• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Perindustrian

BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

B. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Perindustrian

2014 telah dibangun Peta Strategi Kementerian Perindustrian yang mengacu pada Visi 2025, yaitu: Indonesia mampu menjadi Negara Industri Tangguh pada tahun 2025. Visi ini kemudian dijabarkan ke dalam Misi membangun industri manufaktur untuk menjadi tulang punggung perekonomian, yang secara detil dapat dirinci menjadi:

1. Wahana pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat; 2. Dinamisator pertumbuhan ekonomi nasional;

3. Pengganda kegiatan usaha produktif di sektor riil bagi masyarakat; 4. Wahana (medium) untuk memajukan kemampuan teknologi nasional; 5. Wahana penggerak bagi upaya modernisasi kehidupan dan wawasan budaya

masyarakat;

6. Salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan penciptaan rasa aman masyarakat;

7. Andalan pembangunan industri yang berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber bahan baku terbarukan, pengelolaan lingkungan yang baik, serta memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi.

Selanjutnya, dalam Peta Strategi diuraikan peta-jalan yang akan ditempuh untuk mewujudkan visi 2025 tersebut. Peta Strategi Kementerian Perindustrian dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini.

RENCANA S TRA TE GIS KEMENTERIAN P ERINDUS TRIAN 2010 - 2014 | 8 Pe rs pe kt if Pr os es P e la k s an aan Tu ga s P o k o k Kementrian Rg tu rg mv kh " Rg o c pi m w " M g rgpv kp ic p

Xkuk""<"Kpfqpgukc" ocorw"ogplcfk"pgictc" kpfwuvtk"vcpiiwj rcfc" vcjwp" 4247

Okuk"<"Ogodcpiwp" kpfwuvtk"ocpwhcmvwt" wpvwm" ogplcfk"vwncpi" rwpiiwpi" rgtgmqpqokcp

Memf asilitasi pengembangan industri Memf asilitasi promosi industri Memf asilitasi penerapan standardisasi Mengembangkan R&D di instansi dan industri

Mengkoordinasikan peningkatan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihan serta kewirausahaan

Mengembangkan kemampuan SDM

yang kompeten

Membangun organisasi yang

Prof esional dan Probisnis Meningkatkan kualitas perencanaan dan pelaporan R g tu r gmv kh " R g p kp i mcv cp " M cr cuk vcu" Mg ng o d c i c c p Membangun sistem inf ormasi industri yang terintegrasi &

handal

Memf asilitasi penerapan, pengembangan dan penggunaan Kekayaan intelektual

Meningkatkan Sistem Tata Kelola Keuangan

dan BMN yang prof esional

Mempersiapkan dan/atau Menetapkan Kebijakan dan produk hukum Industri Menetapkan rencana strategis dan/atau pengembangan industri prioritas dan industri andalan masa depan

Rgtwowucp Mgdklcmcp

Menetapkan peta panduan pengembangan industri Mengusulkan insentif yang mendukung pengembangan industri

Meningkatkan kualitas pelayanan publik

Icodct"503"Rgvc"Uvtcvgik"Mgogpvgtkcp"Rgtkpfwuvtkcp 3 Tingginya Nilai

tam bah industri

Mqmqjp{c"dcuku"kpfwuvtk" ocpwhcmvwt"fcp" kpfwuvtk"cpfcncp"ocuc"fgrcp"ogplcfk"vwncpi" rwpiiwpi" rgtgmqpqokcp"pcukqpcn 4 Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri

gdklcmcp

Kokohnya faktor-faktor penunjang

pengem bangan industri 5

Tingginya kem am puan inovasi dan penguasaan teknologi industri

6 Kuat, lengkap dan

dalam nya Struktur industri 7 ap dan Tersebarnya pem bangunan industri 8 er Ter Terersebsebsebsebarnarnarnyayaya y pembangunan 8

Meningkatnya peran industri kecil dan m enengah terhadap PDB 9

Rgnc{cpcp ( Hcuknkvcuk

UFO Organisasi & Ketatalaksanaan Inf ormasi Perencanaan Dana

Mengoptimalkan budaya pengawasan pada unsur pimpinan dan staf Mengoptimalkan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan ef ektif itas pencapaian kinerja industri

Rgpicycucp."Rgpigpfcnkcp ("Gxcnwcuk

Berdasarkan Visi dan Misi tersebut, disusun rencana strategis yang akan dicapai dalam kurun waktu lima tahun 2010-2014, yakni kokohnya basis industri manufaktur dan industri andalan masa depan yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional.

Untuk mewujudkan rencana strategis ini, telah ditetapkan proses yang harus dilakukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian Perindustrian dan yang dikelompokkan ke dalam : (1) perumusan kebijakan; (2) pelayanan dan fasilitasi; serta (3) pengawasan, pengendalian, dan evaluasi yang secara langsung menunjang pencapaian sasaran-sasaran strategis yang telah ditetapkan, disamping dukungan kapasitas kelembagaan guna mendukung semua proses yang akan dilaksanakan. Untuk mendukung pencapaian sasaran strategis sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, dijabarkan arah kebijakan yang menjadi pedoman untuk mencapai sasaran dimaksud.

Kebijakan ini tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Perindustrian 2010-2014. Pada dasarnya pembangunan sektor industri diserahkan kepada peran aktif sektor swasta, sementara pemerintah lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang mendorong dan memberikan berbagai kemudahan bagi aktivitas-aktivitas sektor swasta. Intervensi langsung Pemerintah dalam bentuk investasi dan layanan publik hanya dilakukan bila mekanisme pasar tidak dapat berlangsung secara sempurna. Arah kebijakan dalam Rencana Strategis mencakup beberapa hal pokok sebagai berikut:

1. Merevitalisasi sektor industri dan meningkatkan peran sektor industri dalam perekonomian nasional

2. Membangun struktur industri dalam negeri yang sesuai dengan prioritas nasional dan kompetensi daerah

3. Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah agar terkait dan lebih seimbang dengan kemampuan industri skala besar

4. Mendorong pertumbuhan industri di luar pulau Jawa

5. Mendorong sinergi kebijakan dari sektor-sektor pembangunan yang lain dalam mendukung pembangunan industri nasional.

Seperti telah dikemukakan dalam Bab 2, secara umum dikehendaki bahwa Visi Pembangunan Industri Indonesia pada tahun 2025 adalah menjadi Negara Industri Tangguh dengan ciri-ciri seperti yang telah disampaikan di atas. Untuk mencapai visi tersebut, ditetapkan visi antara untuk tahun 2020 yaitu

Indonesia menjadi negara industri maju baru, dan visi sampai dengan 2014 yaitu Memantapkan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan (sustainable) serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan dengan ciri- ciri sebagai berikut:

1. Tercapainya persebaran industri dengan rasio densitas yang lebih tinggi 2. Terselesaikan penguatan kompetensi inti industri daerah dengan produk

hilir bernilai tambah

3. Penguatan struktur industri dengan kompetensi pelaku hubungan industri kecil, industri menengah, dan industri besar

4. Tercapai peningkatan industri penunjang komponen

5. Terbangun pilar industri masa depan (agro, telematika, transportasi)

Sesuai dengan Visi tahun 2014 di atas, maka misi lima tahun sampai dengan 2014 dijabarkan sebagai berikut:

1. Mendorong peningkatan nilai tambah industri

2. Mendorong peningkatan penguasaan pasar domestik dan internasional 3. Mendorong peningkatan industri jasa pendukung

4. Memfasilitasi penguasaan teknologi industri 5. Memfasilitasi penguatan struktur industri

6. Mendorong penyebaran pembangunan industri ke luar pulau Jawa 7. Mendorong peningkatan peran IKM terhadap PDB.

Sesuai dengan visi dan misi tersebut, maka telah ditetapkan 7 (tujuh) sasaran strategis 2014 yang dapat dirinci sebagai berikut:

Sasaran Strategis I: Tingginya nilai tambah industri, dengan Indikator Kinerja Utama:

1. Laju pertumbuhan industri yang memberikan nilai tambah; 2. Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional.

Sasaran Strategis II: Tingginya penguasaan pasar dalam dan luar negeri, dengan Indikator Kinerja Utama:

2. Pangsa pasar produk industri nasional terhadap total permintaan di pasar dalam negeri.

Sasaran Strategis III: Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri, dengan Indikator Kinerja Utama:

1. Tingkat produktivitas dan kemampuan SDM industri; 2. Indeks iklim industri Nasional.

Sasaran Strategis IV: Tingginya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi Industri, dengan Indikator Kinerja Utama:

1. Jumlah hasil penelitian dan pengembangan teknologi industri terapan inovatif;

2. Pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan oleh sektor industri.

Sasaran Strategis V: Kuat, lengkap dan dalamnya struktur industri, dengan indikator Kinerja Utama:

1. Tumbuhnya Industri Dasar Hulu (Logam dan Kimia);

2. Tumbuhnya Industri Komponen Automotive, Elektronika dan Permesinan; 3. Tumbuhnya Industri lainnya yang belum ada pada pohon industri.

Sasaran Strategis VI: Tersebarnya pembangunan industri, dengan Indikator Kinerja Utama :

1. Meningkatkan kontribusi manufaktur diluar pulau Jawa terhadap PDB nasional;

2. Jumlah Investasi baru industri jasa pendukung dan komponen industri yang menyerap banyak tenaga kerja.

Sasaran Strategis VII: Meningkatnya peran Industri Kecil dan Menengah terhadap PDB, dengan Indikator Kinerja Utama :

1. Tumbuhnya Industri Kecil diatas pertumbuhan ekonomi nasional; 2. Tumbuhnya Industri Menengah dua kali diatas Industri Kecil;

3. Meningkatnya jumlah output IKM yang menjadi “Out-Source” Industri Besar.

Untuk merealisasikan visi, misi, dan sasaran strategis seperti diuraikan di atas, diperlukan sumber daya manusia, ketatalaksanaan, kelembagaan, dan struktur organisasi yang tepat dan efi sien. Organisasi Kementerian Perindustrian yang ada

selama lebih dari 30 tahun terakhir relatif tidak berubah sehingga diperkirakan sulit untuk mewujudkan pencapaian sasaran tersebut di atas. Oleh karenanya, diperlukan kaji ulang terhadap organisasi yang ada disesuaikan terutama dengan pelaksanaan kebijakan industri nasional (Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008) dan dinamika lingkungan strategis. Berdasarkan hal tersebut, melalui kajian akademis dan serangkaian Focused Group Discussion (FGD) serta dibahas dengan Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi telah dirumuskan organisasi Kementerian Perindustrian seperti tertuang pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas, Dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara tersaji pada Gambar 3.2.

Gambar 3. 2 Struktur Or ganisasi K ementrian P erindustrian

Disamping itu, program-program yang ada di Kementerian Perindustrian selama ini antara lain: 1) Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah; 2) Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri; 3) Program Penataan Struktur Industri; 4) Program Pembentukan Hukum; 5) Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur; 6) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara; 7) Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara; 8) Program Pendidikan Tinggi; 9) Program Pendidikan Menengah; sudah tidak sesuai, sehingga diperlukan restrukturisasi program dan kegiatan. Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Renstra-KL 2010-2014, maka restrukturisasi program dan kegiatan Kementerian Perindustrian adalah sebagai berikut:

Program I: Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Manufaktur

Program ini bertujuan untuk memulihkan kinerja industri yang terdampak krisis

nansial global, khususnya industri yang melakukan ekspor ke Eropa dan Amerika

Serikat. Program ini tidak hanya dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan aktual industri, melainkan juga untuk menghasilkan rumusan dalam pelaksanaan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang basis industri manufaktur serta menumbuhkembangkan klaster termasuk dalam penyusunan peta panduan pengembangan klaster basis industri manufaktur melalui pelaksanaan rencana aksi yang tercantum pada Peraturan Menteri Perindustrian tentang peta panduan klaster industri prioritas. Keberhasilan program ini diukur melalui 2 (dua) indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut:

IKU pertama: Persentase industri yang berhasil pulih; dengan target 100 persen industri yang terkena dampak krisis pulih ke kondisi sebelum terkena krisis. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2012.

IKU kedua: Persentase utilisasi kapasitas produksi pada industri; dengan target pencapaian sebesar 80 persen. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2014.

Program ini akan dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

Kegiatan 1: Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Material Dasar Logam. Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan dan menguatkan struktur industri material dasar dengan indikator pencapaian

meningkatnya jumlah populasi industri material dasar. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Baja; 2) Penumbuhan industri baja hulu, baja khusus, dan stainless steel; 3) Percepatan penerapan standar dan menekan impor baja kualitas rendah; 4) Peningkatan daya saing, efi siensi energi, dan penurunan

emisi CO2; 5) Penumbuhan industri alumina, Copper cathode baru, dan industri hilir aluminium; 6) Peningkatan kerjasama, promosi, dan investasi Industri Material Dasar Logam ; 7) Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri Material Dasar Logam; 8) Pengembangan SDM Industri Material Dasar Logam.

Kegiatan 2: Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Dasar. Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan dan menguatkan struktur industri kimia dasar dengan indikator pencapaian meningkatnya nilai tambah produk kimia dasar. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Revitalisasi Industri Pupuk; 2) Pengembangan klaster industri berbasis migas, kondesat di Jawa Timur dan Kalimantan Timur; 3) Penyusunan Revisi dan Monitoring SNI Wajib Produk Industri Kimia dasar serta Peraturan Menteri tentang SNI wajib Kimia Dasar; 4) Koordinasi Penerapan dan Pengembangan Teknologi Industri Kimia Dasar; 5) Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan iklim usaha untuk industri kimia dasar; 6) Program Pelaksanaan Otoritas Nasional Senjata Kimia; 7) Finalisasi Penyempurnaan RUU Bahan Kimia; 8) Penyusunan Program, Rencana Kerja, dan Pelaporan Direktorat Industri Kimia Dasar; 9) Partisipasi Direktorat Industri Kimia Dasar dalam rangka fora Kerjasama Internasional dan organisasi lainnya; 10) Peningkatan Kerjasama industri Kimia Dasar dalam Rangka Peningkatan Daya Saing; 11) Penyusunan Kinerja Industri Kimia Dasar dalam Rangka Peningkatan Daya Saing; 12) Pengkajian Tindak Penanganan Isu- isu Aktual Industri Kimia Dasar; 13) Penyusunan Konsep Dasar Rule Of Origin (ROO) Produk Industri Kimia Dasar; 14) Pengembangan Bioteknologi Pada Industri Kimia Dasar; 15) Pengembangan Industri Pestisida Nasional Pemanfaatan Bahan Baku Nabati;

16) Kajian Pemanfaatan Bahan Baku Nabati untuk Industri Farmasi; 17) Monitoring dan evaluasi pemberian rekomendasi IP Limbah Non B3 (sisa, reja, skrap plastik); 18) Kaji tindak dampak perjanjian perdagangan bebas terhadap Industri Kimia Dasar; 19) Pengembangan Pembangunan industri propelan; 20) Pengembangan Industri Pestisida berbahan baku nabati; 21) Pembuatan Profi l Investasi dan

Produk Industri Kimia Dasar; 22) Penyusunan Data/Statistik Industri Kimia Dasar; 23) Pengelolaan tertib administrasi rekomendasi Industri Kimia Dasar; 24) Pengembangan Industri Bahan Kimia Khusus Berbasis Hasil Samping dan/atau limbah Industri CPO dan turunannya.

Kegiatan 3: Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Kimia Hilir. Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan dan menguatkan struktur Industri Kimia Hilir dengan indikator pencapaian meningkatnya jumlah populasi Industri Kimia Hilir. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Semen; 2) Pengembangan Klaster Industri Keramik; 3) Pengembangan Klaster Industri Garam; 4) Penyusunan dan Penerapan Standar Industri; 5) Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif; 6) Penyebaran dan Pengembangan Industri Tertentu; 7) Fasilitasi Promosi Industri; 8) Peningkatan Kompetensi SDM Industri/Aparatur; 9) Peningkatan Kerjasama Industri.

Kegiatan 4: Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Tekstil dan Aneka. Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan dan menguatkan struktur industri tekstil dan aneka dengan indikator pencapaian meningkatnya nilai tambah produk industri tekstil dan aneka. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Restrukturisasi Permesinan Industri Tekstil, Alas Kaki dan Penyamakan kulit; 2) Pengembangan Klaster Industri Tekstil dan Produk Tekstil; 3) Pengembangan Klaster Industri Alas Kaki; 4) Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri Tekstil dan Aneka; 5) Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri Tekstil dan Aneka; 6) Penyebaran dan Pengembangan Industri Tertentu; 7) Pengembang- an SDM Industri; 8) Peningkatan Kerjasama, Promosi dan Investasi Industri; 9) Peningkatan Desain Produk Industri Tekstil dan Aneka;

Kegiatan 5: Penyusunan dan Evaluasi Program Revitalisasi dan Penumbuhan Basis Industri Manufaktur. Kegiatan ini diharapkan dapat mewujudkan kualitas program yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya termasuk dalam implementasinya dengan indikator pencapaian meningkatnya utilisasi kapasitas produksi industri manufaktur dalam negeri. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Sosialisasi Kemampuan Industri Dalam Negeri; 2) Fasilitasi Penyusunan dan Penerapan Standar Industri; 3) Fasilitasi Dukungan Kebijakan Pengembangan Basis Industri Manufaktur; 4) Fasilitasi Promosi Industri; 5) Fasilitasi Peningkatan Kerjasama Industri; 6) Pengelolaan Gaji dan Operasional Ditjen BIM; 7) Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Pelaporan; 8) Pengembangan Administrasi dan Kepegawaian Ditjen BIM; 9) Fasilitasi reformasi birokrasi Ditjen BIM; 10) Pemutakhiran Sistem Informasi dan Database Ditjen BIM; 11) Meningkatnya Sistem Tata Kelola Keuangan dan BMN Yang Profesional; 12) Peningkatan Kompetensi SDM Aparatur Ditjen BIM.

Program II: Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro

Program ini bertujuan untuk memulihkan kinerja industri-industri yang terkena dampak krisis fi nansial global yang mengimbas pada industri-industri yang

melakukan ekspor ke berbagai negara di Eropa dan Amerika Serikat. Program ini tidak saja dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan aktual industri, melainkan juga untuk menumbuhkembangkan klaster industri Agro melalui pelaksanaan rencana aksi yang tercantum pada Peraturan Menteri Perindustrian tentang peta panduan klaster industri prioritas khususnya. Keberhasilan program ini diukur melalui 2 (dua) indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut:

IKU pertama: Jumlah persentase industri yang berhasil pulih; dengan target 100 persen industri yang terkena dampak krisis pulih ke kondisi sebelum terkena krisis. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2012.

IKU kedua: Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam industri; dengan target pencapaian sebesar 80 persen. Target ini diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2014.

Program ini akan dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

Kegiatan 1: Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan. Kegiatan ini diharapkan dapat memperbaiki/ memulihkan pertumbuhan industri hasil hutan dan perkebunan dengan indikator pencapaian pada akhir tahun 2014, utilisasi kapasitas produksi pulih mencapai 77 persen sebagaimana sebelum krisis. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan klaster Industri Berbasis Pertanian, Oleochemical di Sumatera Utara, Kalimantan Timur, dan Riau; 2) Pengembangan Klaster Industri Furnitur dan Kertas; 3) Pengembangan Industri Bahan Bakar Nabati; 4) Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi industri; 5) Peningkatan iklim usaha dan jasa industri; 6) Peningkatan standarisasi dan teknologi industri; Kegiatan 2: Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan. Kegiatan ini diharapkan dapat memperbaiki/

memulihkan pertumbuhan Industri Makanan, Hasil Laut dan

peningkatan nilai tambah industri berbasis hasil perikanan dengan indikator pencapaian pada akhir tahun 2014, utilisasi kapasitas produksi pulih mencapai 75 persen sebagaimana sebelum krisis. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Revitalisasi Industri Gula; 2) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Kakao, Kelapa, Hasil Laut dan Perikanan, serta Gula; 3) Standardisasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan; 4) Ketahanan pangan; 5) Kegiatan penunjang;

Kegiatan 3: Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Minuman dan

Tembakau. Kegiatan ini diharapkan dapat memperbaiki/memulihkan pertumbuhan industri minuman dengan indikator pencapaian pada akhir tahun 2014, utilisasi kapasitas produksi pulih mencapai 87,5 persen sebagaimana sebelum krisis. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Buah, Kopi, Susu dan Tembakau; 2) Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi industri; 3) Peningkatan Iklim Usaha Industri; 4) Pengembangan SDM industri;

5) Peningkatan standardisasi dan teknologi industri; 6) Peningkatan perumusan perencanaan, evaluasi dan pelaporan;

Kegiatan 4: Penyusunan dan Evaluasi Program Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Agro. Kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Peningkatan penggunaan produk Industri Agro dalam negeri; 2) Peningkatan koordinasi perumusan perencanan, evaluasi, dan laporan; 3) Peningkatan koordinasi perumusan kebijakan, iklim usaha, standardisasi, teknologi dan kerjasama; 4) Peningkatan layanan perkantoran dan umum; 5) Peningkatan layanan administrasi keuangan.

Program III: Program Penumbuhan Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi

Program ini bertujuan untuk menumbuhkan industri yang utamanya diarahkan pada penguasaan pasar ekspor. Program ini tidak saja dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan aktual industri melainkan juga untuk menumbuhkembangkan klaster Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi melalui pelaksanaan rencana aksi yang tercantum pada Peraturan Menteri Perindustrian tentang peta panduan klaster industri prioritas. Keberhasilan program ini diukur melalui dua indikator kinerja utama (IKU) sebagai berikut:

IKU pertama: Besarnya persentase utilisasi kapasitas produksi dalam industri; dengan target pencapaian sebesar 80 persen yang diharapkan tercapai paling lambat pada akhir tahun 2014. Program ini dilaksanakan melalui fokus kegiatan berikut: Kegiatan 1: Penumbuhan Industri Alat Transportasi Darat. Kegiatan ini

dimaksudkan agar dapat menumbuhkan dan mengembangkan Industri Alat Transportasi Darat dengan indikator pencapaian: 1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Alat Transportasi Darat; 2) Penumbuhan Industri Alat Transportasi Darat; dan 3) Peningkatan nilai tambah produk Industri Alat Transportasi Darat. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Kendaraan Bermotor; 2) Pengembangan Klaster

Industri Perkeretaapian; 3) Peningkatan kerjasama, promosi dan investasi industri; 4) Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri; 5) Pengembangan SDM Industri; 6) Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri; 7) Peningkatan perumusan perencanaan, evaluasi, dan laporan.

Kegiatan 2: Penumbuhan Industri Elektronika dan Telematika. Kegiatan ini dimaksudkan agar dapat menumbuhkan dan mengembangkan Industri Elektronika dan Telematika dengan indikator pencapaian: 1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Elektronika dan Telematika; 2) Penumbuhan Industri Elektronika dan Telematika; 3) Peningkatan nilai tambah produk Industri Elektronika dan Telematika. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Elektronika; 2) Pengembangan Klaster Industri Telekomunikasi; 3) Pengembangan Klaster Industri Komputer dan Peralatannya; 4) Pengembangan Klaster Industri Perangkat Lunak dan Konten Multimedia; 5) Peningkatan kerjasama, promosi, dan investasi Industri; 6) Peningkatan Iklim Usaha Industri; 7) Pengembangan SDM Industri; 8) Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri; 9) Peningkatan perumusan perencanaan, evaluasi, dan laporan.

Kegiatan 3: Penumbuhan Industri berbasis Maritim, Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan. Kegiatan ini dimaksudkan agar dapat menumbuhkan dan mengembangkan Industri berbasis Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan dengan indikator pencapaian: 1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Maritim, Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan; 2) Penumbuhan Industri Maritim, Kedirgantaraan, dan Alat Per- ta hanan; 3) Peningkatan nilai tambah produk Industri Maritim, Kedirgantaraan, dan Alat Pertahanan. Untuk mewujudkan hasil tersebut, kegiatan ini akan didukung antara lain oleh rencana aksi: 1) Pengembangan Klaster Industri Perkapalan; 2) Pengembangan Klaster Industri Kedirgantaraan; 3) Peningkatan kerjasama, promosi,

dan investasi industri; 4) Peningkatan Iklim Usaha dan Jasa Industri; 5) Pengembangan SDM Industri; 6) Peningkatan Standardisasi dan Teknologi Industri; 7) Peningkatan perumusan perencanaan, evaluasi, dan laporan.

Kegiatan 4: Penumbuhan Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian. Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan dan menguatkan struktur Industri Permesinan dan Alat Mesin pertanian dengan indikator pencapaian: 1) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, perumusan standar, pemberian bimbingan teknis, serta evaluasi pengembangan Industri Permesinan, Alat Mesin Pertanian, Mesin

Dokumen terkait