• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMA DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2010

C. PRIORITAS PEMBANGUNAN TAHUN 2010

C.3. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN

Pelaksanaan pembangunan selama ini telah membawa berbagai kemajuan, namun masih belum memberikan hasil yang optimal terutama dalam mewujudkan kesejahteraan secara merata kepada seluruh penduduk dan kemajuan yang seimbang bagi semua daerah. Pembangunan daerah masih dihadapkan dengan permasalahan utama yaitu masih tingginya kesenjangan antar daerah yang dicerminkan oleh belum meratanya persebaran penduduk dan ketenagakerjaan secara nasional, adanya kesenjangan tingkat kesejahteraan masyarakat, adanya

I.2 - 70

kesenjangan pertumbuhan ekonomi antar daerah, serta kesenjangan pembangunan prasarana dasar antardaerah.

Ketidakmerataan persebaran penduduk antarwilayah ditunjukkan oleh gambaran kepadatan penduduk dengan konsentrasi penduduk di Jawa dan Bali, khususnya di Provinsi DKI Jakarta dengan kepadatan penduduk 13.344 jiwa/Km2. Sementara itu, kepadatan penduduk terendah berada di Provinsi Papua dengan kepadatan hanya 7 jiwa/Km2 (SUPAS, 2005). Sedangkan dari gambaran angkatan kerja menurut wilayah menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja terbesar berada di Jawa yaitu sebesar 62,82% dari total angkatan kerja nasional, Sumatera sebesar 18,66%, Kalimantan sebesar 5,67%, Sulawesi sebesar 6,77%, sementara jumlah angkatan kerja Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara hanya sekitar 6,07% dari total nasional (BPS, 2008).

Sementara itu, kesenjangan pembangunan prasarana dasar antardaerah dapat ditunjukkan melalui jumlah penjualan listrik dari total energi terjual di tahun 2007 yaitu sebesar 171.733.29 GWh. Dari total energi terjual, penjualan listrik Jawa Bali mencapai 140.117,20 GWh atau sebesar 81,59% dari total energi terjual dan Sumatera sebesar 19.988,40 GWh atau 11,63% dari total energi terjual. Sedangkan penjualan listrik untuk Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua adalah sebesar 6,77% dari total energi terjual (ESDM,2007).

Kesenjangan kesejahteraan masyarakat ditunjukkan oleh perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pada tahun 2006, jumlah provinsi dengan dengan IPM di atas rata-rata nasional sebanyak 15 provinsi dan sebagian besar berada di wilayah Jawa-Bali dan Sumatera, sedangkan provinsi dengan IPM di bawah rata-rata nasional sebagian besar berada di wilayah Indonesia bagian timur (BPS, 2006). Dalam hal kesenjangan ekonomi antarwilayah, kontribusi wilayah terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto nasional selama periode 2001-2007 terbesar berasal dari wilayah Jawa dan Bali dengan kontribusi rata-rata per tahun lebih dari 60%, diikuti oleh Wilayah Sumatera dengan kontribusi rata-rata per tahun lebih dari 22%, dan Wilayah Kalimantan dengan kontribusi rata-rata per tahun sekitar 9%. Sedangkan untuk Wilayah Sulawesi dan Wilayah Indonesia bagian timur lainnya memberikan kontribusi rata-rata per tahun kurang dari 5% (BPS, 2007).

Dengan memperhatikan tujuan nasional, arus perubahan dan berbagai tantangan tersebut, pembangunan berdimensi spasial atau wilayah menjadi penting, relevan dan mendesak dalam menjamin pembangunan secara merata ke seluruh wilayah. Pendekatan wilayah menegaskan perlunya pengembangan keunggulan dan daya saing wilayah, dan sekaligus penguatan keterkaitan antardaerah.

Pengembangan wilayah Sumatera, sangat penting dalam mendukung peningkatan kinerja pembangunan nasional. Wilayah Sumatera memiliki posisi geografis yang relatif strategis di wilayah barat Indonesia dan berhadapan langsung dengan kawasan Asia Timur yang menjadi salah satu pusat perekonomian dunia. Sementara Sumatera bagian timur dan utara juga terbuka bagi pelayaran menuju kawasan Asia Pasifik, Afrika, dan Eropa. Dengan demikian, wilayah Sumatera berpotensi besar untuk menjadi pusat pertumbuhan di kawasan sub-regional ASEAN, Asia Pasifik, dan kawasan internasional lainnya.

Ke depan, pengembangan wilayah Sumatera perlu ditujukan untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia, mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat antara lain melalui perbaikan jangkauan dan kualitas layanan publik, penguatan ketahanan budaya, peningkatan kemandirian, pengembangan ekonomi rakyat, dan peningkatan daya saing. Selain itu, wilayah Sumatera perlu juga diarahkan kepada upaya peningkatan produksi dan produktivitas sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan pertambangan serta mengarahkan Sumatera sebagai lumbung pangan. Tantangan yang tidak kalah pentingnya adalah peningkatan dan perluasan jangkauan sarana dan prasarana yang menghubungkan rakyat di pelosok daerah ke pusat-pusat

I.2 - 71

pertumbuhan ekonomi dan pemerintahan. Untuk mendukung berbagai hal tersebut, pengembangan wilayah dan penataan ruang di Sumatera perlu dilakukan secara cermat, disiplin, dan terpadu dengan memperhatikan tata guna lahan, zonasi, serta pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang menjamin pembangunan berkelanjutan.

Pengembangan wilayah Jawa dan Bali sebagai salah satu pulau besar di Indonesia dan menjadi pusat kegiatan ekonomi di Indonesia memiliki tantangan yang kompleks. Wilayah Jawa Bali relatif maju dan berkembang dibanding wilayah lainnya di Indonesia. Namun, Jawa dan Bali memiliki persoalan klasik akibat sumberdaya yang tidak menyebar merata dan kondisi geografis yang bervariasi. Pertumbuhan dan perkembangan yang tidak seimbang antara wilayah utara dengan selatan, inefisiensi alokasi sumberdaya dalam mendukung pembangunan pulau dan kerusakan sumberdaya pada beberapa wilayah muncul sebagai akibat program-program pembangunan sektoral yang berdiri sendiri maupun ego daerah dalam mengekploitasi sumberdaya yang dimiliki. Ketidaksiapan sumberdaya manusia dalam mengikuti perkembangan ekonomi yang terjadi menimbulkan persoalan pengangguran dan kantong-kantong kemiskinan baru. Wilayah Jawa dan Bali sebagai pusat kegiatan ekonomi yang mempunyai kepadatan penduduk tertinggi dalam pengembangannya juga harus dilakukan dengan keterpaduan program untuk mendukung alokasi sumberdaya yang efisien dan pertumbuhan yang lebih seimbang.

Ke depan kebijakan pengembangan wilayah Jawa-Bali perlu diarahkan untuk meningkatkan standar hidup masyarakat Jawa-Bali melalui perbaikan jangkauan dan kualitas layanan publik. Selanjutnya wilayah Jawa-Bali juga perlu dipertahankan sebagai lumbung pangan nasional. Untuk menghadapi terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN wilayah Jawa-Bali perlu dikembangkan menjadi pusat layanan jasa kesehatan dan pendidikan, pusat layanan perbankan, pusat pariwisata serta memiliki jaringan transportasi dengan standar internasional. Ke depan juga perlu diwujudkan keseimbangan pembangunan wilayah Jawa bagian utara dan bagian selatan, dan keseimbangan wilayah Bali bagian utara dan selatan.

Pengembangan wilayah Kalimantan mempunyai peran yang sangat penting dalam mendukung peningkatan kinerja pembangunan nasional. Wilayah Kalimantan memiliki posisi geografis yang relatif strategis di wilayah barat dan tengah Indonesia dan berbatasan dengan negara tetangga Malaysia. Posisi Kalimantan sangat strategis mengingat dalam konteks keterkaitan antar wilayah, Kalimantan secara posisi berhadapan langsung dengan pulau-pulau besar di Indonesia.

Sebagai satu kesatuan wilayah, Kalimantan sesungguhnya memiliki potensi pengembangan yang sangat besar berbasis sumberdaya alam dan sumber daya mineral. Untuk itu, pengembangan Kalimantan ke depan perlu diarahkan pada peningkatan pemanfaatan dan pengelolaan berbagai sumber daya alam dan mineral dengan tetap mempertimbangkan keterpaduan dan keseimbangan dalam penataan ruang wilayah untuk mencegah ekploitasi yang berlebihan, dan mendorong penyebaran dampak perekonomian ke seluruh wilayah. Sementara itu, dalam upaya peningkatan standar hidup masyarakat dapat dilakukan melalui peningkatan aksesibilitas masyarakat wilayah Kalimantan terhadap pelayanan publik dasar. Mengingat kondisi geografis Kalimantan yang cukup luas, maka untuk mendorong perekonomian dan perdagangan di wilayah dan antar wilayah di Kalimantan perlu dilakukan upaya peningkatan jumlah, mutu dan jangkauan sistem jaringan prasarana dasar (jalan, pelabuhan, lapangan udara, telekomunikasi, listrik dan telepon).

Pengembangan wilayah Sulawesi, sebagai salah satu pulau terbesar di Indonesia, sangat penting dalam mendukung peningkatan kinerja pembangunan nasional. Wilayah Sulawesi memiliki posisi geografis yang relatif strategis di wilayah barat dan tengah Indonesia dan berbatasan dengan negara tetangga Filipina. Posisi Sulawesi sangat strategis mengingat dalam

I.2 - 72

konteks keterkaitan antar wilayah, Sulawesi secara posisi berhadapan langsung dengan pulau-pulau besar di Indonesia serta memiliki potensi perdagangan langsung dengan negara luar sehingga dapat dikatakan wilayah Sulawesi memiliki akses perdagangan yang cukup strategis.

Pengembangan wilayah Sulawesi diarahkan sebagai pusat pembangunan di Indonesia Bagian Timur melalui pengembangan kerjasama antarwilayah dan keterkaitan antarwilayah di Bagian Timur Indonesia. Ke depan pengembangan wilayah Sulawesi perlu diarahkan pada berbagai upaya untuk meningkatkan standar hidup masyarakat melalui peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan publik dasar. Untuk meningkatkan mobilitas sumberdaya dan penduduk sehingga dapat mendorong perdagangan dan perekonomian maka perlu dilakukan peningkatan jumlah, mutu dan jangkauan sistem jaringan prasarana dasar (jalan, pelabuhan, lapangan udara, telekomunikasi, listrik dan telepon).

Terkait dengan berbagai sektor unggulan di Sulawesi perlu didorong melalui berbagai upaya peningkatan produksi dan produktivitas sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan pertambangan sehingga dapat mendorong laju perekonomian sekaligus sebagai upaya untuk menjadikan Sulawesi sebagai lumbung pangan ke depan.

Pengembangan wilayah Nusa Tenggara, sebagai wilayah kepulauan dengan gugusan pulau kecil yang tersebar dan berbatasan dengan negara tetangga Timor Leste, perlu dilakukan dengan kebijakan dan progam yang terpadu dan tepat sesuai dengan potensi yang dimiliki dan berbagai hambatan yang dihadapi. Wilayah Nusa Tenggara yang terletak di sebelah timur wilayah Jawa-Bali yang menjadi pusat kegiatan ekonomi Indonesia belum sepenuhnya mendapat manfaat dari interaksi ekonomi yang terjadi selama ini. Wilayah Nusa Tenggara yang tersebar telah menghambat mobilitas sumberdaya dan penduduk akibat minimnya jaringan transportasi. Kondisi ini juga menyebabkan rendahnya pengawasan dan pengendalian kondisi ketertiban dan keamanan wilayah, serta munculnya potensi konflik dan politik-keamanan dengan penduduk Timor Leste.

Ke depan, pengembangan wilayah Nusa Tenggara perlu diarahkan pada berbagai upaya untuk meningkatkan standar hidup masyarakat Nusa Tenggara serta meningkatkan aksesibilitas masyarakat wilayah Nusa Tenggara terhadap pelayanan publik dasar. Sebagai satu kesatuan wilayah, Nusa Tenggara sesungguhnya memiliki potensi pengembangan yang sangat besar berbasis sumberdaya alam terutama perikanan, wisata bahari, hutan dan perkebunan. Potensi sumberdaya tersebut cukup besar sehingga perlu ada peningkatan pengelolaan sumber daya tersebut untuk pengembangan ekonomi wilayah serta mewujudkan keseimbangan pembangunan wilayah Nusa Tenggara bagian barat dan timur. Arah kebijakan yang penting lainnya adalah meningkatkan jumlah, mutu dan jangkauan sistem jaringan prasarana dasar (jalan, pelabuhan, lapangan udara, telekomunikasi, listrik dan telepon) sehingga dapat meningkatkan kontribusi perekonomian dan perdagangan di Nusa Tenggara.

Pengembangan wilayah Maluku, sebagai salah satu wilayah kepulauan dengan gugusan pulau kecil yang tersebar dan berbatasan dengan negara tetangga Filipina, perlu dilakukan dengan kebijakan dan program yang terpadu dan tepat sesuai dengan potensi yang dimiliki dan berbagai hambatan yang dihadapi. Tantangan terbesar adalah dalam upaya memberikan perhatian yang sama terhadap seluruh wilayah pulau, dan sekaligus membangun keterkaitan antarwilayah pulau dalam satu kesatuan tata ruang wilayah pulau dan laut. Posisi kepulauan yang tersebar seringkali membuat program pembangunan yang dibuat hanya memfokuskan pada satu pulau tertentu dengan alokasi program sektoral tertentu tanpa memperhatikan keterpaduan program dalam satu kesatuan tata ruang.

Sebagai satu kesatuan wilayah, Maluku dan Maluku Utara memiliki potensi pengembangan yang sangat besar berbasis sumberdaya alam terutama perikanan dan wisata bahari. Potensi sumberdaya perikanan laut sangat besar dan masih belum dikelola secara

I.2 - 73

optimal. Potensi sumberdaya lahan, hutan dan perkebunan juga cukup besar sehingga masih tersedia peluang yang cukup bagipengelolaan sumber daya tersebut untuk pengembangan ekonomi wilayah. Untuk itu, pengembangan wilayah Maluku perlu diarahkan pada upaya peningkatan standar hidup masyarakat Maluku dan Maluku Utara, peningkatan produktivitas dan pemanfaatan sumberdaya laut dan perkebunan, peningkatan ketersediaan, kualitas, dan jangkauan pelayanan prasarana dan sarana transportasi, baik darat, laut dan udara serta mewujudkan keseimbangan pembangunan wilayah Maluku bagian utara dan bagian selatan, wilayah darat, pesisir dan pulau-pulau kecil

Pengembangan wilayah Papua sebagai salah satu pulau terbesar di Indonesia dengan posisi paling timur dan berbatasan langsung dengan negara tetangga Papua Nugini memiliki tantangan yang lebih sulit dibanding wilayah lainnya. Papua memiliki akses paling terbuka dengan pihak luar dengan potensi sumberdaya alam cukup besar di sektor perikanan, kehutanan dan pertambangan dan juga memiliki tingkat kerawanan untuk pelarian sumberdaya keluar wilayah Indonesia. Dengan letak geografis paling luar, wilayah Papua juga mendapat sorotan yang lebih besar dari pihak luar terkait dengan perkembangan yang terjadi di berbagai bidang terutama persoalan politik dan keamanan.

Tujuan pengembangan wilayah Papua ke depan ditujukan untuk mengatasi permasalahan kompleks terutama sebagai akibat ketertinggalan dan keterisolasian yaitu dengan meningkatkan standar hidup masyarakat Papua melalui peningkatan terhadap pelayanan publik yang ditujukan untuk menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran serta meningkatkan derajat pendidikan dan kesehatan. Untuk kesejahteraan masyarakat dan kemajuan wilayah Papua ke depan, perlu dilakukan transformasi struktural perekonomian di wilayah Papua yang didasarkan pada potensi dan keunggulan daerah serta perlu adanya upaya untuk mengoptimalkan pelaksanaan otonomi khusus di wilayah Papua.

Dari sisi kondisi geografis, wilayah Papua terkendala oleh hambatan mobilitas sumberdaya dan penduduk akibat minimnya sarana dan prasarana. Luasnya wilayah Papua dengan pemanfaatan yang masih sangat rendah membutuhkan dukungan Pemerintah dalam pembangunan jaringan infrastruktur yang memadai. Untuk itu perlu adanya upaya peningkatkan jumlah dan mutu sistem jaringan prasarana dasar (jalan, pelabuhan, lapangan udara, telekomunikasi, listrik dan telepon) yang menjangkau daerah-daerah tertinggal di wilayah Papua.

I.3 - 1

BAB 3

KERANGKA EKONOMI MAKRO