• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.3.1. Strategi I: Memperluas Cakupan Investasi di Wilayah Kabupaten

Salah satu isu terkait penanaman modal di Kalimantan Timur ialah karena masih terkonsentrasinya investasi pada wilayah perkotaan dibandingkan kabupaten. Berdasarkan hasil kajian akademis Tim Penyusun Naskah Akademis dari Universitas Mulawarman, terdapat beberapa faktor yang menghambat yaitu pertama, tidak seimbangnya infrastruktur kota-kabupaten; kedua, kepadatan penduduk yang sangat timpang antar-kabupaten/kota, dan ketiga, lemahnya promosi investasi pada sektor-sektor potensial di daerah.

Dari Tabel 4.1., Kota Balikpapan, Samarinda, dan Bontang adalah wilayah dengan konsentrasi penduduk terpadat di Provinsi ini. Wilayah kabupaten dengan luas 99,17 persen dari wilayah Kalimantan Timur dihuni oleh sekitar 54,35 persen dari total penduduk Kalimantan Timur. Adapun selebihnya, 45,65 persen menetap di daerah kota dengan luas hanya 0,83 persen dari luas wilayah Kalimantan Timur seluruhnya.

Tabel 4.7. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kalimantan Timur per Kabupaten/Kota Tahun 2011

Kabupaten/Kota Luas Wilayah (Km2) Kepadatan (per Km2) Paser 10,745 22 Kutai Barat 30,694 6 Kutai Kartanegara 25,716 25 Kutai Timur 31,735 8 Berau 21,952 8

Penajam Paser Utara 3,132 47

Balikpapan 504 1,148

Samarinda 695 1,087

Bontang 163 915

Sumber: Kaltim dalam Angka, 2012

Untuk itu arah kebijakan yang perlu dilakukan dalam rangka pemerataan persebaran penanaman modal di daerah adalah dengan melakukan percepatan pembangunan infrastruktur di wilayah kabupaten, terutama Jalan, Listrik, Pelabuhan, dan Bandara, pada wilayah kabupaten seperti Kutai Timur, Kutai Barat, dan wilayah perbatasan.

25

4.3.2. Strategi II: Memecah Konsentrasi Sektor Ekonomi melalui Persebaran

Investasi kepada Sektor Ekonomi Berbasis Sumber Daya Alam Terbarukan

Struktur ekonomi Kalimantan Timur terkonsentrasi pada sektor primer dan sekunder. Sektor primer umumnya diisi oleh sektor pertambangan minyak dan gas, serta batu bara. Peranan sektor pertambangan dan penggalian cenderung meningkat dari hanya 36,2 persen pada tahun 2001, menjadi 50,5 persen pada tahun 2011. Sementara sektor sekunder, didominasi oleh industri pengolahan hasil-hasil tambang minyak dan gas.

Diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 maka Provinsi Kalimantan Timur dimekarkan menjadi dua provinsi yaitu Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Struktur ekonomi Kalimantan Timur sebelum adanya Kalimantan Utara dan sesudah adanya Kalimantan Utara tidak mengalami perbedaan yang berarti. Sektor primer dan sekunder masih tetap mendominasi dengan karakteristik berbasis sumber daya alam tidak terbarukan (non-renewable resources).

Gambar 4.7. Struktur Ekonomi Kalimantan Timur (di luar Kaltara)

Pada Tabel di atas, dapat kita lihat bahwa sektor pertambangan dan penggalian terus meningkatkan peranannya, sementara industri pengolahan justru semakin menurun peranannya selama 2001-2011. Industri pengolahan sendiri didominasi industri pengolahan migas. Adapun industri pengolahan non-migas hanya

Pertanian 5% Pertambangan 42% Industri 35% Listrik Gas dan Air 0% Konstruksi 4% Perdagangan 7% Pengangkutan 3% Keuangan 2% Jasa-jasa 2%

26

berkontribusi sebesar rata-rata 5,3 persen. Strategi penanaman modal ke depan harus bisa meningkatkan partisipasi sektor lain di luar dari sektor dominan yang ada. Dengan harapan agar terjadi keseimbangan antara antara sektor ekonomi berbasis sumber daya alam tidak terbarukan dengan yang terbarukan.

Tabel 4.8. Struktur Ekonomi Sektor Pertambangan dan Industri di Kalimantan Timur

Sumber: Visi Kaltim 2030, Bappeda Provinsi Kaltim 2012

Bukti kelemahan utama dari kondisi penanaman modal di Kalimantan Timur adalah dari segi struktur ekonomi masih didominasi ekspor barang alam. Jika kita lihat dari grafik, maka posisi investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto/PMTB) di Kalimantan Timur masih sebesar 7 persen. Diikuti konsumsi (7%); pengeluaran/konsumsi pemerintah (4%). Kegiatan ekspor menguasai setidaknya 82 persen struktur ekonomi Kalimantan Timur rata-rata selama tahun 2001-2012. Keadaan ini sebenarnya cukup baik jika barang yang diekspor adalah barang-barang hasil kegiatan industri. Hanya saja, kondisinya ialah barang yang diekspor adalah barang alam berupa hasil hutan, tambang, dan perkebunan (sawit) yang umumnya bersifat raw-material dan tidak diolah.

27

Tabel 4.9. Porsi Sektor Ekonomi (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan di Kaltim, Tahun 2005-2009

No Porsi Sektor Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1 Agriculture, Livestock, Forestry and Fisheiy 6.72 6.76 6.76 6.57 6.49

2 Mining and Quarrying 38.14 38.60 38.95 39.32 40.84

3 Manufacturing Industries 36.28 34.39 32.47 31.98 29.97

4 Electricity, Gas and Water Supply 0.29 0.30 0.31 0.31 0.32

5 Construction 2.93 3.07 3.39 3.48 3.72

6 Trade, Hotel and Restaurant 7.00 7.73 8.26 8.15 8.46

7 Transport and Communication 4.48 4.81 5.14 5.29 5.58

8 Finance, Real Estate and Business Services 2.31 2.45 2.79 2.92 3.10

9 Services 1.86 1.88 1.93 1.98 2.05

Sumber: Kalimantan Timur dalam Angka, BPS (data diolah)

Gambar 4.8. Rerata Struktur Ekonomi Kalimantan Timur (2001-2012)

Jika dilihat berdasarkan rata-rata investasi per sektoral (primer, sekunder, tersier), perilaku penanam modal di Kalimantan Timur terkonsentrasi di seluruh sektor, meskipun terlihat pada PMDN terjadi peningkatan investasi pada sektor sekunder. Investasi PMDN selama tahun 2009-2011, rata-rata adalah sebesar Rp 3,3 trilyun rupiah dengan proporsi 38,74 persen dari seluruh sektor terkonsentrasi di sektor tersier. Sementara investasi PMA rata-rata adalah sebesar 351 juta US$ dolar dengan proporsi 38,74 persen dari seluruh sektor terkonsentrasi di sektor primer.

28

Tabel 4.10. Realisasi PMDN Kalimantan Timur Menurut Sektor Tahun 2009-2011 (dalam juta rupiah)

Tahun

Sektor Primer Sektor Sekunder Sektor Tersier Nilai Proporsi (%) Nilai Proporsi (%) Nilai Proporsi (%) 2009 8.405,50 0,55% 48.583,00 3,19% 1.466.526,90 96,26% 2010 3.407.055,53 43,23% 925.283,41 11,74% 3.548.950,84 45,03% 2011 3.914.548,55 24,17% 7.378.102,45 45,55% 4.903.679,40 30,28% Rata-Rata 2.443.336,53 28,63% 2.783.989,62 32,62% 3.306.385,71 38,74%

Sumber: Kaltim Dalam Angka 2010-2012 (data diolah)

Tabel 4.11. Realisasi PMA Kalimantan Timur Menurut Sektor Tahun 2009-2011 (dalam ribu dolar USA)

Tahun

Sektor Primer Sektor Sekunder Sektor Tersier Nilai Proporsi (%) Nilai Proporsi (%) Nilai Proporsi (%) 2009 - 0,00% 95,96 0,04% 252.953,84 99,96% 2010 675.675,51 68,34% 183.135,82 18,52% 129.898,80 13,14% 2011 378.894,99 28,11% 267.052,34 19,81% 702.113,47 52,08% Rata-Rata 351.523,50 40,72% 150.094,71 17,39% 252.953,84 41,89%

Sumber: Kaltim Dalam Angka 2010-2012 (data diolah)

Dari tabel 4.7 dan 4.8 selama kurun waktu tahun 2009-2011 terlihat bahwa pada PMDN, sektor sekunder terus menunjukan peningkatan meskipun secara proporsi rata-rata masih terkonsenterasi pada sektor teriser. Sedangkan pada PMA, investasi terkonsenterasi pada sektor primer. Jadi berdasarkan data tersebut, potensi investasi pada PMDN ada pada sektor sekunder dan tersier, sedangkan PMA ada pada sektor primer.

Tabel 4.12. Rata-Rata Realisasi PMDN dan PMA Kalimantan Timur Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2009-2011

Kabupaten/Kota PMDN

(dalam juta rupiah)

PMA

(dalam ribu dolar USA)

Bontang 2.901.100,17 283.977,38 Kutai Kartanegara 2.116.123,60 52.266,84 Samarinda 893.477,59 25.897,10 Nunukan 828.242,20 13.062,53 Kutai Timur 759.584,86 67.236,66 Berau 382.355,46 104.674,67 Balikpapan 254.753,26 185.183,30 Bulungan 202.348,10 35.198,04 Paser 151.806,85 3.761,50 Penajam Paser Utara 21.964,67 340,33

29

Kabupaten/Kota PMDN

(dalam juta rupiah)

PMA

(dalam ribu dolar USA)

Tarakan 21.964,30 -

Kutai Barat - 56.348,50

Tana Tidung - 35.333,33

Malinau - -

Sumber: Kaltim Dalam Angka 2010-2012 (data diolah)

Investasi PMDN dan PMA menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur selama kurun waktu tiga tahun terakhir 2009-2011 menunjukan bahwa rata-rata investasi PMDN rata-rata terbesar ada pada wilayah-wilayah yang menjadi lumbung energi di Kalimantan Timur yaitu Bontang dan Kutai Kartanegara. Sedangkan untuk PMA ada di wilayah Bontang dan Balikpapan.

Struktur ekonomi Kalimantan Timur dapat kita lacak menggunakan distribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Dari proksi ini, struktur ekonomi Kalimantan Timur didominasi oleh sektor pertambangan (37 persen) dan industri pengolahan migas (35 persen) yang umumnya merupakan sektor yang berorientasi ekspor. Gambar 4.7. menunjukkan kepada kita bahwa selama tahun 2000 – 2010, struktur ekonomi dikuasai oleh kedua sektor tersebut. Sektor pertanian menyumbangkan porsi yang sangat kecil (7 persen).

Gambar 4.9. Distribusi PDRB ADHK Kalimantan Timur Tahun 2000-2010

Dari fakta mengenai struktur perekonomian Kalimantan Timur ini ada beberapa kesimpulan yang bisa kita uraikan: Pertama, ekonomi Kalimantan Timur sangat bergantung pada sektor tambang dan migas dan karena itu pula sangat bergantung pada permintaan eksternal. Ini tentunya merupakan salah satu sumber devisa asing bagi Indonesia dan Kalimantan Timur. Namun ini juga mengindikasikan bahwa perekonomian Kalimantan Timur

7% 37% 35% 0.31% 3.03% 5.77% 12% Pertanian

Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan

Listrik dan Air bersih Bangunan

Pengangkutan dan Komunikasi Jasa-jasa, Keuangan, Perdagangan

30 secara signifikan tergantung pada harga dunia untuk produk minyak, gas, batubara dan termasuk hutan. Fluktuasi pada harga dunia untuk produk-produk tersebut akan menekan stabilitas ekonomi Kalimantan Timur secara siginifikan. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa perekonomian Kalimantan Timur bisa dikatakan sebagai perekonomian besar kapasitasnya dalam mendatangkan devisa, namun rapuh terhadap tekanan dari luar (external shock).

Kedua, karena besarnya dominasi sektor tambang dan migas dalam PDRB, maka merupakan fakta bahwa naik turunnya kualitas produksi dan kinerja sektor-sektor inilah yang paling menentukan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur. Di mana ketika sektor ini mengalami resesi, maka pertumbuhan ekonomi juga akan turun. Sebaliknya jika sektor ini mengalami booming, maka pertumbuhan ekonomi juga positif dan tinggi.

Untuk itu, berkaca pada kenyataan tersebut, sebaiknya Kalimantan Timur mengembangkan sektor-sektor ekonomi lain sebagai sumber lokomotif ekonomi baru. Dari gambar 4.7 kita dapat melihat bahwa sektor jasa, keuangan, dan perdagangan merupakan sektor yang potensial kontribusinya terhadap perekonomian daerah yaitu 12 persen. Akan tetapi, karakteristik sektor jasa, keuangan, dan perdagangan adalah sektor non-tradable, yang umumnya domestic oriented, tidak membawa devisa, memiliki kandungan impor yang tinggi dan cenderung mengikuti perkembangan permintaan (daya beli) masyarakat. Sektor pertanian (dalam arti luas termasuk perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan) adalah sektor paling potensial di Kalimantan Timur mengingat masih besarnya kapasitas asset sumber daya ini (aktiva).

Secara lebih lengkap, hasil analisis Tim Penyusun BPPMD Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013 telah memetakan komoditi/sub-sektor unggulan yang memiliki daya ungkit (keterkaitan ekonomi ke depan dan ke belakang) berdasarkan kuadrannya sebagai berikut (lihat Tabel 4.10) dan berdasarkan dimensi kewilayahannya (lihat Lampiran 3)

31

Tabel 4.13. Kelompok Sektor-sektor Ekonomi menurut Derajat Kepekaan dan Daya penyebaran Tabel Input-Output Kalimantan Timur Tahun 2009

I Innddeekkss D Deerraajjaatt K Keeppeekkaaaann I InnddeekkssDDaayyaaPPeennyyeebbaarraann T Tiinnggggii RReennddaahh T Tiinnggggii Unggulan (8) 7. Kelapa Sawit 24.Industri Kertas 25.Industri Pupuk 30. Listrik 32. Bangunan 33. Perdagangan 36. Angkutan Darat

40. Jasa Penunjang Angkutan

Potensial (8) 1. Padi 11. Kayu

15. Pertambangan Migas

19. Industri Pengilangan Minyak Bumi 41. Komunikasi 42. Bank 45. Jasa Perusahaan 4 499..JJaassaaPPeerroorraannggaann R Reennddaahh Potensial (14) 21. Industri Makanan

22. Industri Tekstil, Barang Kulit 23. Industri Kayu dan Hasil Hutan 26. Industri Semen

28. Industri Alat Angkutan 29. Industri Barang Lainnya 31. Air Minum 34. Restoran 35. Hotel 37. Angkutan Sungai 38. Angkutan Laut 39. Angkutan Udara 47. Jasa Soskem

48. Jasa Hiburan dan Rekreasi

Tertinggal (20) 2. Ketela Pohon 3. Sayuran 4. Buah-buahan 5. Tabama Lainnya 6. Lada 8. Perkebunan Lainnya 9. Ayam Ras 10. Peternakan Lainnya 12. Hasil Hutan Lainnya 13. Perikanan Laut 14. Perikanan Darat 16. Batu Bara

17. Pertambangan Non Migas 18. Penggalian

20. LNG

27. Industri Logam Dasar, Besi Baja 43. Lembaga Keuangan Bukan Bank 44. Jasa Persewaan

46. Jasa Pemerintahan 50. Sektor Lainnya

Sumber data: Tabel Input-Output Kalimantan Timur Tahun 2009

Berdasarkan data dari Bappeda (2013), skenario yang diterapkan adalah meminimalkan produksi sektor pertambangan ke industri. Berdasarkan data empiris, sektor Industri cenderung terus menurun dengan proporsi di tahun 2030 sebesar 9%. Sedangkan sektor pertanian hanya mampu berkontribusi sebesar 4%. Sektor pertambangan walaupun mendominasi, tetapi proporsinya tidak bergerak dari 51 % seperti pada tahun 2012. Dengan skenario transformasi, sektor industri akan menjadi basis ekonomi utama Kaltim dengan proporsi sebesar 42%. Sementara, sektor perdagangan dan jasa akan menempati proporsi kedua dengan 20%, sedangkan sektor

32

tambang di urutan ketiga dengan 17% dan pertanian di urutan ke 4 dengan proporsi sebesar 10%. Caranya ialah dengan mengembangkan industri-industri turunan dari sektor-sektor perkebunan, tanaman pangan dan pertambangan.

Gambar 4.10. Hasil Akhir Struktur Ekonomi Kalimantan Timur Berdasarkan Skenario Visi 2030

Sumber: Bappeda (2013)

Strategi inti (grand strategy) pembangunan ekonomi yang diusung oleh Pemprov Kaltim dalam visi jangka panjang 2030 mengambil tema pokok: “Pembangunan Kalimantan Timur Hijau yang Berkeadilan dan Berkelanjutan.” Hal yang mengarah

33

pada pembangunan berkeadilan dan berkelanjutan diimplementasikan dengan dua pendekatan:

(i) Pembangunan yang merata dan tersebar dengan membuat strategi kawasan-kawasan industri unggulan untuk setiap masing-masing Kabupaten/Kota;

(ii) Dengan menggeser paradigma pembangunan yang bersandar pada eksploitasi sumber daya alam semata ke pengembangan kegiatan ekonomi yang bernilai tambah. Direncanakan dengan mendirikan industri eksisting (minyak bumi, pupuk, gas, crude palm oil (CPO) dan batubara) dan membangun industri berbasis pertanian.

4.3.3. Strategi III: Pengembangan Sentra-sentra Ekonomi Baru dengan

Mengadopsi Strategi Kawasan Klaster Industri Unggulan

Arah penanaman modal di Provinsi Kalimantan Timur ke depan adalah menerapkan sistem klaster industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan tersebut disertai dengan penguatan konektivitas antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan antara pusat pertumbuhan ekonomi dengan lokasi kegiatan ekonomi serta infrastruktur pendukungnya. Secara keseluruhan, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan konektivitas tersebut menciptakan Koridor Ekonomi Indonesia. Peningkatan potensi ekonomi wilayah melalui koridor ekonomi ini menjadi salah satu dari tiga strategi utama (pilar utama).

34

Gambar 4.11. Pola Pengembangan Koridor Ekonomi

Adapun sentra-sentra kawasan ekonomi potensial yang dijadikan pusat-pusat pertumbuhan (sistem klaster) ditetapkan berdasarkan wilayah kabupaten/kota masing-masing. Rinciannya dapat diuraikan pada Tabel berikut:

Tabel 4.14. Sentra-sentra Kawasan Ekonomi Potensial

No Kawasan Keterangan

1 Kawasan Agroindustri Maloy Bertempat di Kutai Timur yang menampung pengembangan kegiatan agribisnis

2 Kawasan Industri Kariangau Bertempat di Balikpapan yang akan dijadikan pusat industri wilayah selatan

3 Kawasan Industri Api-Api Bertempat di Penajam Paser Utara

4 Kalimantan Timur Industrial Estate Terletak di Tanjung Harapan, Kota Bontang, sebagai kawasan industry

5 Kawasan Industri Pariwisata Terletak di Berau, dengan wisata bahari 6 Kawasan Ekonomi Terpadu (Kapet)

Sasamba

Sebagai kawasan ekonomi terpadu yang

menghubungkan Samarinda-Sanga-Sanga-Muara Jawa dan Balikpapan, bagi pengembangan agribisnis, industri, dan jasa

35

Sesuai dengan Visi Kalimantan Timur 2030, terdapat dua strategi yang dilakukan untuk mengembangkan sentra-sentra ekonomi baru yaitu:

a. Mempercepat dan mengembangkan industri yang sudah ada (eksisting), yaitu industri pengilangan minyak, industri pupuk, industri gas, usaha pertambangan batu bara dan Crude Palm Oil;

b. Membangun dan mengembangkan industri berbasis pertanian dengan pendekatan skala dan klaster industri.

Penanaman modal di Provinsi Kalimantan Timur ke depan harus memasukkan dimensi kewilayahan agar tercapai suatu pemerataan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Searah dengan Peraturan Presiden 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), Gubernur Kalimantan Timur menetapkan tujuh kawasan klaster industri unggulan di Kalimantan Timur. Di antaranya adalah:

a. Kawasan Industri Kariangau di Balikpapan;

b. Kawasan Industri Jasa & Perdagangan di Samarinda; c. Kawasan Industri Petrokimia di Bontang;

d. Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) dari Turunan Sawit dan Oleochemical Maloy, di Kutai Timur;

e. Kawasan Industri Pariwisata Pula Derawan dan sekitarnya, di Berau; f. Kawasan Industri Delta Kayan Food Estate, di Bulungan;

36

Gambar 4.12. Kawasan Industri Unggulan Kalimantan Timur dengan Dimensi Kewilayahan

Kawasan Industri Kariangau

Dalam kerangka kebijakan regional kota Balikpapan, untuk menunjang sektor industri nonmigas, telah merencanakan pembangunan Kawasan Industri Kariangau (KIK) seluas 1.989,54 hektar yang terletak di Kecamatan Balikpapan Barat. Kawasan ini, diproyeksikan sebagai kawasan pelabuhan peti kemas utama industri maju, yang terletak di tepi Teluk Balikpapan.

Kawasan Industri Kariangau (KIK) telah ditetapkan sebagai kawasan yang dikonsentrasikan untuk kegiatan industri di kota Balikpapan. Untuk menunjang pengembangan wilayah Kawasan Industri Kariangau, telah direncanakan jaringan transportasi dengan tiga pintu, yaitu :

a. Ke arah timur ; melalui jaringan jalan darat KM 13, yang akan menghubungkan wilayah ini dengan jaringan jalan propinsi (Balikpapan Samarinda)

37

c. Ke arah utara; melalui Pelabuhan Teluk Balikpapan

Gambar 4.13. Skema Pelabuhan dan Kawasan Industri Kariangau Balikpapan

Kegiatan yang akan berada di Kawasan Industri Kariangau dapat digolongkan menjadi 2 kegiatan besar yaitu kegiatan (1) industri dengan fasilitas pendukungnya serta (2) kegiatan non-industri yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan industri yang ada.

a. Kegiatan Industri; Kegiatan industri merupakan kegiatan-kegiatan utama yang akan menempati lahan yang cukup luas.

b. Pergudangan

c. Pelabuhan Laut; Kawasan Industri Kariangau akan dilengkapi dengan pelabuhan laut untuk angkutan barang, khususnya barang-barang hasil produksi yang dilengkapi dengan peralatan bongkar muat dan peti kemas.

d. Fasilitas Pemadam Kebakaran

e. Instalasi Pengolahan Limbah; Seluruh kawasan industri akan dibangun pengolah limbah terpadu.

f. Fasilitas Umum; Kegiatan industri membutuhkan beberapa fasilitas umum seperti bank, poliklinik, kantor pos, kafetaria/restoran, pertokoan dan fasilitas peribadatan.

38

Tabel 4.15. Rencana Pembangunan Industri di Kawasan Kariangau

No Bahan Mentah Komoditi

1 Batu bara Briket batu bara

2 Minyak dan gas a. Methanol: MTBE, asam semut, asam cuka, formal resin

b. Amonia: Urea, Melamine, Melamine Ware c. Olefin: Ethylene, Prophylene, Butadin,

Carbon Balack

d. Arimatik: Benzene, Toluene, Xylene 3 Sawit Industri CPO, Minyak sawit, mentega, kosmetik 4 Karet Barang-barang dari bahan baku karet

5 Ikan dan udang Udang beku, ikan beku, dan sejenisnya 6

Kawasan KIPI Maloy

Kawasan ini diarahkan sebagai pusat pengolahan kelapa sawit, oleo chemical, dan industri turunannya. Terletak di Kecamatan Sangkulirang dan Kaliurang, Kabupaten Kutai Timur.

KIPI Maloy diharapkan akan menunjang misi Kalimantan Timur dalam jangka panjang yaitu “mentransformasi ekonomi berbasis migas dan tambang kepada kekuatan ekonomi berbasis non-migas”. Kesadaran bahwa keberadaan sumber daya alam yang potensial adalah perkebunan dengan komoditas kelapa sawit dan potensi ini sangat realistis karena adanya dukungan ketersediaan lahan. Berdasarkan data dari Dewan Minyak Sawit Indonesia (2010), di Indonesia hanya Papua dan Kalimantan Timur yang memiliki luasan lahan potensial paling besar untuk kegiatan perkebunan sawit ini. Hal ini jauh mengalahkan Provinsi lain di Pulau Sumatera seperti Riau, Sumatera Utara, dan Bengkulu (lihat Tabel).

Adapun menurut Bappeda (2013) potensi perkebunan sawit bisa mencapai 2,4 juta hektar pada tahun 2023.

39

Tabel 4.16. Luasan Lahan Potensial untuk Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia Tahun 2010

Provinsi Luas Lahan Potensial (Ha)

Sumatera Utara 1.298.000 Riau 2.848.200 Bengkulu 728.479 Kalimantan Barat 3.671.100 Kalimantan Tengah 3.638.500 Kalimantan Timur 4.399.400 Sulawesi Tengah 146.300 Sulawesi Selatan 288.000 Papua 5.896.500

Luas Lahan Potensial 22.914.479 Sumber: Dewan Minyak Sawit Indonesia (2010)

Dasar hukum pembentukan kawasan ini adalah Peraturan Presiden No.32/2012 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI); Instruksi Presiden No.1/2012; serta Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2009. Tujuan KIPI Maloy adalah ditetapkan sebagai pusat pengolahan kelapa sawit atau CPO (crude palm oil)1, beserta produk turunannya dan pusat industri yang terintegrasi dengan pelabuhan berskala internasional.

Garis besarnya dalam KIPI Maloy akan terdiri atas enam (6) zona industri yaitu: a. Zona Industri Oleokimia Dasar;

b. Zona Industri berbasis makanan; c. Zona Industri Biodiesel;

d. Zona Industri Produk Perawatan; e. Zona Industri Produk Sampingan; f. Zona Industri lainnya.

KIPI Maloy memiliki dua konsep pembangunan, yang dapat diilustrasikan sebagai berikut:

1Hal ini sesuai dengan keputusan Menteri Perindustrian (KMP No. 13/M-IND/PER/I/2010) yang telah menetapkan tiga wilayah sebagai lokasi pendirian klaster industri kelapa sawit, yakni: di Sei Mangkei (Sumatera Utara), Dumai, dan Kuala Enok (Riau), serta Maloy (Kalimantan Timur)

40

Gambar 4.14. Pengembangan dan Keterkaitan KIPI Maloy di Kalimantan Timur

Dokumen terkait