• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERKOTAAN TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN MASYARAKAT DI KOTA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERKOTAAN TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN MASYARAKAT DI KOTA SURABAYA."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAPATAN MASYARAKAT

DI KOTA SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembanguanan

Oleh:

0611010085/FE/IE ATU NURI AMIN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

i

serta hidayah-Nya yang telah dilimpahkan sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi. Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengambil judul “Efektifitas Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Terhadap

Tingkat Pendapatan Masyarakat Di Kota Surabaya”.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian berkat bantuan dan bimbingan yang diterima dari Bapak Drs.Suwarno,ME selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.

Atas terselesaikannya skripsi ini, peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Teguh Sudarto,MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(3)

ii

4. Bapak Drs.Ec.Usman Ali,M.Kes, selaku Dosen Wali yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan mendampingi peneliti selama menempuh pendidikan didalam perkuliahan.

5. Segenap staf pengajar dan staf kantor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu pengetahuannya dan pelayanan akademik bagi peneliti.

6. Ayah dan Bunda tercinta yang telah sabar mendidik dan membesarkan peneliti dengan penuh kasih sayang baik moral, material, maupun spiritual, dan juga untuk adik peneliti, semua perhatianmu tidak akan pernah peneliti lupakan.

Akhir kata yang dapat terucapkan semoga penyusunan skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak-pihak lain yang membutuhkan, semoga Allah SWT memberikan balasan setimpal.

Wassallamualaikum Wr.Wb

Surabaya, Juni 2010

(4)

iii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

2.2 Landasan Teori ... 12

2.2.1 Pembangunan Ekonomi ... 12

2.2.1.1 Pengertian Kemiskinan ... 16

2.2.1.2 Ukuran Kemiskinan ... 18

2.2.1.3 Ciri-Ciri Kemiskinan ... 22

2.2.1.4 Macam-Macam Kemiskinan ... 24

(5)

iv

2.2.2 Pengertian Pendapatan ... 33

2.2.2.1 Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan ... 37

2.2.2.2 Upaya-Upaya Yang Akan Dilaksanakan Untuk Meningkatkan Efektifitas Program ... 40

2.2.2.3 Penggunaan Dana ... 41

2.2.3 Peran Aparatur dan Masyarakat Sebagai Penerima Bantuan ... 44

2.2.4 Masyarakat Penerima Bantuan ... 45

2.2.5 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) ... 47

2.2.6 Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) ... 48

2.2.7 Unit Pengelola Keuangan (UPK) ... 48

2.2.8 Forum Konsultasi Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan ... 49

2.3 Kerangka Pikir ... 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 60

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 61

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 62

3.3.1 Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian ... 62

(6)

v

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Penelitian ... 68

4.1.1 Keadaan Penduduk di Kota Surabaya ... 68

4.1.2 Perkembangan Penduduk Prasejahtera dan Sejahtera .. 75

4.1.3 Gambaran Sampel Penelitian ... 76

4.1.4 Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan ... 79

4.1.4.1 Usulan Kegiatan Proyek ... 80

4.1.5 Pengendalian dan Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan ... 81

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 82

4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 90

4.3.1 Uji Hipotesis ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 94

5.2 Saran ... 95

(7)

viii Lampiran 1 : Data Penelitian

Lampiran 2 : Uji Beda Dua Buah Rata-Rata Dengan Menggunakan SPSS Ver.13 (Statistical Program For Social Science)

(8)

ix Oleh : Atu Nuri Amin

Abstraksi

Masih tingginya tingkat kemiskinan yang ada hingga saat ini tentunya menjadi beban dalam upaya pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia. Karena, upaya untuk mengentaskan kemiskinan masih tetap menjadi tantangan yang belum dijawab dengan baik, meskipun telah dikembangkan berbagai modal bantuan keuangan yang notabene ditujukan untuk meningkatkan modal keuangan masyarakat.

Diantara berbagai upaya yang dikembangkan pemerintah dalam membantu masyarakat miskin adalah dengan mengembangkan suatu kegiatan atau ekonomi produktif yang terikat dalam suatu program. Pendekatan itu adalah suatu program penanggulangan kemiskinan yang mampu memperluas proyek dan pilihan bagi masyarakat untuk dapat hidup berkembang dimasa depan khususnya masyarakat miskin di daerah perkotaan.

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari lembaga-lembaga yang ada di dalam masyarakat seperti Badan Keswadayaan Masyarakat di 15 kelurahan yang menjadi sampel penelitian ini sebagai pelaksana Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan dan Badan Pusat Statistik. Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah uji beda dua rata-rata yang menunjukkan perbedaan antara pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan dana Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan.

Melalui analisa uji beda dua rata-rata dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara pendapatan sebelum dan sesudah menerima dana bantuan dengan melihat nilai thitung sebesar 32,807 yang lebih besar dari nilai ttabel = 2,060.

(9)

1 1.1 Latar Belakang

Dewasa ini melalui berbagai media masa dapat terbaca dan terlihat tentang meningkatnya berbagai permasalahan yang ada di berbagai kota besar di Indonesia. Masalah yang muncul antara lain: meningkatnya angka penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan, meningkatnya angka pengangguran, menipisnya sumber air minum, meningkatnya angka kebakaran di musim kemarau, banyaknya daerah yang tertimpa banjir di musim penghujan, meningkatnya jumlah anak jalanan dan pengemis, meningkatnya kasus perampokan, dan sebagainya. Berbagai permasalahan tersebut seringkali dikaitkan dengan banyaknya jumlah penduduk miskin di Indonesia. Menurut Faturochman dalam Yasa (2009:86), kemiskinan diyakini sebagai akar permasalahan hilangnya martabat manusia, hilangnya keadilan, belum terciptanya masyarakat madani, tidak berjalannya demokrasi, dan terjadinya degradasi lingkungan.

(10)

sedangkan di daerah pedesaan sebanyak 22,70 juta orang (19,98%). Pada tahun 2006 terdapat 39,30 juta orang (17,75%) penduduk miskin di Indonesia, terdiri atas 14,49 juta orang (13,47%) penduduk miskin yang berada di daerah perkotaan, dan 24,81 juta orang (21,81%) penduduk miskin yang berada di daerah pedesaan. Pada tahun 2007 sebanyak 37,17 juta orang (16,58%) penduduk miskin di Indonesia, turun 2,13 juta orang (1,17%) dibandingkan pada tahun 2006 yang lalu.

Pada tahun 2008, penduduk miskin di Indonesia berjumlah 34,96 juta orang (15,42%) (ekonomi & bisnis, 2009:1), jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan telah berkurang 0,79 juta orang (0,87%), sementara penduduk miskin di daerah pedesaan turun 1,42 juta orang (1,44%).

Sedangkan berdasarkan laporan BPS (2009) dalam (perempuan kiri, 2010:2), angka kemiskinan di Indonesia mencapai 40 juta orang (18,2%). Sementara itu jika mengacu pada kriteria Bank Dunia, angka kemiskinan di Indonesia mencapai 60%.

(11)

berubah. Pada bulan Maret 2008, sebagian besar (65,26 persen) penduduk miskin berada di daerah pedesaan (Pemda Jatim, 2008:2).

Begitu pula di kota besar seperti di Surabaya pun tak luput dengan permasalahan kemiskinan yang selalu menjadi topik utama guna mencari solusi pengentasan kemiskinan. Penyelesaian problem kemiskinan menjadi salah satu prioritas Pemkot Surabaya hingga kini. Namun, alih-alih angka kemiskinan berkurang, namun justru bertambah. Padahal, “intervensi” anggaran yang disediakan pemkot dari tahun ke tahun terus naik. Berdasarkan data Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas), angka kemiskinan di Surabaya tak kunjung berkurang dalam tiga tahun terakhir. Pada 2005, penduduk miskin di kota ini terdata 194,6 ribu orang (7,35%), tahun 2006 berjumlah 210,8 ribu orang (8,08%), dan tahun 2007 sebanyak 203,7 ribu orang (7,98%) (Anonim, 2007:7).

(12)

pembangunan. Menurut Mubyarto dalam Yasa (2009), ketakberdayaan penduduk miskin disebabkan mereka tidak memiliki aset sebagai sumber pendapatan juga karena struktur sosial ekonomi tidak membuka peluang orang miskin keluar dari lingkungan kemiskinan yang tak berujung pangkal.

Diantara berbagai upaya yang dikembangkan pemerintah dalam membantu masyarakat tersebut adalah dengan mengembangkan suatu kegiatan atau ekonomi produktif yang terikat dalam suatu program. Pendekatan itu adalah suatu program penanggulangan kemiskinan yang mampu memperluas prospek dan pilihan bagi masyarakat untuk dapat hidup berkembang di masa depan khususnya masyarakat miskin di daerah perkotaan. Dengan latar belakang inilah, pemerintah memandang perlu untuk memberikan bantuan kepada masyarakat miskin perkotaan melalui Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan.

(13)

perluasan institusi masyarakat bagi masyarakat dan perkembangan masyarakat di masa yang akan datang (Rizky & Majidi, 2009:5).

Sehingga dalam hal ini dapat menciptakan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan atau ekonomi masyarakat. Dan lokasi sasaran yang difokuskan Program Penanggulangan kemiskinan Perkotaan sebagai penerima bantuan adalah pada satuan pemukiman kelurahan. Dimana satuan pemukiman mempunyai makna yang penting mengingat disinilah muncul kebersamaan atas dasar kepentingan yang sama. Selain itu pada satuan-satuan pemukiman terkonsentrasi pula berbagai kegiatan sosial, ekonomi dan fisik dengan keadaan sosialnya sendiri (Anonim, 1999:3).

Program penangulangan kemiskinan yang dimulai sejak Pelita (Pembangunan Lima Tahun) pertama sudah menjangkau seluruh pelosok tanah air. Upaya tersebut telah menghasilkan perkembangan yang positif. Namun demikian, krisis moneter dan ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 telah mengecilkan arti berbagai pencapaian pembangunan tersebut.

(14)

dapat dijalankan sendiri oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan.

Sehubungan dengan itu, dibutuhkan suatu program penanggulangan kemiskinan yang mampu memperluas harapan dan pilihan untuk dapat hidup dan berkembang di masa depan, khususnya bagi masyarakat miskin di perkotaan. Program tersebut diperlukan untuk mendukung lebih lanjut program penanggulangan kemiskinan yang telah berjalan seperti IDT (Inpres Desa Tertinggal) atau yang baru berjalan seperti PPK (Program Pengembangan Kecamatan), sasarannya di pedesaan. Sehingga dari permasalahan ini peneliti mengambil judul penelitian Efektifitas Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat Di Kota Surabaya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

 Apakah terdapat peningkatan pendapatan masyarakat di Kota

(15)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

 Untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan pendapatan

masyarakat di Kota Surabaya antara sebelum dan sesudah adanya Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bagi masyarakat umum, sebagai alat untuk menambah & memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

b. Guna membantu mahasiswa maupun masyarakat umum dalam membahas atau memecahkan permasalahan yang sama.

c. Sebagai bahan untuk menganalisis pengaruh Program

(16)

8

2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi tingkat kemiskinan dan hasil penelitian tersebut adalah :

1. Yasa (2009:86), jurnal dengan judul “Penanggulangan Kemiskinan

Berbasis Partisipasi Masyarakat di Provinsi Bali” yang mana pada

penelitian ini variabel bebas (X) adalah kemiskinan, sedangkan

variabel terikat (Y) adalah perkembangan. Dalam penelitian ini pada

tahun 2005 terdapat jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali,

berdasarkan pendapatan BPS mencapai 147.044 rumah tangga yaitu

sekitar 17,15 persen dari total rumah tangga. Kabupaten Karangasem,

Buleleng, Bangli dan Klungkung memiliki rumah tangga miskin yang

relatif banyak. Di Kabupaten Karangasem bahkan mencapai lebih dari

40 persen.

2. Soekamto, dkk (2009:1), jurnal dengan judul “Partisipasi

Masyarakat Dalam Penanggulangan Kemiskinan” yang mana pada

penelitian ini variabel bebas (X) adalah partisipasi masyarakat,

sedangkan variabel terikat (Y) adalah program penanggulangan

kemiskinan perkotaan. Dalam penelitian ini metode penelitian yang

(17)

ini adalah Kelurahan Bandulan Kecamatan Sukun Kota Malang.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik “snow

ball sampling” atau bola salju yang menggelinding semakin lama semakin besar. Penelitian ini menghasilkan P2KP memandang

kemiskinan bukan sekedar persoalan ekonomi saja, akan tetapi lebih

menekankan pada persoalan keadilan khususnya keadilan dalam

memperoleh kesempatan berusaha. Adapun hasil temuan dalam

penelitian ini yaitu, kendala BKM untuk meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam implementasi P2KP dapat digolongkan sangat

serius. Kendala tersebut selain berasal dari faktor yang menghambat

usaha-usaha untuk membela orang kecil/ masyarakat miskin, juga

datang dari faktor kondisi internal masyarakat miskin itu sendiri.

3. Sijabat (2008:1), jurnal dengan judul “Potret Iklim Usaha

Pemberdayaan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)”,

penelitian ini menjelaskan tentang berbagai aspek iklim usaha

sekarang ini yang belum sepenuhnya mampu mendorong UMKM

untuk lebih produktif, efisien, dan berdaya saing, nampaknya

komitmen untuk memberdayakan ekonomi rakyat harus diarahkan

menjadi konsensus nasional. Kondisi UMKM yang masih marjinal

baik dalam berbagai aspek usahanya nampaknya belum dapat

diselesaikan hanya dengan memberikan bantuan fisik dan permodalan

melalui berbagai program. Tetapi yang lebih penting adalah

(18)

4. Muchtar (2003), jurnal dengan judul “Strategi Pemberdayaan

Berbasis Kelembagaan Lokal Dalam Penanganan Kemiskinan

Perkotaan”, penelitian ini bermaksud mendapatkan gambaran nyata

implementasi program P2KP secara sistematis dan faktual di

lapangan, serta kecenderungan pencapaian hasil program, oleh karena

itu jenis penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif, dan evaluatif

sifatnya. Informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive

sampling (sampling bertujuan), dan teknik pengumpulan data dengan wawancara (interview) dan observasi. Teknik analisis data dalam

penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan: reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan. Dan hasilnya adalah tidak terjadi

proses pemberdayaan dalam implementasi P2KP tahap 1 yang

disebabkan oleh pemahaman para pelaku program Project

Management Unit (PMU), Konsultan Management Pusat (KMP), Konsultan Management Wilayah (KMW), Faskel, dan BKM terhadap

konsep P2KP yang tidak utuh.

5. Anonim, jurnal dengan judul “Pemetaan Kemiskinan dan Strategi

Pengentasannya Berbasis Institusi Lokal dan Berkelanjutan di Era

Otonomi Daerah di Provinsi Sumatra Barat” penelitian ini bertujuan memetakan kantong-kantong dan merumuskan strategi pengentasan

kemiskinan berdasarkan institusi lokal. Dalam penelitian ini teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah survey, wawancara

(19)

dan pengumpulan data sekunder. Hasil dari penelitian ini yaitu kinerja

ekonomi di provinsi ini, untuk tahun 2003 pertumbuhan ekonomi

5%-7% pertahun. Diantaranya terbanyak pertanian 25,16% dan didukung

lima subsektor yaitu tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan,

peternakan, kehutanan, dan perikanan laut.

6. Salim,et.al (2008:16), jurnal dengan judul “Prospek Peningkatan

Kualitas Ruang Perumahan dan Pemukiman yang Berbasis pada

Komunitas”. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

diskusi kelompok terfokus atau Focus Group Discussion (FGD),

pendekatan kualitatif, observasi dan wawancara. Hasil dari penelitian

ini yaitu gejala adanya prospek baik diisyaratkan oleh adanya indikasi

kuat bahwa warga mempunyai kepercayaan terhadap kemampuan

sendiri untuk membangun, mempunyai minat relatif besar untuk

membangun lingkungannya, dan bersedia memberikan sumberdaya

yang dimilikinya sesuai kemampuan.

7. Adi (2005:27), jurnal dengan judul “Kemiskinan Multidimensi”. Metode penelitian yang dipakai yaitu dengan metode penelitian yang

‘tidak mengganggu’ (the unobstrusive research) atau dikenal pula dengan nama metode penelitian ‘non-reaktif’ (the non reactive methods). Teknik pengumpulan data melalui perangkat keras seperti penggunaan video kamera dan kamera foto, dan wawancara.

Penelitian ini membahas tentang perbandingan tingkat kemiskinan

(20)

program penanganan kemiskinan sebaiknya tidak dilepaskan dari

program pembangunan secara keseluruhan. Karena yang akan

menjadi akar masalah itu bukanlah kemiskinan itu sendiri. Tetapi

kemiskinan merupakan gejala dari adanya kesenjangan pembangunan

di berbagai bidang yang terjadi antara kota-kota besar dan daerah asal

migran tersebut.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu yaitu pada

penelitian terdahulu cenderung menggunakan metode penelitian kualitatif

yaitu menjelaskan tentang penggabungan antara teori satu dengan teori yang

lainnya berdasarkan hasil dari penelitian. Sedangkan penelitian yang saat ini

penulis lakukan yaitu menggunakan metode kuantitatif yakni penggabungan

antara teori dengan hasil penelitian yang berupa data angka yang signifikan.

2.2. Landasan Teori

Landasan teori atau tinjauan pustaka ini dimaksudkan untuk

mengetahui dan menemukan dasar-dasar secara teoritis guna membantu

memecahkan masalah yang berkaitan dengan “Kemiskinan”.

2.2.1. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan

taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya

pendapatan riil per kapita. Jadi tujuan pembangunan ekonomi disamping

untuk menaikkan pendapatan nasional riil juga untuk meningkatkan

(21)

adalah suatu proses, di mana dalam proses ini terdapat bermacam-macam

unsur.

Istilah pertumbuhan, perkembangan, dan pembangunan sering

digunakan secara bergantian, tetapi mempunyai maksud yang sama,

terutama dalam pembicaraan-pembicaraan mengenai masalah ekonomi.

Tetapi apabila kedua istilah tersebut digunakan bersama maka sebaiknya

diberikan pengertian masing-masing yang lebih khusus. Dikatakan ada

“pertumbuhan ekonomi” apabila terdapat lebih banyak output dan ada “perkembangan” atau “pembangunan” ekonomi kalau tidak hanya terdapat lebih banyak output, tetapi juga perubahan-perubahan dalam

kelembagaan dan pengetahuan teknik dalam menghasilkan output yang

lebih banyak itu. Pertumbuhan dapat meliputi penggunaan input lebih

banyak dan lebih efisien, yaitu adanya kenaikan output per satuan input;

dengan kata lain, dengan satuan input tertentu dapat menghasilkan output

yang lebih banyak.

“Pembangunan atau perkembangan” ekonomi menunjukkan perubahan-perubahan dalam struktur output dan alokasi input pada berbagai

sektor perekonomian di samping kenaikan output. Jadi pada umumnya

“perkembangan” atau “pembangunan” selalu disertai dengan “pertumbuhan”, tetapi “pertumbuhan” belum tentu disertai dengan “pembangunan” atau “perkembangan”. Tetapi pada tingkat-tingkat permulaan, perkembangan ekonomi mungkin pembangunan ekonomi selalu

(22)

Adapun manfaat dari pembangunan/ perkembangan ekonomi, yaitu

antara lain :

a. Dengan adanya pembangunan ekonomi maka output atau kekayaan

suatu masyarakat atau perekonomian akan bertambah. Di samping itu

kebahagiaan penduduk akan bertambah pula karena pembangunan

ekonomi tersebut menambah kesempatan untuk mengadakan pilihan

yang lebih luas.

b. Pembangunan ekonomi dapat memberikan kepada manusia kemampuan

yang lebih besar untuk menguasai alam sekitarnya dan mempertinggi

tingkat kebebasannya dalam mengadakan suatu tindakan tertentu. Oleh

karena itu pembangunan ekonomi perlu dilaksanakan demi kehidupan

manusia yang layak.

c. Pembangunan ekonomi juga memberikan suatu kebebasan untuk

memilih kesenangan yang lebih luas. Di dalam perekonomian yang

masih primitif orang dipaksa bekerja keras hanya untuk

mempertahankan hidupnya sekadar untuk tidak mati. Dengan

pembangunan ekonomi akan tersedia lebih banyak barang-barang

pemuas kebutuhan dan juga lebih banyak kesempatan untuk hidup

bersenang-senang.

d. Pembangunan ekonomi juga memungkinkan orang untuk memikirkan

lebih banyak sifat-sifat perikemanusiaan, karena makin banyaknya

sarana yang tersedia. Orang dapat diharapkan menolong orang lain

(23)

ada suatu surplus yang tersedia untuk orang lain yang menderita karena

cacat, bencana alam atau miskin (Irawan & Suparmoko, 2002:8).

Seandainya kebaikan-kebaikan tersebut di atas dapat terjadi atau

terlaksana tanpa biaya yaitu yang berupa kesulitan-kesulitan atau

kerugian-kerugian yang harus diderita oleh masyarakat, sudah tentu orang akan

mendukung sepenuhnya. Namun ada orang-orang yang menganggap bahwa

baik tingkah laku maupun lembaga-lembaga yang diperlukan untuk

melaksanakan pembangunan ekonomi adalah kurang baik bahkan tidak

diinginkan. Mereka ini lebih menghendaki adanya tingkah laku maupun

lembaga-lembaga yang statis. Pertama-tama mereka tidak menyukai adanya

semangat ekonomis atau semangat penghemat. Namun justru semangat

inilah yang sebenarnya merupakan salah satu syarat untuk dapat

dilaksanakannya pembangunan ekonomi.

Hal ini sering pula dikenal sebagai prinsip ekonomi yaitu dengan

hasil tertentu dicapai pengorbanan (biaya) sekecil-kecilnya. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan ekonomi akan mendorong

orang berpikir untuk lebih mementingkan diri sendiri. Sifat-sifat yang

mementingkan diri sendiri ini memang merupakan perubahan yang harus

dialami dalam proses pembangunan. Cara hidup gotong royong yang

umumnya terdapat di negara-negara yang sedang berkembang (khususnya

Indonesia) makin berkurang. Demikian pula sifat-sifat kekeluargaan serta

(24)

2.2.1.1. Pengertian Kemiskinan

Penulis mengungkapkan beberapa pengertian tentang kemiskinan

dari beberapa para ahli antara lain :

a. Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi

kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos dalam

Suharto, 2009:2).

b. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis

nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non

makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas

kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah

rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar

kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan

kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian,

kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa

lainnya (BPS dan Depsos dalam Suharto, 2009:3).

c. Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi pendapatan dalam

bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntunan non-material

yang diterima oleh seseorang. Secara luas kemiskinan meliputi

kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaan kesehatan yang

buruk, kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat

(SMERU dalam Suharto, 2009:3).

d. Menurut Sajogyo dalam Suyanto & Karnaji (2005:3), kemiskinan

(25)

kebutuhan hidup minimum yang ditetapkan berdasarkan atas

kebutuhan pokok pangan yang membuat orang cukup bekerja dan

hidup sehat berdasarkan atas kebutuhan beras dan kebutuhan gizi.

e. Kemiskinan sesungguhnya bukan semata-mata kurangnya pendapatan

untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok atau standar hidup layak,

namun lebih dari itu esensi kemiskinan adalah menyangkut

kemungkinan atau probabilitas orang atau keluarga miskin itu untuk

melangsungkan dan mengembangkan usaha serta taraf kehidupannya

(Suyanto & Karnaji, 2005:1).

f. Menurut Friedman dalam Suyanto & Karnaji (2005:2), kemiskinan

adalah ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis

kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial meliputi: (a) modal produktif

atas aset (tanah perumahan, peralatan, dan kesehatan), (b) sumber

keuangan seperti income dan kredit yang memadai, (c) organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan

bersama seperti koperasi, (d) network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang-barang, pengetahuan dan ketrampilan

yang memadai, (e) informasi-informasi yang berguna untuk

kehidupan.

g. Menurut Levitan dalam Suyanto & Karnaji (2005:1), mendefinisikan

kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan

pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standart hidup yang

(26)

h. Menurut Schiller dalam Suyanto & Karnaji (2005:1), kemiskinan

adalah ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang-barang dan

pelayanan-pelayanan yang memadai untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan sosial yang terbatas.

i. Ghose & Griffin dalam Bayo (1981:4), mengatakan bahwa

kemiskinan di negara-negara ini berarti kelaparan, kekurangan gizi,

ditambah pakaian dan perumahan yang tidak memadai, tingkat

pendidikan yang rendah, tidak ada atau sedikit sekali kesempatan

untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang elementer, dan lain-lain.

Definisi dan pengertian kemiskinan yang lebih lengkap

dikemukakan oleh Chambers dalam Suyanto & Karnaji (2005:10).

Menurut Chambers, inti dari masalah kemiskinan sebenarnya terletak

pada apa yang disebut deprivation trap atau perangkap kemiskinan yang

terdiri atas lima unsur, yaitu : (1) kemiskinan itu sendiri, (2) kelemahan

fisik, (3) keterasingan atau kadar isolasi, (4) kerentanan, dan (5)

ketidakberdayaan. Kelima unsur ini sering kali berkait satu dengan yang

lainnya sehingga merupakan perangkap kemiskinan yang benar-benar

berbahaya dan mematikan peluang hidup orang atau keluarga miskin.

2.2.1.2. Ukuran Kemiskinan

Ada 2 ukuran yang digunakan oleh Bank Dunia dalam menentukan

penduduk yang masuk dalam kategori miskin, yaitu:

a) US $ 1 per kapita per hari dimana diperkirakan ada sekitar 1,2 miliar

(27)

b) US $ 2 per kapita per hari

US dollar yang digunakan adalah US $ PPP (Purchasing Power Parity),

bukan nilai tukar resmi (exchange rate). Kedua batas ini adalah garis

kemiskinan absolut.

dimana lebih dari 2 miliar penduduk yang

hidup kurang dari batas tersebut.

Sajogyo dalam Suyanto & Karnaji (2005:3), telah membuat suatu

batasan atau klasifikasi kemiskinan sebagai berikut :

a. Untuk daerah perkotaan, seseorang disebut miskin apabila

mengkonsumsi beras kurang dari 420 kilogram per tahunnya.

b. Untuk daerah pedesaan, seseorang disebut miskin apabila

mengkonsumsi 320 kilogram, miskin sekali apabila mengkonsumsi

240 kilogram dan paling miskin apabila mengkonsumsi kurang dari

180 kilogram per tahunnya.

Jika memakai ketetapan Badan Pusat Statistik ukuran penduduk,

yang termasuk batas garis kemiskinan (GK) secara nasional pada maret

2009 adalah Rp200.262 per kapita per bulan. Garis kemiskinan pada

tahun-tahun sebelumnya adalah: Rp129.108 (2005), Rp151.997 (2006),

Rp166.697 (2007), dan Rp182.636 (2008). Tabel 1 juga memperlihatkan

perkembangan garis kemiskinan secara nasional untuk daerah perkotaan

(28)

Tabel 1. Perkembangan Garis Kemiskinan BPS (Rp per kapita per

Sedangkan jika dilihat dari segi tahapan pencapaian tingkat

kesejahteraan maka Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(1997:14) mengelompokkan suatu golongan keluarga kedalam 5 (lima)

tahapan yaitu :

a. Keluarga prasejahtera adalah keluarga-keluarga yang kurang mampu

memenuhi kebutuhan pokoknya dalam arti makanan perumahan dan

pakaian, investasi guna memenuhi kebutuhan pokok :

1) Semua anggota keluarga beribadah sesuai dengan agama mereka.

2) Makan dua kali sehari.

3) Busana yang berbeda untuk dirumah, kerja, sekolah dan rekreasi.

4) Tidak makan dilantai.

5) Memperoleh pelayanan kesehatan professional atau pengobatan

modern.

b. Keluarga sejahtera tahap 1 adalah para keluarga yang mampu

memenuhi kebutuhan pokok, namun kebutuhan sosial belum

(29)

1) Segenap anggota keluarga beribadah sesuai agama dan

kepercayaannya.

2) Makan daging, telur, ayam atau paling tidak makan daging sekali

seminggu.

3) Segenap anggota keluarga paling tidak mempunyai satu pasang

busana baru tiap bulan.

4) Pasang lantai paling sedikit delapan meter persegi perorang.

5) Tidak ada masalah dengan kesehatan selama tiga bulan terakhir.

6) Paling tidak satu anggota diatas umur 15 tahun memiliki sumber

pendapatan yang tetap.

7) Seluruh anggota dibawah 60 tahun dapat membaca.

8) Semua anak umur 6 – 15 tahun.

9) Orang tua harus mempunyai dua anak atau bila memungkinkan,

mereka menggunakan kontrasepsi.

c. Keluarga sejahtera tahap 2 adalah keluarga yang mampu memenuhi

kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial namun belum sanggup

memenuhi kebutuhan pengembangan mereka :

1) Semua anggota mengikuti pengetahuan agama yang lebih

mendalam.

2) Sebagian pendapatan keluarga untuk tabungan keluarga.

3) Paling sedikit seluruh anggota keluarga bersantap bersama sekali

dalam sehari.

(30)

5) Paling sedikit keluarga bertamasya sekali dalam enam bulan.

6) Keluarga memperoleh berita dari media massa.

7) Semua anggota mempunyai akses terhadap transportasi umum.

d. Keluarga Sejahtera tahap 3 adalah keluarga yang mampu memenuhi

kebutuhan dasar, kebutuhan sosial, dan kebutuhan pembangunan,

namun belum sanggup menyumbang bagi kegiatan-kegiatan sosial.

Investasi guna meningkatkan partisipasi sosial :

1) Keluarga secara teratur menyumbang pada kegiatan-kegiatan

masyarakat dalam bentuk materi.

2) Anggota keluarga berada pada manajemen lembaga masyarakat.

e. Keluarga sejahtera tahap 3 plus adalah keluarga-keluarga yang

mampu memenuhi seluruh kebutuhan pokok, termasuk pembangunan

dan partisipasi sosial. Keluarga-keluarga dalam kemampuan

menolong keluarga lain dalam masyarakat. Profil yang ideal

menggambarkan keluarga Indonesia.

2.2.1.3. Ciri-Ciri Kemiskinan

Suyanto & Karnaji (2005:5), menyatakan pada dasarnya ada

beberapa ciri dari kemiskinan, yaitu antara lain sebagai berikut :

a. Mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan pada umumnya tidak

memiliki faktor produksi sendiri, seperti : tanah yang cukup, modal

atau keterampilan. Faktor produksi yang dimiliki umumnya sedikit,

sehingga kemampuan untuk memperoleh pendapatan menjadi sangat

(31)

b. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan untuk

memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan yang

diperoleh tidak cukup untuk memperoleh tanah garapan ataupun

modal usaha.

c. Tingkat pendidikan golongan miskin umumnya rendah, tidak sampai

tamat sekolah dasar. Waktu mereka umumnya habis tersita untuk

mencari nafkah sehingga tidak ada lagi waktu untuk belajar.

Demikian juga dengan anak-anak mereka, tak dapat menyelesaikan

sekolah karena harus membantu orang tuanya mencari nafkah

tambahan.

d. Banyak diantara mereka yang tinggal di daerah pedesaan, dan tidak

mempunyai tanah garapan, atau kalaupun ada relatif kecil sekali.

Banyak di antara mereka lalu menjadi pekerja bebas (self employed)

yang berusaha apa saja. Pada umumnya mereka menjadi buruh tani

atau pekerja kasar di luar pertanian. Akibat didalam situasi penawaran

tenaga kerja yang besar, maka tingkat upah menjadi rendah sehingga

mengurung mereka selalu hidup dibawah garis kemiskinan.

e. Banyak di antara mereka yang hidup di kota masih muda dan tidak

mempunyai keterampilan atau skill dan pendidikan. Perkembangan

teknologi di kota-kota negara sedang berkembang justru menampik

penyerapan tenaga kerja, sehingga penduduk miskin yang pindah ke

(32)

Ciri-ciri bahwa rumah tangga miskin pada umumnya rumah

tangga yang mempunyai anggota rumah tangga banyak, yang kepala

rumah tangganya merupakan pekerja rumah tangga, tingkat pendidikan

kepala rumah tangga maupun anggotanya rendah, sering berubah

pekerjaan, sebagian besar mereka yang telah bekerja masih mau

menerima tambahan pekerjaan lagi bila ditawarkan, dan sebagian besar

sumber pendapatan utamanya adalah sektor pertanian. Masalah

kemiskinan, merupakan masalah Sumber Daya Manusia (SDM). Pertama,

masih belum berkembangnya (under development) SDM. Kedua, masih

belum dimanfaatkannya seluruh keterampilan dan kemampuan SDM

secara optimal (Sudarwati, 2009:17).

2.2.1.4 Macam-Macam Kemiskinan

Adapun macam-macam kemiskinan antara lain, yaitu :

a. Kemiskinan relatif, kemiskinan relatif merupakan kondisi masyarakat

karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu

menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan

ketimpangan distribusi pendapatan.

b. Kemiskinan absolut, kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan

ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti

pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang

diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.

c. Kemiskinan struktural dan kultural, terminologi lain yang juga pernah

(33)

kemiskinan kultural. Soetandyo Wignjosoebroto dalam “Kemiskinan

Struktural : Masalah dan Kebijakan” yang dirangkum oleh Suyanto

(1995) mendefinisikan “Kemiskinan struktural adalah kemiskinan

yang ditengarai atau didalihkan bersebab dari kondisi struktur, atau

tatanan kehidupan yang tak menguntungkan”. Sedangkan kemiskinan

kultural diakibatkan oleh faktor-faktor adat dan budaya suatu daerah

tertentu yang membelenggu seseorang tetap melekat dengan indikator

kemiskinan. Soetandyo Wignjosoebroto dalam “Kemiskinan,

Kebudayaan, dan Gerakan Membudayakan Keberdayaan” yang

dirangkum oleh Suyanto (1995) mendefinisikan “Kemiskinan adalah

suatu ketidak-berdayaan”. Keberdayaan itu sesungguhnya merupakan

fungsi kebudayaan. Artinya, berdaya tidak dalam kehidupan

bermasyarakatnya itu dalam kenyataan akan banyak ditentukan dan

dipengaruhi oleh determinan-determinan sosial-budayanya (seperti

misalnya posisi, status dan wawasan yang dipunyainya). Sebaliknya,

semua fasilitas sosial yang teraih dan dapat didayagunakan olehnya

akan ikut pula menentukan keberdayaannya kelak didalam

pengembangan dirinya ditengah masyarakat (Wignjosoebroto dalam

Sudantoko & Hamdani, 2009:43).

d. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya

memang miskin. Kelompok masyarakat tersebut menjadi miskin

karena tidak memiliki sumberdaya yang memadai baik sumberdaya

(34)

mendapat imbalan pendapatan yang rendah. Menurut Baswir dalam

Sudarwati (2009:25), kemiskinan natural adalah kemiskinan yang

disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti karena cacat, sakit, usia

lanjut atau karena bencana alam. Kondisi kemiskinan seperti ini

menurut Kartasasmita disebut sebagai “Persisten poverty” yaitu

kemiskinan yang telah kronis atau telah turun temurun.

2.2.1.5. Aspek- Aspek Kemiskinan

Kemiskinan mempunyai bermacam-macam aspek. Aspek-aspek ini

berbeda-beda tingkatnya dalam tiap-tiap negara. Kemiskinan dalam artian

manusia adalah sedikit makan dan pakaian.

Baldwin dan Meier mengemukakan 6 sifat ekonomis yang terdapat

di negara-negara miskin atau sedang berkembang yaitu : negara tersebut

merupakan produsen barang-barang primer, menghadapi masalah tekanan

penduduk, sumber-sumber alam belum banyak diolah, penduduknya

masih terbelakang dari segi ekonomi, kekurangan kapital dan orientasi

perdagangan ke luar negeri.

a. Produsen Barang-barang Primer

Negara sedang berkembang pada umumnya mempunyai

struktur produksi yang terdiri dari bahan dasar dan bahan makanan.

Sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian dan sebagian

besar penghasilan nasionalnya berasal dari sektor pertanian dan sektor

(35)

Yang dimaksud dengan produksi primer adalah produksi dari

sektor pertanian, kehutanan, perikanan dan penggalian. Produksi

sektor sekunder meliputi hasil-hasil sektor industri, pertambangan,

dan bangunan. Sedangkan produksi tersier mencakup hasil dari

jasa-jasa seperti listrik, air minum, pemeliharaan kesehatan, pengangkutan,

perdagangan, penyimpanan dan perhubungan.

b. Masalah Tekanan Penduduk

Ciri yang kedua ialah negara sedang berkembang mengalami

tekanan penduduk yang dapat berbentuk sebagai berikut :

1) Adanya pengangguran di desa-desa.

Pengangguran ini disebabkan oleh luas tanah yang relatif sedikit

dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bertempat tinggal

disitu.

2) Kenaikan jumlah penduduk yang pesat.

Pesatnya pertumbuhan penduduk dikarenakan menurunnya tingkat

kematian dan makin tingginya tingkat kelahiran di negara-negara

sedang berkembang.

3) Tingkat kelahiran penduduk yang tinggi.

Di negara sedang berkembang menyebabkan makin besarnya

jumlah anak-anak yang menjadi tanggungan orang tua, sehingga

menurunkan tingkat konsumsi rata-rata. Hal ini disebabkan

(36)

c. Sumber-Sumber Alam Belum Banyak Diolah.

Ciri ketiga yang dihadapi oleh negara-negara sedang

berkembang ialah sumber-sumber alam belum banyak diusahakan,

sehingga masih bersifat potensial. Sumber-sumber alam ini belum

dapat menjadi sumber-sumber yang riil, karena kekurangan capital,

tenaga ahli dan wiraswasta (entrepreneur).

d. Penduduk Masih Terbelakang

Secara ekonomi, penduduk di negara-negara sedang

berkembang masih relatif terbelakang. Artinya, kualitas penduduknya

sebagai faktor produksi (tenaga kerja) adalah rendah. Mereka masih

merupakan faktor produksi yang kurang efisien, kurang mobilitas

dalam pekerjaan baik secara vertikal maupun horizontal. Mereka ini

tidak mudah meninggalkan tempat kelahirannya.

e. Kekurangan Kapital

Adanya lingkaran yang tak berujung pangkal (vicious circle)

menyebabkan negara sedang berkembang mengalami kekurangan

kapital. Kekurangan kapital disebabkan oleh rendahnya tingkat

investasi. Rendahnya tingkat investasi ini disebabkan oleh rendahnya

tingkat tabungan yang merupakan akibat dari rendahnya tingkat

penghasilan. Rendahnya tingkat penghasilan ini disebabkan oleh

tingkat produktivitas yang rendah dari tenaga kerja, sumber alam,

tanah dan kapital. Pada gilirannya tersebut disebabkan oleh kurangnya

(37)

sumber-sumber alam yang ada. Jadi dapat dikatakan bahwa “negara itu miskin

karena miskin”.

f. Orientasi ke Perdagangan Luar Negeri

Hampir semua negara di dunia ini mempunyai hubungan

perdagangan luar negeri terlebih-lebih negara sedang berkembang.

Perbedaan antara negara sedang berkembang dengan

negara-negara yang sudah berkembang dalam hal perdagangan luar negeri

adalah bahwa yang diperdagangkan oleh negara-negara sedang

berkembang terutama barang-barang produksi primer bahkan hampir

seluruhnya untuk ekspor (Irawan & Suparmoko, 2002:15).

2.2.1.6. Penyebab Kemiskinan

Kemiskinan pada dasarnya bukan hanya permasalahan ekonomi

tetapi lebih bersifat multidimensional dengan akar permasalahan terletak

pada sistem ekonomi dan politik bangsa yang bersangkutan. Masyarakat

menjadi miskin oleh sebab adanya kebijakan ekonomi dan politik yang

kurang menguntungkan mereka, sehingga mereka tidak memiliki akses

yang memadaikan ke sumberdaya-sumberdaya kunci yang dibutuhkan

untuk menyelenggarakan hidup mereka secara layak. Akibatnya mereka

terpaksa hidup di bawah standar yang tidak dapat lagi dinilai manusiawi,

baik dari aspek ekonomi, aspek pemenuhan kebutuhan fisik, aspek sosial,

dan secara politikpun mereka tidak memiliki sarana untuk ikut dalam

(38)

Suyanto & Karnaji (2005:7), membedakan akar penyebab

kemiskinan menjadi dua kategori, yaitu :

a. Kemiskinan alamiah, yakni kemiskinan yang timbul sebagai akibat

sumber-sumber daya yang langka jumlahnya dan atau karena tingkat

perkembangan teknologi yang sangat rendah.

b. Kemiskinan buatan, yakni kemiskinan yang terjadi karena struktur

sosial yang ada membuat anggota atau kelompok masyarakat tidak

menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata.

Sharp,et.al dalam Kuncoro (2006:120), mencoba

mengidentifikasikan penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi.

Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan

pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam

jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat

adanya perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Kualitas

sumberdaya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang

pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia

ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya

diskriminasi, atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat

perbedaan akses dalam modal.

Paling tidak, dapat dilihat beberapa variabel yang mempengaruhi

bagi penduduk miskin. Misalnya ada 11 variabel yang akan diukur

(39)

pangan, papan dan lainnya untuk menentukan rumah tangga miskin,

yaitu:

a. Kelompok Sandang

Pembelian pakaian selama setahun yang lalu.

b. Kelompok pangan, kelompok ini mencakup:

1) Fasilitas air bersih

2) Prosentase pengeluaran rumah tangga untuk makanan selama

sebulan yang lalu.

c. Kelompok Papan, kelompok ini mencakup:

1) Kepemilikan rumah

2) Jenis dinding terluas

3) Jenis lantai terluas

4) Sumber penerangan

d. Kelompok lainnya, kelompok ini mencakup:

1) Anggota rumah tangga berumur 6-15 tahun

2) Sumber keuangan rumah tangga

3) Pelayanan kesehatan

Di sisi lain upaya-upaya penanggulangan kemiskinan lebih banyak

diarahkan hanya untuk meningkatkan penghasilan masyarakat miskin

melalui berbagai program ekonomi, seperti peningkatan penghasilan,

(40)

2.2.1.7. Indikator Kemiskinan

Berdasarkan pendekatan kebutuhan dasar, ada 3 indikator

kemiskinan yang digunakan, yaitu (Sudantoko & Hamdani 2009:81) :

a. Pertama, Head Count Index (HCI-P0

b. Kedua, Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P )

1

c. Ketiga, Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Saverity Index-P ) yang

merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing

penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai

indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis

kemiskinan.

2

d. Foster-Greer-Thorbecke (1984) telah merumuskan suatu ukuran yang

digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan yaitu :

)

yang memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran

diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin

tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.

P

α

=

Dimana :

α = 0,1,2

z = Garis kemiskinan

yi = Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk yang berada

di bawah garis kemiskinan (i= 1,2,…,q), yi < z

q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan

(41)

jika α = 0, diperoleh Head Count Index (P0), jika α = 1 diperoleh

Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1)

dan jika α = 2 disebut indeks keparahan kemiskinan

(Poverty Saverity Index-P2).

2.2.2. Pengertian Pendapatan

Di dalam pengertian faktor-faktor produksi dibedakan menjadi 4

(empat) golongan yaitu: tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian

keusahawan. Apabila faktor-faktor produksi itu digunakan dalam proses

produksi maka akan diperoleh pendapatan yaitu: tanah dan harta tetap

lainnya memperoleh sewa, tenaga kerja memperoleh gaji dan upah,

mendapat bunga dan keahlian mendapat keuntungan.

Menurut Sukirno dalam Yudo (2006:21), asumsi yang ada pada

masyarakat mengenai pendapatan adalah hasil yang berupa gaji dan upah

yang diterima pekerja sebagai kompensasi atas pekerjaan yang telah

dilakukannya dan dapat dipergunakan untuk konsumsi.

Dan ada beberapa pengertian terdapat beberapa macam pendapatan

diantaranya :

a. Pendapatan nasional adalah nilai produksi barang-barang dan jasa yang

dihasilkan (diwujudkan) dalam sesuatu negara dalam suatu tahun

tertentu. Pendapatan nasional dapat dibedakan kepada tiga konsep

(pengertian), yaitu: PDB, PNB dan Pendapatan Nasional (PNN harga

faktor). Nilainya dapat dihitung pada harga tetap dan harga yang

berlaku. Seterusnya pada harga tetap dan harga berlaku, ia dapat pula

(42)

b. Pendapatan disposebel adalah pendapatan yang sebenarnya diterima

oleh semua rumah tangga dalam suatu negara dan dapat mereka

gunakan untuk membeli keperluan mereka. Dalam paktiknya, sebagian

daripadanya akan disimpan/ ditabung. Konsep pendapatan disposebel

dapat juga ditinjau dari sudut individu, yaitu: jumlah pendapatan suatu

rumah tangga dalam suatu tahun tertentu yang dapat dibelanjakan (dan

ditabung).

c. Pendapatan faktor netto dari luar negeri adalah pendapatan yang

diperoleh dari penggunaan faktor-faktor produksi milik warga Negara

suatu negara yang digunakan diluar negara ditolak dengan pendapatan

faktor-faktor produksi milik asing yang digunakan di negara tersebut.

Nilai ditentukan berdasarkan aliran pendapatan yang berlaku dalam

waktu satu tahun. Apabila nilai PFN dari LN adalah negatif, PFN dari

LN dapat dinamakan juga sebagai pembayaran faktor neto ke luar

negeri.

d. Pendapatan nasional riil (PDB-riil atau PNB-riil) adalah nilai produksi

nasional pada suatu tahun tertentu yang dihitung menurut harga-harga

yang berlaku pada tahun dasar. Konsep ini biasanya dinamakan juga

sebagai PDB menurut harga tetap dan PNB menurut harga tetap.

e. Pendapatan pribadi adalah pendapatan yang diterima semua rumah

tangga dalam perekonomian (atau yang diterima satu keluarga) dari

penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya dan dari

(43)

pendapatan nasional yang diterima rumah tangga (contoh: keuntungan

yang tak dibagi dan pajak perusahaan) (Sukirno, 2006:60).

Beberapa pengertian pendapatan masyarakat adalah sebagai berikut :

1) Pendapatan adalah total penghasilan perbulan.

2) Pendapatan adalah sumber penghasilan keluarga.

3) Pendapatan adalah status mata pencaharian dari sumber utama

penghasilan.

4) Pendapatan adalah perangkat penunjang kebutuhan sehari-hari,

misal: bahan bakar utama yang digunakan pada rumah tangga serta

sarana penerangan yang digunakan menghitung pendapatan nasional

dan pendapatan perkapita.

Pengertian pendapatan nasional perlu dibedakan menjadi dua

pengertian lain, yaitu pendapatan nasional menurut harga yang berlaku dan

pendapatan nasional harga tetap atau pendapatan nasional riil dimana

pengertian pertama adalah untuk pendapatan nasional pada harga berlaku

adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan sesuatu negara

dalam suatu tahun dan dinilai menurut harga-harga yang berlaku pada satu

tahun tersebut, dan pengertian yang kedua mengenai pendapatan nasional

riil adalah harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya

digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun

yang lain (Sukirno, 2006:36).

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendeflasikan

(44)

Harga Konsumen). Dengan menggunakan angka IHK ini pendapatan

nasional dapat ditentukan dengan menggunakan rumus di bawah ini :

Yr

t

=

x Yb

t

Dimana :

(Arsyad, 2004:16).

Yrt

Yb

= pendapatan nasional riil pada tahun t

t

tahun t

= pendapatan nasional menurut harga yang berlaku pada

IHKt = harga konsumen pada tahun t.

Rumus Pendapatan Perkapita

Dengan diketahuinya pendapatan nasional untuk berbagai tahun, untuk

menentukan pendapatan perkapita bukan masalah lagi. Pendapatan

perkapita adalah perdapatan rata-rata penduduk oleh sebab itu untuk

memperoleh pendapatan perkapita pada suatu tahun adalah dengan

membagi pendapatan nasional pada tahun itu dengan jumlah penduduk

pada tahun yang sama. Sedangkan pertambahan penduduk perkapita dari

tahun ke tahun dapat ditentukan dengan rumus yang sama dengan

menentukan pertambahan pendapatan nasional riil, yaitu :

gt

=

x 100%

(Arsyad, 2004:18).

Dimana :

gt

YP

= pertumbuhan pendapatan perkapita yang dinyatakan dalam

persen

(45)

YPt-1 = pendapatan per kapita pada tahun t-1.

Menurut Arsyad (2004:227), ada 2 macam teori pokok distribusi

pendapatan yaitu :

a. Distribusi pendapatan perorangan (personal distribution)

Merupakan ukuran pendapatan yang menunjukkan hubungan antara

individu-individu dengan pendapatan total yang mereka terima.

b. Distribusi fungsional atau distribusi pangsa faktor produksi

Ukuran distribusi ini berusaha untuk menjelaskan pangsa (share)

pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing faktor produksi.

Kriteria Bank Dunia mendasarkan penilaian distribusi pendapatan

atas pendapatan yang diterima oleh 40% penduduk berpendapatan terendah.

Kesenjangan distribusi pendapatan dikategorikan :

a. Tinggi, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima kurang

dari 12% bagian pendapatan.

b. Sedang, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima 12

hingga 17% bagian pendapatan.

c. Rendah, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima lebih

dari 17% bagian pendapatan (Kuncoro, 2006:139).

2.2.2.1Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan

Perkotaan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang

(46)

kemiskinan sebagai salah satu prioritas. Undang-Undang tersebut

menjelaskan bahwa sasaran yang hendak dicapai dalam lima tahun

(2000-2004) adalah berkurangnya jumlah penduduk miskin absolut sebesar 4%

dari tingkat kemiskinan 1999. Salah satu langkah strategis pemerintah

adalah melalui Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP)

baik Tahap I maupun P2KP Tahap II yang dimulai tahun 2003-2008.

Pengertian Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan adalah program

penganggulangan masyarakat miskin di perkotaan dengan pendekatan

upaya mengokohkan keberdayaan institusi komunitas agar mampu

menanggulangi kemiskinannya secara mandiri dan berkelanjutan.

Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan merupakan prinsip

keseimbangan pembangunan. Dalam konteks P2KP diterjemahkan sebagai

sosial, ekonomi, dan lingkungan yang tercakup dalam konsep Tridaya.

Instrumen digunakan dalam Program Penanggulangan Kemiskinan

Perkotaan mencakup pelaksanaan kegiatan Tridaya antara lain: Bina

manusia, Bina usaha, Bina lingkungan.

Sedangkan pelaksanaannya, Program Penanggulangan Kemiskinan

Perkotaan bertujuan sebagai berikut :

a. Untuk mempercepat upaya penanggulangan kemiskinan melalui

penyediaan dana pinjaman untuk mengembangkan kegiatan usaha

(47)

b. Penyediaan dana hibah untuk membangun prasarana dan sarana dasar

lingkungan.

c. Peningkatan kemampuan melalui upaya bersama berlandaskan

kemitraan yang mampu menumbuhkan usaha-usaha baru yang bersifat

produktif dengan berbasis pada usaha kelompok.

d. Penyimpanan, pengembangan dan kemampuan kelembagaan

masyarakat untuk dapat mengkoordinasikan dan memberdayakan

masyarakat.

e. Pencegahan penurunan kualitas lingkungan melalui upaya perbaikan

prasarana dan sarana dasar lingkungan.

Tujuan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan adalah

membiayai kegiatan-kegiatan yang dapat memberi manfaat kepada

masyarakat miskin di kelurahan sasaran, melalui :

1. Bantuan modal kerja bergulir bagi upaya peningkatan pendapatan

secara berkelanjutan; dan

2. Hibah bagi pembangunan/ perbaikan prasarana dan sarana dasar

lingkungan (Anonim, 1999:1).

Kegiatan-kegiatan dimaksud harus terselenggara secara partisipatif, baik

dalam penyaringan maupun pelaksanaannya, serta bersifat transparan dan

terbuka untuk diperiksa. Dalam jangka panjang, proyek ini diharapkan

dapat membantu masyarakat miskin di perkotaan dalam menanggulangi

kemiskinan yang dihadapinya dan memperbaiki kemampuan

(48)

2.2.2.2Upaya-Upaya Yang Akan Dilaksanakan Untuk Meningkatkan

Efektifitas Program

Upaya yang dilaksanakan sehingga benar-benar mencapai sasaran,

yaitu peningkatan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat miskin

diperkotaan yang dilakukan dengan pendekatan Tridaya (ekonomi, sosial

dan lingkungan). P2KP dilaksanakan dengan upaya menerapkan

pendekatan Tridaya melalui pengokohan kelembagaan masyarakat yang

berbasis nilai-nilai universal kemanusiaan dan prinsip-prinsip

kemasyarakatan. Upaya-upaya yang akan dilaksanakan adalah :

a. Dilakukannya sosialisasi untuk lebih memasyarakatkan Program

Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan mengingat masyarakat yang

akan menjadi motor penggerak pelaksanaan program ini dan

keberhasilan proyek akan sangat ditentukan oleh peran aktif

mesyarakat di kelurahan.

b. Dilaksanakan pengembangan institusi masyarakat berupa

pembentukan kelompok masyarakat untuk dapat mengembangkan

kegiatan dan pengejatahan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat

sebagai penerima bantuan akan membentuk Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM) serta Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

yang merupakan kelembagaan masyarakat yang beranggotakan tokoh

masyarakat, perwakilan Kelompok Swadaya Masyarakat dan warga

kelurahan. Selain itu, untuk membantu, mendorong dan mengarahkan

(49)

disiapkan sejumlah pendamping yang disebut fasilitator kelurahan

yang akan melakukan pendampingan terhadap masyarakat.

c. Pelaksanaan program harus berasal dari masyarakat itu sendiri dan

sedapat mungkin dilakukan melalui pola padat karya.

d. Untuk mendukung pelaksanaan yang transparan, demokratis dan

bertanggung jawab atau accountable, maka dilakukan mekanisme

penghargaan dan sangsi atau kinerja Kelompok Swadaya Masyarakat,

pengajuan keberatan atau hasil kerja Kelompok Swadaya Masyarakat,

fasilitator dan berbagai instansi terkait, serta memonitoring

independent dan partisipasi masyarakat dimana hasil monitoring,

termasuk temuan-temuan akan dipublikasikan pada surat kabar lokal.

2.2.2.3Penggunaan Dana

Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan yang sumber

utama dananya berasal dari pinjaman Bank Dunia merupakan upaya

menanggulangi atau mengurangi kemiskinan baik disebabkan oleh krisis

ekonomi maupun persoalan kemiskinan yang struktural. Dan dalam rangka

melakukan penyaluran dana kepada kelompok masyarakat secara efektif

dan efisien.

Di dalam Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan ini ada

3 (tiga) komponen yang dapat diberikan bantuan pendanaan, dimana

penyaluran dananya dapat disampaikan melalui kelompok masyarakat,

(50)

Pertama, Komponen fisik berupa perawatan atau pemeliharaan dan perbaikan atau pembangunan sarana dan prasarana dasar lingkungan yang

dibutuhkan oleh masyarakat kelurahan setempat.

Kedua, komponen kegiatan ekonomi skala kecil, berupa modal kerja bagi kegiatan industri rumah tangga atau kegiatan usaha skala kecil

lainnya yang diberikan kepada perseorangan atau keluarga yang dihimpun

dalam suatu kelompok bersama.

Ketiga, komponen pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan teknis dan manajerial untuk mendukung penciptaan peluang

usaha baru dan peluang pengembangan usaha yang telah ada.

Dana proyek dapat digunakan untuk kredit bagi kegiatan ekonomi

berkelanjutan dan hibah untuk pembangunan/ perbaikan prasarana dan

sarana lingkungan, tergantung prioritas kebutuhan kelompok-kelompok

masyarakat setempat. Berbagai sub proyek diatas harus diusulkan dalam

waktu enam bulan sejak proyek diluncurkan di kelurahan, namun dana

dapat digunakan dalam jangka waktu satu tahun setelah pembayaran

pertama diterima oleh masing-masing kelompok. Dengan perincian

sebagai berikut :

a. Kegiatan ekonomi

Pilihan kegiatan P2KP bersifat terbuka. Beberapa contoh

kegiatan yang dapat dikembangkan adalah pertanian kota, pelatihan

bagi kelompok (kredit dapat digunakan untuk membayar upah),

(51)

perbaikan perumahan bertumpu pada masyarakat yang masa

pengerjaannya tidak lebih dari satu tahun.

Tiap kelurahan dapat menetapkan suatu pola kredit kecil untuk

digulirkan kepada perorangan atau kelompok. Dalam P2KP,

pembangunan warung baru tidak dianjurkan. Hal-hal yang tidak dapat

didanai P2KP: pembuatan/ penjualan senjata, obat-obatan terlarang,

deposito dana di lembaga keuangan, pembebasan tanah, pembangunan

rumah ibadah, pembiayaan administrasi pemerintah, dan pembuatan

produk-produk yang membahayakan lingkungan.

b. Persyaratan kelompok

Kelompok-kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang

dibentuk untuk menjalankan kegiatan-kegiatan ekonomi harus

beranggotakan minimal tiga orang dari rumah tangga yang berbeda.

Pendapatan per keluarga (jika beranggota empat orang) anggota KSM

itu tidak boleh lebih dari Rp250.000,00 per bulan (jumlah ini dapat

disesuaikan dengan memperhitungkan inflasi pada tahun 2 dan

ke-3).

Dalam P2KP, tiap kelompok/ orang mendapatkan dana hanya

sekali (setidak-tidaknya sampai tidak ada lagi usulan KSM yang dinilai

layak, namun belum pernah mendapatkan bantuan). Kaum perempuan

sangat dianjurkan untuk terlibat dan harus mendapatkan kesempatan

(52)

c. Pinjaman

Pinjaman harus dikembalikan dalam waktu satu tahun dengan

bunga minimal 11/2% per bulan. Jadwal pembayaran kembali harus

mencerminkan keadaan kas kegiatan yang dibiayai itu. Dana

pembayaran kembali harus dimasukkan ke dalam rekening atas nama

BKM di bank penyalur. Dana ini harus digulirkan kembali dengan

prinsip yang sama.

Setengah penghasilan dari bunga yang dibebankan kepada

penerima pinjaman digunakan untuk membiayai pemeliharaan

prasarana dan sarana dasar lingkungan, sementara setengahnya lagi

digunakan untuk membantu pembiayaan administrasi BKM.

d. Prasarana dan Sarana Dasar Lingkungan

Masyarakat dapat memilih penggunaan dana P2KP untuk

membangun/ memperbaiki prasarana dan sarana dasar lingkungan

(dengan jenis-jenis seperti prasaran dan sarana dasar yang lazim

diperbaiki dalam proyek KIP), perbaikan taman lingkungan,

penghijauan, dan perbaikan lingkungan (Anonim, 1999:2).

2.2.3 Peran Aparatur dan Masyarakat Sebagai Penerima Bantuan

Dengan melihat arah baru pendekatan pembangunan yang

berorientasi pada masyarakat, maka pemerintah harus dapat menjalankan

perannya sesuai kondisi perubahan tersebut dengan menyelenggarakan

pemerintahannya dengan baik dengan berlandaskan pada azaz-azaz

(53)

Disamping itu peran pemerintah juga harus berubah antara lain :

a. Pelaksana menjadi fasilitator

b. Memberikan instruksi menjadi melayani masyarakat

c. Mengatur menjadi memberdayakan masyarakat

d. Bekerja untuk memenuhi aturan menjadi bekerja untuk mewujudkan

visi.

2.2.4 Masyarakat Penerima Bantuan

Masyarakat penerima bantuan yang menjadi sasaran adalah

keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 (Pra KS dan KS 1) pada

tingkat kelurahan sebagai lokasi kantor Program Penanggulangan

Kemiskinan Perkotaan, bantuan Program Penanggulangan Kemiskinan

Perkotaan tersebut berupa pinjaman modal usaha, peningkatan sumber

daya manusia dan perbaikan prasarana dan sarana dasar lingkungan.

BKM sebagai lembaga pengelola Program Penanggulangan

Kemiskinan Perkotaan dalam menyalurkan dana bantuan Program

Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan melakukan beberapa pengujian

kelayakan pada calon penerima bantuan sehingga dana bantuan yang

dipinjamkan dan digulirkan tepat sasaran kepada masyarakat yang

membutuhkan (Pra KS dan KS 1) diantaranya uji kelayakan tersebut

(54)

a. Uji kelayakan Administrasi diantaranya adalah :

1) Memberitahu tanggal pembentukan Kelompok Swadaya

Masyarakat dan berapa jumlah Kelompok Swadaya

Masyarakatnya.

2) Membuat berita acara pembentukan Kelompok Swadaya

Masyarakatnya.

3) Mentaati aturan dan tata tertib pelaksanaan program.

b. Uji kelayakan ekonomi diantaranya adalah :

1) Melihat omset dari usaha.

2) Pendapatan lain disamping usahanya.

3) Pengeluaran untuk biaya usahanya.

4) Pengeluaran rumah tangga.

c. Uji kelayakan sosial adalah :

1) Moralitas anggota KSM

2) Status kependidikan

Kriteria dana Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

yang diberikan per KSM dan per orang apabila sudah menerima syarat

dari uji kelayakan tersebut, yakni :

a. KSM Aneka Usaha beranggotakan 3 sampai dengan 20 orang, besar

pinjaman yang diperoleh adalah Rp500.000 sampai dengan

Rp1.000.000.

b. KSM Kube beranggotakan 3 sampai dengan 20 orang, besar pinjaman

(55)

c. KSM Fisik Hunian beranggotakan 3 sampai dengan 20 orang, besar

pinjaman yang diperoleh maksimal adalah Rp5.000.000.

d. KSM Fisik Lingkungan beranggotakan 3 sampai dengan 20 orang,

besar pinjaman yang diperoleh sesuai dengan pengajuan proposal yang

diajukan.

2.2.5 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

KSM adalah sebagai lembaga non formal yang dibentuk oleh

warga Pra KS dan KS 1 sebagai peserta Program Penanggulangan

Kemiskinan Perkotaan untuk menampung aspirasi. Kebutuhan serta

tempat mengembangkan pemberdayaan sesama anggota kelompok untuk

mengatasi berbagai masalah pokok.

Pembentukan kelompok swadaya masyarakat (KSM) adalah

kegiatan pengorganisasian warga yang berhak menjadi peserta P2KP di

tiap kelurahan ke dalam kelompok-kelompok usaha atau kegiatan.

Jenis-jenis Kelompok Swadaya Masyarakat dalam Program

Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan :

a. KSM Aneka Usaha (AU)

b. KSM Kube (Kelompok usaha bersama)

c. KSM Fisik Lingkungan (Pendanaan hibah)

(56)

2.2.6 Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah forum

musyawarah dan pengambilan keputusan tertinggi warga masyarakat

setempat, yang berhak menilai rencana/ usulan kegiatan-kegiatan yang

tercakup dalam jenis kegitan P2KP. Sebagai konsep generik, BKM dapat

berupa lembaga (atau lembaga-lembaga) masyarakat yang telah ada, yang

berfungsi dan diterima secara meluas dalam masyarakat kelurahan itu.

Dengan demikian LKMD, misalnya, dapat difungsikan sebagai BKM jika

LKMD tersebut diterima secara meluas oleh masyarakatnya atau sudah

disusun (kembali) sesuai Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.

411.2/2441/SJ tentang Pemberdayaan LKMD (Anonim, 1999:7).

Terbentuk dan berfungsinya BKM merupakan prasyarat bagi

disalurkannya dana bantuan P2KP kepada masyarakat kelurahan sasaran.

Dalam jangka panjang, BKM merupakan forum yang bertugas mengelola

berbagai persoalan kehidupan masyarakat yang bersangkutan, khususnya

persoalan-persoalan yang berkaitan dengan upaya-upaya penanggulangan

kemiskinan secara berkelanjutan.

Tujuan pembentukan BKM adalah untuk menumbuhkan kembali

solidaritas sosial sesama warga agar dapat bekerja sama secara demokratis,

sehingga mampu membangun kembali masyarakat yang mandiri.

2.2.7 Unit Pengelola Keuangan (UPK)

a. Merupakan salah satu unit pelaksana yang dibentuk oleh BKM dan

(57)

b. UPK bertugas sebagai pengelola keuangan BKM.

c. UPK bertugas melayani peminjam kelompok (KSM).

d. Ketua UPK adalah bendahara BKM, sangat dianjurkan ketua UPK

adalah seorang perempuan.

2.2.8 Forum Konsultasi Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

a. Keberadaan Forum Konsultasi hanya bersifat anjuran, bukan

keharusan.

b. Forum ini anggotanya diharapkan terdiri atas wakil-wakil badan-badan

pemerintahan, non pemerintah, organisasi masyarakat, badan

keagamaan, dunia usaha, LSM, perguruan tinggi serta perorangan,

yang mempunyai kepedulian terhadap penanggulangan kemiskinan di

perkotaan.

c. Peran forum ini adalah menjembatani hubungan antara pelaksana

program dengan pihak-pihak yang menjadi peserta forum dan

melindungi prakarsa Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

dari intervensi inisiatif-inisiatif lain, baik dari kalangan lembaga

pemerintah maupun non pemerintah, yang berperan pada bidang yang

sama namun tidak sejalan sifat dan tujuannya dengan proyek ini.

Lokasi Sasaran Penerima Bantuan

Lokasi sasaran penerima bantuan Program Penanggulangan

(58)

satuan pemukiman mempunyai makna yang penting mengingat disinilah

muncul kebersamaan dan kesepakatan atas dasar kepentingan bersama.

Satuan hunian dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut :

a. Keberadaan satuan pemukiman tidak terlepas dari fungsi-fungsi

sekitarnya serta struktur fisik prasarana dan sarana yang merupakan

bagian dari sistem struktur yang lebih besar.

b. Seluruh kota (besar, sedang, kecil) dapat dijadikan lokasi sasaran

Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan. Namun untuk tahap

pertama, lokasi sasaran Program Penanggulangan Kemiskinan

Perkotaan dibatasi dan ditetapkan berdasarkan hasil pengolahan data

dan pemetaan kelurahan-kelurahan miskin yang berlokasi di kota.

Strategi Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan memadukan

beberapa strategi yang pernah diterapkan pada program-program

penanggulangan kemiskinan terdahulu, khususnya yang diselenggarakan

dikawasan perkotaan, diantaranya:

a. Penyelenggara konsep Tridaya (sosial, ekonomi dan lingkungan).

b. Pemberian dana hibah untuk pembangunan prasarana dan sarana dasar

lingkungan, serta pinjaman dan bergulir untuk modal kerja kegiatan

produktif.

c. Penyelenggaraan pelatihan keterampilan yang dibutuhkan dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk dapat membuka

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Garis Kemiskinan BPS (Rp per kapita per bulan)
Gambar I Kerangka Pemikiran  :
Gambar 2. Kurva distribusi penolakan / penerimaan hipotesis   secara parsial.
Tabel 2 : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kota Surabaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pola kadar kolesterol HDL serum tikus putih pada pemberian asam nikotinat ..... Perhitungan koefisien korelasi

(2008), yakni: 1) kentuntasan belajar dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa yang telah memperoleh nilai Kriteria Ketuntasan Minimal

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya mengenai pengaruh pulsed lip breathing exercise terhadap penurunan sesak napas pada pasien

Toisaalta vain harvoissa puheis- sa ja diskursseissa puhuttiin vahvasti esimerkiksi sellaisista lähestymistavan perusperi- aatteista kuin kaikkien maailman ihmisten

Dengan demikian jika ROE suatu perusahaan tinggi berarti perusahaan tersebut memiliki peluang untuk memberikan pendapatan yang besar bagi pemegang saham atau kenaikan

Begitupun dalam dunia pendidikan khusus, permasalahannya menjadi semakin kompleks sebab dalam pendidikan khusus anak tidak hanya diarahkan untuk menguasai materi semata,

Kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat – Nya selalu menyertai peneliti untuk bisa menyelesaikan proposal skripsi ini.. Kepada kedua orang tua peneliti, atas doa,

Diharapkan melalui penelitian ini dapat diperoleh gambaran mengenai kepatuhan penderita asam urat dalam mengkonsumsi obat asam urat yang dapat digunakan sebagai masukan bagi