• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 April 2013 jam 13

Dalam dokumen Mushaf KDZA (Halaman 173-175)

Quran Surah Al Israa’ (17) Ayat : 78

Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan

QS:2:177 ...

...

KG:

Copas potongan ayat:

.... sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan ....

Pengertian malaikat disini sebatas makhluk cahaya atau makhluk selain manusia secara umum?

K’Wilman punten terangin berdasarkan artinya dong?

22. Memahami Shalat

1. Gerakan Nabi saw pada shalat karena merasakan seluruh vitalitas energinya dapat disirkulasikan. Apalagi dibantu dgn adanya dorphall. Yang mana ketika semua menjadi lebih baik energinya, maka akses kepada nilai-nilai shalat itu menjadi lebih gamblang.

2. Shalat dilakukan pada 3 waktu (sesuai AQ: terbit matahari- tergelincir matahari-tenggelam matahari) karena pada waktu-waktu tersebut manusia terkena pengaruh kondisi alam yg jika tidak “diwaspadakan” maka akan kabur dari nilai-nilai tersebut.

3. Spiritual Shalat harus diketahui secara benar. Kuncinya mengenal tubuh dan alam secara benar, baru kita akan bisa mendirikan Shalat.

KY:

*salah gak ya?* saya kok merasa bahwa shalat yg dimaksudkan oleh ayat2 di atas itu, “bukan” yg kita kerjakan selama ini.

Kalau dibaca cermat, shalat itu bukan merujuk

(mengajak) kpd melakukan pekerjaan “takbiratul-ihram s/d salam”. Tp lebih kpd nilai, sebuah tatanan nilai. Cmiiw (please tanya terus..sieun salah)

Misal, kalau saya katakan, “tegakkanlah (dirikanlah) Pancasila”.

Pancasila disitu suatu pekerjaan atau sebuah tatanan nilai?

K’Budi Cjr:

Mungkin ada penegakan Shalat dan ada juga melaksanakan Shalat..

Kl penegakan shalat lebih ke tauhid, kl melaksanakan shalat lebih ke iqh.. Meureun...8-|

Spt dlm Surat Al Maa’uun “org2 yg lalai dari shalatnya” yaitu yg riya & enggan menolong org. Bahkan ayat yg diatasnya dikaitkan dgn menghardik anak yatim & memberi makan org miskin

KY:

Coba di alMa’un itu, pandang “shalat”nya sbg nilai, bukan perbuatan. Cocok gak?

K’Budi Cjr:

Iya itu lebih ke nilai Kang dan perbuatan sosial bukan ritual.

KY:

Hemat saya, shalat itu memang sebuah tatanan nilai. Merujukkan shalat itu kpd sebuah bentuk pekerjaan/ gerakan sama dengan seperti kita menganggap ada Dewa Wishnu. ;)

K’ibay:

Kl mendirikan aspeknya tentu banyak, selain nilai kemungkinan masih ada. Dengan ritualnya saja dan niat karena yang belum 100 % saja, membuat tubuh lebih baik.

Sholat adalah Rukun Islam, dimana kl rukun 1 hilang, tidak sah semua.

Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu, ini berarti berlaku juga sbg PROBLEM SOLVER KY:

Sabar dan shalat sbg penolongmu. Itu k’Ibay

memandang shalatnya sbg apa? Sbg “perbuatan takbir ke salam” atau sebuah nilai?

KW: QS:2:177

disini memang sholat itu sebuah tatanan nilai... Yg berpola pada upaya mndirikn dng konsisten...

Sbb di ayat2 di atas, shalat n kebajikan selalu berenteng alias barengan...

Jd mun make ayat ieu, jigana shalat dlm pengertian ritual ga perlu (dan memang ga usah).... Sbb nu puguh mah spiritual.... Tur dilaksanakeun...

KY:

Asa rada ngagejligh feel na ketika sabar direndengkan dgn shalat, shalat direndengkan dgn zakat, kalo itu suatu perbuatan.

jam 17.21: KD:

Tapi kalau buat Akang mah lumayan buat ngisi oksigen ke kepala

MENGINGATKAN SAJA: materi didiskusi ini jangan sampai keluar atau terbaca orang-orang di luar group ini. PLEASE. Ini diskusi yg sangat sensitif buat ummat saat ini.

Jam 20.26 KY:

*msh diseputar serba-serbinya*

Ketika kita (saya) mendengar “hayya ‘alash sholaah, hayya ‘alal falaaah...” Itu terasanya seperti ajakan utk menegakkan (kembali) nilai-nilai shalat didlm kehidupan kita.

“Mari kita tegakkan nilai-nilai shalaaat...!”*bgtu kira2*

Nabi Saw ketika berbicara: “shollu kama roaitumini usholli” (shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat) bisa jadi bkn merujuk kpd gerakan2 shalat (saja), tp lbh kpd seluruh pengamalan bagaimana nilai2 itu harus di ejawantahkan.

Lalu knp Nabi saw, bergerak-gerak spt itu? Krn dia merasakan bhw dgn gerakan spt itu seluruh vitalitas energinya dpt disirkulasikan. Apalagi dibantu dgn adanya dorphall. Yg mana ketika semua menjadi lbh baik energinya, maka akses kepada nilai2 shalat itu menjadi lbh gamblang.

Knp pula itu dilakukan pd 3 waktu (sesuai AQ: terbit matahari- tergelincir matahari-tenggelam matahari)? krn pd waktu2 tsb manusia2nya terkena pengaruh kondisi alam yg jika tidak “diwaspadakan” maka akan kabur dr nilai2 tsb.

Sama juga halnya dng syahadat, yg bkn hanya di mulut sj melainkan mrpkan pengakuan kita -sampai molekular tubuh- thdp superioritas Allah SWT dan Nabi SAW, maka masuklah kita (kaum 2,5%) ini kepada merevitalisasi energi kita, yg tahap2an langkahnya sdh diuraikan oleh KG. Yg krn refresh, maka akses thdp nilai shalat itu tetap terjaga. Dan akhirnya: tegaklah (nilai) shalatlah.

Copas tulisan KD by KY:

“Shalat itu memiliki gerak yang sangat luar biasa apabila kita tahu makna nya secara dalam. Seperti mengapa di jam transisi kimia tubuh kita harus mengalirkan oksigen ke kepala lebih banyak. Ada semacam reaksi terhadap jam-jam transisi alam seperti Subuh atau pergantian pada waktu subuh ke pagi, Dzuhur atau Lohor pergantian transisi ke siang, Ashar pergantian transisi siang ke sore, Maghrib pergantian transisi sore ke malam, Isya adalah transisi antara remang-remang ke gelap atau malam, itu kalau otak diberi oksigen dengan cara ruku dan sujud, maka akan membuat akselerasi sel di otak akan menjadi lebih baik. Itu dari segi ritual dan isik. Tapi jauh lebih mendalam dari segi spiritualnya. Makanya tidak ada perintah “melaksanakan” shalat, yang ada adalah perintah

“mendirikan” shalat. Jadi kita harus tahu setiap makna di dalam simbol ritual shalat secara mendalam. Shalat tahajud misalnya, kenapa Rasulullah SAW selalu melakukan shalat Tahajud, karena ketika dua per tiga malam itu dimana jam kimia otak bernama serotonin menumpuk banyak, sehingga apabila di aliri oksigen ke kepala maka akan membuat akselerasi sel otak menjadi jauh lebih baik dan kuat. Tapi yang jauh lebih penting adalah ketika kita mendirikannya dengan baik dan benar seperti yang sudah dibahas sebelumnya .” *yg terakhir itu copasan dr Akang;)* mangkanya knp Akang selalu menyebutkan bhw shalat (ritualnya) itu adalah simbol. Dia simbol dr shalat yg sebenarnya yg hrs ditegakkan. Walaupun demikian didlm simbol itu sendiri terdpt “pompa2 energi” yg kalau dilakukan dgn benar akan membuat seluruh ritme hidup kita shalat.

*recopas KD*

Memang yang namanya Shalat itu harus dipahami secara mendalam. Tepat waktu itu bukan soal jam, tapi soal luktuasi tubuh dengan alam. Makanya Ritual Shalat itu bisa disatukan. Tapi Spiritual Shalat itulah yang harus diketahui secara benar. Kuncinya adalah mengenal tubuh dan alam secara benar, baru kita akan bisa mendirikan Shalat. Makanya kenapa sekarang umat yang mengaku Islam hidupnya tidak maju, karena mereka tidak memahami.

23. Tafsir Khataman Nabiyin

1. Di Surat Al Ahzab-40, arti Khatam bukan penutup, tapi cincin stempel atau Nabi yang sangat istimewa dan merupakan stempelnya semua para Nabi. 2. Jadi, Muhammad saw adalah patokan

semua Nabi, nabinya para nabi. 3. Secara bahasa pun arti Khatam itu

bukan penutup, tapi memang cincin stempel.

Dalam dokumen Mushaf KDZA (Halaman 173-175)