• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Ekspor Impor dan Neraca Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN

B. Potensi dan Permasalahan

5. Perkembangan Ekspor Impor dan Neraca Perdagangan

Perkembangan ekspor total industri nasional selama lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan sebesar 32,16 persen. Pertumbuhan ini disumbang oleh 12 industri yang tumbuh selama lima tahun terakhir sebesar 31,39 persen. Total nilai sumbangan nilai ekspor sebesar US$ 65.376,57 juta dibandingkan tahun 2004 sebesar US$ 43.455,17 juta. Pengolahan Kelapa/ Kelapa Sawit masih menjadi penyumbang paling tinggi dengan nilai US$ 12.924,89 juta, diikuti Tekstil sebesar US$ 9.245,13 juta, dan Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif sebesar US$ 8.701,12 juta. Adapun penyumbang terkecil adalah industri Kulit, Barang Kulit, dan Sepatu/Alas Kaki sebesar US$ 1.888,08 juta. Secara rinci Perkembangan Ekspor Non-Migas tahun 2004-2009 dapat dilihat pada Tabel 1.12 dan Gambar 1.6.

Tabel 1.12 Perkembangan Ekspor Non Migas Tahun 2004 - 2009 (US$ juta)

No URAIAN 2004 2005 2006 2007 2008 2009* Pertum- buhan (%) 2005-2009 1 Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit 4.840,30 5.419,19 6.407,27 10.476,83 16.168,07 12.924,89 138,50 2 Besi Baja, Mesin-mesin dan

Otomotif 4.581,84 5.949,69 7.712,68 9.606,92 11.814,98 8.701,12 46,24 3 T e k s t i l 7.626,15 8.584,85 9.422,75 9.790,09 10.116,35 9.245,13 7,69 4 Pengolahan Karet 2.954,10 3.545,82 5.465,16 6.179,87 7.579,66 5020,19 41,58 5 Elektronika 7.142,50 7.853,03 7.200,19 6.359,73 6.806,70 7.899,59 0,59 6 Pengolahan Tembaga, Timah

dll. 2.165,08 3.133,52 4.133,97 6.156,04 5.660,67 4.241,50 35,36 7 Pulp dan Kertas 2.817,61 3.257,48 3.983,27 4.440,49 5.219,62 4.272,38 31,16 8 Pengolahan Kayu 4.461,62 4.476,25 4.757,59 4.485,14 4.206,12 3.441,45 -23,12 9 Kimia Dasar 2.640,07 2.750,22 3.521,44 4.492,50 3.738,35 3.161,16 14,94 10 Makanan dan Minuman 1.440,12 1.647,92 1.866,00 2.374,83 3.104,85 2.576,44 56,34 11 Alat-alat Listrik 1.232,73 1.456,03 1.770,93 2.148,88 2.390,24 2.004,60 37,68 12 Kulit, Barang Kulit dan

Sepatu/Alas Kaki 1.553,04 1.683,69 1.913,17 2.006,60 2.260,46 1.888,08 12,14 Total 12 Besar Industri 43.455,17 49.757,71 58.154,42 68.517,92 79.066,08 65.376,57 31,39 Total Industri 48.660,11 55.566,99 64.990,33 76.429,60 88.351,70 73.435,84 32,16 Non migas 55.939,28 66.428,36 79.589,15 92.012,32 107.894,15 97.491,73 46,76 Migas 15.645,33 19.231,60 21.209,48 22.088,57 29.126,27 19.018,30 -1,11

Sumber : BPS, diolah * Agka Sementara

Gambar 1.6 Total Ekspor Non Migas Tahun 2004 - 2009 (US$ juta)

Total nilai impor nasional pada akhir tahun 2008 mengalami peningkatan hampir dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2007. Nilai total impor Non Migas tahun 2008 sebesar US$ 98.644,41 juta dan total industri sebesar US$ 91.800,67 juta. Dari total nilai impor tersebut terserap pada 9 industri sebesar US$ 80.372,42 juta. Industri yang menyerap impor paling tinggi adalah Industri Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif sebesar US$ 31.683,82 juta pada tahun 2009. Nilai ini naik sebesar 80,73 persen dibandingkan tahun 2005. Industri Elektronika menyerap nilai impor sebesar US$ 10.496,71 juta dan Industri Kimia sebesar US$ 8.095,12 juta. Secara rinci perkembangan Impor Non Migas tahun 2004-2009 dapat dilihat pada Tabel. 1.13.

Tabel 1.13 Perkembangan Impor Non Migas Tahun 2004 - 2009 (US$ juta)

No URAIAN 2004 2005 2006 2007 2008 2009*

Pertum- buhan

(%) 2005-2009 1 Besi Baja, Mesin-

mesin dan Otomotif

13.620,20 17.531,04 17.031,41 20.539,04 39.978,69 31.683,82 80,73 2 Elektronika 2.048,47 2.413,48 2.488,31 4.035,98 13.444,71 10.496,71 334,92 3 Kimia Dasar 5.690,64 5.935,32 6.315,39 7.115,75 10.716,70 8.095,12 36,39

No URAIAN 2004 2005 2006 2007 2008 2009* Pertum- buhan (%) 2005-2009 4 T e k s t i l 1.036,36 1.026,87 1.085,68 1.192,00 3.901,78 3.396,92 230,80 5 Makanan dan Minuman 1.390,67 1.914,52 2.178,23 3.616,14 3.157,97 2.810,63 46,81 6 Pulp dan Kertas 1.299,76 1.298,95 1.392,04 1.692,60 2.518,49 1.883,21 44,98 7 Alat-alat Listrik 724,42 877,79 852,98 1.118,31 2.470,79 2.105,82 139,90 8 P u p u k 431,99 518,87 624,65 761,78 2.337,64 929,14 79,07 9 Barang-barang Kimia lainnya 1.078,06 1.167,23 1.170,03 1.293,82 1.845,64 1.661,88 42,38 Total 9 Besar Industri 27.320,57 32.684,07 33.138,71 41.365,42 80.372,42 63.063,25 92,95 Total Industri 31.550,79 37.300,34 38.624,63 48.084,08 91.800,67 72.398,09 94,09 Non Migas 34.792,48 40.243,21 42.102,59 52.540,61 98.644,41 77.848,50 93,45 Gas 11.732,05 17.457,68 18.962,87 21.932,82 30.552,90 18.980,75 8,72 Sumber : BPS, diolah *angka sementara

Total Impor Industri Non Migas 2004-2009 dapat dilihat pada Gambar 1.7.

Gambar 1.7 Total Impor Non Migas Tahun 2004 - 2009 (US$ juta)

Berdasarkan penggunaan, impor barang dibagi menurut barang konsumsi, bahan baku dan barang modal. Impor barang konsumsi, impor

bahan baku/penolong dan impor barang modal pada periode yang sama di tahun 2009 terhadap 2008 mengalami penurunan.Peran impor bahan baku mengambil persentase paling besar yakni 71,36 persen diikuti barang modal 21,11 persen, dan barang konsumsi 7,53 persen. Pada tahun 2008, impor barang konsumsi mengalami penurunan sebesar 24,37 persen dibanding tahun 2009, bahan baku menurun 29,70 persen dan barang modal sebesar 3,86 persen. Pada tahun 2007 impor barang konsumsi naik 33,99 persen dibandingkan tahun sebelumnya, impor bahan baku sebesar 19,95 persen dan barang modal sebesar 25,20 persen.

Tabel 1.14 Perkembangan Impor Menurut Golongan Penggunaan

Golo- ngan Barang 2004 2005 Persen Perub. 2006 Persen Perub. 2007 Persen Perub. 2008 Persen Perub. 2009* Peran (%) terhadap total impor Barang Kon- sumsi 3.849,96 4.752,32 23,44 5.314,84 11,84 7.121,56 33,99 9.647,11 -24,37 7.296,08 7,53 Bahan Baku 36.138,52 44.658,23 23,58 46.592,24 4,33 55.885,14 19,95 98.291,74 -29,70 69.094,67 71,36 Barang Modal 6.536,05 8.290,33 26,84 9.158,39 10,47 11.466,72 25,20 21.258,46 -3,86 20.438,50 21,11 Total Impor 46.524,53 57.700,88 24,02 61.065,47 5,83 74.473,43 21,96 129.197,31 -25,05 96.829,24 100,00 Sumber : BPS, diolah

6. Penyerapan Tenaga Kerja

Dari sisi penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan non migas secara kumulatif dari tahun 2005-2009 (prognosa) mengalami peningkatan sebesar 2.551.507 orang, dari 10.971.630 orang pada tahun 2005 meningkat menjadi 13.987.659 orang pada tahun 2009 (prognosa). Penyerapan tenaga kerja terbanyak pada subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 1.559.117 orang, dari 3.513.958 orang pada tahun 2005 meningkat menjadi 5.073.075 orang pada tahun 2009 (prognosa). Secara rinci, perkembangan penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan non migas tersaji pada Tabel 1.15 dan perkembangan jumlah tenaga kerja dari tahun 2004-2009 dapat dilihat pada Gambar 1.8.

Tabel 1.15 Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Non-Migas Tahun 2004 - 2009**

INDUSTRI 2004 2005 2006 2007 2008* 2009**

Makanan, Minuman dan Tembakau 3.605.304 3.513.958 4.696.783 4.649.786 4.820.563 5.073.075 Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 2.182.795 2.212.119 2.241.723 2.337.045 2.350.885 2.404.431 Barang dari kayu dan Hasil Hutan

Lainnya 1.661.799 1.701.000 1.706.074 1.823.827 1.814.020 1.834.805 Kertas dan Barang Cetakan 251.228 254.641 305.651 324.868 345.017 371.033 Pupuk, Kimia dan Barang dari

Karet 611.545 603.804 750.104 756.908 791.638 839.805

Semen dan Barang galian bukan

logam 946.584 966.480 995.671 1.061.571 1.077.890 1.112.437 Logam Dasar, Besi dan Baja 372.615 386.128 405.086 448.500 466.984 493.390 Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 473.377 510.995 517.482 625.855 417.245 346.656 Barang Lainnya 767.587 822.505 978.640 1.195.776 1.340.100 1.512.027 J u m l a h 10.872.834 10.971.630 12.597.214 13.223.776 13.424.341 13.987.659

Sumber: BPS, diolah *) angka sementara **) prognosa

Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Non Migas Tahun 2004 - 2009 dapat dilihat pada Gambar 1.8.

Gambar 1.8 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Non Migas Tahun 2004 - 2009**

Kesimpulan dari berbagai permasalahan tersebut, melahirkan beberapa isu-isu strategis yang perlu mendapatkan perhatian dalam penyusunan Rencana Strategis tahun 2010-2014 yang terbagi menjadi Isu Nasional dan Isu Global, dengan perincian sebagai berikut :

Isu Nasional

1. Peningkatan kesejahteraan rakyat 2. Perluasan pasar domestik

3. Perbaikan infrastruktur

4. Peningkatan kemampuan teknologi 5. Penyebaran industri di luar Pulau Jawa 6. Pemerataan kemampuan industri 7. Nilai tambah produk industri

8. Pemastian penerapan industri berwawasan lingkungan 9. Pemanfaatan energi terbarukan

10. Penciptaan Lapangan Kerja Isu Global

1. Pemulihan ekonomi negara-negara maju 2. Perluasan pasar non tradisional

3. Diversifi kasi produk ekspor

4. Perubahan Iklim 5. Free Trade Area

Terkait dengan Pembangunan Nasional secara terencana, diharapkan mampu mewujudkan Visi Indonesia menjadi Negara Mandiri, Maju, Adil dan Makmur pada tahun 2025, dengan pengertian mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri. Kata maju mempunyai pemaknaan kualitas Sumber Daya Manusia, tingkat kemakmuran, kemantapan sistem dan kelembagaan politik serta hukum dalam situasi tidak adanya diskriminasi dalam bentuk apapun terhadap kemampuan pemenuhan kebutuhan hidup. Untuk menjawab dan mengantisipasi berbagai masalah dan tantangan di atas, Kebijakan Pembangunan Industri Nasional disusun menggunakan pendekatan klaster guna membangun daya saing industri yang berkelanjutan.

Sesuai kriteria daya saing yang telah ditetapkan, untuk kurun waktu jangka menengah 2010 - 2014, pemerintah telah menetapkan pengembangan 35 klaster industri prioritas. Pembangunan industri dengan pendekatan klaster merupakan upaya pengelompokkan industri inti yang saling

berhubungan dan mendukung baik, dengan industri terkait maupun dengan industri penunjang, infrastruktur ekonomi, dan berbagai lembaga yang relevan dalam rangka meningkatkan efi siensi, menciptakan aset kolektif,

serta mendorong terjadinya inovasi.

Dalam rangka mewujudkan sasaran jangka menengah seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden No. 5/Tahun 2010 tentang RPJM Nasional, serta dalam menjabarkan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional, Kementerian Perindustrian melaksanakan langkah-langkah dan kegiatan-kegiatan berkoordinasi dengan berbagai lembaga/instansi terkait. Untuk itu, Kementerian Perindustrian menyusun Rencana Strategis dalam mewujudkan visi/misi serta mencapai tujuan kementerian. Rencana Strategis (RENSTRA) kemudian dijabarkan dalam bentuk program kerja serta indikator kinerja untuk kurun waktu 2010-2014. RENSTRA dimaksud, selanjutnya diterjemahkan dalam rencana pelaksanaan kegiatan tahunan berupa Rencana Kerja (RENJA) Kementerian masing-masing unit Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

Rencana Strategis (RENSTRA) disusun untuk memenuhi amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan PP No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, yaitu: “Pimpinan Kementerian/ Lembaga menyiapkan rancangan Renstra-KL sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman kepada rancangan awal RPJMN”. Penentuan arah Kebijakan Industri Nasional Jangka Panjang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional. Fokus Pembangunan Industri Nasional dengan memperhatikan pemerataan, persebaran dan pertumbuhan atau “pro job, pro poor dan pro growth”.

Rencana Strategis Kementerian Perindustrian memberikan arah kebijakan dan strategi pembangunan industri dengan melakukan perencanaan terpadu dan menyelaraskan pelaksanaan program, serta pengendaliannya untuk kurun waktu 2010-2014, sehingga diharapkan mampu mendukung pencapaian tugas pokok dan fungsi Kementerian

Perindustrian. Renstra merupakan acuan bagi seluruh unit kerja Eselon I di Kementerian Perindustrian dalam menyusun kebijakan, program, dan kegiatan pengembangan industri sesuai tugas pokok dan fungsi masing- masing unit selama kurun waktu 2010-2014.

1. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Sesuai Peraturan Presiden RI No. 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, maka Kementerian Perindustrian mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan urusan di bidang perindustrian dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintah negara. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kementerian Perindustrian menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang perindustrian;

2. Pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Perindustrian;

3. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Perindustrian;

4. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Perindustrian di daerah;

5. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi di atas, sesuai dengan Peraturan Presiden RI No. 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, Kementerian Perindustrian dibagi menjadi Wakil Menteri Perindustrian, sembilan (9) unit Eselon I, dan 3 Staf Ahli Menteri yang masing-masing mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Wakil Menteri Perindustrian mempunyai tugas membantu Menteri Perindustrian dalam memimpin pelaksanaan tugas Kementerian Perindustrian;

2. Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian;

3. Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang basis industri manufaktur;

4. Direktorat Jenderal Industri Agro mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan standardisasi teknis di bidang industri agro; 5. Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi

mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan standardisasi teknis di bidang industri unggulan berbasis teknologi tinggi;

6. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan standardisasi teknis di bidang industri kecil dan menengah;

7. Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan standardisasi teknis di bidang pengembangan perwilayahan industri;

8. Direktorat Jenderal Kerja Sama Industri Internasional mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan standardisasi teknis di bidang kerja sama industri internasional;

9. Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Perindustrian;

10. Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengkajian serta penyusunan rencana kebijakan makro pengembangan industri jangka menengah dan panjang, kebijakan pengembangan klaster industri prioritas serta iklim dan mutu industri;

11. Staf Ahli Bidang Penguatan Struktur Industri mempunyai tugas memberikan telaahan kepada Menteri Perindustrian mengenai masalah penguatan struktur industri;

12. Staf Ahli Bidang Pemasaran dan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri mempunyai tugas memberikan telaahan

kepada Menteri Perindustrian mengenai masalah pemasaran dan peningkatan penggunaan produksi dalam negeri;

13. Staf Ahli Bidang Sumber Daya Industri dan Teknologi mempunyai tugas memberikan telaahan kepada Menteri Perindustrian mengenai masalah sumber daya industri dan teknologi.

Dokumen terkait