• Tidak ada hasil yang ditemukan

ROADMAP RUPM-6

3. Perdagangan dan Jasa

1) Pengembangan PTSP yang lebih efektif dan efisien pada semua wilayah/ daerah 2) Identifikasi kegiatan perdagangan yang

mempercepat penyediaan bahan baku ,pemasaran produk pertanian dan idustri pengolahan serta wilayah pesebarannya 3) Memberikan Fasilitas (fiskal non fiskal),

Kemudahan (peneydiaan sarana prsarana) dan Insentif (bantuan modal/ biaya, percepatan penyusutan) sektor perdagangan jasa keuangan dan pariwisata

4) Pengembangan kegiatan perdagangan yang bersifat intensifikasi yang memiliki keterkaikan besar ke depan (forword lingkage) dan kebelakang (backword lingkage)

1) Pemberian Fasilitas, Kemudahan dan insentif untuk kegiatan Intensifikasi dan

ekstensifikasi kegiatan perdagangan

yang mempercepat penyediaan bahan baku dan pemasaran industri pengolahan, industri kimia dan logam 2) Peningkatan koordinasi antar

lembaga/isntansi untuk menjamin kepastian penggunaan lahan dan kepastian berusha melaui peraturan prundangan yang jelas dan konsisten. 3) Pengembangan kegiatan perdagangan

yang terintegrasi dengan pengembangan inftrastruktur dan pengembangan energi.

4) Pengembangan kegiatan perdagangan dengan pemberdayaan UMKM dan Koperasi.

5) Meningkatkan pelaksanaan persaingan usaha yang sehat. Melakukan

pengawasan dan kerjasama dengan lembaga pengawas persaingan.

1) Pengembangan sektor strategis pendukung pengembangan sektor perdagangan dan jasa seperti sektor transportasi, dan jasa keuangan 2) Pengembangan sentra-sentra ekonomi

baru / pesebaran investasi melalui pendekatan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berbasis kegiatan perdagangan barang jadi dan jasa , industri kimia dan logam.

3) Peningkatan penggunaan teknologi kegiatan perdagangan yang ramah lingkungan dan terintegrasi dari hulu ke hilir.

4) Implementasi persaingan usaha yang sehat dan terlaksanya hubungan industrial yang harmonis.

5) Peningkatan kegiatan penelitian dan meningkatkan citra sektor perdagangan Kaltim yang berbasis teknologi dan inovasi 6) Pengembangan sektor perdagangan dan

dengan skala besar, mempercepat distribusi barang dan jasa, energi terbarukan yang berbasis pada pengetahuan dan teknologi.

70

Lampiran 2:

Pemetaan Sektor Unggulan Dengan Dimensi Kewilayahan Berdasarkan Analisa LQ dan Tipologi Klassen

NO SEKTOR

Visi 2030

LOCATION QUATION DAN TIPOLOGI WILAYAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 PERTANIAN 4 Berau (III) PPU (III) Kubar (III) Paser (III) Kukar (II) Kutim (I) Samarinda (III) Balikpapan (III) Bontang (- II) 2 PERTAMBANGAN PENGGALIAN 3 Kutim (I) Kukar (II) Paser ( III) Kubar (III) PPU (III) Berau (III) Samarinda (III) Bontang ( - II) Balikpapan (III) 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 1 Bontang (- II) Balikpapan (III) Kukar (II) Samarinda (III) PPU (III) Berau (III) Kubar (III) Paser (III) Kutim (I) 4 LISTRIK, GAS DAN

AIR 5 Samarinda (III) Balikpapan (III) Kubar (III) PPU (III) Paser (III) Berau (III) Kukar (II) Bontang (- II) Kutim (I) 5 BENGUNAN 7 Kukar (II) Balikpapan (III) Kubar (III) Samarinda (III) PPU (III) Paser (III) Bontang (- II) Kutim (I) Berau (III) 6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 2 Samarinda (III) PPU (III) Balikpapan (III) Berau (III) Kubar (III) Kukar (II) Kutim (I) Paser (III) Bontang (- II) 7 PENGANGKUTAN

DAN KOMUNIKASI 6 Samarinda (III) Balikpapan (III) Berau (III) Kubar (III) PPU (III) Kutim (I) Paser (III) Kukar (II) Bontang (- II) 8 KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 8 Samarinda (III) Balikpapan (III) PPU (III) Kubar (III) Paser (III) Kutim (I) Kukar (II) Berau (III) Bontang (- II) 9 JASA-JASA 9 Samarinda (III) PPU (III) Kubar (III) Balikpapan (III) Berau (III) Paser (III) Kukar (II) Kutim (I) Bontang (- II) Keterangan:

I: kuadran daerah cepat maju dan cepat tumbuh II: kuadran berkembang cepat III: kuadran daerah relatif tertinggal IV: kuadran daerah maju tertekan

71

Lampiran 3:

Penjabaran Matrik Arah Kebijakan

No

1 PERBAIKAN IKLIM INVESTASI 1. Penguatan BPPMD 2. Bidang Usaha Terbuka dan Tertutup

3. Persaingan Usaha. 4. Hubungan Industrial 5. Sistem Perpajakan

Pembangunan Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di setiap Kota/Kabupaten yang testandarisasi (ISO) dan kewenangan yang jelas.

Menetapkan Bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan yang jelas, sederhana, kebebasan arus barang dan jasa, modal, penduduk, informasi jika terkait dengan kepentingan nasional dalam wilayah Indonesia

Kriteria bidang usaha tertutup meliputi : kesehatan, moral, budaya, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan.

Kriteria bidang usaha terbuka terkait dengan kepentingan nasional : perlindungan

sumberdaya alam, usaha MKM, koperasi, peningkatan kapasitas produksi, distribusi, teknologi, modal dalam negeri, kerjasama badan usaha.

Kerjasama dengan Lembaga pengawas persaingan usaha, dan mengikuti perkembangan persaingan usaha di negara lain Mendorong berlakunya pengaturan persaingan usaha (Undang-undang persaingan) Mendorong perusahaan untuk menetapkan kebijakan pengembangan sumberdaya manusia melalui pelatihan ketrampilan dan keahlian Mendorong perusahaan untuk menjaga keharmonisan yang dilandasi prinsip itikad baik (code of good faith)

Meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait (perpajakan dan kepabeanan) untuk mendorong terciptangan sistem perpajakan yang sederhana, efektif, dan efisien.

72

No

2 PERSEBARAN PENANAMAN MODAL 1. Pengembangan Sentra-sentra ekonomi

Baru

2. Pemberiaan Fasilitas 3. Pengembangan Pusat Pertumbuhan Strategis 4. Pengembangan Sumber Energi Terbarukan 5. Percepatan Pembangunan Infrstruktur Mendukung pengembangan sektor yang strategis sesuai dengan potensi unggulan daerah

Pertanian di Berau, PPU dan Kubar, Paser

Memberikan insentif / kemudahan untuk sektor yang memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang kuat (kelapa sawit, perdagangan, angkutan darat)

Mendorong investasi pada wilayah-wilayah pusat pertumbuhan (Paser, PPU, Berau, Balikpapan, Samarinda dan Kubar) dengan memberikan fasilitas fiskal dan non fiskal

Mendorong investasi untuk pengembangan energi terbarukan dengan pemberian insentif (biaya) , fasilitas dan penanggungan resiko. Mendorong investasi infrastruktur dengan inventarisasi (informasi) proyek-proyek infrastruktur No

3 FOKUS PENGEMBANGAN PANGAN, INFRASTRUKTUR DAN ENERGI

1. Pangan 2. Infrastruktur 3. Energi

Meberikan fasilitas, kemudahan dan insentif terhadap penanaman modal untuk intensifikasi dan ekstentifikasi tanaman pangan. Sektor pendukung pertanian (pupuk. Bibit)

Memberikan informasi yang jelas tentang klaster-klaster industri agribisnis (Berau, PPU, Kubar dan Paser)

Meningkatkan kegiatan penelitian untuk mebangun informasi yang akurat dan citra positif produk pangan Kalimantan Timur.

Pengembangan modal infrastruktur diarahkan

untuk optimalisasi kapasitas dan kualitas. Pengembangan potensi ekonomi daerah Pengembagangan sektor pendukung infrastruktur ( Perdagangan, industri, transportasi dan jasa keuangan). Infrastruktur yang terintegrasi untuk wilayah belum berkembang dan sedang berkembang serta infrastruktur dengan skema kerjasama pemerintah Swasta.

Pengembangan penanaman modal dengan arah :

Optimalisasi potensi sumber energi baru (matahari, air) dan terbarukan (biogas) dan mendorong infrastruktur energi untuk kebutuhan lisrik dalam negeri.

Efisiensi, konservasi, dan pelestarian lingkungan hidup.

Pengembangan sektor strategis untuk

pengembangan energi (industri alat transportasi, mesin dan pipa)

Pemberian fasilitas, kemudahan dan insentif serta dukungan pembiayaan untuk modal infrastruktur energi baru dan terbarukan.

73

No

4 PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

1. Sinergi Kebijakan 2. Sektor-sektor Perioritas

3. Ekonomi Hijau 4. Pemberian Fasilitas 5. Penggunaan Teknologi dan Pengembangan

Wilayah

Adanya sinergi kebijakan penanaman modal dengan kebijakan departemen/skpd terkait dengan program pembangunan lingkungan hidup (pengurangan emisis gas, rumah kaca pada sektor kehutanan, transportasi, industri, energi, limbah serta program pencegahan kerusakan keaneka ragaman hayati

Penanaman modal untuk Pengembangan sektor-sektor priritas dengan teknologi yang ramah lingkungan serta kegiatan yang memanfaatkan potensi sumber energi baru dan terbarukan.

Mendorong kegiatan ekonomi yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Memberikan kemudahan dan insentif pada kegiatan yang mendorong upaya pelestarian lingkungan hidup (pengurangan pencemaran dan perdagangan karbon/carbon trade) Mengembangkan penanaman modal untuk kegiatan produksi yang menggunakan teknologi ramah lingkungan dari hulu sampai hilir dan penanaman modal yang dapat mengembangkan wilayah dengan memperhatikan daya dukung lingkungan.

No

5 PEMBERDAYAAN UMKM DAN KOPERASI

Strategi Naik Kelas Strategi Aliansi

Mendorong usaha penanaman modal

Pada skala tertentu untuk menjadi lebih besar. Mikro ke Kcil kemudian Menengah dan Besar.

Beberapa upaya untuk kedua strategi adalah :

Melakukan pemutahiran data UMKM dan menetapkan UMKM yang potensial

Peningkatan kapasitas UMKM di daerah terkait teknis, inovasi dan manajemen

Mengikutsertakan UMKM dalam berbagai even pameran dagang (trade expo), temu usaha (matchmaking) dengan para investor

Menjembatani UMKM terkait akses pembiayaan perbankan (bunga murah)

Memanfaatkan instrumen Corporate Social Responsibility (CSR) untuk meningkatkan kapasitas UMKM

Mengembangkan penanaman modal untuk meningkatkan kerjasama (aliansi) kemitraan berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan.

74

No

6 PEMBERIAN FASILITAS,

KEMUDAHAN DAN ATAU INSENTIF

1. Fasilitas 2. Kemudahan 3. Insentif 4. Kriteria Mekanisme

Fasilitas fiskal yang diberikan pemerintah adalah :

Pajak penghasilan melalui pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan dalam jumlah dan waktu tertentu Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan netto sampai tingkat tertentu

Pembebasan atau keringan bea masuk atas barang-barang impor yang belum diproduksi dalam negeri Pembebasan atau keringanan bea masuk atas bahan baku untuk produksi dalam negeri Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas barang modal yang belum dapat diproduksi dalam negeri Percepatan penyusutan (amortisasi) Kemudahan pelayanan PTSP Pengadaan infrastruktur oleh pemerintah. Kemudahan perizinan untuk untuk memperoleh hak atas tanah, fasilitas keimigrasian dan perizinan impor Penyediaan data dan informasi terkait peluang investasi

Penyediaan sarana prasarana, lokasi dan pemberian bantuan teknis

Memberikan keringanan pajak bumi dan bangunan Pengurangan dan pembebasan pajak Pengurangan dan pembebasan retribusi Pemberian bantuan modal dan dana stimulan

Industri pioner

Menyerap banyak tenaga kerja

Melakukan pembangunan infrastruktur

Melakukan alih teknologi Berada di daerah terpencil, tertinggal dan daerah perbatasan Menjaga kelestarian lingkungan

Melakukan kemitraan dengan usaha UMKM Menggunakan modal dan input dalam negeri

Diberikan oleh Menteri/Kapla Lembaga Pemerintahan Non Kementrian, Gubernur, Bupati/Walikota, sesuai kewenangannya terhadap bidang usaha di daerah tertentu

Kepala BKPM menyampaikan hasil evaluasi kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian untuk dibahas dengan Menteri/ Kapala LPNK, Gubernur, Bupati/Walikota tertkait. Hasil pembahasan selanjutnya ditindak lanjuti oleh Menteri/ Kepala LPNK, Gubernur, Bupati/Walikota terkait sesuai dengam kesepakatan.

75

No

7 PROMOSI PENANAMAN MODAL 1. Penguatan Citra (Image Building)

2. Strategi Promosi 3. Melaksanakan

Promosi 4. Peningkatan Koordinasi 5. Penguatan Peran Fasilitas Mengimplemnetasikan kebijakan pro penanaman modal dan menyusun rencana tindak penguatan citra penanaman modal. Perbaikan iklim investasi dan pemberian fasilitas, kemudahan dan insentif

Mengembangkan strategi promosi yang lebih fokus, terarah dan inovatif. Pemanfatan sarana komunikasi yang optimal (Koran, leflet, Baliho, dan media elektronik/ internet).

Pemanfaatan sarana publik yang terkait dengan kegiatan investasi (Bandara, Hotel, tempat wisata dan pusat perbelanjaan) untuk penyebaran informasi. Mengikuti berbagai even pameran dagang, kesenian dan seminar pada tingkat regional, nasional dan internasional.

Melaksanakan kegiatan promosi dengan berbagai cara dan strategi. Waktu yang terjadwal dan kontinue. Sarana yang memadai dan

berkuallitas. Pelaksanaan yang profesional

Meningkatkan koordinasi dengan seluruh kementrian terkait baik pada tingkat pusat maupun daerah melalui peningkatan komunikasi, kerjasama yang diperkuat dengan MOU.

Menjamin ketersediaan fasilitas dan pemanfaatan (pajak, infrastruktur, modal dan kemudahan perizinan) oleh investor secara memadai .

Dokumen terkait