• Tidak ada hasil yang ditemukan

Argumen adanya hari kebangkitan telah jelas sekali diungkapkan dalam al-Qur’an, untuk menolak mereka yang tidak mempercayainya. Padahal akal manusia tidak menolak adanya hari akhir, Allah mengutus para Nabi dan Rasul bukan untuk sesuatu yang bertentangan dengan akal manusia, di bab ini akan diuraikan ayat-ayat al-Qur’an tentang alasan adanya hari kabangkitan, sehingga secara logika dapat ditemukan argumen tentang adanya kehidupan baru setelah mati. Contoh tersebut dapat dilihat pada alam sekitar manusia :

1. Alam Bumi

Argumen ini sangat jelas dan mudah dicerna dan dipahami oleh semua akal manusia, baik tingkatan kecerdasan dan pengetahuan berbeda-beda dengan baik dan mudah akan kekuasan Allah, menghidupkan yang mati, seperti Allah menghidupkan tanah atau bumi yang mati dan tandus dengan hujan. Sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur’an :

ﺍﺫﺇ

ﻰﺘﺤ

ﻪﺘﻤﺤﺭ

ﻱﺩﻴ

ﻥﻴﺒ

ﺍﺭﺸﺒ

ﺡﺎﻴﺭﻟﺍ

لﺴﺭﻴ

ﻱﺫﻟﺍ

ﻭﻫﻭ

ﻻﺎﻘﺜ

ﺎﺒﺎﺤﺴ

ﺕﻠﻗﺃ

ﺝﺭﺨﻨ

ﻙﻟﺫﻜ

ﺕﺍﺭﻤﺜﻟﺍ

لﻜ

ﻥﻤ

ﻪﺒ

ﺎﻨﺠﺭﺨﺄﻓ

ﺀﺎﻤﻟﺍ

ﻪﺒ

ﺎﻨﻟﺯﻨﺄﻓ

ﺕﻴﻤ

ﺩﻠﺒﻟ

ﻩﺎﻨﻘﺴ

ﻥﻭﺭﻜﺫﺘ

ﻡﻜﻠﻌﻟ

ﻰﺘﻭﻤﻟﺍ

.

Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya ( hujan ); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai mcam-macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah- mudahan kamu mengambil pelajaran. ( QS. al-‘Arâf { 7 } : 57 )

Ayat ini, bagaimana Allah menggambarkan kebangkitan orang yang telah mati dengan melihat sekitar manusia yaitu bagaimana Allah menghidupkan tanah yang tandus, kering kerontang yang tidak ada tumbuhannya dengan hujan, yang sebelumnya awan yang ditiupkan oleh angin, sehingga dari sebab turunnya hujan tumbuhlah atau keluarlah bermacam-macam buah-buahan.

Kalimat pada akhir ayat ini,

ﻥﻭﺭﻜﺫﺘ

ﻡﻜﻠﻌﻟ

ﻰﺘﻭﻤﻟﺍ

ﺝﺭﺨﻨ

ﻙﻟﺫﻜ

yang dimaksud Kami akan membangkitkan yang mati dari manusia dan yang lain dari mereka seperti keluarnya bermacam-macam tumbuh-tumbuhan dari bumi yang mati dan dihidupkannya dengan air hujan. Kesanggupan Allah menghidupkan bumi yang mati dan begitu juga kesanggupan-Nya

menghidupkan orang-orang yang mati.1

Orang-orang kafir tidak menerima adanya kebangkitan kembali orang yang telah mati, maka sesungguhnya al-Qur’an memberikan pendekatan kepada akal mereka, dengan cara Allah menghidupkan bumi atau tanah yang tandus dengan air hujan, maka tumbuh berbagai macam buah-buahan. Tidak ada perbedaan antara hidupnya tumbuh-tumbuhan dengan hidupnya manusia, semuanya tunduk kepada kekuasaan Allah Yang Maha pencipta. Pada ayat di atas, tasybîh ( persamaan )2 menghidupkan yang telah mati,

yaitu dengan mengeluarkan tumbuh-tumbuhan dari tanah yang mati atau tandus setelah turun hujan di atas tanah yang tandus itu, dan tasybîh ini sebagai tanda atau bukti yang jelas atas kekuasaan Allah untuk menghidupkan orang-orang yang telah mati setelah jasad mereka hancur.3

Seperti Kami menghidupkan bumi ini setelah mati dengan hujan, begitu juga Kami menghidupkan jasad-jasad yang hancur lebur pada hari kiamat. Allah Swt. menurunkan air dari langit maka turunlah hujan di atas bumi

1Muhammad Rasyîd Ridlâ, Tafsir al-Manâr, ( Beirut : Dâr al-Kutub al-Alamiyyah, 1999 ), jil. VIII, hal. 415

2 Salah satu bagian dari ilmu al-Bayân, dan yang dimaksud tasybîh ialah menghubungkan

sesuatu dengan yang lain dalam sifat yang sama atau serupa di antara keduanya. Salah satu faedahnya untuk memperjelas sesuatu yang samar atau mengungkapkan yang tersembunyi. ( ΄Abduh ‘Ahmad Halîl Dan ΄Abd al-΄Azîz Hassan Khidlr, Mabâhits Fi ΄Ilm al- Ma΄ânî W a al- Bayân, ( Dâr al-‘Ittihâd Lilthabâ΄ah ) hal. 105 )

selama empat puluh hari maka tumbuh darinya jasad-jasad di dalam kubur seperti tumbuhnya biji di dalam bumi.4

Dan ayat di atas, sebagai bukti atas Keesaan dan Kemahakuasaan Allah, yang mengirimkan angin sebagai kabar berita dan rahmat-Nya dan menurunkan hujan di negeri yang mati tanpa tumbuh-tumbuhan, dengan tunurnya hujan maka keluarlah segala macam tumbuh-tumbuhan.

Begitu juga disebutkan pada surat Fâthir :

ﺽﺭﻷﺍ

ﻪﺒ

ﺎﻨﻴﻴﺤﺄﻓ

ﺕﻴﻤ

ﺩﻠﺒ

ﻰﻟﺇ

ﻩﺎﻨﻘﺴﻓ

ﺎﺒﺎﺤﺴ

ﺭﻴﺜﺘﻓ

ﺡﺎﻴﺭﻟﺍ

لﺴﺭﺃ

ﻱﺫﻟﺍ

ﷲﺍﻭ

ﻭﻤ

ﺩﻌﺒ

ﺭﻭﺸﻨﻟﺍ

ﻙﻟﺫﻜ

ﺎﻬﺘ

.

Dan Allah, Dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakan

awan itu ke suatu negeri yang mati lalu Kami hidupkan bumi setelah mati dengan air hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu. ( QS. Fâthir { 35 } : 9 )

Allah menghidupkan manusia yang telah mati sebagaimana menghidupkan bumi yang mati. Adapun kata-kata dalam firman Allah

ﻰﺘﻭﻤﻟﺍ

ﺝﺭﺨﻨ

ﻙﻟﺫﻜ

dan

ﺭﻭﺸﻨﻟﺍ

ﻙﻟﺫﻜ

maka pada kedua ayat itu menunjukan adanya persamaan antara adanya kehidupan tumbuh-tumbuhan yang tumbuhnya atau hidupnya setelah disiram air. Adanya kehidupan manusia yang tumbuhnya sesudah diturunkan hujan. 5

4 ‘Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, jil. III, hal. 386

Allah memberikan gambaran adanya hari kebangkitan dengan menghidupkan kembali bumi yang telah mati. Dan ini tidak hanya di ayat ini saja, awal-awal surat al-Hâjj digambarkan bahwa bumi yang kering tanpa tumbuh-tumbuhan kemudian diturunkannya hujan maka tumbuhlah dari bumi yang tadinya mati tanpa ada kehidupan, bermacam-macam tumbuh- tumbuhan yang indah. Sebagaimana firman-Nya:

لﻜ

ﻥﻤ

ﺕﺘﺒﻨﺃﻭ

ﺕﺒﺭﻭ

ﺕﺯﺘﻫﺍ

ﺀﺎﻤﻟﺍ

ﺎﻬﻴﻠﻋ

ﺎﻨﻟﺯﻨﺃ

ﺍﺫﺈﻓ

ﺓﺩﻤﺎﻫ

ﺽﺭﻷﺍ

ﻯﺭﺘﻭ

ﺞﻴﻬﺒ

ﺝﻭﺯ

.

Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.( QS. al-Hajj { 22 } : 5 ) Maka ini sebagai permisalan yang digambarkan al-Qur’an di hadapan manusia, agar mereka mengetahui sesungguhnya kebangkitan dan menghidupkan orang-orang yang telah mati sesuatu yang pasti, tidak ada keraguan di dalamnya, dan bumi yang mati, siapa yang mengeluarkan tumbuh-tumbuhan dan siapa yang menghidupkan tanaman? Sesungguhnya Dialah Allah. dari sini permisalan yang digambarkan al-Qur’an, mendekatkan perkara yang selama ini dijauhkan oleh akal dan pemahaman. Permisalan ini memiliki gambar yang nyata di depan mata manusia dan

menjadi perkara dapat diterima akal dan jiwa, maka tidak ada keraguan apalagi keingkaran.6

Dalam al-Qur’an banyak sekali disebutkan, Allah membangkitkan manusia di hari kiamat nanti, sebagaimana Dia menghidupkan kembali bumi yang telah mati dengan air hujan.7

2. Alam Manusia

Untuk menjawab keraguan atas keniscayaan hari kebangkitan, Allah Swt. menginginkan manusia untuk mendapatkan gambaran kebangkitan dan menghidupkan yang mati lebih mudah dengan melihat proses kejadian manusia, sehingga manusia tidak ragu lagi atas kebesaran-Nya, yang sebelumnya mereka berkeyakinan bahwa kematian tahapan akhir dalam kehidupan dan manusia tidak akan dibangkitkan dari kuburnya. Maka Allah mengajak manusia untuk melihat dirinya sendiri yaitu proses kejadian atau penciptaannya. Sebagaimana dikemukakan dalam al-Qur’an :

ﻥﻤ

ﻡﺜ

ﺏﺍﺭﺘ

ﻥﻤ

ﻡﻜﺎﻨﻘﻠﺨ

ﺎﻨﺈﻓ

ﺙﻌﺒﻟﺍ

ﻥﻤ

ﺏﻴﺭ

ﻲﻓ

ﻡﺘﻨﻜ

ﻥﺇ

ﺱﺎﻨﻟﺍ

ﺎﻬﻴﺃ

ﺎﻴ

ﻲﻓﺭﻘﻨﻭ

ﻡﻜﻟ

ﻥﻴﺒﻨﻟ

ﺔﻘﻠﺨﻤ

ﺭﻴﻏﻭ

ﺔﻘﻠﺨﻤ

ﺔﻐﻀﻤ

ﻥﻤ

ﻡﺜ

ﺔﻘﻠﻋ

ﻥﻤ

ﻡﺜ

ﺔﻔﻁﻨ

ﻡﻜﻨﻤﻭ

ﻡﻜﺩﺸﺃ

ﺍﻭﻐﻠﺒﺘﻟ

ﻡﺜ

ﹰﻼﻔﻁ

ﻡﻜﺠﺭﺨﻨ

ﻡﺜ

ﻰﻤﺴﻤ

لﺠﺃ

ﻰﻟﺇ

ﺀﺎﺸﻨ

ﺎﻤ

ﻡﺎﺤﺭﻷﺍ

ﺌﻴﺸ

ﻡﻠﻋ

ﺩﻌﺒ

ﻥﻤ

ﻡﻠﻌﻴ

ﻼﻴﻜﻟ

ﺭﻤﻌﻟﺍ

لﺫﺭﺃ

ﻰﻟﺇ

ﺩﺭﻴ

ﻥﻤ

ﻡﻜﻨﻤﻭ

ﻰﻓﻭﺘﻴ

ﻥﻤ

ﹰﺎ

.

6 Muhammad ΄Abd al-Wahâb ΄Abd al-Lathîf, Muwsû΄at al-‘A msyâl al-Qur’niyyah, ( Kairo : Maktabat al-‘Adâb, 1993 ) cet. I, jil. II, hal. 80-81

7 QS. al-Rûm { 30 } : 19 dan 50, QS. Fushshilat { 41 } : 39, QS. al-Zukhrûf { 43 } : 11, QS. Qaf {

Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan ( dar kubur ), maka ( ketahuilah ) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal darah yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian ( berangsur-angsur ) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan ( ada pula ) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. ( QS.

al-Hajj { 22 } : 5 )

Apabila manusia ragu-ragu atas hari kebangkitan dan untuk menghilangkan keraguaannya maka inilah gambaran al-Qur’an tentang proses asal mula kejadian manusia, yang pertama kali diciptakan dengan tanah yaitu Nabi Adam As.8 kemudian proses kejadian keturunannya

diciptakan dari setetes air mani yang berubah sesudahnya menjadi segumpal darah ( ΄alaqah ) kemudian berubah menjadi segumpal daging ( mudlghah )

dari segumpal daging ini ada yang sempurna kejadiannya sehingga dapat berproses sampai menjadi manusia sempurna dan ada juga yang tidak sempurna kejadiannya.

Bahwa kata

ﻡﻜﻟ

ﻥﻴﺒﻨﻟ

diletakkan sebelum akhir ayat yang dimaksud untuk menjelaskan kepada kamu ( manusia ) sesungguhnya hari kebangkitan sesuatu yang mungkin. dan akan menghilangkan keraguan manusia, maka

lihatlah proses perpindahan atau perubahan, dari tanah yang mati, kemudian menjadi air mani kemudian menjadi segumpal darah kemudian menjadi segumpal daging hingga menjadi manusia yang hidup, tidak meninggalkan keraguan dalam kemungkinan yang mati menjadi hidup.9

Beberapa ulama berbeda pendapat kata turâb

ﺏﺍﺭﺘ

ﻥﻤ

ﻡﻜﺎﻨﻘﻠﺨ

ﺎﻨﺈﻓ

ada yang berpendapat Nabi Adam As. karena Allah menciptakannya dari Tanah dan ada pula yang berpendapat air mani untuk laki-laki atau indung telur untuk perempuan kedua-duanya berasal makanan, dan makanan baik tumbuh-tumbuhan dan hewan berasal dari tanah atau bumi, jadi semua manusia berasal dari tanah.10

Hemat penulis, dari kedua pendapat di atas kedua-duanya bisa diterima, yang masing-masing pendapat tersebut melihat dari sudut pandang yang berbeda, pendapat pertama melihat dari sudut kejadian manusia pertama kali diciptakan yang langsung dari tanah, yaitu Adam As. kemudian dari Adam dan isterinya terciptalah manusia yang berasal dari air mani hingga berbagai tahap jadilah manusia. Dan pendapat kedua melihat dari sudut reproduksi manusia, maka seluruh tahap disebutkan pada ayat ini.

9 Muhammad Husayn al-Thabâthabâ’î, al-Mîzân Fi Tafsîr al-Qur’an, ( Beirut : Mu’asasat

al-‘΄Alamî Lil Mathbûât, 1973 ), jil. IV, hal. 344

Melihat pedoman dari ayat di atas maka proses kejadian manusia dapat disimpulkan pada skema di bawah ini :

Keterangan skema :

a. garis lingkaran diumpamakan garis perjalanan hidup manusia yang jalannya meniru perjalanan jarum jam.

b. Perjalanan kehidupan manusia yang dimulai berasal dari tanah, kemudian menjadi nuthfah atau sperma lalu berubah menjadi janin, dari janin itu terbentuk bayi yang lahir ke dunia merupakan kanak- kanak. Dari kanak-kanak tumbuh menjadi remaja, remaja menjadi dewasa, dari dewasa keadaan manusia mulai menurun setelah menempuh masa tua, dari tua menjadi lansia yang akhirnya mati seterusnya kembali ke tanah.

Tanah Nuthfah Janin Kanak-kanak Remaja Dewasa Tua Lansia Mati

Setiap manusia yang telah mati ataupun yang masih hidup, yang pasti telah dan akan menjalani garis edar lingkaran hidup yang dimulai dari tanah dan kembali ke tanah. hanya saja peristiwa kematian yang dialami manusia berbeda-beda, ada yang meninggal sewaktu berada di rahim ibu, ada yang semasa bayi ataupun semasa kanak-kanak dan seterusnya. Jadi peristiwa kejadian manusia dari tanah dan kembali kepada tanah, dan sesuatu yang tidak mustahil akan dibangkitkan dari tanah.

Boleh jadi argumen yang dikemukakan tidak terlalu terjangkau oleh akal manusia pada masa lampau, maka al-Qur’an memberikan bukti lain yaitu dengan melihat alam sekitarnya berupa bumi yang mati dengan kuasanya hiduplah bumi yang penuh berbagai jenis tanaman dengan air hujan. Hal ini sudah diutarakan penulis di alam bumi.

Sebagai penutup dari permasalahan ini Allah memberikan lima penegasan di ayat setelahnya. Sebagaimana firman-Nya :

ﺭﻴﺩﻗ

ﺀﻲﺸ

لﻜ

ﻰﻠﻋ

ﻪﻨﺃﻭ

ﻰﺘﻭﻤﻟﺍ

ﻲﻴﺤﻴ

ﻪﻨﺃﻭ

ﻕﺤﻟﺍ

ﻭﻫ

ﷲﺍ

ﻥﺄﺒ

ﻙﻟﺫ

.

ﻥﺃﻭ

ﻟﺍ

ﻲﻓ

ﻥﻤ

ﺙﻌﺒﻴ

ﷲﺍ

ﻥﺃﻭ

ﺎﻬﻴﻓ

ﺏﻴﺭ

ﺔﻴﺘﺁ

ﺔﻋﺎﺴﻟﺍ

ﺭﻭﺒﻘ

.

Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. ( QS. al-Hajj { 22 } : 6-7 )

Ayat ini menguatkan keniscayaan hari kiamat sekaligus bukti kekuasaan Allah, dan ayat ini menegaskan apa yang telah diuraikan sebelumnya :

a.

ﻕﺤﻟﺍ

ﻭﻫ

ﷲﺍ

ﻥﺄ

ﻙﻟﺫ

yakni apa yang telah disebutkan dari penciptaan manusia dan menghidupkan bumi yang mati hingga menjadi subur adalah bukti atas kekuasaan Allah. Dialah yang Haqq zat-Nya, serta sifat dan perbuataan-Nya tidak pernah melakukan sesutu yang sia- sia.11

b.

ﻰﺘﻭﻤﻟﺍ

ﻲﻴﺤﻴ

ﻪﻨﺃﻭ

yakni Dia berkuasa menghidupkan yang mati seperti

menghidupkan dari nuthfah hingga menjadi manusia dan

menghidupkan bumi yang telah mati.

c.

ﺭﻴﺩﻗ

ﺀﻲﺸ

لﻜ

ﻰﻠﻋ

ﻪﻨﺃﻭ

yakni bagian ayat ini berkaitan dengan ayat sebelumnya, bahwa penciptaan manusia, tumbuh-tumbuhan dan pengatur urusan keduanya menyangkut kehidupan dan kematiannya berkaitan dengan yang terjadi di alam yakni sistem wujud ini, dan bahwa penciptaan dan pengaturannya tidak dapat terjadi kecuali atas kudrat dan kuasa Allah atasnya, dan kudrat dan kuasanya itu tidak akan terjadi kecuali ada kudrat atas segala sesuatu, dan dengan

11 Hassan al-Sayyid al-Sayyid ΄Âsyûr, Tafsîr Sûrat al-Hajj, ( Kairo : Maktabah ‘Ushûl al- Dîn ), hal. 49

demikian penciptan dan pengaturannya disebabkan karena kudratNya mencakup segala sesuatu.12

d.

ﺎﻬﻴﻓ

ﺏﻴﺭ

ﺔﻴﺘﺁ

ﺔﻋﺎﺴﻟﺍ

ﻥﺃﻭ

yakni bukti akan kepastian hari kiamat tanpa adanya keraguan dan bukan sesuatu hal yang mustahil, dan janji Allah pasti ditepati. Dan di sini tidak menyebutkan kuasaNya akan tetapi menggunakan redaksi sesungguhnya kiamat pasti datang. Agaknya hal ini disebabkan karena kedatangannya yang demikian mendadak dan begitu rahasia, sehingga yang mendatangkannya pun tidak dibicarakan lagi.13

e.

ﺭﻭﺒﻘﻟﺍ

ﻲﻓ

ﻥﻤ

ﺙﻌﺒﻴ

ﷲﺍ

ﻥﺃﻭ

yakni Allah mengembalikan kembali setelah mereka hancur dari kuburnya atau menghidupkan orang- orang yang telah mati untuk menghadap hari perhitungan dan hari pembalasan.

3. Alam Hewan

Arguman adanya kehidupan setelah mati, dapat dilihat melalui kehidupan hewan, contohnya : seperti ayam atau burung, yang asalnya telur yang mati dan tak bergerak, setelah mengalami proses pengeraman selama

12 Muhammad Husayn al-Thabâthabâ’î, al-Mîzân Fi Tafsîr al-Qur’an, jil. IV, hal. 346

dua puluh satu hari untuk ayam dan empat belas hari untuk burung menetas menjadi ayam atau burung, yang bisa bergerak, berkokok, berkotek atau bersiul dan berkicau lalu bergerak di alam bebas.

Tidak hanya ayam atau burung, argumen adanya kehidupan setelah mati, manusia bisa melihat perjalanan hidup ulat hingga menjadi kupu-kupu. Kalau ulat telah mencapai umur tertentu, dia akan mengalami peristiwa yang mungkin bisa dikatakan “ mati” yaitu dia memilih tempat yang dianggap paling tersembunyi, kemudian dia diam tak bergerak sedikit pun, tak makan dan minum, yang dikenal kepongpong, kuat sekali kulitnya sehingga tangan manusia dewasa pun tidak mudah merobeknya. Dia sedang menunggu peristiwa yang akan mengubah dirinya dari makhluk yang menakutkan dan menjijikan pemakan daun menjadi makhluk yang indah menakjubkan rupanya, terbang dari bunga menghisap madu.

Kisah perjalan hidup ulat ini menapaki tiga tahapan, dan ini sama dengan kisah perjalanan hidup manusia di alam ini.

a. Ketika menjadi menjadi ulat dapat diumpamakan masa hidup di dunia bagi manusia.

b. Ketika menjadi kepongpong ( semacam benda mati yang membalut dengan dinding batas yang kuat diumpamakan masa hidup manusia

ketika di alam barzakh atau kubur ( karena di alam barzakh manusia dipisahkan oleh dua dinding yaitu dunia dan akherat )

c. Ketika hidup kembali menjadi kupu-kupu yang indah keluar menjadi kepongpong diumpamakan manusia yang dibangkitkan dari kubur menuju alam akherat.

Dari dua contoh di atas, sebagai bukti akan kebesaran Allah yang menghidupkan dari yang mati dan mengelurkan yang mati dari yang hidup. Sebagaimana Allah berfirman :

ﺝﺭﺨﺘﻭ

ﺕﻴﻤﻟﺍ

ﻥﻤ

ﻲﺤﻟﺍ

ﺝﺭﺨﺘﻭ

لﻴﻠﻟﺍ

ﻲﻓ

ﺭﺎﻬﻨﻟﺍ

ﺞﻟﻭﺘﻭ

ﺭﺎﻬﻨﻟﺍ

ﻲﻓ

لﻴﻠﻟﺍ

ﺞﻟﻭﺘ

ﺏﺎﺴﺤ

ﺭﻴﻐﺒ

ﺀﺎﺸﺘ

ﻥﻤ

ﻕﺯﺭﺘﻭ

ﻲﺤﻟﺍ

ﻥﻤ

ﺕﻴﻤﻟﺍ

.

Engkau masukkan malam ke dalam siang dan engkau masukkan siang

ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezki siapa yang engkau kehendaki tanpa hisab ( batas ).” ( QS. ‘Al ΄Imrân { 3 } :

27 )

ﻲﺤﻟﺍ

ﻥﻤ

ﺕﻴﻤﻟﺍ

ﺝﺭﺨﺘﻭ

ﺕﻴﻤﻟﺍ

ﻥﻤ

ﻲﺤﻟﺍ

ﺝﺭﺨﺘﻭ

maksud dari penggalan dari

ayat di atas, Dialah mengelurkan atau menghidupkan tumbuhan dari biji ( yang mati ) dan biji dari tumbuhan, menghidupkan pohon kurma dari biji kurma dan biji kurma dari pohon kurma, dari seorang Mukmin ( yang hidup hatinya ) lahir seorang Kafir ( yang hatinya mati ) dan dari seorang Kafir lahir

seorang Mukmin, mengelurkan ayam dari telur dan telur dari ayam dan begitulah seterusnya.14

Semua keterangan di atas, sebagai contoh untuk manusia dan bukti kuat akan kudrat dan kuasa Allah untuk mengeluarkan yang mati menjadi hidup dan mengeluarkan yang hidup menjadi mati, hal tersebut mudah bagi Allah Swt.

4. Alam Tumbuhan

Di sekitar hidup manusia sering kali didapati biji tumbuhan yang menyerupai kerasnya seperti batu ketika dipegang, terkadang dipakai sebagai alat bermain oleh anak-anak kecil dan tak pernah terlintas oleh akal mereka adanya kehidupan di dalamnya. Apabila biji tumbuhan yang mati dan keras seperti batu itu, diletakkan tanah yang gembur dan subur, maka biji yang mati tersebut akan pecah dan mengelurkan kehidupan baru yang tak pernah tergambar dan terlintas oleh akal manusia. Allah berfirman dalam al-Qur’an :

ﻲﺤﻟﺍ

ﻥﻤ

ﺕﻴﻤﻟﺍ

ﺝﺭﺨﻤﻭ

ﺕﻴﻤﻟﺍ

ﻥﻤ

ﻲﺤﻟﺍ

ﺝﺭﺨﻴ

ﻯﻭﻨﻟﺍﻭ

ﺏﺤﻟﺍ

ﻕﻟﺎﻓ

ﷲﺍ

ﻥﺇ

ﻥﻭﻜﻓﺅﺘ

ﻰﻨﺄﻓ

ﷲﺍ ﻡﻜﻟﺫ

.

Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengelurkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. ( yang memiliki sifat-sifat )

demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling. ( QS. al- ‘An΄âm { 6 } : 95 )

Dan tanpa diragukan, semua ini menjadi argumen yang kuat dan sesuatu yang mudah untuk menghidupkan kembali manusia di hari kiamat, dan ini sebagai modal gambaran manusia dengan berbagai contoh yang dikemukakan al-Qur’an yang berkenaan dengan hari kebangkitan.

Dari semua uraian di atas, argumen melalui alam bumi, alam manusia, alam hewan dan alam tumbuhan tanpa diragukan lagi akan kuasa Allah untuk membangkitan semua makhluk-Nya yang telah mati di hari kiamat nanti.

Dokumen terkait