• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMA DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2010

A. KONDISI UMUM

A.1. PENCAPAIAN TAHUN 2008 DAN PERKIRAAN TAHUN 2009

Pelaksanaan pembangunan tahun 2008 dan perkiraan tahun 2009 yang merupakan tahun keempat dan kelima RPJM 2004-2009 memberikan kemajuan penting dalam pelaksanaan ketiga agenda pembangunan yang ditetapkan, yaitu: Mewujudkan Indonesia yang Aman dan damai; Menciptakan Indonesia yang Adil dan Demokratis; serta Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Berbagai upaya dan kemajuan-kemajuan yang telah dan diperkirakan akan dicapai tersebut merupakan landasan bagi pelaksanaan pembangunan tahun 2010. Berbagai upaya dan kemajuan penting tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.

Kemiskinan. Dalam tahun 2008 dan 2009, upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat miskin masih menjadi agenda utama pembangunan, terutama dengan terjadinya krisis finansial global yang berdampak pada sektor riil dan selanjutnya menghambat upaya-upaya untuk mempercepat penurunan kemiskinan. Karena kemiskinan merupakan permasalahan yang bersifat multisektor, maka upaya untuk penurunan angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dilaksanakan melalui berbagai program pembangunan secara sektoral dan secara lintas sektor.

Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan program-program pengurangan kemiskinan, program-program dikelompokkan menjadi 3 kluster, yaitu kluster pertama berisi program-program yang memberikan perlindungan sosial dalam rangka meningkatkan akses masyarakat miskin kepada kebutuhan dasar; kluster kedua berisi program-program pemberdayaan bagi masyarakat miskin; dan kluster ketiga adalah program-program perkuatan usaha mikro dan kecil.

Terkait dengan pemberian perlindungan sosial bagi masyarakat miskin, telah dilaksanakan berbagai program seperti RASKIN (program beras untuk masyarakat miskin), Jamkesmas (program jaminan kesehatan masyarakat), beasiswa siswa miskin, BLT (bantuan langsung tunai) dan PKH (program keluarga harapan). Pada tahun 2008, melalui program RASKIN telah disalurkan beras bersubsidi sebanyak 3,42 juta ton bagi 19,1 juta rumah tangga sasaran. Sementara itu, pada tahun 2009, program RASKIN akan diarahkan bagi 18,5 juta rumah tangga sasaran dengan alokasi 15 kg per rumah tangga sasaran selama 12 bulan. Program Jamkesmas yang dahulu dikenal dengan Askeskin pada tahun 2008 telah memberikan pelayanan bagi 76,4 juta masyarakat miskin dan pada tahun 2009 kegiatan ini akan tetap diteruskan dengan memberikan pelayanan pada 76,4 juta masyarakat miskin di puskesmas dan rumah sakit kelas III. Untuk meningkatkan akses masyarakat miskin pada pendidikan, telah diberikan beasiswa bagi siswa dan mahasiswa miskin sebanyak 5.509.231 siswa/mahasiswa pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 akan diberikan beasiswa bagi siswa/mahasiswa miskin sebanyak 5.280.117 siswa/mahasiswa. Dengan adanya kenaikan harga BBM pada tahun 2008, pemerintah juga telah meluncurkan program BLT kepada 19,05 juta rumah tangga sasaran dengan nilai sekitar Rp 14,1 triliun dengan tujuan untuk mencegah agar masyarakat miskin tidak semakin jatuh kedalam kemiskinan. Pada tahun 2009, program BLT hanya dialokasikan untuk jangka waktu 2 bulan mengingat harga BBM telah dapat diturunkan dan program akan disalurkan kepada 19,01 juta rumah tangga sasaran dengan alokasi sekitar Rp 4,4 triliun. Selain

I.2 - 2

itu, dalam rangka meningkatkan akses masyarakat miskin khususnya rumah tangga sangat miskin kepada pendidikan dan kesehatan, pada tahun 2008 telah dilaksanakan perluasan uji coba PKH di 13 provinsi dengan sasaran 620.000 rumah tangga sangat miskin (RTSM). Pada tahun 2009, jumlah sasaran PKH ditingkatkan menjadi 720.000 RTSM di 13 provinsi dengan fokus pada perbaikan beberapa komponen seperti Sistem Informasi Manajemen serta pelatihan-pelatihan bagi penyedia layanan. Kegiatan PKH berupaya untuk menarik anak-anak yang bekerja dan atau tidak bersekolah agar kembali bersekolah. Kegiatan ini pada tahun 2008 telah dilaksanakan di 7 provinsi dan akan diperluas di 13 provinsi penerima PKH.

Untuk mendukung pembangunan perdesaan telah dilaksanakan program-program pemberdayaan masyarakat miskin melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Dalam pelaksanaannya, diharapkan aparat pemerintahan desa, kelembagaan pemerintahan desa dan non pemerintahan desa maupun masyarakat miskin di perdesaan dapat meningkatkan keberdayaan dan kemandiriannya. Diharapkan kelompok-kelompok masyarakat dapat menentukan sendiri kebutuhannya, merencanakan, melaksanakan dan melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan yang mereka usulkan. Program ini terdiri dari PNPM Inti yang terdiri dari 5 kegiatan dan PNPM Penguatan yang melalui program ini diharapkan dapat dilakukan sinkronisasi dan harmonisasi program-program pengurangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Sampai dengan tahun 2008, telah dilaksanakan pemberdayaan masyarakat melalui PNPM Inti di 4.768 kecamatan dan pada tahun 2009 direncanakan akan diperluas menjadi 6.408 kecamatan.

Pada tahun 2009 juga akan mulai diupayakan untuk melakukan sinkronisasi dan harmonisasi program-program sektoral yang berbasis pemberdayaan untuk masuk kedalam PNPM Penguatan. Salah satunya adalah kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Pertanian (PUAP) dan Penguatan Kelembagaan Ekonomi Perdesaan melalui Lembaga Mandiri yang Mengakar pada Masyarakat (LM3). Pada tahun 2009, program PUAP ini diharapkan dapat memfasilitasi pengembangan usaha agribisnis pertanian di 10.000 desa. Sementara itu, melalui penguatan ekonomi perdesaan diharapkan dapat tersalurkan bantuan permodalan kepada 200 LM3, terselenggaranya pengembangan hortikultura melalui LM3 dan bantuan sosial, pengembangan LM3 peternakan, serta terfasilitasinya 150 LM3 pengolahan dan pemasaran hasil. Sinkronisasi kegiatan sektor lain juga dilakukan melalui PNPM-Kelautan dan Perikanan (PNPM-KP) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui kegiatan pemberdayaan, seperti Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP), Pemberdayaan Nelayan melalui Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap Skala kecil, serta Pemberian Subsidi Benih dan Bantuan Langsung Penguatan Modal Pembudidayaan Ikan. Melalui kegiatan PEMP, sampai dengan tahun 2008 telah dilakukan pemberdayaan masyarakat pesisir di 9.515 desa pesisir, pemberdayaan perempuan pesisir di 93 kabupaten/kota, dan pemberdayaan nelayan skala kecil melalui penyediaan sarana dan prasarana. Pada tahun 2009, kegiatan PNPM-KP akan terus melakukan upaya pemberdayaan masyarakat pesisir di 150 kab/kota melalui pengembangan usaha skala mikro, pemberdayaan perempuan pesisir, peningkatan akses modall serta penyusunan standar, norma, prosedur dan manual pemberdayaan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil.Dari sisi usaha mikro dan kecil, upaya perkuatan usaha mikro dan kecil telah dilakukan melalui penyediaan kredit dan dana bergulir, pelatihan dan pendampingan bagi pengelola koperasi, dan sebagainya yang dilaksanakan melalui program perkuatan usaha mikro dan kecil. Pada tahun 2008, telah disalurkan kredit sebesar Rp 12,624 triliun kepada 1.671.668 UMKM dengan rata-rata kredit per UMKM sebesar Rp 7,55 juta. Selain itu, telah dilakukan pendampingan bagi 3.500 UKM/pelatihan 500 Business Development Services (BDS), penyediaan dana kepada 125 koperasi untuk pengadaan sarana produksi bersama anggota, pelatihan fasilitator budaya/ motivasi usaha dan teknis manajemen usaha mikro melalui koperasi untuk 1.000 koperasi, bimbingan teknis/ pendampingan dan pelatihan pengelola LKM/KSP bagi 2.800 koperasi/LKM, pembinaan

I.2 - 3

sentra-sentra produksi UMKM di daerah terisolir dan tertinggal/perbatasan pada 60 sentra/1.700 UMI, fasilitasi pengembangan pemasaran usaha mikro melalui koperasi di 4.300 UMI, serta penyediaan dana bergulir untuk kegiatan produktif skala usaha mikro dengan pola bagi hasil/syariah dan konvensional termasuk perempuan pengusaha di 75.000 UMI/3.000 koperasi/LKM. Pada tahun 2009, kegiatan-kegiatan tersebut akan terus dilakukan dengan sasaran yang sama.

Selain program-program tersebut, terdapat berbagai program yang mendukung pembangunan perdesaan yang dilaksanakan untuk mengembangkan ekonomi lokal terutama di perdesaan dan daerah-daerah tertinggal untuk meningkatkan kapasitas masyarakat miskin di perdesaan dalam pelaksanaan kegiatan produksi, distribusi dan pemasaran produk-produk pertanian maupun non pertanian serta mempermudah aksesibilitas kepada berbagai sumber daya produktif. Selain itu, perkuatan kepada kelembagaan di tingkat masyarakat serta kelembagaan ekonomi di tingkat lokal seperti Lembaga Keuangan Perdesaan, Usaha Ekonomi Desa-Simpan Pinjam (UED-SP) dan Badan Kredit Desa (BKD), Badan Usaha Milik Kelurahan (BUMKEL) serta Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) juga menjadi perhatian dalam pelaksanaan kegiatan di perdesaan dan daerah-daerah tertinggal. Dengan demikian, kegiatan ekonomi di tingkat lokal dapat dikembangkan untuk pencapaian kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat miskin di perdesaan dan daerah-daerah tertinggal. Dengan program-program tersebut, kemiskinan dapat diturunkan dari 37,17 juta (16,6 persen) pada tahun 2007 menjadi 34,96 juta (15,4 persen) pada tahun 2008. Walaupun menurun, pencapaian ini masih jauh dari sasaran akhir RPJM 2004-2009 sebesar 8,2 persen. Dalam tahun 2009, tingkat kemiskian diperkirakan hanya menurun menjadi sebesar 12-14 persen. Hal ini terutama karena awal tahun 2009 merupakan tahun sulit bagi Indonesia karena dampak krisis finansial global sudah mulai terasa. Dampak ini juga dirasakan oleh masyarakat miskin berupa naiknya harga-harga kebutuhan dasar, sehingga menyebabkan masyarakat miskin semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka secara layak. Selain itu, dengan terjadinya pemulangan tenaga kerja Indonesia (TKI) akibat dari krisis finansial di negara-negara tujuan TKI, telah menyebabkan terdesaknya masyarakat miskin yang bekerja di sektor informal karena sektor informal juga akan banyak dimasuki oleh orang-orang yang terkena PHK atau pemulangan TKI. Pelaku baru dalam sektor informal tersebut kemungkinan memang bukan rumah tangga miskin, namun desakan tersebut akan memperberat kondisi pelaku di sektor informal yang saat ini pendapatannya sudah pada tingkat rendah atau bahkan sudah berada di bawah garis kemiskinan. Tekanan ini juga akan memperberat rumah tangga miskin yang selama ini sudah berat perjuangannya dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka.

Untuk mengantisipasi dan menghadapi berkembangnya dampak negatif dari krisis finansial global lebih jauh, pemerintah telah melakukan beberapa langkah cepat melalui: (i) Melakukan berbagai langkah untuk mengamankan likuiditas; perbankan dan kondisi moneter; (ii) Pencegahan pemutusan hubungan kerja dengan mengeluarkan SPB 4 menteri; (iii) Mempertahankan kapasitas produksi dan mendorong peningkatan; (iv). Mempertahankan permintaan dalam negeri (daya beli masyarakat), antara lain dengan melakukan penurunan harga BBM dan tarif dasar listrik agar harga-harga komoditas dan biaya transportasi menurun sehingga meringankan masyarakat terutama masyarakat miskin; (v) Mempersiapkan peningkatan intensitas berbagai program penanggulangan kemiskinan. Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan sasaran RKP 2009 dapat tetap dipertahankan, ataupun jika menurun tetap pada tingkat yang dapat dikelola dengan baik. Tingkat kemiskinan diusahakan tetap pada sasaran maksimal 14 persen. Pengangguran yang diantisipasi akan lebih tinggi dari sasaran yang semula 7-8 persen, namun masyarakat dalam jangka pendek dapat mengatasi kebutuhan hidupnya dan bersiap-siap untuk menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi dan struktur ekonomi yang akan berubah.

I.2 - 4

Pendidikan. Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan

pendidikan yang telah dilaksanakan sampai saat ini telah berhasil meningkatkan taraf pendidikan penduduk Indonesia yang antara lain ditunjukkan oleh meningkatnya rata-rata lama sekolah yang mencapai 7,47 tahun (2007), dan meningkatnya angka melek aksara penduduk usia 15-24 tahun yang mencapai 98,84 persen. Di samping itu, sampai tahun 2008 telah terjadi peningkatan partisipasi pendidikan di semua jenjang pendidikan. Angka partisipasi murni (APM) dan angka partisipasi kasar (APK) jenjang SD/MI/sederajat telah mencapai masing-masing 95,14 persen dan 116,56 persen; APK pada jenjang SMP/MTs/sederajat telah mencapai 96,18 persen; dan APK pada jenjang pendidikan menengah 64,28 persen, serta APK pendidikan tinggi mencapai 18,29 persen yang berhasil melampaui target tahun 2009. Salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi pendidikan adalah disediakannya pelayanan pendidikan non formal termasuk melalui pendidikan kesetaraan Paket A setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA terutama untuk menampung anak-anak yang putus sekolah dan mereka yang tidak dapat mengikuti pendidikan formal. Kemajuan lain yang monumental adalah dalam hal peningkatan keadilan dan kesetaraan gender dalam hal akses terhadap pelayanan pendidikan yang ditunjukkan oleh indeks paritas gender APM atau APK yang sudah mencapai angka sekitar 1,0 untuk semua jenjang pendidikan.

Untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan, juga telah dilakukan antara lain peningkatan kualitas pendidik yang ditunjukkan dengan pemenuhan kualifikasi S1/D4 mencapai 47,04 persen dan sertifikasi pendidikan mencapai 15,19 persen. Untuk mendorong kinerja guru, kesejahteraan guru juga terus ditingkatkan antara lain melalui penyediaan tunjangan profesi, tunjangan fungsional bagi guru PNS dan subsidi tunjangan fungsional bagi guru Non-PNS, serta tunjangan khusus untuk guru yang mengajar di daerah terpencil. Dengan berbagai kebijakan yang dilakukan, penghasilan guru PNS minimal pada tahun 2009 mencapai Rp. 2,0 juta. Untuk mendukung pembangunan pendidikan yang lebih baik, anggaran pendidikan juga terus ditingkatkan sehingga pada tahun 2009 anggaran pendidikan sudah memenuhi amanat amandemen UUD 1945 yang mencapai sebesar 20 persen dari APBN, atau sebesar Rp. 207,4 trilyun yang dialokasikan melalui Belanja Pemerintah Pusat dan Transfer Daerah.

Kesehatan. Di bidang kesehatan, pembangunan yang dilaksanakan secara terintegrasi

dengan bidang-bidang lainnya telah meningkatkan status kesehatan dan gizi masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan membaiknya beberapa indikator kesehatan masyarakat seperti meningkatnya usia harapan hidup dari 68,6 tahun (2004) menjadi 70,5 tahun (2007), menurunnya angka kematian ibu (AKI) dari 307 (2004) menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (2007), menurunnya angka kematian bayi (AKB) dari 35 (2004) menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup (2007), dan menurunnya prevalensi kekurangan gizi pada anak balita dari 25,8 persen (2005) menjadi 18,4 persen (2007).

Kinerja pelayanan kesehatan terus membaik, antara lain ditunjukkan dengan meningkatnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih dari 70,4 persen (2005) menjadi 72,5 persen (2007) dan cakupan imunisasi lengkap anak balita dari 51,5 persen (2002) menjadi 58,6 persen (2007). Beberapa indikator penyakit menular yaitu tingkat kejadian penyakit demam berdarah dengue (DBD) meningkat dari 37,1 (2004) menjadi 71,8 per 100.000 penduduk (2007), namun case fatality rate (CFR) menurun dari 1,2 persen (2004) menjadi 1,0 persen (2007), kasus diare tercatat 3.314 kasus dengan CFR 1,6 persen (2004) menjadi 3.661 kasus dengan CFR 1,3 persen (2007). Annual parasite incidence (API) malaria (wilayah Jawa Bali) tercatat 0,15 (2004) menjadi 0,16 per 1.000 penduduk (2007), sedangkan annual malaria incidence (AMI) di wilayah luar Jawa Bali menurun menjadi sebesar 19,7 per 1.000 penduduk (2007). Angka penemuan kasus/case detection rate (CDR) tuberkulosis meningkat dari 51,8 persen (2004) menjadi 69 persen (2007) dan keberhasilan penyembuhan TB meningkat dari 89 persen (2004)

I.2 - 5

menjadi 91 persen (2006). Jumlah kasus HIV dan AIDS meningkat dari 9.565 kasus (2005) menjadi 22.125 kasus (2008), dan telah tersebar di 33 provinsi dan 214 kab/kota.

Ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan terus membaik, antara lain ditunjukkan dengan peningkatan rasio Puskesmas menjadi 3,65 per 100.000 penduduk dan 94,0 persen rumah tangga berada kurang atau sama dengan 5 km dari sarana pelayanan kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan terus bertambah antara lain ditunjukkan dengan rasio jumlah tenaga kesehatan untuk dokter umum yang telah mencapai 20 per 100.000 penduduk, dokter spesialis 5,5 per 100.000 penduduk, perawat 138 per 100.000 penduduk, bidan 35 per 100.000 penduduk. Demikian pula terjadi peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, mutu dan penggunaan obat dan perbekalan kesehatan. Pembiayaan kesehatan yang berasal dari pemerintah terus meningkat, dan jaminan pelayanan kesehatan terhadap penduduk miskin terus meningkat cakupannya dari 60 juta penduduk (2006) menjadi 76,4 juta penduduk pada tahun 2007.

Kependudukan. Dari sisi kependudukan, melalui program keluarga berencana telah

dapat dihindarkan pertambahan dan pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali sehingga setiap keluarga dapat merencanakan kehidupannya menjadi lebih berkualitas dan sejahtera. Sampai saat ini, dengan keberhasilan program keluarga berencana, diperkirakan telah lebih dari 100 juta kelahiran dapat dicegah. Selain itu, secara makro, Program KB juga telah berhasil merubah kondisi piramida penduduk Indonesia dari penduduk muda menuju penduduk dewasa. Perkembangan ini telah menciptakan peluang ekonomis karena ratio ketergantungan terus menurun mencapai titik terendah (window of opportunity).

Hasil-hasil pembangunan keluarga kecil berkualitas (keluarga berencana) yang telah dicapai pada tahun 2008, antara lain meningkatnya rata-rata usia kawin pertama perempuan menjadi 19,8 tahun (SDKI 2007). Selain itu, jumlah peserta KB aktif meningkat menjadi 25,6 juta peserta, yang 11,4 juta diantaranya adalah peserta KB aktif miskin. Peningkatan peserta KB aktif tersebut sebagai hasil dari pencapaian peserta KB baru sekitar 6,7 juta orang, yang diantaranya sebanyak 3,4 juta peserta adalah peserta KB baru miskin. Dalam rangka meningkatkan kualitas keluarga, keluarga yang aktif dalam pembinaan tumbuh kembang anak melalui Bina Keluarga Balita (BKB) mencapai sekitar 1,8 juta keluarga, melalui Bina Keluarga Remaja (BKR) sekitar 802 ribu keluarga, melalui Bina Keluarga Lansia (BKL) sekitar 757 ribu keluarga, dan Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I yang aktif dalam usaha ekonomi produktif (UPPKS) sekitar 1,0 juta keluarga. Pembangunan keluarga kecil berkualitas tersebut dapat dicapai karena tersedianya 981 ribu institusi/sarana yang menyelenggarakan pelayanan KB, yang terdiri dari Klinik Pemerintah sekitar 210 ribu dan tempat pelayanan KB non Pemerintah sebanyak 771 ribu buah (Klinik Swasta sebanyak 36 ribu, Dokter Praktek Swasta sebanyak 158 ribu, dan Bidan Praktek Swasta sebanyak 577 ribu). Selain itu, juga karena tersedianya Pos Pembina KB Desa (PPKBD) sebanyak 83 ribu, Sub PPKBD sebanyak 388 ribu, dan meningkatnya jumlah tenaga Penyuluh KB dan Petugas Lapangan KB (PKB/PLKB) menjadi sekitar 23.765 petugas. Pada tahun 2009, pencapaian pembangunan keluarga kecil berkualitas diharapkan dapat semakin meningkat.

Agama. Dari sisi keagamaan, kemajemukan dan pluralitas menjadi potret masyarakat

Indonesia yang perlu mendapat perhatian dari Pemerintah. Oleh sebab itu peningkatan kerukunan umat beragama merupakan upaya yang diprioritaskan dimana perhatian serius dari Pemerintah diperlukan untuk mengantisipasi persoalan-persoalan sosial yang lebih komplek. Melalui Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB), telah dilakukan sosialisasi dan pembinaan untuk meningkatkan pemahaman keagamaan yang moderat. Upaya ini dimaksudkan untuk mendorong segenap umat beragama agar memahami ajaran agama masing-masing baik yang vertikal maupun horizontal, serta untuk menekankan adanya titik temu agama-agama dalam hal sama-sama mengajarkan perdamaian, toleransi dan kasih sayang antar sesama manusia.

I.2 - 6

Selanjutnya kegiatan pokok lainnya yang telah dilakukan antara lain: penanganan daerah konflik, sosialisasi Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan Nomor 9 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah Ibadah; Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama di tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi; Pelayanan kepada umat Khonghucu; dan orientasi tenaga rekonsiliasi.

Kebudayaan. Masih terkait dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia,

berbagai upaya untuk meneguhkan jati diri dan karakter bangsa telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan yang ditandai antara lain dengan meningkatnya kesadaran dan pemahaman akan pentingnya pembangunan karakter dan jati diri bangsa. Kemajuan tersebut tidak terlepas dari meningkatnya berbagai upaya pengembangan nilai budaya, pengelolaan keragaman budaya serta perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kekayaan budaya. Pada tahun 2008, upaya peningkatan kesadaran dan pemahaman tersebut dilakukan melalui beberapa kegiatan antara lain: (1) pembinaan karakter dan pekerti bangsa di 33 provinsi melalui media massa, sekolah, dan organisasi kepemudaan, (2) dukungan event budaya di daerah, (3) pengembangan apresiasi seni dan pemberian penghargaan di bidang seni, (4) pembinaan pengembangan perfilman nasional, (5) peningkatan sensor film/video/iklan, (6) penyelamatan dan pengelolaan peninggalan kepurbakalaan dan penanggulangan kasus pelestarian dan pemanfaatan peninggalan kepurbakalaan di 33 provinsi, dan (7) pendukungan pengelolaan untuk 25 museum daerah. Disamping itu, untuk mendukung pemantapan karakter dan jati diri bangsa yang lebih baik, pada tahun 2009, upaya pengembangan nilai budaya, pengelolaan keragaman budaya serta perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kekayaan budaya terus dilanjutkan dan ditingkatkan melalui berbagai kegiatan pembangunan di bidang kebudayaan.

Pemuda dan Olahraga. Sementara itu, berbagai kegiatan pembangunan di bidang

pemuda dan olahraga telah meningkatkan peran pemuda dan prestasi olahraga yang antara lain tercermin dari meningkatnya budaya olahraga dikalangan masyarakat serta meningkatnya pencapaian prestasi di beberapa cabang olahraga di tingkat nasional dan internasional. Pada tahun 2008, peningkatan partisipasi pemuda dicapai antara lain melalui berbagai upaya peningkatan kualitas dan kemandirian pemuda, pembinaan kesadaran bela negara, kewirausahan dan kecakapan hidup bagi pemuda, serta partisipasi pemuda terdidik dalam pembangunan perdesaan. Sementara itu, kemajuan yang dicapai di bidang olahraga didukung oleh upaya pembinaan olahraga yang bersifat nasional dan internasional, pembibitan dan pembinaan olahragawan berbakat di 33 provinsi, serta peningkatan kerjasama pola kemitraan untuk pembangunan sarana dan prasarana olahraga bagi provinsi/kab/kota. Pada tahun 2009, berbagai upaya peningkatan peran dan partisipasi pemuda dalam hal pengembangan budaya olahraga dan peningkatan prestasi olahraga terus dilanjutkan.

Kualitas Pelayanan Publik. Selama tahun 2008, upaya peningkatan kualitas pelayanan

publik telah menunjukkan banyak kemajuan. Dari aspek legalitas, telah dilakukan pembahasan RUU Pelayanan Publik bersama DPR. Selanjutnya, telah pula disusun SPM sektoral bidang kesehatan, sosial, lingkungan hidup dan pemerintahan dalam negeri, yang ditindaklanjuti dengan penyelenggaraan berbagai diklat untuk meningkatkan kapasitas aparat pemerintah daerah. Beberapa pencapaian lainnya antara lain; ditetapkannya UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik; perluasan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam penyelenggaraan pemerintahan (e-government dan e-procurement); penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) offline di 471 Kabupaten/Kota; terbentuknya 293 unit pelayanan terpadu satu pintu dan pengembangan pelayanan publik di perkotaan seperti sister city/kota kembar di 50 daerah.

I.2 - 7

Pada tahun 2009, diharapkan pembahasan RUU Pelayanan Publik dapat diselesaikan dan diundangkan, sehingga dapat ditindaklanjuti dengan penyusunan peraturan pelaksanaannya. Selain itu, kompetensi aparat pemerintah daerah dalam penerapan SPM diharapkan makin meningkat. Ditargetkan juga, bahwa pada tahun 2009 dapat disusun 4 dokumen SPM bidang pemerintahan dan penerapan 2 SPM bidang pemerintahan di 33 provinsi sebagai acuan standar pelayanan kepada masyarakat di daerah. Pengembangan e-government termasuk e-procurement dan SIAK online dalam rangka pemanfaatan TIK makin diperluas penerapannya. Di samping itu, diharapkan terwujud standar pelayanan publik di perkotaan dan pengembangan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi secara Elektronik (SPIPISE) secara bertahap di 33 Provinsi, 50 Kabupaten/Kota, dan 16 instansi terkait (tahap I).

Pengembangan Sistem Peningkatan Kinerja dan Kesejahteraan PNS.

Selanjutnya, di bidang sumber daya manusia (SDM) aparatur, telah dilakukan langkah-langkah peningkatan kompetensi, perbaikan remunerasi, pemantapan sistem merit dan penyempurnaan manajemen kepegawaian. Dalam kaitan itu beberapa capaian selama tahun 2008 antara lain: tersusunnya naskah akademik penyempurnaan UU Kepegawaian Negara dan berbagai peraturan perundang-undangan di bidang SDM aparatur; juga telah tersusun pedoman standar kompetensi jabatan dan pedoman pelaksanaan evaluasi jabatan; pelaksanaan rekruitmen CPNS secara transparan, kompetitif dan berbasis kompetensi; diselenggarakan assessment center nasional di BKN dan assessment center di beberapa instansi yang dimanfaatkan untuk melakukan penilaian kompetensi jabatan strategis. Pada tahun 2009, diharapkan dapat tercapai antara lain penyempurnaan manajemen pendidikan dan pelatihan (Diklat) mencakup sistem dan kurikulum diklat yang disesuaikan dengan perkembangan penyelenggaraan negara dan pemerintahan; tersusunnya RPP Sistem Remunerasi PNS berbasis kinerja dan merit; tersusunnya RUU Kepegawaian Negara; meningkatnya kompetensi PNS melalui berbagai Diklat baik teknis, fungsional maupun pimpinan.

Penataan Kelembagaan, Ketatalaksanaan, Serta Sistem Pengawasan dan Akuntabilitas. Di bidang penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan selama tahun 2008