• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pembangunan Ekonomi

2.2.1.5 Aspek-Aspek Kemiskinan

Kemiskinan mempunyai bermacam-macam aspek. Aspek-aspek ini berbeda-beda tingkatnya dalam tiap-tiap negara. Kemiskinan dalam artian manusia adalah sedikit makan dan pakaian.

Baldwin dan Meier mengemukakan 6 sifat ekonomis yang terdapat di negara-negara miskin atau sedang berkembang yaitu : negara tersebut merupakan produsen barang-barang primer, menghadapi masalah tekanan penduduk, sumber-sumber alam belum banyak diolah, penduduknya masih terbelakang dari segi ekonomi, kekurangan kapital dan orientasi perdagangan ke luar negeri.

a. Produsen Barang-barang Primer

Negara sedang berkembang pada umumnya mempunyai struktur produksi yang terdiri dari bahan dasar dan bahan makanan. Sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian dan sebagian besar penghasilan nasionalnya berasal dari sektor pertanian dan sektor produksi primer nonpertanian.

Yang dimaksud dengan produksi primer adalah produksi dari sektor pertanian, kehutanan, perikanan dan penggalian. Produksi sektor sekunder meliputi hasil-hasil sektor industri, pertambangan, dan bangunan. Sedangkan produksi tersier mencakup hasil dari jasa-jasa seperti listrik, air minum, pemeliharaan kesehatan, pengangkutan, perdagangan, penyimpanan dan perhubungan.

b. Masalah Tekanan Penduduk

Ciri yang kedua ialah negara sedang berkembang mengalami tekanan penduduk yang dapat berbentuk sebagai berikut :

1) Adanya pengangguran di desa-desa.

Pengangguran ini disebabkan oleh luas tanah yang relatif sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bertempat tinggal disitu.

2) Kenaikan jumlah penduduk yang pesat.

Pesatnya pertumbuhan penduduk dikarenakan menurunnya tingkat kematian dan makin tingginya tingkat kelahiran di negara-negara sedang berkembang.

3) Tingkat kelahiran penduduk yang tinggi.

Di negara sedang berkembang menyebabkan makin besarnya jumlah anak-anak yang menjadi tanggungan orang tua, sehingga menurunkan tingkat konsumsi rata-rata. Hal ini disebabkan tingkat produksi barang dan jasa yang relatif tetap dan rendah.

c. Sumber-Sumber Alam Belum Banyak Diolah.

Ciri ketiga yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang ialah sumber-sumber alam belum banyak diusahakan, sehingga masih bersifat potensial. Sumber-sumber alam ini belum dapat menjadi sumber-sumber yang riil, karena kekurangan capital, tenaga ahli dan wiraswasta (entrepreneur).

d. Penduduk Masih Terbelakang

Secara ekonomi, penduduk di negara-negara sedang berkembang masih relatif terbelakang. Artinya, kualitas penduduknya sebagai faktor produksi (tenaga kerja) adalah rendah. Mereka masih merupakan faktor produksi yang kurang efisien, kurang mobilitas dalam pekerjaan baik secara vertikal maupun horizontal. Mereka ini tidak mudah meninggalkan tempat kelahirannya.

e. Kekurangan Kapital

Adanya lingkaran yang tak berujung pangkal (vicious circle) menyebabkan negara sedang berkembang mengalami kekurangan kapital. Kekurangan kapital disebabkan oleh rendahnya tingkat investasi. Rendahnya tingkat investasi ini disebabkan oleh rendahnya tingkat tabungan yang merupakan akibat dari rendahnya tingkat penghasilan. Rendahnya tingkat penghasilan ini disebabkan oleh tingkat produktivitas yang rendah dari tenaga kerja, sumber alam, tanah dan kapital. Pada gilirannya tersebut disebabkan oleh kurangnya kapital, keterbelakangan penduduk dan belum diusahakannya

sumber-sumber alam yang ada. Jadi dapat dikatakan bahwa “negara itu miskin karena miskin”.

f. Orientasi ke Perdagangan Luar Negeri

Hampir semua negara di dunia ini mempunyai hubungan perdagangan luar negeri terlebih-lebih negara sedang berkembang. Perbedaan antara negara sedang berkembang dengan negara-negara yang sudah berkembang dalam hal perdagangan luar negeri adalah bahwa yang diperdagangkan oleh negara-negara sedang berkembang terutama barang-barang produksi primer bahkan hampir seluruhnya untuk ekspor (Irawan & Suparmoko, 2002:15).

2.2.1.6. Penyebab Kemiskinan

Kemiskinan pada dasarnya bukan hanya permasalahan ekonomi tetapi lebih bersifat multidimensional dengan akar permasalahan terletak pada sistem ekonomi dan politik bangsa yang bersangkutan. Masyarakat menjadi miskin oleh sebab adanya kebijakan ekonomi dan politik yang kurang menguntungkan mereka, sehingga mereka tidak memiliki akses yang memadaikan ke sumberdaya-sumberdaya kunci yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan hidup mereka secara layak. Akibatnya mereka terpaksa hidup di bawah standar yang tidak dapat lagi dinilai manusiawi, baik dari aspek ekonomi, aspek pemenuhan kebutuhan fisik, aspek sosial, dan secara politikpun mereka tidak memiliki sarana untuk ikut dalam pengambilan keputusan penting yang menyangkut hidup mereka.

Suyanto & Karnaji (2005:7), membedakan akar penyebab kemiskinan menjadi dua kategori, yaitu :

a. Kemiskinan alamiah, yakni kemiskinan yang timbul sebagai akibat sumber-sumber daya yang langka jumlahnya dan atau karena tingkat perkembangan teknologi yang sangat rendah.

b. Kemiskinan buatan, yakni kemiskinan yang terjadi karena struktur sosial yang ada membuat anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata.

Sharp,et.al dalam Kuncoro (2006:120), mencoba mengidentifikasikan penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat adanya perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.

Paling tidak, dapat dilihat beberapa variabel yang mempengaruhi bagi penduduk miskin. Misalnya ada 11 variabel yang akan diukur dengan pengelompokkan menjadi 4 kelompok utama, yaitu sandang,

pangan, papan dan lainnya untuk menentukan rumah tangga miskin,

yaitu:

a. Kelompok Sandang

Pembelian pakaian selama setahun yang lalu. b. Kelompok pangan, kelompok ini mencakup:

1) Fasilitas air bersih

2) Prosentase pengeluaran rumah tangga untuk makanan selama sebulan yang lalu.

c. Kelompok Papan, kelompok ini mencakup: 1) Kepemilikan rumah

2) Jenis dinding terluas 3) Jenis lantai terluas 4) Sumber penerangan

d. Kelompok lainnya, kelompok ini mencakup: 1) Anggota rumah tangga berumur 6-15 tahun 2) Sumber keuangan rumah tangga

3) Pelayanan kesehatan

Di sisi lain upaya-upaya penanggulangan kemiskinan lebih banyak diarahkan hanya untuk meningkatkan penghasilan masyarakat miskin melalui berbagai program ekonomi, seperti peningkatan penghasilan, pemberian kredit lunak, dan sebagainya (Sudarwati, 2009:33).

2.2.1.7. Indikator Kemiskinan

Berdasarkan pendekatan kebutuhan dasar, ada 3 indikator kemiskinan yang digunakan, yaitu (Sudantoko & Hamdani 2009:81) : a. Pertama, Head Count Index (HCI-P0

b. Kedua, Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P )

1

c. Ketiga, Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Saverity Index-P ) yang merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.

2

d. Foster-Greer-Thorbecke (1984) telah merumuskan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan yaitu :

) yang memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.

P

α

=

Dimana :

α = 0,1,2

z = Garis kemiskinan

yi = Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan (i= 1,2,…,q), yi < z

q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan n = Jumlah penduduk

jika α = 0, diperoleh Head Count Index (P0), jika α = 1 diperoleh Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1) dan jika α = 2 disebut indeks keparahan kemiskinan (Poverty Saverity Index-P2).

Dokumen terkait