• Tidak ada hasil yang ditemukan

Achmad Zirzis Marwih Argumen Al quran Tentang Hari Kebangkitan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Achmad Zirzis Marwih Argumen Al quran Tentang Hari Kebangkitan"

Copied!
191
0
0

Teks penuh

(1)

ARGUM EN AL-QUR’AN TENTA NG

HARI KEBA NGKITAN

Tesis ini diajukan untuk penyelesaian studi di Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri ( UIN )

Syarif Hidayatullah Jakarta

Ole h

Ach m a d Zir zis M a r w ih N I M : 0 2 .2 .0 0 .1 .0 5 .0 1 .0 1 2 1

Pe m bim bin g

Pr of . Dr . H a m da n i An w a r

D r . A. W a h ib M u΄t h i

KONSENTRASI TAFSIR HADIS

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Daftar Isi

BAB. I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……… 3

B. Permasalahan ………. 13

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ……… 14

D. Kajian Kepustakaan ………... 14

E. Metode Penelitian ……….. 17

F. Sistematika Pembahasan ……….….. 19

BAB. II HAKEKAT HARI KEBANGKITAN A. Pengertian Hari Kebangkitan ...……… 21

B. Kebangkitan Dalam al-Qur’an ..………... 29

C. Proses Kebangkitan ………... 43

D. Kehidupan Dunia Dan Kefanaan Dunia …....……… 45

E. Kehidupan Akherat …………..……….. 58

BAB. III PERISTIWA-PERISTIWA YANG BERKAITAN DENGAN HARI KEBANGKITAN A. Alam Barzakh ……….. 63

B. Hari Akhir ……… ... 72

C. Hari Pengumpulan ………. …... 88

D. Hari Perhitungan ……… ……… .. 99

(3)

BAB. IV ARGUMEN AL-QUR’AN TENTANG HARI KEBANGKITAN

A. Argumen Melalui Alam ………... 126

B. Argumen Melalui Sejarah ……… 142

C. Argumen Melalui Analogi ………... 157

D. Hikmah Yang Terkandung Dari Hari Kebangkitan …………... 175

BAB. V PENUTUP Kesimpulan ………... 182

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sejak al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dan sudah empat belas abad lamanya, al-Qur’an masih sebagai cahaya, petunjuk, ilham dan ilmu pengetahuan untuk semua manusia khususnya untuk orang-orang muslim, dan mereka memetik darinya sesuatu untuk kemaslahatan agama dan dunia.1 Al-Qur’an yang membimbing dan mengarahkan manusia kejalan

yang benar agar ia mendapatkan keselamatan di dunia dan kebahagian di akherat kelak.

Al-Qur’an yang sebagian besar isinya banyak menceritakan tentang keadaan umat-umat terdahulu, para Nabi dan Rasul, peristiwa atau kejadian yang menimpah umat terdahulu seperti banjir taupan pada kaum Nabi Nuh As. dan yang lainnya, tak kalah penting diceritakan pula di dalamnya tentang peristiwa kejadian hari akhir atau hari kiamat.

Salah satu di antara sendi-sendi ’arkân al-’imân ( rukun iman ) yang harus dipercayai oleh setiap mukmin adalah percaya akan adanya hari akhir,

1 Muhammad ‘Ibrahîm al-Jayûsyî, Dirâsât Qur’aniyyah, ( Mesir: Dâr Kutub Wa

(5)

di samping di dalamnya percaya kepada Allah, para Malaikat, kitab-kitab, para Nabi dan Rasul dan takdir baik dan buruk.

Dalam ilmu tauhid ada tiga perkara yang dibicarakan, pertama tentang masalah ketuhanan ( al-’Ilahiyât ) kedua tentang masalah kenabian ( al-Nubuwât ) ketiga tentang masalah hal-hal yang ghaib (al-Ghaybiyât atau al-Sam’iyât ) 2 dan perkara yang ghaib ini sering dikatakan dalam al-Qur’an,

sebagaimana Firman-Nya:

ﻡﻟﺍ

.

ﻥﻴﻘﺘﻤﻠﻟ

ﻯﺩﻫ

ﻪﻴﻓ

ﺏﻴﺭ

ﺏﺎﺘﻜﻟﺍ

ﻙﻟﺫ

.

ﻥﻴﺫﻟﺍ

ﺏﻴﻐﻟﺎﺒ

ﻥﻭﻨﻤﺅﻴ

ﻥﻭﻘﻔﻨﻴ

ﻡﻫﺎﻨﻗﺯﺭ

ﺎﻤﻤﻭ

ﺓﻼﺼﻟﺍ

ﻥﻭﻤﻴﻘﻴ

.

Alif laam miim, Kitab ( al-Qur’an ) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang takwa. ( yaitu ) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka ( QS. al-Baqarah { 2 } : 1-3 ) Adapun makna

ﺏﻴﻐﻟﺎﺒ

ﻥﻭﻨﻤﺅﻴ

ﻥﻴﺫﻟﺍ

pada ayat di atas ialah mereka yang beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, surga dan neraka, pertemuan-Nya, dan beriman kepada kehidupan setelah mati dan peristiwa hari kebangkitan.3

Jelas, bahwa hari akhir yang di dalamnya mencakup hari kebangkitan, termasuk dalam perkara yang ghaib yang harus diimani dan diyakini,

2 ‘Ahmad ‘Abû al-Sa΄âdât, Min al-΄Aqîdat al-’Islamiyyah, ( Kairo: Maktabah Ushûl al-Dîn, 1998 ), hal. 6

3 ‘Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al-΄Azhîm, ( Beirut : Dâr al-Kutub al-΄Alamiyyah, 1998 ), jil. I,

(6)

karena iman kepada hal yang ghaib merupakan tingktan iman yang paling tinggi, dengan diberi gelar dalam al-Qur’an al-Mutqûn ( orang-orang yang bertakwa ). Adapun al-Ghaybiyât atau al-Sam’iyât adalah sebuah perkara yang tidak dapat diketahui kecuali lewat al-Qur’an dan hadis, atau melalui penjelasan dari Nabi Muhammad Saw. sebab logika manusia tidak akan sanggup dan sampai untuk mencapai pengetahuan hal yang ghaib tanpa bantuan keduannya.

Hari akhir atau hari kiamat adalah unsur pokok dari elemen-elemen aqidah, lebih dari itu iman kepadanya merupakan unsur yang terpenting setelah mempercayai Allah Swt. hal ini dapat dijelaskan bahwa iman kepada Allah akan menumbuhkan keyakinan pada sumber pertama, yang dari-Nya tercipta seluruh alam semesta berserta isinya. Sedang iman kepada hari kiamat akan menguatkan keimanan, bagaimana akhir kesudahan seluruh materi yang pernah ada dialam dunia ini.

Memang ada hal pokok yang berkaitan dengan dengan keimanan yang mengambil tempat tidak sedikit dalam ayat-ayat al-Qur’an, pertama adalah uraian serta pembuktian tentang keesaan Allah Swt. dan kedua adalah uraian dan pembuktian tentang hari akhir.4 Al-Qur’an dan hadis Nabi tidak jarang

(7)

menyebutkan kedua hal bersamaan dan untuk mewakili rukun-rukun iman yang lainnya. Seperti disebutkan dalam beberapa ayat al-Qur’an :

ﻥﻴﻨﻤﺅﻤﺒ

ﻡﻫ

ﺎﻤﻭ

ﺭﺨﻵﺍ

ﻡﻭﻴﻟﺎﺒﻭ

ﷲﺎﺒ

ﺎﻨﻤﺁ

لﻭﻘﻴ

ﻥﻤ

ﺱﺎﻨﻟﺍ

ﻥﻤﻭ

.

Di antara manusia ada yang mengatakan : “ Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman ( QS. al-Baqarah { 2 } : 8 ) orang-orang Nasrani, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula meraka bersedih hati ( QS. al-Mâ’idah { 5 } : 69 )

al-Ja΄fî, seorang ulama hadis terkenal dan beliau wafat pada umur enam puluh dua tahun

pada tahun 256 H., ( ‘Ibn Hajar al-΄Asqalânî, Taqrîb al-Tahzîb, ( Dâr al-Fikr, 1995 ), cet. I, jil. II, hal. 502)

6 Beliau adalah ‘Abû Husayn Muslim ‘Ibn al-Hajjaj ‘Ibn al-Qusyayrî al-Naysâbûrî,

seorang ulama hadis dan fiqh, wafat pada usia lima puluh tujuh tahun pada tahun 261 H. , (

Ibid. jil. II, hal. 581)

7 Beliau adalah salah satu sahabat Rasullah yang banyak meriwayatkan hadis, para

(8)

ﺓﺭﻴﺭﻫ

ﻲﺒﺃ

ﻥﻋ

beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia menghormati tamunya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata benar atau diam.8

Ayat-ayat al-Qur’an dan nash hadis menjelaskan bahwa beriman kepada Allah dan hari akhir mencakupi seluruh hal-hal yang ghaib, termasuk di dalamnya peristiwa hari kebangkitan, untuk dapat mempercayai adanya hari akhir ( kehidupan akherat ) seseorang harus lebih dahulu percaya bahwa setelah mati orang akan dibangkitkan hidup lagi, dan hidup yang terakhir sifatnya kekal abadi tanpa akhir.

Oleh karena itu percaya atau tidak percayanya seseorang pada kehidupan akherat tergantung kepada percaya atau tidak percayanya kepada bangkitnya kembali semua orang yang telah mati, di mana sebelum terjadinya peristiwa hari kebangkitan, alam semesta beserta isinya dihancurkan kemudian barulah manusia seluruh manusia, dari manusia pertama Adam As. hingga manusia akhir zaman akan dibangkitkan,

Hurayrah wafat pada usia tujuh puluh delapan tahun pada tahun 57 H. , ( Ibid. jil. II, hal. 774)

8 al-Bukhârî, Shahîh al-Bukhârî. Kitâb al-Adab Bâb Man Kâna Yu’min Billah Wa al-Yawm

al-‘Akhîr, no. hadis: 6018, ( Beirut : al-Maktabah al-΄Ashriyyah, 1997 ), jil. IV, hal.1903, dan

Muslim, Shahîh Muslim, Kitâb al-’Imân Bâb al-Hatsts ΄Alâ ‘Ikrâm al-Dlayf Wa al-Jâr, no.

(9)

kemudian dikumpulkan di hadapan Allah dan dihitung dan dimintai pertanggungjawabannya apa-apa yang telah dilakukan di dunia.

Dari ayat diatas, iman kepada Allah tidak akan sempurna tanpa diiringi dengan iman kepada hari akhir atau sebaliknya, karena keduanya sangat berkaitan dan akan mendorong, memotivasi manusia untuk selalu melakukan amal-amal kebajikan dan kebaikan serta menjauhkan perbuatan keburukan dan kejelekan di dunia.

Allah Swt. mengutus para Nabi dan Rasul-Nya dari Nabi Adam As. Hingga Nabi terakhir Muhammad Saw. Agar selalu untuk menyerukan untuk beriman kepada Allah dan hari akhir , seperti :

1. Peringatandan seruan Nabi Nuh As. Kepada umatnya agar beriman kepada Allah dan hari akhir sebagaimana dikisahkan dalam al-Qur’an pada surat Hûd :

ﺩﻘﻟﻭ

ﻥﻴﺒﻤ

ﺭﻴﺫﻨ

ﻡﻜﻟ

ﻰﻨﺇ

ﻪﻤﻭﻗ

ﻰﻟﺇ

ﺎﺤﻭﻨ

ﺎﻨﻠﺴﺭﺃ

.

ﻰﻨﺇ

ﷲﺍ

ﻻﺇ

ﺍﻭﺩﺒﻌﺘ

ﻥﺃ

ﻡﻴﻟﺃ

ﻡﻭﻴ

ﺏﺍﺫﻋ

ﻡﻜﻴﻠﻋ

ﻑﺎﺨﺃ

.

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, ( dia berkata ) : “ sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah, sesungguh aku khawati kamu akan ditimpa azab ( pada ) hari yang sangat menyedihkan” . ( QS. Hûd { 11 } : 25-26)

2. Seperti do’a Nabi Ibrahim As. Sebagaimana firman-Nya :

ﻡﻭﻘﻴ

ﻡﻭﻴ

ﻥﻴﻨﻤﺅﻤﻠﻟ

ﻱﺩﻟﺍﻭﻟ

ﻰﻟ

ﺭﻔﻏﺍ

ﺎﻨﺒﺭ

ﺏﺎﺴﺤﻟﺍ

(10)

Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mu’min pada terjadinya hisab ( hari kiamat )” (QS. ‘Ibrâhîm

{ 14 } : 41 )

3. Seruan Nabi Syuaib kepada kaumnya untuk selalu beriman kepada Allah dan hari akhir. Seperti firman Allah :

ﻥﻴﺩﺴﻔﻤ

ﺽﺭﻷﺍ

ﻰﻓ

ﺍﻭﺜﻌﺘ

ﻻﻭ

ﺭﺨﻵﺍ

ﻡﻭﻴﻟﺍ

ﺍﻭﺠﺭﺍﻭ

ﷲﺍ

ﺍﻭﺩﺒﻋﺍ

ﻡﻭﻗ

ﺎﻴ

.

Hai Kaumku, sembahlah olehmu Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan. ( QS. al-Ankabût { 29 } : 36 )

Dan masih banyak lagi contoh yang lain, yang berkaitan pada ayat di atas, tentang seruan para Nabi dan Rasul berkenaan hari kiamat yang di dalam termasuk hari kebangkitan.

Dalam al-Qur’an sering kali diceritkan proses akan terjadinya hari kebangkitan manusia dari tidurnya, sebagimana Allah Swt. berfirman pada :

(11)

Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakkan saja yang membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar, lalu mereka tidak kuasa membuat wasiatpun dan tidak pula dapat kembali kepada keluarganya, dan tiuplah sangkakala, mak tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya ( menuju ) tuhan mereka. ( QS. Yasin { 36 } : 49 - 51 )

Kedua ayat diatas, menjelaskan dengan gamlang peristiwa hari kebangkitan, sebagaimana diceritakan sebelum terjadinya kebangkitan manusia dari kuburnya masing-masing, diawali dengan peniupan sangkakala pertama yang ditandai dengan hancurnya alam semesta akibat goncangan yang sangat dahsyat ketika itu manusia dan alama bagaikan kertas atau bulu-bulu hewan yang berterbangan9 dan dilanjutkan dengan

dibangkitkannya manusia dari kuburnya masing-masing secara kolektif dan serentak, kemudian seluruh manusia di kumpulkan di padang mahsyar untuk ditindak lanjuti dengan perhitungan amal kebaikan dan keburukan manusia, hingga pada akhirnya orang-orang yang taat mendapatkan kebaikaanya yaitu surga dan orang-orang yang ingkar dari keingkarannya berupa neraka. Dan semuanya itu telah digambarkan secara gamblang dalam al-Qur’an.

Akan tetapi dari penjelasan diatas, masih banyak manusia terutama mereka yang ingkar dan kafir kepada Allah Swt. mereka ingkar bukan

(12)

karena mereka tidak memahami kandungan isi dari ayat al-Qur’an tetapi ketidakpercayaan mereka adanya kehidupan setelah mati, atau hidupnya kembali orang-orang yang telah mati, dimana jasad yang telah hancur dan menyatu dengan tanah. Karena hal tersebut menurut pandangan mereka sulit diterima dan dicerna oleh akal manusia dan hal tersebut mustahil terjadi, sehingga banyak kemungkaran yang terjadi di dunia, sebab dalam pandangan hidup mereka, hidup hanya di dunia tidak ada kehidupan di luar dunia atau alam akherat. Sebagaimana diabadikan perkataan mereka dalam al-Qur’an pada surat al-‘An΄âm ayat 29, tentang keingkaran mereka terhadap

hari kebangkitan :

ﻨﺩﻟﺍ

ﺎﻨﺘﺎﻴﺤ

ﻻﺇ

ﻲﻫ

ﻥﺇ

ﺍﻭﻟﺎﻗﻭ

ﻥﻴﺜﻭﻌﺒﻤﺒ

ﻥﺤﻨ

ﺎﻤﻭ

ﺎﻴ

.

Dan tentu mereka mengatakan( pula ): “ Hidup hanyalah kehidupan di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan “ ( QS. al-‘An΄âm

{ 6 } : 29 )

(13)

B. PERMASALAHAN 1. Identifikasi Masalah

Dari permasalahan diatas dapat diidentifikasi, bahwa permasalahan hari akhir, banyak hal-hal atau fase-fase yang terjadi seperti : ditiupnya sangkakala pertama bertanda hancurnya seluruh alam semesta ( al-Qur’an banyak menggambarkan kejadiannya ), dan tiupan kedua dimana manusia dibangkitkan kembali yang disebut Yawm al-Ba΄st atau Yawm al-Nusyûr ,

kemudian dikumpulkannya manusia oleh di padang mahsyar disebut Yawm

al-Hasyr dan dihitungannya semua amal manusia apa-apa yang mereka lakukan ketika didunia disebut Yawm al-Hisâb, hingga yang terakhir orang mukmin dari amal kebaikannya dibalas dengan surga ( al-Jannah ) dan orang kafir dari kekafirannya dan keingkarannya dibalas dengan neraka ( al-Nâr ). 2. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

(14)

a. Bagaimana al-Qur’an membuktikan kebenaran tentang hari kebangkitan ?

b. Dapatkan akal ( logika ) manusia untuk membuktikan kebenarannya ?

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN 1. Tujuan penelitian :

a. Menguatkan argumen al-Qur’an tentang terjadinya hari

kebangkitan, serta menepis ketidakpercayaan mereka ( orang-orang kafir ).

b. Menghilangkan dan menenangkan hati dari segala keraguan. c. Membenarkan dan menyakini peristiwa hari kebangkitan

dengan melalui ayat-ayat al-Qur’an.

2. Signifikansi penelitian

a. Memberikan kemudahan bagi mereka yang ingin memahami peristiwa hari kebangkitan dalam tinjauan al-Qur’an.

b. Sebagai sumbangan untuk khazanah ilmu pengetahuan islam.

D. KAJIAN KEPUSTAKAAN

(15)

namun pembahasan tentang hari kebangkitan lebih khusus dan mendalam, dengan lebih banyak mengungkapkan dan menguraian ayat-ayat al-Qur’an tentang argumen hari kebangkitan sepanjang pengetahuan penulis belum ada yang mengupasnya, jikalau ada pembahasan mereka tidak terlalu detail dan mendalam, mereka hanya beberapa ayat saja diangkat dan penjelasannya pun sangat singkat. Seperti :

1. ΄Aqidat al-Mu’min karya ‘Abû Bakr Jâbir al-Jazâirî, buku ini

membahas masalah Arkân al-’Īmân ( rukun-rukun iman ) yang

termasuk didalamnya iman kepada hari kebangkitan, akan tetapi tentang hari kebangkitan sangat pendek hanya menyebutkan beberapa ayat tanpa penjelasan yang cukup.

2. Mîn al-΄Aqîdat al-‘Islamiyyah karya ‘Ahmad ‘Abû Al-Sa΄âdât, buku ini

membahas hal-hal yang ghaib termasuk di dalamnya berbicara masalah hari kebangkitan akan tetapi beliau tidak menyinggung banyak masalah hari kebangkitan sebatas istilah hari kebangkitan. 3. Jalâl al-Fikr Fi al-Tafsîr al-Mawdlu΄ Li ‘Âyât min al-Dzikr karya Jum΄at

΄Alî ΄Abd al-Qadîr, didalam bukunya pada bab VII beliau

(16)

4. ΄Aqidat al-Mu’min Fi Dliyâ’ al-Kitâb al-Mubîn karya Thaha ΄Abd

al-Salâm Khudlayr, pada bukunya bagian kedua ini berbicara masalah Rasul dan al-Sam΄iyât, pada bab ini pembicaraan sangat singkat dan

kurang sistematis dalam uraian hari kebangkitan.

5. Dirâsât Fi al-΄Aqîdat al-Islamiyyah karya ΄Awadlullah Jâd Hijâzî, buku

ini berbicara tentang aqidah islamiah dan penjelasan dari kebangkitan sangat singkat dan pendek.

Dari penelitian penulis di program pasca sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah belum ada tesis yang mengupas tentang hari kebangkitan, kalaupun ada pembahasannya berkenaan “ Pembalasan Di Akherat Menurut al-Qur’an ( sebuah kajian tematik ) ditulis oleh mahasiswa IAIN Alaudin yaitu Mahyuddin. beliau hanya menguraikan term-term yang berkenaan dengan pembalasan di akherat dan gambaran surga dan neraka sebagai tempat pembalasan.10

E. METODE PENELITIAN

1. Metode Pengumpulan Data

Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian keperpustakaan ( Library Research ) ; karena semua datanya

10 Dapat dilihat tesisnya di perpustakaan pasca sarjana UIN Syarif hidayatullah Jakarta, (

(17)

bersumber dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan langsung dan tidak langsung pada topik yang dibahas, karena studi ini secara langsung berkaitan dengan al-Qur’an, maka sumber utama dan pertama adalah kitab suci al-Qur’an, mushaf yang digunakan sebagai pegangan adalah al-Qur’an dan terjemahnya cetakan Mujamma΄ al-Mâlik Fahd Litibâ΄at al-Mushhaf

al-Syarîf, Kerajaan Saudi Arabia. Dan sumber-sumber ialah kitab-kitab tafsir yang dianggap memadai, seperti ; Tafsir al-Qur’an al-΄Azhîm karya ‘Ibn Katsîr,

Tafsîr al-Kasysyâf karya al-Zamakhsyarî, al-Jâmi’ Li ‘Ahkâm al-Qur’ân karya ‘Abû ΄Abdullah Muhammad ‘Ibn ‘Ahmad al-Qurthubî, ‘Anwâr al-Tanzîl Wa ‘Asrâr al-Ta’wîl karya al-Baydlâwî, al-Mîzân Fi al-Tafsîr kaya al-Thabâthabâ’î,

Tafsir al-Manâr karya Muhammad Rasyîd Ridlâ, al-Tafsîr al-Wâdhih, karya Muhammad Mahmûd Hijâzî, Shafwat al-Tafâsîr, karya Muhammad ΄Alî

al-Shâbûnî dan ‘Aysar al-Tafâsîr karya ‘Abû Bakr Jâbir al-Jazâ’irî dan lain-lainnya. Adapun data-data penunjang seperti kitab-kitab hadis, seperti Shahîh al-Bukhârî karya al-Bukhârî, Shahîh Muslim karya Muslim, Sunan ‘Abû Dâwud

(18)

2. Metode Pembahasan

Metode yang dipilih penulis dalam penulisan tesis ini adalah metode

maudlu΄î atau tematik, dan memang bermacam-macam corak penafsiran

metode tematik, salah satunya ialah tafsir maudlu΄î terhadap tema-tema

dalam al-Qur’an, dan metode ini yang penulis pilih. Adapun langkah-langkah yang dilakukan :

a. Menentukan tema masalah yang akan dibahas.

b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan tema tersebut.

c. Menyusun ayat sesuai dengan kronologis turunnya, disertai pengetahuan tentang asbâb al-nujûl.

d. Memahami munâsabah ( kolerasi ) ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing-masing.

e. Menyusun kerangka pembahasan yang sempurna ( outline ). f. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan.

(19)

bertentangan, sehingga kesemuanya bertemu dalam satu muara, tanpa perbedaan atau pemaksaan.11

3. Metode Penulisan

Mengenai teknis penulisan tesis ini, penulis berpedoman kepada buku “ Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi” yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press tahun 2002.

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Tesis ini terdiri atas lima bab, yang terdiri dari satu bab pendahuluan, tiga bab pembahasan dan satu bab penutup dan kesimpulan.

Baba pertama adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, permasalahan, tujuan dan kegunanaan penelitian, kajian kepustakaan, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua adalah hakekat hari kebangkitan yang memaparkan tentang pengertian hari kebangkitan, kebangkitan dalam al-Qur’an yang dipaparkan seruan para Nabi tentang terjadinya hari kebangkitan, mereka yang mengingkari hari kebangkitan dan menjelaskan apakah hari kebangkitan dengan ruh dan jasad atau dengan ruh saja, dan menjelaskan proses kebangkitan dalam al-Qur’an dan hadis, dan bagaimana kehidupan di dunia

11΄Abd al-Hayy Farmawî, al-Bidâyah Fi al-Tafsîr al-Mawdlû’î, ( Kairo : Hadlârah

(20)

serta tugas dan tujuan hidup manusia, kefanaan dunia, dan kehidupan akherat.

Bab ketiga, menjelaskan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan hari kebangkitan, seperti: alam barzakh, hari akhir, hari pengumpulan, hari perhitungan dan hari pembalasan.

Bab keempat menguraikan argument al-Qur’an tentang hari kebangkitan. dengan argumen melalui alam seperti; alam bumi, alam manusia, alam hewan dan alam tumbuhan, dan argumen melalui sejarah dan analogi ( kias ) serta hikmah yang terkandung dari hari kebangkitan.

Bab kelima yaitu penutup, penulis menarik kesimpulan dari isi tesis ini secara keseluruhan sebagai penegasan terhadap permasalahan yang diangkat dan diakhiri daftar pustaka.

(21)

BAB II

HAKEKAT HARI KEBANGKITAN

A. PENGERTIAN HARI KEBANGKITAN

Memang terdapat banyak sekali di dalam al-Qur’an, kata-kata atau term-term yang memiliki atau mengandung makna hari kebangkitan, di antara lain kata-kata itu adalah :

1. Yawm al-Ba΄ts

(

ﺙﻌﺒﻟﺍ

ﻡﻭﻴ

)

Yawm al-Ba΄st terdapat dalam al-Qur’an yang berarti hari kebangkitan,

kata al-Ba΄st berasal dari kata bahasa arab yaitu :

ﹰﺎﺜﻌﺒ

ﹸﺙﻌﺒﻴ

ﹶﺙﻌﺒ

yang

memiliki dua makna1 yang masing-masing berbeda :

a. Al-’ Irsâl (

لﺎﺴﺭﻹﺍ

)

yang berarti mengutus atau mengirim sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an :

ﻱﺫﻟﺍ

ﻭﻫ

ﺙﻌﺒ

ﺯﻴﻭ

ﻪﺘﺎﻴﺁ

ﻡﻬﻴﻠﻋ

ﻭﻠﺘﻴ

ﻡﻬﻨﻤ

ﹰﻻﻭﺴﺭ

ﻥﻴﻴﻤﻷﺍ

ﻲﻓ

ﻡﻬﻤﻠﻌﻴﻭ

ﻡﻬﻴﻜ

ﺔﻤﻜﺤﻟﺍﻭ

ﺏﺎﺘﻜﻟﺍ

.

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yag membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,

(22)

mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah memiliki makna mengutus atau mengirim, dan masih banyak lagi contoh-contoh ayat seperti di atas. padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang yang di dalam kubur ( QS. al-Hajj { 22 } : 7 )

(23)

ﻥﺎﻤﻴﻹﺍﻭ

ﻡﻠﻌﻟﺍ

ﺍﻭﺘﻭﺃ

ﻥﻴﺫﻟﺍ

لﺎﻗﻭ

dalam kubur ) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; maka inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tiak menyakini ( QS. al-Rûm { 30 } : 57 )

Dari semua ayat-ayat di atas sangatlah jelas dan dapat disimpulkan bahwa kata ba΄atsa itu mempunya dua makna yaitu pertama mengutus atau

mengirim dan kedua membangkitkan atau menghidupkan kembali, akan tetapi makna yang paling banyak dikandung oleh kata ini adalah pembangkitan dari kubur. Dan dari kata inilah ( ba΄atsa ) tercipta kata

al-bâ΄ist yang merupakan salah satu dari sembilan puluh sembilan nama Allah

(24)

dibangkitkan mereka dari kuburannya masing-masing setelah Allah kumpulkan bagian-bagian anggota tubuh mereka yang asli.3

Atau :

ﺔﻴﻗﺎﺒﻟﺍ

ﺓﺎﻴﺤﻟﺍ

ﻰﻟﺇ

ﺕﻭﻤﻟﺍ

ﺩﻌﺒ

ﺩﺎﺴﺠﻷﺎﺒ

ﺙﻌﺒﻟﺍ

Bangkitnya kembali jasad-jasad yang telah mati menuju kehidupan yang abadi. 4

Dari dua istilah diatas bahwa al-Ba΄st pada intinya adalah

menghidupkan kembali atau membangkitkan orang-orang yang mati untuk bersiap-siap menuju kehidupan yang baru yaitu kehidupan di alam akherat. 2. Yawm al-Khurûj (

ﺝﻭﺭﺨﻟﺍ

ﻡﻭﻴ

)

Hari kebangkitan dalam al-Qur’an disebut juga dengan Yawm al-Khurûj, kata al-khurûj berasal dari kata :

ﹰﺎﺠﻭﺭﹸﺨ

-

ﺝﺭﹾﺨﻴ

-

ﺝﺭﹶﺨ

yang berarti keluar5,

adapun dalam al-Qur’an disebutkan :

ﺎﻬﻨﻤﻭ

ﻡﻜﺩﻴﻌﻨ

ﺎﻬﻴﻓﻭ

ﻡﻜﺎﻨﻘﻠﺨﺎﻬﻨﻤ

ﻡﻜﺠﺭﺨﻨ

ﻯﺭﺨﺃ

ﺓﺭﺎﺘ

.

Dari bumi ( tanah ) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akam mengembalikan kamu dan dari padanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain ( QS. Thaha { 20 } : 55 )

3 Thaha ΄Abd al-Salâm Khudlayr, ΄Aqidat al-Mu’minîn Fi Dliyâ’ al-Kitâb al-Mubîn, ( Kairo: Wizârat al-‘Awqâf, 2001 ), jil. II, hal. 76

4 ‘Ahmad ‘Abû al-Sa΄âdât, Min al-΄Aqîdat al-’Islamiyyah. , hal. 82

5 ‘Ibn Manzhûr,Lisân al-΄Arab. , juz III, hal.73-74, dan Muhammad ‘Ibn ‘Abû Bakr ‘Ibn

(25)

ﻡﻭﻴ

ﻯﺭﺨﺃ

ﺓﺭﺎﺘ

ﻡﻜﺠﺭﺨﻨ

pada surat Thaha ayat 55 yaitu menyusun kembali bagian-bagian tubuh yang hancur yang telah menyatu dengan tanah seperti semula dan mengembalikan ruh kepadanya.7

Muhammad ‘Ibn ΄Alî al-Baydlawî al-Syâfi΄î, karya terkenal beliau adalah sebuah kitab tafsir

yaitu : ‘Anwâr al-Tanzîl W a ‘Asrâr al-Ta’wîl, atau yang lebih dikenal dengan Tafsir al-Baydlâwî,

(26)

Dari penjelasan diatas, bahwa yawm al-khurûj adalah keluar atau bangkitnya manusia yang telah mati dari kuburnya untuk menuju kehidupan akherat. Kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali ( QS.

΄Abasa { 80 } : 21-22 ) awan, maka Kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan air hujan, demikianlah kebangkitan itu. ( QS. Fâthir { 35 } : 9 )

10‘Ibn Manzhûr, Lisân al-΄A rab , juz VII, hal.61-63, dan Muhammad ‘Ibn ‘Abû Bakr ‘Ibn

(27)

Kata

ﺭﻭﺸﻨﻟﺍ

ﻙﻟﺫﻜ

pada surat Fathîr ayat 9 inilah perumpaman bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati sebagaimana Ia menghidupkan negeri yang kering atau mati dengan cara menurunkan hujan kepadanya kemudian hiduplah negeri itu.11

4. Yawm al-Qiyâmah (

ﺔﻤﺎﻴﻘﻟﺍ

ﻡﻭﻴ

)

dari segi bahasa Yawm al-Qiyâmah disebut juga dengan Yawm al-Ba΄ts

yang berasal dari kata

ﺔﻤﺎﻴﻗ

ﻡﻫﺭﻭﺒﻗ

ﻥﻤ

ﻕﻠﺨﻟﺍ

ﻡﺎﻗ

ﺭﺩﺼﻤ

ﻪﻠﺼﺍ

(berdirinya makhluk dari kuburnya ). Dan dinamakan yawm al-qiyâmah atau yawm al-ba΄ts

karena berdiri di dalamnya semua makhluk dan akan menghadap Allah Swt.12 sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an:

ﻡﺴﻗﺃﻻ

akan mengumpulkan ( kembali ) tulang belulangnya ? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun ( kembali ) jari-jemarinya dengan sempurna ( QS. al-Qiyâmah { 75 } : 1-3 )

Hari kiamat atau Yawm al-Qiyâmah adalah hari kebangkitan dari kehancuran, yaitu dibangkitkannya manusia setelah terjadinya kehancuran total dari kehidupan alam besar, yang ditandai adanya goncangan dan

11 al-Baydlâwî, ‘Anwâr al-Tanzîl W a ‘Asrâr al-Ta’wîl, jil. II, hal. 269

(28)

terganggunya keseimbangan kehidupan alam, sehingga terjadi kerusakan yang dahsyat.13 itulah sebabnya hari kiamat disebut juga sebagai hari

kebangkitan manusia dari kematiannya, karena pada hari itu diyakini adanya kebangkitan manusia dari kematiannya, seperti ditegaskan dalam al-Qur’an :

Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan ( dari kuburmu ) di hari kiamat ( QS. al-Mu’minûn { 23 } : 15-16 )

5. Ba΄tsara (

ﺭﺜﻌﺒ

) yang berarti

ﺝﺭﺨﺘﺴﺍ

ﻭﺍ

ﺝﺭﺨﺍ

,

ﺙﻌﺒ

yang artinya

Membangkitkan atau mengeluarkan14, kata ini hanya terdapat di dua tempat

dalam al-Qur’an dan hanya berbentuk kata kerja dan tidak berbentuk

(29)

Pada surat al-΄Adiyât ayat 9 terdapat kata

ﺭﺜﻌﺒ

akan tetapi ada yang

membacanya

ﺭﺜﺤﺒ

yaitu dengan huruf ha.15 dan kedua ayat diatas memiliki

makna yang sama yaitu membangkitkan.

Dari semua uraian di atas, bahwa kata al-ba΄st, khurûj, nusyûr dan

al-qiyâmah memiliki terkandung istilah dan makna yang sama yaitu menghidupkan kembali, membangkitkan, mengelurkan dan membangunkan mereka yang telah mati dari kuburnya masing-masing, akan tetapi kata al-ba΄st lebih sering digunakan oleh para ulama tauhid dalam hal yang

berkenaan hari kebangkitan sebab makna yang paling banyak dikandung kata ini kebangkitan dari kubur.

B. KEBANGKITAN DALAM AL-QUR’AN

Sesungguhnya dalil yang menunjukan adanya kebangkitan para makhluk di dalam al-Qur’an adalah diiringi dengan mengesakan Allah dan beriman kepada-Nya. Dan al-Qur’an menyebutkan begitu banyak perihal hari kiamat, bahkan hampir tak satu pun surat dari al-Qur’an yang tidak menampilkan pembahasan perihal hari kiamat. Dan juga uraiannya tentang hal-hal yang dapat mendekatkan jiwa dan nurani, yang terkadang mengunanakan keterangan pendekatan realita, terkadang pula dengan

15 al-Zamakhsyarî, Tafsîr al-Kasysyâf, ( Beirut : Dâr ’Ihyâ’ al-Turâts al-΄Arabî, 1997 ) jil.IV,

(30)

mengajukan tamsil atau perumpamaan. Walaupun tidak secara langsung menyebutkan kata hari kebangkitan dan lebih banyak menggunakan kata

yawm al-âkhir ( hari akhir ) atau yawm al-qiyâmah ( hari kiamat ) akan tetapi di dalam mencakupi macam-macam peristiwa salah satu diantaranya hari kebangkitan, itulah sebabnya hari akhir atau hari kiamat memiliki banyak nama dan pada setiap nama memberikan pengertian atas apa yang terjadi pada hari itu, yang seluruhnya berupa kesulitan dan derita.

Seperti : Yawm al-Ba΄ts, Yawm Khurûj, Yawm Nusyûr, Yawm

al-Qiyâmah ( hari kebangkitan ), Yawm al-Hasyr, Yawm al-Jam΄ ( hari

pengumpulan ), Yawm al-Dîn (hari pembalasan ), Yawm al-Hisâb ( hari perhitungan ), Yawm al-Fashl ( hari keputusan ) Yawm al-Khulûd (hari kekal ),

Yawm al-Fath ( hari kemenangan ), Yawm al-Tanâd ( hari panggil memanggil ),

Yawm al-Wa΄îd ( hari ancaman ), al-Wâqi΄ah ( kejadian besar ), al-Zalzalah (

guncangan ), al-Qâri΄ah ( keributan )16 dan demikian banyaknya nama-nama

hari kiamat dapat menunjukan kepada sesuatu yang hebat dan besar. Tidak jauh bedanya dengan pedang, yang semakin penting keadaannya dan manfaatnya yang bisa digunakan dalam berbagai segi peperangan

16 Semua nama-nama hari akhir dapat di lihat pada : QS. al-Rûm { 30 } : 56, QS. Qaf { 50 } :

(31)

sampai persamaan katanya hingga lima ratus nama17. Sehingga untuk nama

hari kiamat bagi Allah yang disebutkan dalam al-Qur’an dalam beberapa macam itulah telah menunjukkan akan besarnya dan hebatnya kedudukan maupun keadaan tentang kiamat itu.

1. Seruan Para Nabi Tentang Tejadinya Hari Kebangkitan

Keimanan terhadap berita akan terjadinya kebangkitan manusia di hari akhir termasuk pangkal utama dalam keimanan. Para Rasul bersepakat bahwa Allah akan membangkitkan semua makhluknya setelah mati di waktu yang telah ditentukan, maka mereka yang taat akan mendapatkan ganjarannya dan mereka yang maksiat akan mendapatkan balasanya.18

Al-Qur’an sebagai kitab suci dari Allah yang telah mengungkapkan, bahwa para Nabi secara keseluruhan telah memperingatkan segenap umatnya tentang akan terjadinya hari akhir yang termasuk didalamnya hari kebangkitan.

Mereka memberitakan dengan adanya alam akherat yang di dalamnya ada dua tempat, yaitu; surga tempat penuh kenikmatan dan kesenangan dan neraka tempat penuh kesengsaraan dan kesedihan. Dalam perkara ini Allah

17 Hussein Khalid Bahreisj, Kiamat,Surga dan Neraka, ( Surabaya : CV. Amin Surabaya ),

hal. 19

18 Fakhr al-Dîn al-Râzî, al-Masâ’ il al-Khamsûn Fi ‘Ushûl al-Dîn, ( Beirut : Dâr al-Jayl, 1990 ),

(32)

swt. memerintahkan Nabi-Nya untuk bersumpah akan kepastiannya tentang kebangkitan manusia di hari akhir. Sebagaimana firman-Nya :

ﻡﻋﺯ

ﻡﺘﻠﻤﻋ

ﺎﻤﺒ

ﻥﺅﺒﻨﺘﻟ

ﻡﺜ

ﻥﺜﻌﺒﺘﻟ

ﻲﺒﺭﻭ

ﻰﻠﺒ

لﻗ

ﺍﻭﺜﻌﺒﻴ

ﻥﻟ

ﻥﺃ

ﺍﻭﺭﻔﻜ

ﻥﻴﺫﻟ

ﺭﻴﺴﻴ

ﷲﺍ

ﻰﻠﻋ

ﻙﻟﺫﻭ

.

Orang-orang yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. katakanlah : tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu kan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” . yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. ( QS. al-Taghabun { 64 } : 7 )

Ayat ini sangat jelas membantah orang-orang Kafir dan orang-orang Musyrik terhadap apa yang mereka dengan tidak adanya hari kebangkitan, dan Allah menyuruh Nabi Muhammad saw. menjawab tentang perkara ini dengan menggunakan sumpah dan sumpah Nabi yang mengenai hari akhir terdapat tiga ayat di tiga surat yang berbeda ; pertama surat Yûnus ayat 53, kedua surat Saba’ ayat 3, dan ketiga ayat diatas surat al-Taghabun ayat 7.19

dan dengan penguatan tiga ayat ini tidak ada kekaburan lagi sesudahnya. Bahkan Iblis20 la΄natullah alaih pun mempercayai adanya hari

kebangkitan. yaitu ketika Allah murka padanya, mengutuk dan mengusirnya untuk tidak bakal mendapati rahmat-Nya, maka Iblis lalu meminta untuk

19 ‘Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm ,jil. VIII, hal. 160

20 Makhluk yang Allah ciptakan dari Api, Nama aslinya adalah ΄Azazîl dan diriwayat

(33)

ditangguhkan umurnya hingga hari kiamat. Yang dalam al-Qur’an disebutkan :

ﻥﻭﺜﻌﺒﻴ

ﻡﻭﻴ

ﻰﻟﺇ

ﻲﻨﺭﻅﻨﺄﻓ

ﺏﺭ

لﺎﻗ

.

ﻥﻴﺭﻅﻨﻤﻟﺍ

ﻥﻤ

ﻙﻨﺈﻓ

لﺎﻗ

.

ﺕﻗﻭﻟﺍ

ﻡﻭﻴ

ﻰﻟﺇ

ﻡﻭﻠﻌﻤﻟﺍ

.

Iblis berkata : “ Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan” . Allah berfirman : “ Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang ditangguhkan, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya ( hari Kiamat )” . ( QS. Shad { 38 } : 79-81 )

Dan dibawah ini keterangan para Nabi kepada kaumnya yang menerangkan tentang kepastian hari kebangkitan, yaitu :

a. Nabi Nuh As. ( surat al-‘A΄râf ayat 59, surat Hûd ayat 26 dan surat

Nûh ayat 2-3 dan 17- 18 )

b. Nabi Hud As. ( surat Hûd ayat 60, surat al-Syu΄ara’ ayat 135 dan

surat al-‘Ahqâf ayat 21 )

c. Nabi Ibrahim As. ( surat al-Baqarah ayat 126, surat ‘Ibrâhîm ayat 41 dansurat al-Syu΄ara’ ayat 81-83 )

d. Nabi Syuaib As. ( surat al-΄Ankabût ayat 36 )

e. Nabi Musa As. ( surat Thaha ayat 14-16, 54-55 )

(34)

orang-orang yang telah mati dan iman terhadap perkara ini hukumnya wajib bagi setiap Muslim.21

2. Mereka Yang Mengingkari Hari Kebangkitan

Bahwa agama-agama samawi telah sepakat akan keimanan hari kebangkitan, dan pokok dasar dari keimanan ini ialah untuk menegakkan keadilan Tuhan atas perbuatan yang mereka lakukan di dunia. Bagi mereka yang berbuat baik atau berbuat buruk masing-masing akan mendapatkan balasannya, dan Allah tidak akan menyamai antara Mukmin dengan Kafir atau antara yang berbuat baik dengan yang berbuat buruk. Dan manusia di masa lampau maupun masa kini atau akan datang akan banyak yang mendustakan kejadian kiamat yang akan datang, kecuali mereka yang beriman dan bertakwa. Al-Qur’an menuturkan ada dua kelompok yang mendustakan hari kebangkitan ;

a. Kelompok kaum Kafir Makkah, orang Arab jahiliah begitu ingkar, dan mengadakan pertentangan yang begitu hebat. Sedikit pun mereka tidak percaya akan datangnya hari kebangkitan atau kelompok Mulhid atau Kafir yang memungkiri adanya Allah seperti kelompok pemikir yang beraliran materialisme atau kebendaan semata termasuk dalam hal ini adalah golongan komunisme. Mereka

(35)

mengingkari adanya ciptaan benda-benda di alam semesta yang berasal dari Allah Swt. sehingga mereka mengingkari adanya kebangkitan manusia yang telah mati, yang pada pokoknya mereka ingkar kepada adanya Allah Swt. sebagimana firman-Nya :

ﺍﻭﻟﺎﻗﻭ

ﺎﻴﺤﻨﻭ

ﺕﻭﻤﻨ

ﺎﻴﻨﺩﻟﺍ

ﺎﻨﺘﺎﻴﺤ

ﻻﺇ

ﻲﻫﺎﻤ

ﺭﻫﺩﻟﺍ

ﻻﺇ

ﺎﻨﻜﻠﻬﻴ

ﺎﻤﻭ

ﻙﻟﺫﺒ

ﻡﻬﻟ

ﺎﻤﻭ

ﻥﺇ

ﻡﻠﻋ

ﻥﻤ

ﻥﻭﻨﻅﻴ

ﻻﺇ

ﻡﻫ

.

Dan mereka berkata : “ Kehidupan ini tidak lain hanyalah dehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa” , dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. ( QS. al-Jâtsiyah { 45 } : 24 )

Kebangkitan kembali atau pertanggungjawaban manusia yang terakhir adalah sebuah ide yang sangat sulit untuk diterima oleh orang-orang Makkah jahiliah yang berpandangan sekuler. Disamping doktrin-doktrin monotheisme dan wahyu Allah, doktrin kebangktan kembali adalah yang paling sulit untuk mereka terima.22

b. Ada pula kelompok mereka yang mempercayai adanya kepercayaan kepada Allah yang maha pencipta, namun mereka tidak percaya kepada adanya kebangkitan pada hari akhir. Mereka itu kelompok Arab yang diterangkan dalam al-Qur’an yaitu :

22 Fazlur Rahman, Tema Pokok al-Qur’an, ( Bandung: Penerbit Putaka, 1996 ), cet. II, hal.

(36)

ﻥﻤ

ﻡﻬﺘﻟﺄﺴ

ﻥﺌﻟﻭ

ﷲﺍ

ﻥﻟﻭﻘﻴﻟ

ﺽﺭﻷﺍﻭ

ﺕﺍﻭﺎﻤﺴﻟﺍ

ﻕﻠ

.

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : “ Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” tentu mereka menjawab : “ Allah” . ( QS. Luqmân { 30 } : 25 )

Juga ada keragu-raguan mereka, seperti diterangkan dalam al-Qur’an :

ﻥﻭﺜﻭﻌﺒﻤﻟ

ﺎﻨﺇﺃ

ﺎﻤﺎﻅﻋﻭ

ﺎﺒﺍﺭﺘ

ﺎﻨﻜﻭ

ﺎﻨﺘﻤ

ﺍﺫﺇﺃ

ﺍﻭﻟﺎﻗ

menjadi tanah dan tulang beluang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan?. Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami telah diberi ancaman ( dengan ini ) dahulu, ini tidak lain hanyalah dikeluarkan ( dari kubur ) ?. Sesungguhnya kami telah diberi ancaman dengan ini dan ( juga ) bapak-bapak kami dahulu; ini tidak lain hanyalah dongeng-dongeng orang dahulu kala” . ( QS. al-Naml { 27 } : 67 - 68 )

(37)

bukti dengan keterangan bahwa Allah Maha Kuasa untuk membangkitkan mereka dan bapak-bapak mereka dari kuburnya.

Bahkan orang-orang yang menyekutukan Allah, mereka memberikan bantahan dengan keras terhadap akan tibanya hari kiamat. dengan berbagai daya dan upaya mereka mempertahankan perdirian yang sesat itu. Dengan cara yang maksimal, mereka mendustakan bahkan bersumpah penuh kesungguhan untuk memantapkan pendirian, bahwa kiamat merupakan sesuatu yang takkan pernah terjadi untuk selama-lamanya. Karena itu Allah membantah mereka, dengan menyatakan bahwa adanya kiamat itu merupakan puncak pemberlakuan keadilan Tuhan, sehingga akan dibedakan dengan nyata dan tegas mana yang haq dan mana yang batil. Sehingga dengan begitu siapa yang mempercayai dan siapa yang mendustakan akan tampak. Allah telah berfirman :

ﻡﻬﻨﺎﻤﻴﺃ

ﺩﻬﺠ

ﷲﺎﺒ

ﺍﻭﻤﺴﻗﺃﻭ

ﻥﻜﻟﻭ

ﹰﺎﻘﺤ

ﻪﻴﻠﻋ

ﹰﺍﺩﻋﻭ

ﻰﻠﺒ

ﺕﻭﻤﻴ

ﻥﻤ

ﷲﺍ

ﺙﻌﺒ

ﻥﻭﻤﻠﻌﻴ

ﺱﺎﻨﻟﺍ

ﺭﺜﻜﺃ

.

ﻡﻬﻨﺃ

ﺍﻭﺭﻔﻜ

ﻥﻴﺫﻟﺍ

ﻡﻠﻌﻴﻟﻭ

ﻪﻴﻓ

ﻥﻭﻔﻠﺘﺨﻴ

ﻱﺫﻟﺍ

ﻡﻬﻟ

ﻥﻴﺒﻴﻟ

ﻥﻴﺒﺫﺎﻜ

ﺍﻭﻨﺎﻜ

.

(38)

Inilah gambaran al-Qur’an tentang kelompok-kelompok yang mendustakan hari kebangkitan. dan ada pula kelompok yang tidak termasuk dalam kelompok agama samawi, dimana mereka percaya kepada hari kebangkitan akan tetapi tidak sama kepercayaannya dengan mereka yang termasuk dalam aliran agama-agama samawi ( berdasarkan wahyu ). 23

3. Hari Kebangkitan Dengan Ruh Dan Jasad Atau Dengan Ruh

Permasalahan kebangkitan kembali memang masih menjadi arena perdebatan terutama adalah apakah kebangkitan manusia di hari kiamat nanti dengan ruh saja tanpa jasad, atau dengan ruh dan jasad?. Al-Qur’an memang tidak memfokuskan pada masalah bagaimana proses kebangkitan kembali tersebut, akan tetapi lebih menekankan keimanan sesorang terhadap hari kebangkitan dan keimanan terhadap alam akherat yang terdapat surga tempat mereka yang melakukan kebaikan dan neraka tempat mereka yang melakukan keburukan.

Al-Qur’an ketika berbicara masalah metafisika selalu berada dalam

mawqif wasth ( posisi tengah-tengah ) yang terkadang menggambarkan secara

mahsûsah ( dapat diindera ) atau terkadang menggambarkan secara ghayr

(39)

mahsûsah ( tidak dapat diindera ).24 Misalnya ketika al-Qur’an berbicara

masalah zat Tuhan, terkadang berbicara dengan tajrîd ( tidak dapat dilihat ), seperti firmanNya :

ﺭﻴﺒﺨﻟﺍ

ﻑﻴﻁﻠﻟﺍ

ﻭﻫﻭﺭﺎﺼﺒﻷﺍ

ﻙﺭﺩﻴ

ﻭﻫﻭﺭﺎﺼﺒﻷﺍ

ﻪﻜﺭﺩﺘ

.

Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. ( QS. al-‘An΄âm { 6 } : 103 )

Atau terkadang al-Qur’an berbicara dengan tajsîm ( dapat dilihat ), seperti:

ﻴﺩﻴﺃ

ﻕﻭﻓ

ﷲﺍ

ﺩﻴ

ﷲﺍ

ﻥﻭﻌﻴﺎﺒﻴ

ﺎﻤﻨﺇ

ﻙﻨﻭﻌﻴﺎﺒﻴ

ﻥﻴﺫﻟﺍ

ﻥﺇ

ﻡﻬ

.

Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka. ( QS. al-Fath { 48 } : 10 )

Begitu pula ketika al-Qur’an berbicara masalah hari kebangkitan atau kebangkitan kembali selalu berada pada mawqif wasth yang terkadang berbicara hari kebangkitan atau kebangkitan kembali yang seakan-akan dengan ruh, seperti :

ﻱﺩﺎﺒﻋ

ﻲﻓ

ﻲﻠﺨﺩﺎﻓ

ﺔﻴﻀﺭﻤ

ﺔﻴﻀﺍﺭ

ﻙﺒﺭ

ﻰﻟﺇ

ﻲﻌﺠﺭﺍ

ﺔﻨﺌﻤﻁﻤﻟﺍ

ﺱﻔﻨﻟﺍ

ﺎﻬﺘﻴﺃﺎﻴ

ﻲﺘﻨﺠ

ﻲﻠﺨﺩﺍﻭ

.

24 Jum΄at ΄Alî ΄Abd al-Qadîr, Jalâl al-Fikr Fi al-Tafsîr al-Mawdlu΄ Li ‘Âyât min al-Dzikr,

(40)

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi ridla-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hambaKu, dan masuklah ke surgaKu. ( QS. al-Farj { 89 } : 27-30 )

Terkadang pula al-Qur’an berbicara hari kebangkitan atau kebangkitan kembali seakan-akan dengan jasad, seperti :

ﻪﻤﺎﻅﻋ

ﻊﻤﺠﻨ

ﻥﻟﺃ

ﻥﺎﺴﻨﻹﺍ

ﺏﺴﺤﻴﺃ

.

Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak mengumpulkan ( kembali ) tulang belulangnya? ( QS. al-Qiyâmah { 75 } : 3 )

Dan terkadang pula al-Qur’an berbicara kebangkitan kembali dengan ruh dan jasad dalam satu tempat, seperti :

ﺩﻴﻬﺸﻭ

ﻕﺌﺎﺴ

ﺎﻬﻌﻤ

ﺱﻔﻨ

لﻜ

ﺕﺀﺎﺠﻭ

.

ﻙﻨﻋ

ﺎﻨﻔﺸﻜﻓ

ﺍﺫﻫ

ﻥﻤ

ﺔﻠﻔﻏ

ﻲﻓ

ﺕﻨﻜ

ﺩﻘﻟ

ﺩﻴﺩﺤ

ﻡﻭﻴﻟﺍ

ﻙﺭﺼﺒﻓ

ﻙﺀﺎﻁﻏ

.

Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat pengiring dan seorang malaikat penyaksi. Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari ( hal ) ini, maka Kami singgapkan daripadamu tutup ( yang menutup ) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam ( QS. Qaf { 50 } : 21-22 )

(41)

Akan tetapi dari semua keterangan di atas, hanya terdapat dua kelompok yang masing-masing kelompok memiliki alasan atas pendapat mereka tentang hari kebangkitan. apakah dengan ruh dan jasad atau ruh :

a. Kelompok yang berpendapat bahwa hari kebangkitan dengan ruh atau nafs.Ini dikenalkan oleh seorang filosof islam yaitu Ibn Sîna,25

untuk membuktikan adanya nafs, yaitu dengan adanya alam mimpi atau pengadaian orang bisa terbang.26 Sebab nafs itu sendiri yang

telah berbuat dan yang akan mempertanggungjawabkan amalnya di saat hari kebangkitan kelak atau di hadapan Tuhan . seperti dikatakan dalam al-Qur’an :

ﻥﻭﻤﻠﻅﻴ

ﻡﻫﻭ

ﻕﺤﻟﺎﺒ

ﻕﻁﻨﻴ

ﺏﺎﺘﻜ

ﺎﻨﻴﺩﻟﻭ

ﺎﻬﻌﺴﻭ

ﻻﺇ

ﹰﺎﺴﻔﻨ

ﻑﻠﻜﻨ

ﻻﻭ

.

Kami tiada membebani seseorang ( nafs ) melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran dan mereka tidak dianiaya ( QS. al-Mu΄minûn { 23 } : 62 )

Atau di ayat lain disebutkan :

ﺏﺎﺴﺤﻟﺍ

ﻊﻴﺭﺴ

ﷲﺍ

ﻥﺇ

ﻡﻭﻴﻟﺍ

ﻡﻠﻅ

ﺕﺒﺴﻜ

ﺎﻤﺒ

ﺱﻔﻨ

لﻜ

ﻯﺯﺠﺘ

ﻡﻭﻴﻟﺍ

.

25 ‘Ibn Sîna atau ‘Abû ΄Alî al- Husayn ‘Ibn ΄Abdullah ‘Ibn Sîna, lahir pada tahun 980 M. ,

beliau seorang alim yang mengusai ilmu filsafat dan kedokteran, sehingga dikenal dengan seorang filosof dan dokter, karya terkenalnya adalah al-Syifâ’ dan al-Qanûn Fi al-Thibb. ( ΄Abd

al-Rahmân Badawî, Mawsûâat al-Falsafah, ( al-Mu’asasat al-΄Arabiyyah Lildirâsât Wa

al-Nasyr, 1983 ), jil. I, hal. 40 )

(42)

Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakan. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya. ( QS. al- Mu’mîn { 40 } : 17 )

b. Kelompok yang berpendapat bahwa hari kebangkitan dengan ruh dan jasad, ini sesuai dengan al-Qur’an, kekuasaan dan keagungan Allah Swt. atas segala sesuatu dan apa yang telah menciptakan alam ini. Sebagaimana dikatakan dalam al-Qur’an :

ﺎﻨﺇﺎﻨﻴﻠﻋ

ﹰﺍﺩﻋﻭ

ﻩﺩﻴﻌﻨ

ﻕﻠﺨ

لﻭﺃ

ﺎﻨﺃﺩﺒ

ﺎﻤﻜ

ﺏﺘﻜﻠﻟ

لﺠﺴﻟﺍ

ﻲﻁﻜ

ﺀﺎﻤﺴﻟﺍ

ﻱﻭﻁﻨ

ﻡﻭﻴ

ﻥﻴﻠﻋﺎﻓ

ﺎﻨﻜ

.

( Yaitu ) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulainya. Itulah suatu janji yang pasti kami tepati; sesungguhnya Kami-lah yang akan melakukannya. ( QS. al-‘Anbiyâ’ { 21 } : 104 )

(43)

ﻡﻜﻨﻴﺒ

ﺎﻨﺭﺩﻗ

ﻥﺤﻨ

ﻥﻴﻗﻭﺒﺴﻤﺒ

ﻥﺤﻨ

ﺎﻤﻭ

ﺕﻭﻤﻟﺍ

.

ﻡﻜﺌﺸﻨﻨﻭ

ﻡﻜﻟﺎﺜﻤﺃ

لﺩﺒﻨ

ﻥﺃ

ﻰﻠﻋ

ﻥﻭﻤﻠﻌﺘ

ﺎﻤ

ﻲﻓ

.

ﻥﻭﺭﻜﺫﺘ

ﻻﻭﻠﻓ

ﻰﻟﻭﻷﺍ

ﺓﺄﺸﻨﻟﺍ

ﻡﺘﻤﻠﻋ

ﺩﻘﻟﻭ

.

Kami telah menentukan kematian di antara kau dan Kami sekali-kali, tidak dapat dikalahkan, untuk menggantikan kamu dengan orang yang seperti kamu ( dalam dunia ) dan menciptakan kamu kelak ( di akherat ) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui. Dan sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan pertama yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran ( untuk ciptaan yang kedua ) ? ( QS. al-Wâqi΄ah { 56 } : 60-62 )

Jadi tidak mustahil bagi Allah untuk menciptakan kembali jasad yang telah hancur dan mengembalikan ruh kepada jasad yang telah diciptakan itu dengan demikian manusia akan hidup kembali, bukankah Allah menciptakan manusia dari tidak ada menjadi ada, hal tersebut sangat mudah bagi Allah.

Dari semua penjelasan masing-masing kelompok di atas, penulis lebih cenderung pada kelompok kedua yang mengatakan hari kebangkitan dengan ruh dan jasad. Sebab dalil yang menguatkan kelompok kedua ini lebih diterima dan banyak di uraikan dalam al-Qur’an atau pun hadis Nabi.

C. PROSES KEBANGKITAN

(44)

ﻻﺎﻘﺜ

ﺎﺒﺎﺤﺴ

ﺕﻠﻗﺃ

ﺍﺫﺇ

ﻰﺘﺤ

ﻪﺘﻤﺤﺭ

ﻱﺩﻴ

ﻥﻴﺒ

ﺍﺭﺸﺒ

ﺡﺎﻴﺭﻟﺍ

لﺴﺭﻴ

ﻱﺫﻟﺍ

ﻭﻫﻭ

ﺝﺭﺨﻨ

ﻙﻟﺫﻜ

ﺕﺍﺭﻤﺜﻟﺍ

لﻜ

ﻥﻤ

ﻪﺒ

ﺎﻨﺠﺭﺨﺄﻓ

ﺀﺎﻤﻟﺍ

ﻪﺒ

ﺎﻨﻟﺯﻨﺄﻓ

ﺕﻴﻤ

ﺩﻠﺒﻟ

ﻩﺎﻨﻘﺴ

ﻥﻭﺭﻜﺫﺘ

ﻡﻜﻠﻌﻟ

ﻰﺘﻭﻤﻟﺍ

.

Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya ( hujan ); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai mcam-macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. ( QS. al-‘Arâf { 7 } : 57 )

Dan pada ayat lain Allah berfirman :

ﺽﺭﻷﺍ

ﻪﺒ

ﺎﻨﻴﻴﺤﺄﻓ

ﺕﻴﻤ

ﺩﻠﺒ

ﻰﻟﺇ

ﻩﺎﻨﻘﺴﻓ

ﺎﺒﺎﺤﺴ

ﺭﻴﺜﺘﻓ

ﺡﺎﻴﺭﻟﺍ

لﺴﺭﺃ

ﻱﺫﻟﺍ

ﷲﺍﻭ

ﺭﻭﺸﻨﻟﺍ

ﻙﻟﺫﻜ

ﺎﻬﺘﻭﻤ

ﺩﻌﺒ

.

Dan Allah, Dialah yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakan

awan itu ke suatu negeri yang mati lalu Kami hidupkan bumi setelah mati dengan air hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu. ( QS. Fâthir { 35 } : 9 )

Allah menghidupkan manusia yang telah mati sebagaimana menghidupkan bumi yang mati. Adapun kata-kata dalam firman Allah

(45)

ﺓﺭﻴﺭﻫ

ﻰﺒﺃ

ﻥﻋ

Allah menurunkan air hujan dari langit, maka bangkitlah sekalian manusia sebagaimana tumbuhnya sayur-sayuran ( selepas hujan ), tidak ada sesuatu pun dari manusia semuanya hancur dimakan oleh bumi kecuali satu tulang yaitu tulang pangkal ekornya, dari tulang inilah terbentuk kejadian manusia pada hari kiamat.27

Ayat al-Qur’an dan hadis Nabi di atas, menjelaskan bahwa proses kebangkitan manusia yang telah mati seperti Allah menghidupkan tumbuhan dari bumi yang mati dengan air hujan yang diturunkan dari langit.

D. KEHIDUPAN DUNIA DAN KEFANAAN DUNIA 1. Kehidupan Dunia

Hidup adalah suatu perjuangan, oleh karena itu segala sesuatu yang dilakukan dan dikerjakan bermanfaat untuk kehidupan di dunia dan kehidupan di alam akherat kelak.28 Kehidupan di dunia ini adalah kehidupan

sementara, yang terkadang memperdayakan manusia, demikian pula

27 al-Bukhârî, Shahîh al-Bukhârî , no. hadis: 4936,Kitâb Tafsîr, Bâb Yawm Yanfakh Fi

al-Sûr, jil. III, hal. 158

(46)

kesenangan serta segala kenikmatan di dunia sifatnya sementara. Karena itu Allah Swt. memperingatkan agar manusia jangan terpedaya oleh kesenangan di dunia, sebagaimana dinyatakan dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 33 :

ﺭﻭﺭﻐﻟﺍ

ﷲﺎﺒ

ﻡﻜﻨﺭﻐﻴ

ﻻﻭ

ﺎﻴﻨﺩﻟﺍ

ﺓﺎﻴﺤﻟﺍ

ﻡﻜﻨﺭﻐﺘ

ﻼﻓ

ﻕﺤ

ﷲﺍ

ﺩﻋﻭ

ﻥﺇ

.

Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah. ( QS. Luqmân { 31 } : 33 )

Allah memperingatkan, bahwa janji-Nya membangkitkan manusia dari alam kubur adalah suatu keniscayaan yang akan terjadi dan suatu kebenaran yang tidak dapat diragukan sedikitpun,29 atau bahwa janji Allah untuk

membalas setiap kebaikan bagi mereka yang melakukan amal shaleh dan membalas setiap keburukan bagi mereka yang melakukan amal keburukan dan membangkitkan manusia dari kuburnya.30 Karena itu janganlah

sekali-kali menusia tertipu oleh kesenangan hidup di dunia dengan segala nikmatnya, sehingga lalai untuk beribadah kepada Allah dan enggan mengerjakan kebaikan ( amal shaleh ) padahal kehidupan di akherat itulah kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan yang kekal dan abadi.

29 Muhammad Mahmûd Hijâzî, al-Tafsîr al-W âdlih, ( al- Zaqâzîq : Dâr al-Tafsîr, 1992 ), jil.

III, hal. 56

(47)

Memang terkadang harus diakui, setiap manusia dalam hidupnya di dunia ini cenderung untuk mencari kepuasan dalam segala hal. Untuk mencapai kepuasan tersebut manusia kadang-kadang mau berbuat apa saja asal memuaskan dirinya meskipun merugikan orang lain. Namun pada akhirnya dapat dirasakan kepuasan yang dicari hanyalah bersifat sementara, tidak ada kepuasan yang terus-menerus berpanjangan, oleh karena itu hendaknya manusia waspada dan jangan terperdaya oleh kesenangan dunia yang sifatnya sementara. Dan Allah mengingatkan manusia dalam surat

‘Al΄Imrân ayat 185 :

ﺭﻭﺭﻐﻟﺍ

ﻉﺎﺘﻤ

ﻻﺇ

ﺎﻴﻨﺩﻟﺍ

ﺓﺎﻴﺤﻟﺍ

ﺎﻤﻭ

.

Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. ( QS. ‘Al΄Imrân { 3 } : 185 )

Bahwa kehidupan di dunia yang di dalamnya kesenangan yang memperdayakan atau kesenangan yang sementara yang terkadang kalau dilihat sangat indah akan kemudian akan pergi dan hilang tanpa bekas.31

kesenangan yang pada umumnya dirasakan di dunia ini pada umumnya

memperdayakan manusia, kalau manusia itu kurang pandai

mempergunakannya, maka kesenangan itu akan menjadi bencana yang menyebabkan kerugian di dunia dan kesengsaraan di akherat.

31 ‘Abû Bakr Jâbir al-Jazâ’irî, ‘Aysar al-Tafâsîr, ( Madina Munawara : Maktabat al-΄Ulûm

(48)

Sebagaimana Rasullah Saw. menggambarkan bahwa kehidupan seseorang di dunia itu laksana pengembara yang sedang berteduh di bawah pohon dan setelah itu ia akan pergi dan meninggalkan pohon tersebut, sebagaimana sabdanya :

ﺎﻬﻜﺭﺘ

ﺡﺍﺭ

ﻡﺜ

ﺓﺭﺠﺸ

ﺕﺤﺘ

لﻅﺘﺴﺍ

ﺏﻜﺍﺭﻜ

ﻻﺇ

ﺎﻴﻨﺩﻟﺎىﻓ

ﺎﻨﺃ

ﺎﻤ

ﺎﻴﻨﺩﻠﻟﻭ

ﻰﻟﺎﻤ

Apakah arti dunia bagiku, hubunganku dengan dunia ini laksana seorang pengembara yang sedang berjalan lalu ia berteduh sejenak dibawah pohon, sesaat kemudian ia pergi dan meninggalkan pohon tersebut. 32

Inilah ungkapan hadis Rasullah Saw. tentang hakekat kehidupan di dunia ini, yang mengingatkan kepada umatnya, bahwa kehidupan di dunia hanya sebentar saja, hanya sesaat bila dibandingkan dengan kehidupan di akherat kelak, seperti berteduhnya musafir dibawah pohon kemudian akan pergi. artinya perjalanan di dunia sangat singkat dan akan berakhir dengan kematian dan pindah ke akherat.

Dan orang yang beriman, percaya dan membenarkan adanya akherat dimana setiap manusia akan menerima balasan dari Allah sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing. Walaupun ia mengerjakan kebaikan

(49)

sebesar biji dzarrah atau melakukan keburukan sebesar biji dzarrah maka masing-masing akan melihat balasannya.33

Hakekat dunia dibandingkan akherat, memang seperti seseorang yang memasukkan jari tangannya ke dalam laut, kemudian diangkat jarinya tersebut maka terlihat sisa air laut yang menempel di jari itu.34 Kesenangan

dunia hanya seperti air laut yang menempel pada jari sedangkan kesenangan di akherat seperti seluruh air laut ( sangat banyak ).

Meskipun kehidupan di dunia hanya sementara, akan tetapi anggapan ini bukan untuk meremehkan kehidupan dunia, karena dunia hanya sebatas wasilah atau perantara untuk beribadah dan mengabdi kepada-Nya,35 dan

jangan sampai bermalas-malasan di dalam bekerja mencari nafkah di dunia dan jangan lalai mencari bekal untuk kehiupan di akherat. Sebagaimana firman-Nya :

ﺎﻤﻜ

ﻥﺴﺤﺃﻭ

ﺎﻴﻨﺩﻟﺍ

ﻥﻤ

ﻙﺒﻴﺼﻨ

ﺱﻨﺘ

ﻻﻭ

ﺓﺭﺨﻵﺍ

ﺭﺍﺩﻟﺍ

ﷲﺍ

ﻙﺎﺘﺁ

ﺎﻤﻴﻓ

ﻎﺘﺒﺍﻭ

ﻥﻴﺩﺴﻔﻤﻟﺍ

ﺏﺤﻴ

ﷲﺍ

ﻥﺇ

ﺽﺭﻷﺍ

ﻲﻓ

ﺩﺎﺴﻔﻟﺍ

ﻎﺒﺘ

ﻻﻭ

ﻙﻴﻟﺇ

ﷲﺍ

ﻥﺴﺤﺃ

.

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu ( kebahagian) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari ( kenikmatan ) dunia dan berbuat baiklah ( kepada orang lain ) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan

33 QS. al-Zalzalah { 99 } : 7- 8

34 ‘Ibn Katsîr, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm ,jil. II, hal. 158.

35 Muhammad Fawqî Hajâj, al-Tashawwuf al-Islâmî W a al-Akhlâq, ( Kairo : Mathba΄at

(50)

janganlah kamu berbuat kerusakan di ( Muka ) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. ( QS. a l-Qashash { 28 } : 77 )

Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk mencari bekal kehidupan di akherat, yaitu untuk meraih surga, yang menjadi tujuan hidup sebenarnya. Namun diperingatkan pula agar jangan sekali-kali melupakan mencari rezeki untuk beribadah kepada Allah dan kesejahteraan hidup di dunia.

a . Tugas Hidup Manusia

Sejak manusia pertama diciptakan, Allah sudah menyatakan dan memberitahukan kepada para Malaikat, bahwa Dia menciptakan manusia adalah untuk menjadi khalifah-Nya di muka bumi. Ketika Allah memberitahukan kepada para Malaikat-Nya bahwa dia akan menjadikan Adam As. khalifah di bumi, maka para Malaikat itu bertanya, mengapa Adam yang diangkat menjadi khalifah di bumi, padahal Adam dan keturunannya kelak akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah di bumi,36 para Malaikat menganggap bahwa dirinya lebih patut memangku

jabatan itu, sebab mereka yang selalu bertasbih, memuji dan mensucikan Allah, akan tetapi anggapan mereka tidak benar karena Allah lebih mengetahui dari pada yang diketahui para hamba-Nya.

(51)

Adapun yang dimaksud kekhalifahan Adam di bumi adalah kedudukannya sebagai khalifah atau wakil Allah di muka bumi, guna

melaksanakan perintah-perintah-Nya, memakmurkan bumi serta

memanfaatkan segala yang terkandung didalamnya dan penanggungjawab di muka bumi.

Agar manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai Khalifah maka Allah menurunkan al-Qur’an ke dunia sebagai pedoman hidup bagi manusia dalam melaksanakan tugasnya, dan al-Qur’an juga sebagai petunjuk bagi manusia agar dapat mengatur hidup dan kehidupan manusia itu sendiri serta mewujudkan kehidupan yang baik dan yang serasi dan seimbang dengan alam sekitanya, di sisi lain al-Qur’an sebagai penuntun bagi manusia kearah kehidupan dan penghidupan yang makmur, sejahtera dan bahagia serta mengangkat harkat dan martabat manusia kepada kemuliaan.

Keberadaan manusia di bumi mempunyai arti dan misi, yaitu manusia dalam kedudukannya sebagai khalifah yang mempunyai tanggungjawab dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. yang terpokok tugas dan tanggungjawabnya adalah :

1. Mewujudkan kemakmuran hidup manusia dengan cara

(52)

ﺎﻌﻴﻤﺠ

ﺽﺭﻷﺍ

ﻰﻓ

ﺎﻤ

ﻡﻜﻟ

ﻕﻠﺨ

ﻯﺫﻟﺍ

ﻭﻫ

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu ( QS. al-Baqarah { 2 } : 29 )

Ayat di atas Allah menganugerahkan karunia yang besar kepada manusia dengan menciptakan bumi dengan segala isinya untuk diambil manfaatnya oleh manusia, agar dapat menjaga keberlangsungan hidup dunia dan untuk beribadah kepada Allah.

2. Mewujudkan kebahagian hidup manusia maka Allah menurunkan

al-Qur’an sebagai petunjuk bagi seluruh manusia dan bagi umat muslim khususnya yang akan menuntun manusia kearah kehidupan dan penghidupan yang bahagia di dunia dan di akherat. Allah berfirman :

ﺭﻭﻨﻟﺍ

ﻰﻟﺇ

ﺕﺎﻤﻠﻅﻟﺍ

ﻥﻤ

ﻡﻬﺠﺭﺨﻴﻭ

ﻡﻼﺴﻟﺍ

لﺒﺴ

ﻪﻨﺍﻭﻀﺭ

ﻊﺒﺘﺍ

ﻥﻤ

ﷲﺍ

ﻪﺒ

ﻱﺩﻬﻴ

ﻡﻴﻘﺘﺴﻤ

ﻁﺍﺭﺼ

ﻰﻟﺇ

ﻡﻬﻴﺩﻬﻴﻭ

ﻪﻨﺫﺈﺒ

.

Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya kejalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula ) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizing-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. ( QS. al- Mâ’idah { 5 } : 16 )

Pada ayat ini ada tiga tuntunan yang sangat besar faedahnya untuk manusia :

Referensi

Dokumen terkait

Berikut kegiatan manusia yang dapat mengubah lingkungan alam adalah kecuali … a.. tanah menjadi tidak gembur

Dari rangkaian ayat 238-242 surat al-Baqarah di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai pemahaman, manusia harus melalui proses, dengan mendayagunakan akalnya,

Sedemikian itu, kertas kerja ini cuba memahami beberapa proses ter/wdap peringkat kejadian manusia dengan mendatangkan beberapa ayat al-Quran yang menerangkan kOllsep tersebut.

Isa al-Masih atau Yesus kristus adalah, manusia yang dilahirkan dari seorang wanita suci, agama Islam dan Kristen sama-sama menyakini bahwasanya, Tuhan pencipta alam

Air jatuh dan mengalami presipitasi (segala bentuk curahan air ke atmosfer ke bumi/bisa disebut hujan) bisa jadi juga terjadi mengalami run off (pergerakan air di permukaan

Manusia sebagai makhluk pribadi memiliki ciri-ciri kepribadian pokok sebagai berikut: (1) memiliki potensi akal untuk berpikir rasional dan mampu menjadi hidup

Ilmu alam berkenaan dengan apa yang ada di dalam alam, seperti:planet, tumbuhan, air, dan lain-lain. Obyek tersebut diperuntukkan demi keuntungan manusia, maka

manusia diciptakan dari unsur air di satu sisi dan dari unsur tanah di sisi yang lain, tidak ada kontroversi. • Mustafa Al-Maraghi mengungkapkan bahwa air mani berasal dari makanan