misalnya polaritas batre itu saya balik? Posisi positif baterai ditukar menempati posisi negatif baterai Lampu bisa menyala nggak?

S3 : Nggak

P : Ngaak? Kamu mikirnya nggak karna apa? S3 : Karna dari positif ke negatif

Melihat jawaban partisipan 3 diatas tampak bahwa partisipan tidak mengerti bahwa arus akan tetap mengalir pada rangkaian dari kutub positi menuju kutub negatif baterai meskipun posisi kutub baterai tersebut dibalik.

Ketika partisipan 1 ditanya lebih lanjut mengenai pergerakan arus listrik tampak bahwa partisipan tersebut juga mengalami miskonsepsi, yakni pada saat nilai beban yang dipasang tidak sama besar. Partisipan 1 beranggapan bahwa arus akan mengalir dari beban yang bernilai besar menuju beban yang bernilai kecil. Dari keseluruhan jawaban yang diberikan oleh partisipan 1 mengindikasikan bahwa partisipan tersebut tidak mempunyai konsep yang tetap. Partisipan hanya mengerti pergerakan arah arus ketika beban yang dipasang mempunyai nilai yang sama.

Pengaruh terputusnya salah satu beban terhadap beban lain

Pada pertanyaan I.1.c, I.2.c, I.3.c partisipan dihadapkan pada permasalahan besarnya kuat arus yang mengalir pada rangkaian seri ketika salah satu beban pada rangkaian tersebut dilepas. Jawaban yang dikemukakan oleh ketiga partisipan tersebut bervariasi, yakni:

P : Jika R3 diputus, bagaimana kuat arus pada R1 R2? S1 : Bertambah.

S2 : Dilepas? Hmm tetep jalan nggak ya? Arusnya…kaya’nya nggak dech.

S3 : Berkurang

Dari jawaban partisipan 1 dan partisipan 3 tampak jelas miskonsepsi yang dimiliki meskipun dalam konsep yang berbeda. Kedua partisipan menganggap masih ada arus yang mengalir meskipun konsep konsep yang dimiliki oleh partisipan 1 bahwa jika salah satu beban dilepas dalam rangkaian maka kuat arus pada beban lain akan bertambah sehingga ketika dipasang beban berupa lampu, maka lampu tersebut akan menyala lebih terang dari semula. Partisipan

3 menganggap bahwa arus akan berkurang jika salah satu beban dilepas, sehingga jika dipasang beban berupa lampu maka lampu tersebut akan menyala lebih redup dari semula.

Ada dua miskonsepsi lain yang dimiliki oleh partispan 3. Pertama, partisipan menganggap sebuah resistor akan menerima arus yang lebih banyak dari beban yang lain sehingga jika resistor dilepas dari rangkaian maka tidak ada arus yang mengalir pada rangkaian lain, padahal kuat arus yang diterima oleh resistor sama dengan kuat arus yang diterima oleh beban lain, sehingga jika salah satu beban terputus maka arus padabeban lain ikut terputus karena rangkaiannya berupa rangkaian seri. Kedua, partisipan beranggapan bahwa posisi sebuah resistor mempengaruhi ada atau tidaknya arus pada beban lain. Partisipan 3 tersebut berangapan bahwa ketika sebuah resistor berada ditengah maka arus menumpuk pada resistor tersebut sehingga ketika resistor dilepas maka arus pada hambatan lain ikut terputus. Secara fisika konsep yang dimiliki oleh partisipan 3 salah.

Meskipun pada awal wawancara jawaban yang diberikan oleh partisipan 2 sudah benar yaitu bahwa arus tidak akan mengalir pada hambatan lain jika salah satu beban dilepas sehingga ketika dipasang beban berupa lampu, lampu tersebut tidak menyala. Namun ketika ditanya lebih lanjut dengan menggunakan permasalahan yang sama dengan jenis beban berbeda barulah tampak bahwa partisipan 2 memiliki miskonsepsi. Hal ini tampak dari hasil wawancara, yakni:

P : Sekarang jika misalnya L3 saya putus, L1 L2 bisa menyala nggak? S2 : Bisa.

P : Bisa. Kalau misalnya L2 yang diputus?

S2 : Bisa. Kan Cuma lampunya doang kan?

P : Lebih terang?

S2 : Ha’a.

P : Jadi menurut kamu apakah jika salah satu kabel diputus lampu yang lain akan lebih terang?

S2 : Lebih terang

P : Dengan kata lain arusnya itu numpuk? Numpuk dihambatan lain? S2 : Ha’a.

Dari jawaban yang diberikan oleh partisipan 1 dan partisipan 2 tampak bahwa adanya satu persamaan miskonsepsi yang dimiliki oleh kedua partisipan tersebut yakni miskonsepsi yang sama mengenai kuat arus ketika salah satu beban dalam rangkaian seri dilepas dari rangkaian. Kedua partisipan tersebut menganggap bahwa arus yang mengalir dalam rangkaian berhenti ditempat dimana sebelum sebuah beban dilepas dan akan memperkuat kuat arus pada tempat tersebut sehingga ketika dalam rangkain tersebut dipasang beban berupa lampu maka lampu tersebut akan menyala lebih terang dari semula Konsep yang dimiliki partisipan 1 dan partisipan 2 secara fisika adalah salah.

Beda Potensial Pada Hamabatan Seri

Ketika partisipan dihadapkan pada permasalahan besarnya beda potensial yang dimiliki beban dalam rangkaian seri tampak bahwa partisipan tidak mengerti atau tahu apa yang dimaksud dengan beda potensial atau tegangan. Hal ini tampak dari hasil wawancara, yakni:

P : Jika L1 sama dengan L2 sama dengan L3 bagaimana beda potensial pada L1, L2, L3?

S1 : Maksudnya? S2 : Maksudnya? S3 : Sama

Meskipun partisipan 3 menjawab benar, akan tetapi dari hasil wawancara selanjutnya terlihat bahwa partisipan tersebut tidak mengerti dengan istilah beda potensial. Hal ini tampak dari hasil wawancara, yakni:

P : Sama? Jika misalnya R1 lebih besar dari R2, R2 lebih besar dari R3, besaran yang mana?

S3 : R…R3 kaya’nya P : R3 itu karna apa?

S3 : Karna…nggak tahu hahaha nggak ngerti mbak.

Dari jawaban yang diberikan partisipan 3 diatas tampak bahwa partisipan tersebut tidak mengerti dengan konsep beda potensial dalam fisika. Jawaban yang diberikan hanya berdasarkan tebakan dan bukan pengetahuan yang dimiliki.

Ketidaktahuan partisipan 1 dengan konsep beda potensial tampak jelas ketika partisipan tersebut mengatakan : “aku nggak..nggak..nggak begitu jelas

e”. Miskonsepsi yang dimiliki oleh partisipan 1 tampak jelas dari alasan yang

diberikan oleh partisipan tersebut meskipun sebagian jawaban yang diberikan benar. Partisipan 1 beranggapan bahwa besar atau kecilnya beda potensial yang dimiliki oleh suatu beban bergantung dari letak hambatan tersebut terhadap posisi kutub baterai dalam rangkaiannya. Hal ini tampak dari hasil wawancara, yakni:

P : Kalau misalnya itu R1 lebih besar dari R2, R2 lebih besar dari R3? S1 : Ha…beda potensialnya lebih besar di R1 e…lebih besar di R1. P : Kalau misalnya dibalik, R3 nya lebih besar dari R2 R1?

S1 : R1 kaya’nya.

P : Jadi kamu mengambil kesimpulan semakin besar R itu semakin besar beda potensialnya? Gitu? Atau kamu mungkin berdasarkan letak posisi baterainya?

S1 : Ha’a.

P : Berdasarkan letak? Ini …hambatannya? S1 : Ha’a hambatannya.

Sama seperti partisipan 1, partisipan 2 juga tidak mengerti dengan konsep beda potensial. Miskonsepsi yang dimiliki partisipan 2 berbeda dengan miskonsepsi yang dimiliki partisipan 1. Partisipan 2 beranggapan bahwa besar atau kecilnya beda potensial sebuah beban tergantung dari arus yang mengalir pada beban tersebut Hal ini ditunjukan dari hasil wawancara, yakni:

P : Jika misalnya R1 lebih besar dari R2, R2 lebih besar dari R3 beda potensialnya gimana?

S2 : Lebih besar R1. S2 : Nggak juga.

P : Nggak juga itu tergantung apa? S2 : Arusnya kali ya.

Miskonsepsi lain yang tampak adalah ketika ditanya lebih lanjut mengenai besarnya beda potensial pada sebuah beban saat sebuah beban dilepas dari rangkaian. Partisipan 1 beranggapan bahwa beda potensial suatu beban akan bertambah besar ketika ada salah satu hbeban dilepas dari rangkaian karena arus yang mengalir pada beban yang dilepas akan mengalir pada beban lain yang masih terpasang.

Patisipan 2 beranggapan bahwa besarnya beda potensial akan berkurang dari besarnya sebelum dilepas. Miskonsepsi lain yang tampak yaitu partisipan beranggapan bahwa arus dapat dilepas dari rangkaian.Konsep partisipan 2 tersebut tampak jelas dari jawaban yang diberikan, yakni:

P : Kalau misalnya R1 sama dengan R2 sama dengan R3, nah R3 nya itu saya lepas. Gimana R1 dan R2? Beda potensialnya?

S2 : Mandek kali ya. dilepas …ya kalau misalnya kalo diputus, arusnya kan yang dilepas mbak? Itu bukan?

P : Jadi menurut kamu a..ketika salah satu R nya diputus, maka yang lain tidak ada beda potensialnya?

S2 : He…iya..kalo’ dipraktekin seingat aku kaya’ SMP tu ada. Kalo’ misalnya pake lampu itu bisa menyala kalau salah satu lampunya diputus.

P : Kalo’ misalnya masih bisa menyala, kan berarti masih ada beda potensialnya?

S2 : Ha’a. tapi kalau ini kan kabel P : Sama hambatannya.

S2 : Ha’a ada.

Pada permasalahan yang sama mengenai beda potensial sebuah beban ketika ada hambatan yang terlepas dari rangkaian, konsep partisipan tidak tampak dikarenakan peneliti tidak menanyakan hal tersebut kepada partisipan 3.

Selain ketiga partisipan tidak mengerti dengan istilah beda potensial sebuah beban, ketiga pertisipan tersebut juga tidak mengerti dengan istilah beda potensial sebuah sumber. Hal ini tampak dari hasil wawancara yang ditanyakan peneliti mengenai besarnya beda potensial sumber (baterai) yang terdapat dalam gambar rangkaian seri, yakni:

P : Berapa besarnya beda potensial sumber? S1 : Maksudnya beda potensial sumber? S2 : Maksudte?

S3 : Nggak tau mbak.

Dari jawabanyang diberikan oleh ketiga partisipan tersebut tampak bahwa partisipan asing dengan istilah beda potensial. Berbagai jawaban yang dikemukakan oleh ketiga partisipan tersebut pada wawancara berikutnya mengindikasikan bahwa ketiga partisipan tersebut tidak mengerti dengan istilah beda potensial sumber pada rangkaian seri tersebut. Meskipun jawaban yang dikemukakan partisipan 1 sudah menyinggung cara perhitungan untuk menentukan besarnya beda potensial sumber akan tetapi tidak jelas apakah yang

dimaksud oleh partisipan tersebut penjumlahan besar beda potensial ketiga beban atau partisipan tersebut menjumlahkan besarnya beban untuk menentukan beda potensial sumber.

Dokumen terkait