• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aset keuangan dan Iiabilitas keuangan disalinghapuskan dan nilai netonya

Dalam dokumen PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (4) (Halaman 52-99)

PENDAHULUAN Tujuan

42. Aset keuangan dan Iiabilitas keuangan disalinghapuskan dan nilai netonya

disajikan dalam laporan posisi keuangan jika, dan hanya jika, entitas:

(a) saat ini memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut; dan (b) berintensi untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitasnya secara simultan. Dalam akuntansi untuk pengalihan aset keuangan yang tidak memenuhi kualifikasi penghentian pengakuan, entitas tidak dapat melakukan sating hapus aset keuangan yang dialihkan dan liabilitas terkait (!shat PSAK 55:

Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran paragraf 36).

43. Pernyataan ini mensyaratkan penyajian aset keuangan dan liabilitas keuangan secara neto jika penyajian tersebut mencerminkan arus kas masa depan yang diharapkan entitas dari penyelesaian dua atau lebih instrumen keuangan terpisah. Jika entitas memiliki hak untuk menerima atau membayar suatu jumlah neto dan berintensi untuk merealisasikannya, maka entitas tersebut hanya memiliki satu aset keuangan atau satu Iiabilitas keuangan. Dalam keadaan lain, aset keuangan dan liabilitas keuangan disajikan secara terpisah satu sama lain dan konsisten dengan karakteristik yang dimiliki, yaitu sebagai sumber daya atau sebagai kewajiban entitas. Entitas mengungkapkan informasi yang disyaratkan dalam PSAK 60:

Instrumen Keuangan: Pengungkapan paragraf 13B- 13E untuk pengakuan instrumen keuangan yang termasuk dalam ruang lingkup paragraf PSAK 60 paragraf 13A.

44. Saling hapus antar aset keuangan dan liabilitas keuangan yang diakui dan penyajian jumlah neto berbeda dengan penghentian pengakuan aset keuangan atau liabilitas keuangan. Sekalipun sating hapus tidak menimbulkan pengakuan keuntungan atau kerugian, penghentian pengakuan instrumen keuangan tidak hanya menyebabkan dikeluarkannya item dari laporan posisi keuangan yang sebelumnya diakui, namun

juga menimbulkan pengakuan keuntungan atau kerugian.

45. Hak untuk melakukan saling hapus merupakan hak hukum debitur, bask dalam bentuk kontrak maupun cara lain, untuk menyelesaikan atau mengeliminasi seluruh atau sebagian jumlah yang dibayarkan kepada kreditur dengan cara membandingkan jumlah yang harus dibayarkan dan piutang kepada kreditur yang bersangkutan. Dalam keadaan yang tidak biasa, debitur memiliki hak hukum untuk membandingkan jumlah yang terutang dari pihak ketiga dan jumlah piutang kepada kreditur sepanjang terdapat perjanjian antara ketiga pihak yang terlibat yang secara jelas menetapkan hak debitur untuk melakukan saling hapus. Disebabkan hak untuk melakukan saling hapus merupakan hak hukum, maka kondisi yang mendukung pengakuan hak ini dapat berbeda antara satu yurisdiksi hukum dengan yurisdiksi hukum lain, dan ketentuan hukum yang berlaku atas hubtmgan antar pihak yang terlibat perlu dipertimbangkan.

46. Adanya hak yang dapat dipaksakan untuk saling hapus atas aset keuangan dan liabilitas keuangan mempengaruhi hak dan kewajiban yang terkait dengan aset keuangan dan liabilitas keuangan, serta mungkin mempengaruhi eksposur entitas atas risiko kredit dan risiko likuiditas. Akan tetapi, keberadaan hak tersebut, jika berdiri sendiri, bukan merupakan dasar yang memadai untuk melakukan saling hapus. Jika tidak ada intensi untuk melaksanakan hak tersebut atau menyelesaikan secara simultan, maka jumlah dan waktu dari arus kas entitas masa depan tidak terpengaruh. Jika entitas berintensi untuk melaksanakan atau menyelesaikan hak secara simultan, maka penyajian aset dan liabilitas secara neto akan mencerminkan perkiraan jumlah dan waktu arus kas masa depan secara lebih memadai, demikian juga risiko dari arus kas yang terekspos. Intensi oleh satu atau kedua belah pihak untuk menyelesaikan secara neto tanpa hak hukum tidaklah memadai untuk membenarkan

•0.14 Hak Cipta C 2014 IKATAN AKUNTAN INDONESIA — Dilarang memloto-kopi atau memperbanyak

PSAK 50

saling hapus tersebut, karena hak dan kewajiban yang terkait dengan aset keuangan dan liabilitas keuangan individual tidak berubah.

47. Intensi entitas terkait dengan penyelesaian aset dan liabilitas tertentu dapat dipengaruhi oleh praktik bisnis yang normal, persyaratan pasar uang, dan keadaan lain yang dapat membatasi kemampuan entitas untuk melakukan penyelesaian secara neto atau penyelesaian secara simultan. Jika entitas memiliki hak untuk saling hapus, namun entitas tidak berintensi menyelesaikan secara neto atau merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitas secara simultan, maka pengaruh hak tersebut terhadap eksposur risiko kredit entitas diungkapkan sesuai dengan PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan paragraf 36.

48. Penyelesaian dua instrumen keuangan secara simultan mungkin terjadi melalui, sebagai contoh, operasional lembaga kliring dalam pasar uang yang terorganisir atau pertukaran langsung. Dalam keadaan ini, anus kas adalah setara dengan suatu jumlah neto tertentu dan tidak ada eksposur risiko kredit dan risiko likuiditas. Dalam keadaan lain, entitas mungkin menyelesaikan dua instrumen dengan menerima dan membayar dengan jumlah terpisah, yang menyebabkan entitas memiliki eksposur risiko kredit untuk seluruh jumlah aset atau risiko likuiditas untuk seluruh jumlah liabilitas. Eksposur risiko tersebut mungkin bersifat signifikan sekalipun dalam waktu singkat. Sejalan dengan hal tersebut, realisasi aset keuangan dan penyelesaian liabilitas keuangan diperlakukan secara simultan hanya jika kedua transaksi tersebut terjadi pada saat yang sama.

49. Kondisi yang ditetapkan di paragraf 42 umumnya tidak dapat dipenuhi dan saling hapus biasanya tidak tepat jika:

(a) beberapa instrumen keuangan yang berbeda digunakan untuk meniru fitur yang terdapat

dalam instrumen keuangan tunggal (instrumen sintetis); (b) aset keuangan dan liabilitas keuangan timbul

dari instrumen keuangan dengan eksposur risiko utama yang sama (sebagai contoh, aset dan liabilitas dalam portofolio kontrak forward atau instrumen derivatif lain) namun melibatkan pihak lawan yang berbeda;

(c) aset keuangan atau aset lain dijaminkan sebagai agunan untuk liabilitas keuangan yang

(d) aset keuangan ditempatkan oleh debitur dalam wali amanat untuk keperluan pelunasan

kewajiban tanpa aset keuangan tersebut diterima oleh kreditur pada saat penyelesaian

kewajiban (sebagai contoh, pembentukan

sinking fund); atau

(e) kewajiban yang timbul akibat dari kejadian yang menyebabkan kerugian diperkirakan

dapat dipulihkan melalui pihak ketiga dengan klaim kontrak asuransi. 50. Entitas yang melakukan sejumlah

transaksi instrumen keuangan dengan satu pihak lawan mungkin melakukan `perjanjian induk untuk menyelesaikan secara neto (master netting arrangement)' dengan pihak lawan tersebut. Perjanjian tersebut menetapkan penyelesaian secara neto untuk seluruh instrumen keuangan yang tercakup dalam perjanjian jika terjadi gagal bayar, atau berakhirnya, salah satu kontrak. Perjanjian ini umumnya digunakan oleh institusi keuangan untuk melindungi dari kerugian yang timbul jika terjadi kepailitan atau keadaan lain yang menyebabkan pihak lawan tidak dapat memenuhi kewajibannya. Perjanjian induk untuk menyelesaikan secara neto umumnya menciptakan hak sating hapus yang hanya dapat dipaksakan dan mempengaruhi realisasi atau penyelesaian aset keuangan dan liabilitas keuangan secara individual jika terjadi gagal bayar atau keadaan lain yang tidak diperkirakan terjadi dalam situasi bisnis yang normal. Perjanjian induk untuk menyelesaikan secara neto tidak dapat dijadikan dasar untuk sating hapus, kecuali kedua kriteria di paragraf

42 terpenuhi. Jika aset keuangan dan liabilitas keuangan yang mengikuti perjanjian induk untuk menyelesaikan secara neto tidak saling hapus, maka dampak perjanjian tersebut atas eksposur risiko kredit entitas diungkapkan sesuai dengan PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan

paragraf 36.

Hak Cipta t§/ 2014 IKATAN AKUNTAN INDONESIA — Dilarang memfolo-kopi atau memperbanyak

111 INSTRUMEN KEUANGAN: PENYAJIAN PSAK 50

PENGUNGKAPAN

51-95. Dikosongkan.

TANGGAL EFEKTIF DAN KETENTUAN TRANSISI 96. Entitas menerapkan Pernyataan ini secara retrospektif untuk periode tahun buku yang dirnulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2015, kecuali definisi nilai wajar dalam paragraf 11 serta paragraf 23 clan PP31 berlaku prospektif.

96A-970. Dikosongkan. PENARIKAN

98. Pernyataan ini menggantikan PSAK 50 (2010): Instrumen Keuangan:

Penyajian.

99. Dikosongkan. 100. Dikosongkan.

Li 50.16 Hak Cipta 2014 IKATAN AKUNTAN INDONESIA Dilarang memfato-kapi aiau memperbanyak

PSAK 50

it

LAMPIRAN

PEDOMAN PENERAPAN

Lampiran ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari PSAK 50.

PP01. Pedoman Penerapan ini rnenjelaskan penerapan aspek tertentu dari Pernyataan ini.

PP02. Pernyataan ini tidak mengatur pengakuan atau pengukuran instrumen keuangan. Persyaratan tentang pengakuan dan pengukuran aset keuangan dan liabilitas keuangan diatur dalam PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.

DEFINISI (PARAGRAF 11-14) Aset Keuangan dan Liabilitas Keuangan

PP03. Mata uang (kas) adalah aset keuangan karena merupakan alat tukar dan oleh karena itu menjadi dasar bagi pengukuran dan pengakuan seluruh transaksi dalam laporan keuangan. Setoran tunai pada bank atau institusi keuangan serupa adalah aset keuangan karena memberikan hak kontraktual bagi deposan untuk memperoleh kas dari institusi tersebut atau untuk melakukan penarikan melalui cek atau instrumen serupa untuk melunasi liabilitas keuangannya kepada kreditur.

PP04. Contoh umum aset keuangan yang mencerminkan hak kontraktual untuk menerima sejumlah kas di masa depan serta liabilitas keuangan terkait yang mencerminkan kewajiban kontraktual untuk menyerahkan sejumlah kas di masa depan adalah:

(a) piutang usaha dan utang usaha;

(b) wesel tagih dan wesel bayar;

(c) pinjaman diberikan dan pinjaman diterima; dan (d) piutang obligasi dan utang obligasi.

Pada setiap kasus, hak kontraktual dari satu pihak untuk menerima (atau kewajiban untuk membayar) sejumlah kas dipadukan dengan kewajiban terkait dari pihak lain untuk membayar (atau hak untuk menerima).

PP05. Bentuk lain dari instrumen keuangan adalah instrumen dengan manfaat ekonomik yang akan diterima atau diserahkan yang berbentuk aset keuangan selain kas. Sebagai contoh, weseI bayar atas obligasi

pemerintah yang memberikan hak kontraktual bagi pemegangnya untuk menerima dan kewajiban kontraktual bagi penerbitnya untuk menyerahkan obligasi pemerintah, bukan kas. Obligasi tersebut adalah aset keuangan karena mencerminkan kewajiban pemerintah selaku penerbit untuk membayar sejumlah kas. Oleh karena itu, wesel bayar tersebut merupakan aset keuangan bagi pemegangnya dan liabilitas keuangan bagi penerbitnya.

PP06. Instrumen utang 'perpetual' (seperti obligasi 'perpetual',

debentures, dan capital notes) biasanya memberikan hak kontraktual kepada pemegangnya untuk menerima pembayaran bunga setiap tanggal tertentu dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang tidak terbatas, balk tanpa hak untuk menerima pengembalian pokok utangnya, maupun dengan hak untuk menerima pengembalian pokok utangnya dengan persyaratan pengembalian pokok utang yang sangat sulit atau dalam jangka waktu yang sangat lama di masa depan. Sebagai contoh, entitas menerbitkan instrumen keuangan yang mewajibkan entitas untuk melakukan pembayaran tahunan untuk jangka waktu tidak terbatas senilai suku bunga nominal 8% terhadap nilai nominal atau pokok pinjaman sebesar Rp1.000. Dengan mengasumsikan bahwa 8% merupakan suku bunga pasar dari instrumen tersebut pada saat penerbitan, maka penerbit memiliki kewajiban kontraktual untuk melakukan sejumlah pembayaran bunga di masa depan

Hak Cipta 0 2014 IKATAN AKUNTAN INDONESIA — Dilarang memfoto-kapi atau marnperbanyak 50.151

PSAK 50

yang nilai wajarnya (nilai kini) sama dengan Rp1.000 pada saat pengakuan awal. Pemegang instrumen memiliki aset keuangan dan penerbit instrumen memiliki liabilitas keuangan.

PP07. Hak atau kewajiban kontraktual untuk menerima, menyerahlcan, atau mempertukarkan instrumen keuangan merupakan instrumen keuangan itu sendiri. Suatu rangkaian hak atau kewajiban kontraktual memenuhi definisi instrumen keuangan jika hak atau kewajiban tersebut pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya penerimaan atau pembayaran kas atau menyebabkan perolehan atau penerbitan instrumen ekuitas.

PP08. Kemampuan untuk melaksanakan hak kontraktual atau persyaratan pemenuhan kewajiban kontraktual dapat bersifat absolut atau bersifat kontinjen atas terjadinya suatu peristiwa masa depan. Sebagai contoh, jaminan keuangan merupakan hak kontraktual bagi pemberi pinjaman untuk menerima sejumlah kas dari penjamin, dan kewajiban kontraktual terkait dari penjamin untuk membayar pemberi pinjaman jika penerima pinjaman wanprestasi. 'Flak dan kewajiban kontraktual timbul akibat transaksi atau peristiwa masa lalu (dengan asumsi terdapat penjaminan), walaupun kemampuan pemberi pinjaman untuk melaksanakan haknya dan keharusan penjamin untuk memenuhi kewajibannya bersifat kontinjen atas kejadian wanprestasi oleh penerima pinjaman di masa depan. Hak dan kewajiban yang bersifat kontinjen memenuhi definisi aset dan liabilitas keuangan, walaupun aset dan liabilitas tersebut

tidak selalu diakui dalam laporan keuangan. Beberapa hak dan kewajiban kontinjen mungkin merupakan kontrak asuransi yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 62: Kontrak Asuransi.

PP09. Berdasarkan PSAK 30: Sewa,

sewa pembiayaan pada dasarnya merupakan hak

lessor untuk menerima, dan kewajiban lessee

untuk membayar, serangkaian pembayaran yang secara substansial sama dengan pembayaran pokok dan bunga sesuai dengan perjanjian pinjaman.

Lessor mencatat investasinya sebesar jumlah piutang sewa dan bukan sebesar nilai aset yang disewakan. Di lain pihak, dalam sewa operasi, pada dasarnya merupakan kontrak yang tidak diselesaikan yang mengharuskan lessor untuk menyediakan penggunaan aset di masa depan

sebagai pertukaran atas imbalan serupa dari fee

penyediaan jasa. Lessor tetap mencatat sebesar nilai aset sewaan dan bukan sejumlah piutang sewa yang akan diterima di masa depan. Sejalan dengan hal tersebut, sewa pembiayaan merupakan instrumen keuangan, sedangkan sewa operasi bukan merupakan instrumen keuangan (kecuali untuk pembayaran berkala yang saat ini jatuh tempo dan terutang).

PPIO. Aset berwujud (seperti

persediaan dan aset tetap), aset sewaan, dan aset takberwujud (seperti paten dan merek dagang) bukan merupakan aset keuangan. Pengendalian atas aset berwujud dan takberwujud menciptalcan peluang untuk memperoleh arus masuk kas atau aset keuangan lain, namun pengendalian tersebut tidak menimbulkan hak pada saat ini untuk menerima kas atau aset keuangan lain.

Aset (seperti beban dibayar dimuka), yang memberikan manfaat ekonomik masa depan berupa penerimaan barang atau jasa, dan bukan berupa hak untuk menerima kas atau aset keuangan lain, bukan merupakan aset keuangan. Serupa dengan hal tersebut, pos seperti pendapatan ditangguhkan dan sebagian besar kewajiban garansi bukan merupakan liabilitas keuangan, karena arus keluar dari manfaat ekonomik terkait dengan pendapatan ditangguhkan dan kewajiban garansi tersebut berupa penyerahan barang dan jasa dan bukan kewajiban kontraktual untuk membayar secara kas atau melalui penyerahan aset keuangan lain.

PP12. Liabilitas atau aset nonkontraktual (seperti pajak penghasilan yang timbul akibat peraturan pemerintah) bukan merupakan liabilitas keuangan atau aset keuangan. Akuntansi pajak penghasilan dijelaskan dalam PSAK 46: Pajak Penghasilan. Serupa dengan hal tersebut, kewajiban konstruktif tidak berasal dari kontrak, sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 57:

Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi, dan bukan merupakan liabilitas keuangan.

50.18 Hak Cipta (4:1 2014 IKATAN AKUNTAN INDONESIA — Dilarang memfoto-kopi atau memperbanyak

PSAK 50

Instrumen Ekuitas

PP13. Contoh dari instrumen ekuitas meliputi saham biasa yang tidak dapat dijual kembali, beberapa instrumen yang mempunyai fitur opsi jual (lihat paragraf 16A dan 16B), beberapa instrumen yang mensyaratkan suatu kewajiban kepada entitas untuk menyerahkan kepada pihak lain bagian aset neto entitas secara prorata hanya pada saat likuidasi (lihat paragraf 16C dan 16D), beberapa jenis saham preferen (lihat paragraf PP25 dan PP26), dan waran atau penerbitan opsi bell yang memungkinkan pemegangnya untuk memesan atau membeli kepada entitas penerbit sejumlah tertentu saham biasa yang tidak dapat dijual kembali dengan menukarkan sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain. Kewajiban entitas untuk menerbitkan atau membeli sejumlah tertentu instrumen ekuitasnya dengan mempertukarkan sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain merupakan instrumen ekuitas entitas (kecuali yang dijelaskan di paragraf 22A). Akan tetapi, jika kontrak tersebut mengandung kewajiban bagi entitas untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain (selain kontrak yang dildasifikasikan sebagai ekuitas sesuai dengan paragraf 16A dan 16B atau paragraf 16C dan 16D), maka kontrak tersebut menimbulkan liabilitas sebesar nilai kini dari jumlah penebusan (lihat paragraf PP27(a)). Penerbit saham biasa yang tidak dapat dijual kembali mengakui timbulnya liabilitas ketika penerbit telah bertindak secara formal untuk melakukan distribusi dan menjadi berkewajiban secara hukum kepada pemegang saham untuk melaksanakannya. Hal ini bisa terjadi setelah deklarasi dividen atau ketika entitas mengakhiri operasinya dan setiap aset yang tersisa setelah pelunasan seluruh liabilitasnya menjadi dapat didistribusikan kepada pemegang saham.

PP14. Pembelian opsi bell atau kontrak serupa lain oleh entitas yang memberi hak untuk

memperoleh kembali sejumlah tertentu

instrumen ekuitasnya dengan menukarkan sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain bukan merupakan aset keuangan entitas (kecuali yang dinyatakan dalam paragraf 22A). Sebaliknya, setiap imbalan yang dibayarkan atas kontrak tersebut dikurangkan dari ekuitas.

Kelas Instrumen yang Merupakan Subordinat dari Seluruh Kelas Instrumen Lain (paragraf 16A(b) dan I6C(b))

PP14A. Salah satu fitur dari paragraf 16A dan 16C adalah bahwa instrumen keuangan tersebut berada dalam kelas instrumen yang merupakan subordinat dari seluruh kelas instrumen lain.

PP14B. Dalam menentukan apakah instrumen berada dalam kelas subordinat, entitas mengevaluasi klaim atas instrumen pada saat likuidasi seolah-olah instrumen dilikuidasi pada tanggal ketika entitas mengklasifikasikan instrumen tersebut. Entitas menilai kembali klasifikasi tersebut jika terdapat perubahan keadaan yang relevan. Sebagai contoh, jika entitas menerbitkan atau menebus instrumen keuangan lain, maka hal ini dapat mempengaruhi apakah instrumen yang dinilai berada dalam kelas instrumen yang merupakan subordinat dari seluruh kelas instrumen lain atau tidak.

PP14C. Instrumen yang memiliki hak istimewa pada saat likuidasi entitas bukan merupakan instrumen dengan hak bagian prorata aset neto entitas. Sebagai contoh, instrumen memiliki hak istimewa pada saat likuidasi jika memberikan hak kepada pemegang saham suatu dividen tetap pada saat likuidasi di samping bagian atas aset neto entitas, ketika instrumen lain yang berada dalam kelas subordinat dengan hak bagian prorata aset neto entitas tidak memiliki hak yang sama saat likuidasi.

PP14D. Jika entitas hanya memiliki satu kelas instrumen keuangan, maka kelas tersebut diperlakukan seolah-olah sebagai kelas instrumen yang merupakan subordinat dari seluruh kelas instrumen lain.

Hak Claw © 2014 IKATAN AKUNTAN INDONESIA — Ditarang memfotakopi atau mempertanyak

PSAK 50

Total Arus Kas yang Diharapkan yang Dapat Diatribusikan terhadap Instrumen selama Umur Instrumen tersebut (paragraf 16A(e))

PP14E. Total arus kas yang diharapkan dari instrumen selama umur instrumen harus secara substansial didasarkan pada laba rugi perubahan aset neto yang diakui atau perubahan nilai wajar yang diakui dan belum diakui selama umur instrumen. Laba rugi dan perubahan aset neto yang diakui diukur sesuai dengan SAK yang relevan.

Transaksi yang Dilakukan oleh Pemegang Instrumen selain sebagai Pemilik Ekuitas (paragraf 16A dan 16C)

PP14F. Pemegang instrumen keuangan yang mempunyai fitur opsi jual atau instrumen yang mensyaratkan kewajiban kepada entitas untuk menyerahkan kepada pihak lain bagian prorata aset neto entitas hanya pada saat likuidasi dapat melakukan transaksi dengan entitas dalam peran selain pemilik. Sebagai contoh, pemegang instrumen dapat juga menjadi pekerja entitas.

Hanya arus kas serta syarat dan ketentuan kontraktual instrumen yang terkait dengan pemegang instrumen sebagai pemilik entitas yang dipertimbangkan saat menilai apakah instrumen diklasifikasikan sebagai ekuitas berdasarkan paragraf 16A atau 16C.

PP14G. Sebagai contoh persekutuan terbatas yang terdiri dari mitra umum dan mitra terbatas. Beberapa mitra umum dapat memberikan garansi kepada entitas dan direnumerasi untuk penyediaan garansi tersebut. Dalam situasi tersebut, garansi dan arus kas tersebut terkait pemegang instrumen dalam perannya sebagai pemberi garansi dan bukan dalam perannya sebagai pemilik entitas. Oleh karena itu, garansi dan arus kas tersebut tidak mengakibatkan mitra umum dianggap di bawah mitra terbatas, dan diabaikan saat menilai apakah syarat kontraktual instrumen persekutuan terbatas adalah identik.

PP14H. Contoh lain adalah pengaturan pembagian labs rugi yang mengalokasikan laba rugi kepada pemegang instrumen berdasarkan jasa yang diberikan atau usaha yang dihasilkan selama tahun berjalan dan sebelumnya. Pengaturan tersebut merupakan transaksi dengan pemegang instrumen dalam kapasitasnya bukan

sebagai pemilik dan tidak dapat dipertimbangkan ketika menilai fitur di paragraf 16A atau 16C. Akan tetapi, pengaturan pembagian laba rugi yang mengalokasikan laba rugi kepada pemegang instrumen berdasarkan jumlah nominal instrumennya secara relatif terhadap instrumen lain pada kelas tersebut merepresentasikan transaksi dengan pemegang instrumen dalam perannya sebagai pemilik dan dipertimbangkan ketika menilai fitur di paragraf 16A atau 16C.

PP I4I. Arus kas dan syarat dan ketentuan kontraktual dari transaksi antara pemegang instrumen (dalam kapasitasnya bukan sebagai pemilik) dan entitas penerbit harus serupa dengan transaksi setara yang mungkin terjadi antara bukan pemegang instrumen dan entitas penerbit.

Tidak Ada Instrumen Keuangan atau Kontrak Lain dengan Total Arus Kas yang Secara Substansial Tetap atau Membatasi Imbal Hasil Residu kepada Pemegang Instrumen (paragraf 1613 dan 16D)

PP14J. Kondisi untuk mengklasifikasikan instrumen keuangan sebagai ekuitas (kecuali memenuhi kriteria di paragraf 16A atau 16C) adalah kondisi dimana entitas tidak memiliki instrumen keuangan atau kontrak lain yang memiliki (a) total arus kas yang secara substansial didasarkan pada laba rugi, perubahan aset neto yang diakui atau perubahan nilai wajar aset neto yang diakui dan belum diakui dan (b) dampak secara substansial yang membatasi atau menetapkan imbal hasil residu. Instrumen berikut, ketika dilakukan dalam persyaratan komersial normal dengan pihak yang tidak berelasi, tidak mungkin menghalangi instrumen tersebut (kecuali memenuhi kriteria di paragraf 16A atau 16C) untuk diklasifikasikan sebagai ekuitas:

PSAK 50

dr

(a) instrumen dengan total arus kas yang secara substansial didasarkan pada aset spesifik

entitas.

(b) instrumen dengan total arus kas yang didasarkan pada persentase pendapatan.

(c) kontrak yang dirancang sebagai imbalan pekerja individual atas jasa yang

Dalam dokumen PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (4) (Halaman 52-99)

Dokumen terkait