PENDAPATAN MASYARAKAT
DI KOTA SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ekonomi Pembanguanan
Oleh:
0611010085/FE/IE ATU NURI AMIN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN” JAWA TIMUR
i
serta hidayah-Nya yang telah dilimpahkan sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi. Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengambil judul “Efektifitas Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Terhadap
Tingkat Pendapatan Masyarakat Di Kota Surabaya”.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian berkat bantuan dan bimbingan yang diterima dari Bapak Drs.Suwarno,ME selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.
Atas terselesaikannya skripsi ini, peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Teguh Sudarto,MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
ii
4. Bapak Drs.Ec.Usman Ali,M.Kes, selaku Dosen Wali yang telah meluangkan waktu dalam membimbing dan mendampingi peneliti selama menempuh pendidikan didalam perkuliahan.
5. Segenap staf pengajar dan staf kantor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu pengetahuannya dan pelayanan akademik bagi peneliti.
6. Ayah dan Bunda tercinta yang telah sabar mendidik dan membesarkan peneliti dengan penuh kasih sayang baik moral, material, maupun spiritual, dan juga untuk adik peneliti, semua perhatianmu tidak akan pernah peneliti lupakan.
Akhir kata yang dapat terucapkan semoga penyusunan skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak-pihak lain yang membutuhkan, semoga Allah SWT memberikan balasan setimpal.
Wassallamualaikum Wr.Wb
Surabaya, Juni 2010
iii
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 8
2.2 Landasan Teori ... 12
2.2.1 Pembangunan Ekonomi ... 12
2.2.1.1 Pengertian Kemiskinan ... 16
2.2.1.2 Ukuran Kemiskinan ... 18
2.2.1.3 Ciri-Ciri Kemiskinan ... 22
2.2.1.4 Macam-Macam Kemiskinan ... 24
iv
2.2.2 Pengertian Pendapatan ... 33
2.2.2.1 Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan ... 37
2.2.2.2 Upaya-Upaya Yang Akan Dilaksanakan Untuk Meningkatkan Efektifitas Program ... 40
2.2.2.3 Penggunaan Dana ... 41
2.2.3 Peran Aparatur dan Masyarakat Sebagai Penerima Bantuan ... 44
2.2.4 Masyarakat Penerima Bantuan ... 45
2.2.5 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) ... 47
2.2.6 Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) ... 48
2.2.7 Unit Pengelola Keuangan (UPK) ... 48
2.2.8 Forum Konsultasi Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan ... 49
2.3 Kerangka Pikir ... 58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 60
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 61
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 62
3.3.1 Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian ... 62
v
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Penelitian ... 68
4.1.1 Keadaan Penduduk di Kota Surabaya ... 68
4.1.2 Perkembangan Penduduk Prasejahtera dan Sejahtera .. 75
4.1.3 Gambaran Sampel Penelitian ... 76
4.1.4 Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan ... 79
4.1.4.1 Usulan Kegiatan Proyek ... 80
4.1.5 Pengendalian dan Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan ... 81
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 82
4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 90
4.3.1 Uji Hipotesis ... 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 94
5.2 Saran ... 95
viii Lampiran 1 : Data Penelitian
Lampiran 2 : Uji Beda Dua Buah Rata-Rata Dengan Menggunakan SPSS Ver.13 (Statistical Program For Social Science)
ix Oleh : Atu Nuri Amin
Abstraksi
Masih tingginya tingkat kemiskinan yang ada hingga saat ini tentunya menjadi beban dalam upaya pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia. Karena, upaya untuk mengentaskan kemiskinan masih tetap menjadi tantangan yang belum dijawab dengan baik, meskipun telah dikembangkan berbagai modal bantuan keuangan yang notabene ditujukan untuk meningkatkan modal keuangan masyarakat.
Diantara berbagai upaya yang dikembangkan pemerintah dalam membantu masyarakat miskin adalah dengan mengembangkan suatu kegiatan atau ekonomi produktif yang terikat dalam suatu program. Pendekatan itu adalah suatu program penanggulangan kemiskinan yang mampu memperluas proyek dan pilihan bagi masyarakat untuk dapat hidup berkembang dimasa depan khususnya masyarakat miskin di daerah perkotaan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari lembaga-lembaga yang ada di dalam masyarakat seperti Badan Keswadayaan Masyarakat di 15 kelurahan yang menjadi sampel penelitian ini sebagai pelaksana Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan dan Badan Pusat Statistik. Teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah uji beda dua rata-rata yang menunjukkan perbedaan antara pendapatan sebelum dan sesudah menerima bantuan dana Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan.
Melalui analisa uji beda dua rata-rata dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara pendapatan sebelum dan sesudah menerima dana bantuan dengan melihat nilai thitung sebesar 32,807 yang lebih besar dari nilai ttabel = 2,060.
1 1.1 Latar Belakang
Dewasa ini melalui berbagai media masa dapat terbaca dan terlihat tentang meningkatnya berbagai permasalahan yang ada di berbagai kota besar di Indonesia. Masalah yang muncul antara lain: meningkatnya angka penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan, meningkatnya angka pengangguran, menipisnya sumber air minum, meningkatnya angka kebakaran di musim kemarau, banyaknya daerah yang tertimpa banjir di musim penghujan, meningkatnya jumlah anak jalanan dan pengemis, meningkatnya kasus perampokan, dan sebagainya. Berbagai permasalahan tersebut seringkali dikaitkan dengan banyaknya jumlah penduduk miskin di Indonesia. Menurut Faturochman dalam Yasa (2009:86), kemiskinan diyakini sebagai akar permasalahan hilangnya martabat manusia, hilangnya keadilan, belum terciptanya masyarakat madani, tidak berjalannya demokrasi, dan terjadinya degradasi lingkungan.
sedangkan di daerah pedesaan sebanyak 22,70 juta orang (19,98%). Pada tahun 2006 terdapat 39,30 juta orang (17,75%) penduduk miskin di Indonesia, terdiri atas 14,49 juta orang (13,47%) penduduk miskin yang berada di daerah perkotaan, dan 24,81 juta orang (21,81%) penduduk miskin yang berada di daerah pedesaan. Pada tahun 2007 sebanyak 37,17 juta orang (16,58%) penduduk miskin di Indonesia, turun 2,13 juta orang (1,17%) dibandingkan pada tahun 2006 yang lalu.
Pada tahun 2008, penduduk miskin di Indonesia berjumlah 34,96 juta orang (15,42%) (ekonomi & bisnis, 2009:1), jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan telah berkurang 0,79 juta orang (0,87%), sementara penduduk miskin di daerah pedesaan turun 1,42 juta orang (1,44%).
Sedangkan berdasarkan laporan BPS (2009) dalam (perempuan kiri, 2010:2), angka kemiskinan di Indonesia mencapai 40 juta orang (18,2%). Sementara itu jika mengacu pada kriteria Bank Dunia, angka kemiskinan di Indonesia mencapai 60%.
berubah. Pada bulan Maret 2008, sebagian besar (65,26 persen) penduduk miskin berada di daerah pedesaan (Pemda Jatim, 2008:2).
Begitu pula di kota besar seperti di Surabaya pun tak luput dengan permasalahan kemiskinan yang selalu menjadi topik utama guna mencari solusi pengentasan kemiskinan. Penyelesaian problem kemiskinan menjadi salah satu prioritas Pemkot Surabaya hingga kini. Namun, alih-alih angka kemiskinan berkurang, namun justru bertambah. Padahal, “intervensi” anggaran yang disediakan pemkot dari tahun ke tahun terus naik. Berdasarkan data Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas), angka kemiskinan di Surabaya tak kunjung berkurang dalam tiga tahun terakhir. Pada 2005, penduduk miskin di kota ini terdata 194,6 ribu orang (7,35%), tahun 2006 berjumlah 210,8 ribu orang (8,08%), dan tahun 2007 sebanyak 203,7 ribu orang (7,98%) (Anonim, 2007:7).
pembangunan. Menurut Mubyarto dalam Yasa (2009), ketakberdayaan penduduk miskin disebabkan mereka tidak memiliki aset sebagai sumber pendapatan juga karena struktur sosial ekonomi tidak membuka peluang orang miskin keluar dari lingkungan kemiskinan yang tak berujung pangkal.
Diantara berbagai upaya yang dikembangkan pemerintah dalam membantu masyarakat tersebut adalah dengan mengembangkan suatu kegiatan atau ekonomi produktif yang terikat dalam suatu program. Pendekatan itu adalah suatu program penanggulangan kemiskinan yang mampu memperluas prospek dan pilihan bagi masyarakat untuk dapat hidup berkembang di masa depan khususnya masyarakat miskin di daerah perkotaan. Dengan latar belakang inilah, pemerintah memandang perlu untuk memberikan bantuan kepada masyarakat miskin perkotaan melalui Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan.
perluasan institusi masyarakat bagi masyarakat dan perkembangan masyarakat di masa yang akan datang (Rizky & Majidi, 2009:5).
Sehingga dalam hal ini dapat menciptakan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan atau ekonomi masyarakat. Dan lokasi sasaran yang difokuskan Program Penanggulangan kemiskinan Perkotaan sebagai penerima bantuan adalah pada satuan pemukiman kelurahan. Dimana satuan pemukiman mempunyai makna yang penting mengingat disinilah muncul kebersamaan atas dasar kepentingan yang sama. Selain itu pada satuan-satuan pemukiman terkonsentrasi pula berbagai kegiatan sosial, ekonomi dan fisik dengan keadaan sosialnya sendiri (Anonim, 1999:3).
Program penangulangan kemiskinan yang dimulai sejak Pelita (Pembangunan Lima Tahun) pertama sudah menjangkau seluruh pelosok tanah air. Upaya tersebut telah menghasilkan perkembangan yang positif. Namun demikian, krisis moneter dan ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 telah mengecilkan arti berbagai pencapaian pembangunan tersebut.
dapat dijalankan sendiri oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan.
Sehubungan dengan itu, dibutuhkan suatu program penanggulangan kemiskinan yang mampu memperluas harapan dan pilihan untuk dapat hidup dan berkembang di masa depan, khususnya bagi masyarakat miskin di perkotaan. Program tersebut diperlukan untuk mendukung lebih lanjut program penanggulangan kemiskinan yang telah berjalan seperti IDT (Inpres Desa Tertinggal) atau yang baru berjalan seperti PPK (Program Pengembangan Kecamatan), sasarannya di pedesaan. Sehingga dari permasalahan ini peneliti mengambil judul penelitian Efektifitas Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat Di Kota Surabaya.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
Apakah terdapat peningkatan pendapatan masyarakat di Kota
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan pendapatan
masyarakat di Kota Surabaya antara sebelum dan sesudah adanya Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Bagi masyarakat umum, sebagai alat untuk menambah & memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
b. Guna membantu mahasiswa maupun masyarakat umum dalam membahas atau memecahkan permasalahan yang sama.
c. Sebagai bahan untuk menganalisis pengaruh Program
8
2.1. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat kemiskinan dan hasil penelitian tersebut adalah :
1. Yasa (2009:86), jurnal dengan judul “Penanggulangan Kemiskinan
Berbasis Partisipasi Masyarakat di Provinsi Bali” yang mana pada
penelitian ini variabel bebas (X) adalah kemiskinan, sedangkan
variabel terikat (Y) adalah perkembangan. Dalam penelitian ini pada
tahun 2005 terdapat jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali,
berdasarkan pendapatan BPS mencapai 147.044 rumah tangga yaitu
sekitar 17,15 persen dari total rumah tangga. Kabupaten Karangasem,
Buleleng, Bangli dan Klungkung memiliki rumah tangga miskin yang
relatif banyak. Di Kabupaten Karangasem bahkan mencapai lebih dari
40 persen.
2. Soekamto, dkk (2009:1), jurnal dengan judul “Partisipasi
Masyarakat Dalam Penanggulangan Kemiskinan” yang mana pada
penelitian ini variabel bebas (X) adalah partisipasi masyarakat,
sedangkan variabel terikat (Y) adalah program penanggulangan
kemiskinan perkotaan. Dalam penelitian ini metode penelitian yang
ini adalah Kelurahan Bandulan Kecamatan Sukun Kota Malang.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik “snow
ball sampling” atau bola salju yang menggelinding semakin lama semakin besar. Penelitian ini menghasilkan P2KP memandang
kemiskinan bukan sekedar persoalan ekonomi saja, akan tetapi lebih
menekankan pada persoalan keadilan khususnya keadilan dalam
memperoleh kesempatan berusaha. Adapun hasil temuan dalam
penelitian ini yaitu, kendala BKM untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam implementasi P2KP dapat digolongkan sangat
serius. Kendala tersebut selain berasal dari faktor yang menghambat
usaha-usaha untuk membela orang kecil/ masyarakat miskin, juga
datang dari faktor kondisi internal masyarakat miskin itu sendiri.
3. Sijabat (2008:1), jurnal dengan judul “Potret Iklim Usaha
Pemberdayaan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)”,
penelitian ini menjelaskan tentang berbagai aspek iklim usaha
sekarang ini yang belum sepenuhnya mampu mendorong UMKM
untuk lebih produktif, efisien, dan berdaya saing, nampaknya
komitmen untuk memberdayakan ekonomi rakyat harus diarahkan
menjadi konsensus nasional. Kondisi UMKM yang masih marjinal
baik dalam berbagai aspek usahanya nampaknya belum dapat
diselesaikan hanya dengan memberikan bantuan fisik dan permodalan
melalui berbagai program. Tetapi yang lebih penting adalah
4. Muchtar (2003), jurnal dengan judul “Strategi Pemberdayaan
Berbasis Kelembagaan Lokal Dalam Penanganan Kemiskinan
Perkotaan”, penelitian ini bermaksud mendapatkan gambaran nyata
implementasi program P2KP secara sistematis dan faktual di
lapangan, serta kecenderungan pencapaian hasil program, oleh karena
itu jenis penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif, dan evaluatif
sifatnya. Informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive
sampling (sampling bertujuan), dan teknik pengumpulan data dengan wawancara (interview) dan observasi. Teknik analisis data dalam
penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan: reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan. Dan hasilnya adalah tidak terjadi
proses pemberdayaan dalam implementasi P2KP tahap 1 yang
disebabkan oleh pemahaman para pelaku program Project
Management Unit (PMU), Konsultan Management Pusat (KMP), Konsultan Management Wilayah (KMW), Faskel, dan BKM terhadap
konsep P2KP yang tidak utuh.
5. Anonim, jurnal dengan judul “Pemetaan Kemiskinan dan Strategi
Pengentasannya Berbasis Institusi Lokal dan Berkelanjutan di Era
Otonomi Daerah di Provinsi Sumatra Barat” penelitian ini bertujuan memetakan kantong-kantong dan merumuskan strategi pengentasan
kemiskinan berdasarkan institusi lokal. Dalam penelitian ini teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah survey, wawancara
dan pengumpulan data sekunder. Hasil dari penelitian ini yaitu kinerja
ekonomi di provinsi ini, untuk tahun 2003 pertumbuhan ekonomi
5%-7% pertahun. Diantaranya terbanyak pertanian 25,16% dan didukung
lima subsektor yaitu tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan,
peternakan, kehutanan, dan perikanan laut.
6. Salim,et.al (2008:16), jurnal dengan judul “Prospek Peningkatan
Kualitas Ruang Perumahan dan Pemukiman yang Berbasis pada
Komunitas”. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
diskusi kelompok terfokus atau Focus Group Discussion (FGD),
pendekatan kualitatif, observasi dan wawancara. Hasil dari penelitian
ini yaitu gejala adanya prospek baik diisyaratkan oleh adanya indikasi
kuat bahwa warga mempunyai kepercayaan terhadap kemampuan
sendiri untuk membangun, mempunyai minat relatif besar untuk
membangun lingkungannya, dan bersedia memberikan sumberdaya
yang dimilikinya sesuai kemampuan.
7. Adi (2005:27), jurnal dengan judul “Kemiskinan Multidimensi”. Metode penelitian yang dipakai yaitu dengan metode penelitian yang
‘tidak mengganggu’ (the unobstrusive research) atau dikenal pula dengan nama metode penelitian ‘non-reaktif’ (the non reactive methods). Teknik pengumpulan data melalui perangkat keras seperti penggunaan video kamera dan kamera foto, dan wawancara.
Penelitian ini membahas tentang perbandingan tingkat kemiskinan
program penanganan kemiskinan sebaiknya tidak dilepaskan dari
program pembangunan secara keseluruhan. Karena yang akan
menjadi akar masalah itu bukanlah kemiskinan itu sendiri. Tetapi
kemiskinan merupakan gejala dari adanya kesenjangan pembangunan
di berbagai bidang yang terjadi antara kota-kota besar dan daerah asal
migran tersebut.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu yaitu pada
penelitian terdahulu cenderung menggunakan metode penelitian kualitatif
yaitu menjelaskan tentang penggabungan antara teori satu dengan teori yang
lainnya berdasarkan hasil dari penelitian. Sedangkan penelitian yang saat ini
penulis lakukan yaitu menggunakan metode kuantitatif yakni penggabungan
antara teori dengan hasil penelitian yang berupa data angka yang signifikan.
2.2. Landasan Teori
Landasan teori atau tinjauan pustaka ini dimaksudkan untuk
mengetahui dan menemukan dasar-dasar secara teoritis guna membantu
memecahkan masalah yang berkaitan dengan “Kemiskinan”.
2.2.1. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan
taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya
pendapatan riil per kapita. Jadi tujuan pembangunan ekonomi disamping
untuk menaikkan pendapatan nasional riil juga untuk meningkatkan
adalah suatu proses, di mana dalam proses ini terdapat bermacam-macam
unsur.
Istilah pertumbuhan, perkembangan, dan pembangunan sering
digunakan secara bergantian, tetapi mempunyai maksud yang sama,
terutama dalam pembicaraan-pembicaraan mengenai masalah ekonomi.
Tetapi apabila kedua istilah tersebut digunakan bersama maka sebaiknya
diberikan pengertian masing-masing yang lebih khusus. Dikatakan ada
“pertumbuhan ekonomi” apabila terdapat lebih banyak output dan ada “perkembangan” atau “pembangunan” ekonomi kalau tidak hanya terdapat lebih banyak output, tetapi juga perubahan-perubahan dalam
kelembagaan dan pengetahuan teknik dalam menghasilkan output yang
lebih banyak itu. Pertumbuhan dapat meliputi penggunaan input lebih
banyak dan lebih efisien, yaitu adanya kenaikan output per satuan input;
dengan kata lain, dengan satuan input tertentu dapat menghasilkan output
yang lebih banyak.
“Pembangunan atau perkembangan” ekonomi menunjukkan perubahan-perubahan dalam struktur output dan alokasi input pada berbagai
sektor perekonomian di samping kenaikan output. Jadi pada umumnya
“perkembangan” atau “pembangunan” selalu disertai dengan “pertumbuhan”, tetapi “pertumbuhan” belum tentu disertai dengan “pembangunan” atau “perkembangan”. Tetapi pada tingkat-tingkat permulaan, perkembangan ekonomi mungkin pembangunan ekonomi selalu
Adapun manfaat dari pembangunan/ perkembangan ekonomi, yaitu
antara lain :
a. Dengan adanya pembangunan ekonomi maka output atau kekayaan
suatu masyarakat atau perekonomian akan bertambah. Di samping itu
kebahagiaan penduduk akan bertambah pula karena pembangunan
ekonomi tersebut menambah kesempatan untuk mengadakan pilihan
yang lebih luas.
b. Pembangunan ekonomi dapat memberikan kepada manusia kemampuan
yang lebih besar untuk menguasai alam sekitarnya dan mempertinggi
tingkat kebebasannya dalam mengadakan suatu tindakan tertentu. Oleh
karena itu pembangunan ekonomi perlu dilaksanakan demi kehidupan
manusia yang layak.
c. Pembangunan ekonomi juga memberikan suatu kebebasan untuk
memilih kesenangan yang lebih luas. Di dalam perekonomian yang
masih primitif orang dipaksa bekerja keras hanya untuk
mempertahankan hidupnya sekadar untuk tidak mati. Dengan
pembangunan ekonomi akan tersedia lebih banyak barang-barang
pemuas kebutuhan dan juga lebih banyak kesempatan untuk hidup
bersenang-senang.
d. Pembangunan ekonomi juga memungkinkan orang untuk memikirkan
lebih banyak sifat-sifat perikemanusiaan, karena makin banyaknya
sarana yang tersedia. Orang dapat diharapkan menolong orang lain
ada suatu surplus yang tersedia untuk orang lain yang menderita karena
cacat, bencana alam atau miskin (Irawan & Suparmoko, 2002:8).
Seandainya kebaikan-kebaikan tersebut di atas dapat terjadi atau
terlaksana tanpa biaya yaitu yang berupa kesulitan-kesulitan atau
kerugian-kerugian yang harus diderita oleh masyarakat, sudah tentu orang akan
mendukung sepenuhnya. Namun ada orang-orang yang menganggap bahwa
baik tingkah laku maupun lembaga-lembaga yang diperlukan untuk
melaksanakan pembangunan ekonomi adalah kurang baik bahkan tidak
diinginkan. Mereka ini lebih menghendaki adanya tingkah laku maupun
lembaga-lembaga yang statis. Pertama-tama mereka tidak menyukai adanya
semangat ekonomis atau semangat penghemat. Namun justru semangat
inilah yang sebenarnya merupakan salah satu syarat untuk dapat
dilaksanakannya pembangunan ekonomi.
Hal ini sering pula dikenal sebagai prinsip ekonomi yaitu dengan
hasil tertentu dicapai pengorbanan (biaya) sekecil-kecilnya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan ekonomi akan mendorong
orang berpikir untuk lebih mementingkan diri sendiri. Sifat-sifat yang
mementingkan diri sendiri ini memang merupakan perubahan yang harus
dialami dalam proses pembangunan. Cara hidup gotong royong yang
umumnya terdapat di negara-negara yang sedang berkembang (khususnya
Indonesia) makin berkurang. Demikian pula sifat-sifat kekeluargaan serta
2.2.1.1. Pengertian Kemiskinan
Penulis mengungkapkan beberapa pengertian tentang kemiskinan
dari beberapa para ahli antara lain :
a. Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi
kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos dalam
Suharto, 2009:2).
b. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis
nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non
makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas
kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah
rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar
kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan
kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian,
kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa
lainnya (BPS dan Depsos dalam Suharto, 2009:3).
c. Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi pendapatan dalam
bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntunan non-material
yang diterima oleh seseorang. Secara luas kemiskinan meliputi
kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaan kesehatan yang
buruk, kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat
(SMERU dalam Suharto, 2009:3).
d. Menurut Sajogyo dalam Suyanto & Karnaji (2005:3), kemiskinan
kebutuhan hidup minimum yang ditetapkan berdasarkan atas
kebutuhan pokok pangan yang membuat orang cukup bekerja dan
hidup sehat berdasarkan atas kebutuhan beras dan kebutuhan gizi.
e. Kemiskinan sesungguhnya bukan semata-mata kurangnya pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok atau standar hidup layak,
namun lebih dari itu esensi kemiskinan adalah menyangkut
kemungkinan atau probabilitas orang atau keluarga miskin itu untuk
melangsungkan dan mengembangkan usaha serta taraf kehidupannya
(Suyanto & Karnaji, 2005:1).
f. Menurut Friedman dalam Suyanto & Karnaji (2005:2), kemiskinan
adalah ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis
kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial meliputi: (a) modal produktif
atas aset (tanah perumahan, peralatan, dan kesehatan), (b) sumber
keuangan seperti income dan kredit yang memadai, (c) organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan
bersama seperti koperasi, (d) network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang-barang, pengetahuan dan ketrampilan
yang memadai, (e) informasi-informasi yang berguna untuk
kehidupan.
g. Menurut Levitan dalam Suyanto & Karnaji (2005:1), mendefinisikan
kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan
pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standart hidup yang
h. Menurut Schiller dalam Suyanto & Karnaji (2005:1), kemiskinan
adalah ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang-barang dan
pelayanan-pelayanan yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan sosial yang terbatas.
i. Ghose & Griffin dalam Bayo (1981:4), mengatakan bahwa
kemiskinan di negara-negara ini berarti kelaparan, kekurangan gizi,
ditambah pakaian dan perumahan yang tidak memadai, tingkat
pendidikan yang rendah, tidak ada atau sedikit sekali kesempatan
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang elementer, dan lain-lain.
Definisi dan pengertian kemiskinan yang lebih lengkap
dikemukakan oleh Chambers dalam Suyanto & Karnaji (2005:10).
Menurut Chambers, inti dari masalah kemiskinan sebenarnya terletak
pada apa yang disebut deprivation trap atau perangkap kemiskinan yang
terdiri atas lima unsur, yaitu : (1) kemiskinan itu sendiri, (2) kelemahan
fisik, (3) keterasingan atau kadar isolasi, (4) kerentanan, dan (5)
ketidakberdayaan. Kelima unsur ini sering kali berkait satu dengan yang
lainnya sehingga merupakan perangkap kemiskinan yang benar-benar
berbahaya dan mematikan peluang hidup orang atau keluarga miskin.
2.2.1.2. Ukuran Kemiskinan
Ada 2 ukuran yang digunakan oleh Bank Dunia dalam menentukan
penduduk yang masuk dalam kategori miskin, yaitu:
a) US $ 1 per kapita per hari dimana diperkirakan ada sekitar 1,2 miliar
b) US $ 2 per kapita per hari
US dollar yang digunakan adalah US $ PPP (Purchasing Power Parity),
bukan nilai tukar resmi (exchange rate). Kedua batas ini adalah garis
kemiskinan absolut.
dimana lebih dari 2 miliar penduduk yang
hidup kurang dari batas tersebut.
Sajogyo dalam Suyanto & Karnaji (2005:3), telah membuat suatu
batasan atau klasifikasi kemiskinan sebagai berikut :
a. Untuk daerah perkotaan, seseorang disebut miskin apabila
mengkonsumsi beras kurang dari 420 kilogram per tahunnya.
b. Untuk daerah pedesaan, seseorang disebut miskin apabila
mengkonsumsi 320 kilogram, miskin sekali apabila mengkonsumsi
240 kilogram dan paling miskin apabila mengkonsumsi kurang dari
180 kilogram per tahunnya.
Jika memakai ketetapan Badan Pusat Statistik ukuran penduduk,
yang termasuk batas garis kemiskinan (GK) secara nasional pada maret
2009 adalah Rp200.262 per kapita per bulan. Garis kemiskinan pada
tahun-tahun sebelumnya adalah: Rp129.108 (2005), Rp151.997 (2006),
Rp166.697 (2007), dan Rp182.636 (2008). Tabel 1 juga memperlihatkan
perkembangan garis kemiskinan secara nasional untuk daerah perkotaan
Tabel 1. Perkembangan Garis Kemiskinan BPS (Rp per kapita per
Sedangkan jika dilihat dari segi tahapan pencapaian tingkat
kesejahteraan maka Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(1997:14) mengelompokkan suatu golongan keluarga kedalam 5 (lima)
tahapan yaitu :
a. Keluarga prasejahtera adalah keluarga-keluarga yang kurang mampu
memenuhi kebutuhan pokoknya dalam arti makanan perumahan dan
pakaian, investasi guna memenuhi kebutuhan pokok :
1) Semua anggota keluarga beribadah sesuai dengan agama mereka.
2) Makan dua kali sehari.
3) Busana yang berbeda untuk dirumah, kerja, sekolah dan rekreasi.
4) Tidak makan dilantai.
5) Memperoleh pelayanan kesehatan professional atau pengobatan
modern.
b. Keluarga sejahtera tahap 1 adalah para keluarga yang mampu
memenuhi kebutuhan pokok, namun kebutuhan sosial belum
1) Segenap anggota keluarga beribadah sesuai agama dan
kepercayaannya.
2) Makan daging, telur, ayam atau paling tidak makan daging sekali
seminggu.
3) Segenap anggota keluarga paling tidak mempunyai satu pasang
busana baru tiap bulan.
4) Pasang lantai paling sedikit delapan meter persegi perorang.
5) Tidak ada masalah dengan kesehatan selama tiga bulan terakhir.
6) Paling tidak satu anggota diatas umur 15 tahun memiliki sumber
pendapatan yang tetap.
7) Seluruh anggota dibawah 60 tahun dapat membaca.
8) Semua anak umur 6 – 15 tahun.
9) Orang tua harus mempunyai dua anak atau bila memungkinkan,
mereka menggunakan kontrasepsi.
c. Keluarga sejahtera tahap 2 adalah keluarga yang mampu memenuhi
kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial namun belum sanggup
memenuhi kebutuhan pengembangan mereka :
1) Semua anggota mengikuti pengetahuan agama yang lebih
mendalam.
2) Sebagian pendapatan keluarga untuk tabungan keluarga.
3) Paling sedikit seluruh anggota keluarga bersantap bersama sekali
dalam sehari.
5) Paling sedikit keluarga bertamasya sekali dalam enam bulan.
6) Keluarga memperoleh berita dari media massa.
7) Semua anggota mempunyai akses terhadap transportasi umum.
d. Keluarga Sejahtera tahap 3 adalah keluarga yang mampu memenuhi
kebutuhan dasar, kebutuhan sosial, dan kebutuhan pembangunan,
namun belum sanggup menyumbang bagi kegiatan-kegiatan sosial.
Investasi guna meningkatkan partisipasi sosial :
1) Keluarga secara teratur menyumbang pada kegiatan-kegiatan
masyarakat dalam bentuk materi.
2) Anggota keluarga berada pada manajemen lembaga masyarakat.
e. Keluarga sejahtera tahap 3 plus adalah keluarga-keluarga yang
mampu memenuhi seluruh kebutuhan pokok, termasuk pembangunan
dan partisipasi sosial. Keluarga-keluarga dalam kemampuan
menolong keluarga lain dalam masyarakat. Profil yang ideal
menggambarkan keluarga Indonesia.
2.2.1.3. Ciri-Ciri Kemiskinan
Suyanto & Karnaji (2005:5), menyatakan pada dasarnya ada
beberapa ciri dari kemiskinan, yaitu antara lain sebagai berikut :
a. Mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan pada umumnya tidak
memiliki faktor produksi sendiri, seperti : tanah yang cukup, modal
atau keterampilan. Faktor produksi yang dimiliki umumnya sedikit,
sehingga kemampuan untuk memperoleh pendapatan menjadi sangat
b. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan untuk
memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan yang
diperoleh tidak cukup untuk memperoleh tanah garapan ataupun
modal usaha.
c. Tingkat pendidikan golongan miskin umumnya rendah, tidak sampai
tamat sekolah dasar. Waktu mereka umumnya habis tersita untuk
mencari nafkah sehingga tidak ada lagi waktu untuk belajar.
Demikian juga dengan anak-anak mereka, tak dapat menyelesaikan
sekolah karena harus membantu orang tuanya mencari nafkah
tambahan.
d. Banyak diantara mereka yang tinggal di daerah pedesaan, dan tidak
mempunyai tanah garapan, atau kalaupun ada relatif kecil sekali.
Banyak di antara mereka lalu menjadi pekerja bebas (self employed)
yang berusaha apa saja. Pada umumnya mereka menjadi buruh tani
atau pekerja kasar di luar pertanian. Akibat didalam situasi penawaran
tenaga kerja yang besar, maka tingkat upah menjadi rendah sehingga
mengurung mereka selalu hidup dibawah garis kemiskinan.
e. Banyak di antara mereka yang hidup di kota masih muda dan tidak
mempunyai keterampilan atau skill dan pendidikan. Perkembangan
teknologi di kota-kota negara sedang berkembang justru menampik
penyerapan tenaga kerja, sehingga penduduk miskin yang pindah ke
Ciri-ciri bahwa rumah tangga miskin pada umumnya rumah
tangga yang mempunyai anggota rumah tangga banyak, yang kepala
rumah tangganya merupakan pekerja rumah tangga, tingkat pendidikan
kepala rumah tangga maupun anggotanya rendah, sering berubah
pekerjaan, sebagian besar mereka yang telah bekerja masih mau
menerima tambahan pekerjaan lagi bila ditawarkan, dan sebagian besar
sumber pendapatan utamanya adalah sektor pertanian. Masalah
kemiskinan, merupakan masalah Sumber Daya Manusia (SDM). Pertama,
masih belum berkembangnya (under development) SDM. Kedua, masih
belum dimanfaatkannya seluruh keterampilan dan kemampuan SDM
secara optimal (Sudarwati, 2009:17).
2.2.1.4 Macam-Macam Kemiskinan
Adapun macam-macam kemiskinan antara lain, yaitu :
a. Kemiskinan relatif, kemiskinan relatif merupakan kondisi masyarakat
karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu
menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan
ketimpangan distribusi pendapatan.
b. Kemiskinan absolut, kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan
ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti
pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang
diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.
c. Kemiskinan struktural dan kultural, terminologi lain yang juga pernah
kemiskinan kultural. Soetandyo Wignjosoebroto dalam “Kemiskinan
Struktural : Masalah dan Kebijakan” yang dirangkum oleh Suyanto
(1995) mendefinisikan “Kemiskinan struktural adalah kemiskinan
yang ditengarai atau didalihkan bersebab dari kondisi struktur, atau
tatanan kehidupan yang tak menguntungkan”. Sedangkan kemiskinan
kultural diakibatkan oleh faktor-faktor adat dan budaya suatu daerah
tertentu yang membelenggu seseorang tetap melekat dengan indikator
kemiskinan. Soetandyo Wignjosoebroto dalam “Kemiskinan,
Kebudayaan, dan Gerakan Membudayakan Keberdayaan” yang
dirangkum oleh Suyanto (1995) mendefinisikan “Kemiskinan adalah
suatu ketidak-berdayaan”. Keberdayaan itu sesungguhnya merupakan
fungsi kebudayaan. Artinya, berdaya tidak dalam kehidupan
bermasyarakatnya itu dalam kenyataan akan banyak ditentukan dan
dipengaruhi oleh determinan-determinan sosial-budayanya (seperti
misalnya posisi, status dan wawasan yang dipunyainya). Sebaliknya,
semua fasilitas sosial yang teraih dan dapat didayagunakan olehnya
akan ikut pula menentukan keberdayaannya kelak didalam
pengembangan dirinya ditengah masyarakat (Wignjosoebroto dalam
Sudantoko & Hamdani, 2009:43).
d. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya
memang miskin. Kelompok masyarakat tersebut menjadi miskin
karena tidak memiliki sumberdaya yang memadai baik sumberdaya
mendapat imbalan pendapatan yang rendah. Menurut Baswir dalam
Sudarwati (2009:25), kemiskinan natural adalah kemiskinan yang
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti karena cacat, sakit, usia
lanjut atau karena bencana alam. Kondisi kemiskinan seperti ini
menurut Kartasasmita disebut sebagai “Persisten poverty” yaitu
kemiskinan yang telah kronis atau telah turun temurun.
2.2.1.5. Aspek- Aspek Kemiskinan
Kemiskinan mempunyai bermacam-macam aspek. Aspek-aspek ini
berbeda-beda tingkatnya dalam tiap-tiap negara. Kemiskinan dalam artian
manusia adalah sedikit makan dan pakaian.
Baldwin dan Meier mengemukakan 6 sifat ekonomis yang terdapat
di negara-negara miskin atau sedang berkembang yaitu : negara tersebut
merupakan produsen barang-barang primer, menghadapi masalah tekanan
penduduk, sumber-sumber alam belum banyak diolah, penduduknya
masih terbelakang dari segi ekonomi, kekurangan kapital dan orientasi
perdagangan ke luar negeri.
a. Produsen Barang-barang Primer
Negara sedang berkembang pada umumnya mempunyai
struktur produksi yang terdiri dari bahan dasar dan bahan makanan.
Sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian dan sebagian
besar penghasilan nasionalnya berasal dari sektor pertanian dan sektor
Yang dimaksud dengan produksi primer adalah produksi dari
sektor pertanian, kehutanan, perikanan dan penggalian. Produksi
sektor sekunder meliputi hasil-hasil sektor industri, pertambangan,
dan bangunan. Sedangkan produksi tersier mencakup hasil dari
jasa-jasa seperti listrik, air minum, pemeliharaan kesehatan, pengangkutan,
perdagangan, penyimpanan dan perhubungan.
b. Masalah Tekanan Penduduk
Ciri yang kedua ialah negara sedang berkembang mengalami
tekanan penduduk yang dapat berbentuk sebagai berikut :
1) Adanya pengangguran di desa-desa.
Pengangguran ini disebabkan oleh luas tanah yang relatif sedikit
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bertempat tinggal
disitu.
2) Kenaikan jumlah penduduk yang pesat.
Pesatnya pertumbuhan penduduk dikarenakan menurunnya tingkat
kematian dan makin tingginya tingkat kelahiran di negara-negara
sedang berkembang.
3) Tingkat kelahiran penduduk yang tinggi.
Di negara sedang berkembang menyebabkan makin besarnya
jumlah anak-anak yang menjadi tanggungan orang tua, sehingga
menurunkan tingkat konsumsi rata-rata. Hal ini disebabkan
c. Sumber-Sumber Alam Belum Banyak Diolah.
Ciri ketiga yang dihadapi oleh negara-negara sedang
berkembang ialah sumber-sumber alam belum banyak diusahakan,
sehingga masih bersifat potensial. Sumber-sumber alam ini belum
dapat menjadi sumber-sumber yang riil, karena kekurangan capital,
tenaga ahli dan wiraswasta (entrepreneur).
d. Penduduk Masih Terbelakang
Secara ekonomi, penduduk di negara-negara sedang
berkembang masih relatif terbelakang. Artinya, kualitas penduduknya
sebagai faktor produksi (tenaga kerja) adalah rendah. Mereka masih
merupakan faktor produksi yang kurang efisien, kurang mobilitas
dalam pekerjaan baik secara vertikal maupun horizontal. Mereka ini
tidak mudah meninggalkan tempat kelahirannya.
e. Kekurangan Kapital
Adanya lingkaran yang tak berujung pangkal (vicious circle)
menyebabkan negara sedang berkembang mengalami kekurangan
kapital. Kekurangan kapital disebabkan oleh rendahnya tingkat
investasi. Rendahnya tingkat investasi ini disebabkan oleh rendahnya
tingkat tabungan yang merupakan akibat dari rendahnya tingkat
penghasilan. Rendahnya tingkat penghasilan ini disebabkan oleh
tingkat produktivitas yang rendah dari tenaga kerja, sumber alam,
tanah dan kapital. Pada gilirannya tersebut disebabkan oleh kurangnya
sumber-sumber alam yang ada. Jadi dapat dikatakan bahwa “negara itu miskin
karena miskin”.
f. Orientasi ke Perdagangan Luar Negeri
Hampir semua negara di dunia ini mempunyai hubungan
perdagangan luar negeri terlebih-lebih negara sedang berkembang.
Perbedaan antara negara sedang berkembang dengan
negara-negara yang sudah berkembang dalam hal perdagangan luar negeri
adalah bahwa yang diperdagangkan oleh negara-negara sedang
berkembang terutama barang-barang produksi primer bahkan hampir
seluruhnya untuk ekspor (Irawan & Suparmoko, 2002:15).
2.2.1.6. Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan pada dasarnya bukan hanya permasalahan ekonomi
tetapi lebih bersifat multidimensional dengan akar permasalahan terletak
pada sistem ekonomi dan politik bangsa yang bersangkutan. Masyarakat
menjadi miskin oleh sebab adanya kebijakan ekonomi dan politik yang
kurang menguntungkan mereka, sehingga mereka tidak memiliki akses
yang memadaikan ke sumberdaya-sumberdaya kunci yang dibutuhkan
untuk menyelenggarakan hidup mereka secara layak. Akibatnya mereka
terpaksa hidup di bawah standar yang tidak dapat lagi dinilai manusiawi,
baik dari aspek ekonomi, aspek pemenuhan kebutuhan fisik, aspek sosial,
dan secara politikpun mereka tidak memiliki sarana untuk ikut dalam
Suyanto & Karnaji (2005:7), membedakan akar penyebab
kemiskinan menjadi dua kategori, yaitu :
a. Kemiskinan alamiah, yakni kemiskinan yang timbul sebagai akibat
sumber-sumber daya yang langka jumlahnya dan atau karena tingkat
perkembangan teknologi yang sangat rendah.
b. Kemiskinan buatan, yakni kemiskinan yang terjadi karena struktur
sosial yang ada membuat anggota atau kelompok masyarakat tidak
menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata.
Sharp,et.al dalam Kuncoro (2006:120), mencoba
mengidentifikasikan penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi.
Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan
pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam
jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat
adanya perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Kualitas
sumberdaya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang
pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia
ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya
diskriminasi, atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat
perbedaan akses dalam modal.
Paling tidak, dapat dilihat beberapa variabel yang mempengaruhi
bagi penduduk miskin. Misalnya ada 11 variabel yang akan diukur
pangan, papan dan lainnya untuk menentukan rumah tangga miskin,
yaitu:
a. Kelompok Sandang
Pembelian pakaian selama setahun yang lalu.
b. Kelompok pangan, kelompok ini mencakup:
1) Fasilitas air bersih
2) Prosentase pengeluaran rumah tangga untuk makanan selama
sebulan yang lalu.
c. Kelompok Papan, kelompok ini mencakup:
1) Kepemilikan rumah
2) Jenis dinding terluas
3) Jenis lantai terluas
4) Sumber penerangan
d. Kelompok lainnya, kelompok ini mencakup:
1) Anggota rumah tangga berumur 6-15 tahun
2) Sumber keuangan rumah tangga
3) Pelayanan kesehatan
Di sisi lain upaya-upaya penanggulangan kemiskinan lebih banyak
diarahkan hanya untuk meningkatkan penghasilan masyarakat miskin
melalui berbagai program ekonomi, seperti peningkatan penghasilan,
2.2.1.7. Indikator Kemiskinan
Berdasarkan pendekatan kebutuhan dasar, ada 3 indikator
kemiskinan yang digunakan, yaitu (Sudantoko & Hamdani 2009:81) :
a. Pertama, Head Count Index (HCI-P0
b. Kedua, Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P )
1
c. Ketiga, Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Saverity Index-P ) yang
merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing
penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai
indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis
kemiskinan.
2
d. Foster-Greer-Thorbecke (1984) telah merumuskan suatu ukuran yang
digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan yaitu :
)
yang memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran
diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin
tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
P
α=
Dimana :
α = 0,1,2
z = Garis kemiskinan
yi = Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk yang berada
di bawah garis kemiskinan (i= 1,2,…,q), yi < z
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan
jika α = 0, diperoleh Head Count Index (P0), jika α = 1 diperoleh
Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1)
dan jika α = 2 disebut indeks keparahan kemiskinan
(Poverty Saverity Index-P2).
2.2.2. Pengertian Pendapatan
Di dalam pengertian faktor-faktor produksi dibedakan menjadi 4
(empat) golongan yaitu: tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian
keusahawan. Apabila faktor-faktor produksi itu digunakan dalam proses
produksi maka akan diperoleh pendapatan yaitu: tanah dan harta tetap
lainnya memperoleh sewa, tenaga kerja memperoleh gaji dan upah,
mendapat bunga dan keahlian mendapat keuntungan.
Menurut Sukirno dalam Yudo (2006:21), asumsi yang ada pada
masyarakat mengenai pendapatan adalah hasil yang berupa gaji dan upah
yang diterima pekerja sebagai kompensasi atas pekerjaan yang telah
dilakukannya dan dapat dipergunakan untuk konsumsi.
Dan ada beberapa pengertian terdapat beberapa macam pendapatan
diantaranya :
a. Pendapatan nasional adalah nilai produksi barang-barang dan jasa yang
dihasilkan (diwujudkan) dalam sesuatu negara dalam suatu tahun
tertentu. Pendapatan nasional dapat dibedakan kepada tiga konsep
(pengertian), yaitu: PDB, PNB dan Pendapatan Nasional (PNN harga
faktor). Nilainya dapat dihitung pada harga tetap dan harga yang
berlaku. Seterusnya pada harga tetap dan harga berlaku, ia dapat pula
b. Pendapatan disposebel adalah pendapatan yang sebenarnya diterima
oleh semua rumah tangga dalam suatu negara dan dapat mereka
gunakan untuk membeli keperluan mereka. Dalam paktiknya, sebagian
daripadanya akan disimpan/ ditabung. Konsep pendapatan disposebel
dapat juga ditinjau dari sudut individu, yaitu: jumlah pendapatan suatu
rumah tangga dalam suatu tahun tertentu yang dapat dibelanjakan (dan
ditabung).
c. Pendapatan faktor netto dari luar negeri adalah pendapatan yang
diperoleh dari penggunaan faktor-faktor produksi milik warga Negara
suatu negara yang digunakan diluar negara ditolak dengan pendapatan
faktor-faktor produksi milik asing yang digunakan di negara tersebut.
Nilai ditentukan berdasarkan aliran pendapatan yang berlaku dalam
waktu satu tahun. Apabila nilai PFN dari LN adalah negatif, PFN dari
LN dapat dinamakan juga sebagai pembayaran faktor neto ke luar
negeri.
d. Pendapatan nasional riil (PDB-riil atau PNB-riil) adalah nilai produksi
nasional pada suatu tahun tertentu yang dihitung menurut harga-harga
yang berlaku pada tahun dasar. Konsep ini biasanya dinamakan juga
sebagai PDB menurut harga tetap dan PNB menurut harga tetap.
e. Pendapatan pribadi adalah pendapatan yang diterima semua rumah
tangga dalam perekonomian (atau yang diterima satu keluarga) dari
penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya dan dari
pendapatan nasional yang diterima rumah tangga (contoh: keuntungan
yang tak dibagi dan pajak perusahaan) (Sukirno, 2006:60).
Beberapa pengertian pendapatan masyarakat adalah sebagai berikut :
1) Pendapatan adalah total penghasilan perbulan.
2) Pendapatan adalah sumber penghasilan keluarga.
3) Pendapatan adalah status mata pencaharian dari sumber utama
penghasilan.
4) Pendapatan adalah perangkat penunjang kebutuhan sehari-hari,
misal: bahan bakar utama yang digunakan pada rumah tangga serta
sarana penerangan yang digunakan menghitung pendapatan nasional
dan pendapatan perkapita.
Pengertian pendapatan nasional perlu dibedakan menjadi dua
pengertian lain, yaitu pendapatan nasional menurut harga yang berlaku dan
pendapatan nasional harga tetap atau pendapatan nasional riil dimana
pengertian pertama adalah untuk pendapatan nasional pada harga berlaku
adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan sesuatu negara
dalam suatu tahun dan dinilai menurut harga-harga yang berlaku pada satu
tahun tersebut, dan pengertian yang kedua mengenai pendapatan nasional
riil adalah harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya
digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun
yang lain (Sukirno, 2006:36).
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendeflasikan
Harga Konsumen). Dengan menggunakan angka IHK ini pendapatan
nasional dapat ditentukan dengan menggunakan rumus di bawah ini :
Yr
t=
x Yb
tDimana :
(Arsyad, 2004:16).
Yrt
Yb
= pendapatan nasional riil pada tahun t
t
tahun t
= pendapatan nasional menurut harga yang berlaku pada
IHKt = harga konsumen pada tahun t.
Rumus Pendapatan Perkapita
Dengan diketahuinya pendapatan nasional untuk berbagai tahun, untuk
menentukan pendapatan perkapita bukan masalah lagi. Pendapatan
perkapita adalah perdapatan rata-rata penduduk oleh sebab itu untuk
memperoleh pendapatan perkapita pada suatu tahun adalah dengan
membagi pendapatan nasional pada tahun itu dengan jumlah penduduk
pada tahun yang sama. Sedangkan pertambahan penduduk perkapita dari
tahun ke tahun dapat ditentukan dengan rumus yang sama dengan
menentukan pertambahan pendapatan nasional riil, yaitu :
gt
=
x 100%
(Arsyad, 2004:18).Dimana :
gt
YP
= pertumbuhan pendapatan perkapita yang dinyatakan dalam
persen
YPt-1 = pendapatan per kapita pada tahun t-1.
Menurut Arsyad (2004:227), ada 2 macam teori pokok distribusi
pendapatan yaitu :
a. Distribusi pendapatan perorangan (personal distribution)
Merupakan ukuran pendapatan yang menunjukkan hubungan antara
individu-individu dengan pendapatan total yang mereka terima.
b. Distribusi fungsional atau distribusi pangsa faktor produksi
Ukuran distribusi ini berusaha untuk menjelaskan pangsa (share)
pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing faktor produksi.
Kriteria Bank Dunia mendasarkan penilaian distribusi pendapatan
atas pendapatan yang diterima oleh 40% penduduk berpendapatan terendah.
Kesenjangan distribusi pendapatan dikategorikan :
a. Tinggi, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima kurang
dari 12% bagian pendapatan.
b. Sedang, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima 12
hingga 17% bagian pendapatan.
c. Rendah, bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima lebih
dari 17% bagian pendapatan (Kuncoro, 2006:139).
2.2.2.1Pengendalian Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan
Perkotaan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang
kemiskinan sebagai salah satu prioritas. Undang-Undang tersebut
menjelaskan bahwa sasaran yang hendak dicapai dalam lima tahun
(2000-2004) adalah berkurangnya jumlah penduduk miskin absolut sebesar 4%
dari tingkat kemiskinan 1999. Salah satu langkah strategis pemerintah
adalah melalui Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP)
baik Tahap I maupun P2KP Tahap II yang dimulai tahun 2003-2008.
Pengertian Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan adalah program
penganggulangan masyarakat miskin di perkotaan dengan pendekatan
upaya mengokohkan keberdayaan institusi komunitas agar mampu
menanggulangi kemiskinannya secara mandiri dan berkelanjutan.
Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan merupakan prinsip
keseimbangan pembangunan. Dalam konteks P2KP diterjemahkan sebagai
sosial, ekonomi, dan lingkungan yang tercakup dalam konsep Tridaya.
Instrumen digunakan dalam Program Penanggulangan Kemiskinan
Perkotaan mencakup pelaksanaan kegiatan Tridaya antara lain: Bina
manusia, Bina usaha, Bina lingkungan.
Sedangkan pelaksanaannya, Program Penanggulangan Kemiskinan
Perkotaan bertujuan sebagai berikut :
a. Untuk mempercepat upaya penanggulangan kemiskinan melalui
penyediaan dana pinjaman untuk mengembangkan kegiatan usaha
b. Penyediaan dana hibah untuk membangun prasarana dan sarana dasar
lingkungan.
c. Peningkatan kemampuan melalui upaya bersama berlandaskan
kemitraan yang mampu menumbuhkan usaha-usaha baru yang bersifat
produktif dengan berbasis pada usaha kelompok.
d. Penyimpanan, pengembangan dan kemampuan kelembagaan
masyarakat untuk dapat mengkoordinasikan dan memberdayakan
masyarakat.
e. Pencegahan penurunan kualitas lingkungan melalui upaya perbaikan
prasarana dan sarana dasar lingkungan.
Tujuan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan adalah
membiayai kegiatan-kegiatan yang dapat memberi manfaat kepada
masyarakat miskin di kelurahan sasaran, melalui :
1. Bantuan modal kerja bergulir bagi upaya peningkatan pendapatan
secara berkelanjutan; dan
2. Hibah bagi pembangunan/ perbaikan prasarana dan sarana dasar
lingkungan (Anonim, 1999:1).
Kegiatan-kegiatan dimaksud harus terselenggara secara partisipatif, baik
dalam penyaringan maupun pelaksanaannya, serta bersifat transparan dan
terbuka untuk diperiksa. Dalam jangka panjang, proyek ini diharapkan
dapat membantu masyarakat miskin di perkotaan dalam menanggulangi
kemiskinan yang dihadapinya dan memperbaiki kemampuan
2.2.2.2Upaya-Upaya Yang Akan Dilaksanakan Untuk Meningkatkan
Efektifitas Program
Upaya yang dilaksanakan sehingga benar-benar mencapai sasaran,
yaitu peningkatan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat miskin
diperkotaan yang dilakukan dengan pendekatan Tridaya (ekonomi, sosial
dan lingkungan). P2KP dilaksanakan dengan upaya menerapkan
pendekatan Tridaya melalui pengokohan kelembagaan masyarakat yang
berbasis nilai-nilai universal kemanusiaan dan prinsip-prinsip
kemasyarakatan. Upaya-upaya yang akan dilaksanakan adalah :
a. Dilakukannya sosialisasi untuk lebih memasyarakatkan Program
Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan mengingat masyarakat yang
akan menjadi motor penggerak pelaksanaan program ini dan
keberhasilan proyek akan sangat ditentukan oleh peran aktif
mesyarakat di kelurahan.
b. Dilaksanakan pengembangan institusi masyarakat berupa
pembentukan kelompok masyarakat untuk dapat mengembangkan
kegiatan dan pengejatahan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat
sebagai penerima bantuan akan membentuk Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) serta Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)
yang merupakan kelembagaan masyarakat yang beranggotakan tokoh
masyarakat, perwakilan Kelompok Swadaya Masyarakat dan warga
kelurahan. Selain itu, untuk membantu, mendorong dan mengarahkan
disiapkan sejumlah pendamping yang disebut fasilitator kelurahan
yang akan melakukan pendampingan terhadap masyarakat.
c. Pelaksanaan program harus berasal dari masyarakat itu sendiri dan
sedapat mungkin dilakukan melalui pola padat karya.
d. Untuk mendukung pelaksanaan yang transparan, demokratis dan
bertanggung jawab atau accountable, maka dilakukan mekanisme
penghargaan dan sangsi atau kinerja Kelompok Swadaya Masyarakat,
pengajuan keberatan atau hasil kerja Kelompok Swadaya Masyarakat,
fasilitator dan berbagai instansi terkait, serta memonitoring
independent dan partisipasi masyarakat dimana hasil monitoring,
termasuk temuan-temuan akan dipublikasikan pada surat kabar lokal.
2.2.2.3Penggunaan Dana
Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan yang sumber
utama dananya berasal dari pinjaman Bank Dunia merupakan upaya
menanggulangi atau mengurangi kemiskinan baik disebabkan oleh krisis
ekonomi maupun persoalan kemiskinan yang struktural. Dan dalam rangka
melakukan penyaluran dana kepada kelompok masyarakat secara efektif
dan efisien.
Di dalam Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan ini ada
3 (tiga) komponen yang dapat diberikan bantuan pendanaan, dimana
penyaluran dananya dapat disampaikan melalui kelompok masyarakat,
Pertama, Komponen fisik berupa perawatan atau pemeliharaan dan perbaikan atau pembangunan sarana dan prasarana dasar lingkungan yang
dibutuhkan oleh masyarakat kelurahan setempat.
Kedua, komponen kegiatan ekonomi skala kecil, berupa modal kerja bagi kegiatan industri rumah tangga atau kegiatan usaha skala kecil
lainnya yang diberikan kepada perseorangan atau keluarga yang dihimpun
dalam suatu kelompok bersama.
Ketiga, komponen pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan teknis dan manajerial untuk mendukung penciptaan peluang
usaha baru dan peluang pengembangan usaha yang telah ada.
Dana proyek dapat digunakan untuk kredit bagi kegiatan ekonomi
berkelanjutan dan hibah untuk pembangunan/ perbaikan prasarana dan
sarana lingkungan, tergantung prioritas kebutuhan kelompok-kelompok
masyarakat setempat. Berbagai sub proyek diatas harus diusulkan dalam
waktu enam bulan sejak proyek diluncurkan di kelurahan, namun dana
dapat digunakan dalam jangka waktu satu tahun setelah pembayaran
pertama diterima oleh masing-masing kelompok. Dengan perincian
sebagai berikut :
a. Kegiatan ekonomi
Pilihan kegiatan P2KP bersifat terbuka. Beberapa contoh
kegiatan yang dapat dikembangkan adalah pertanian kota, pelatihan
bagi kelompok (kredit dapat digunakan untuk membayar upah),
perbaikan perumahan bertumpu pada masyarakat yang masa
pengerjaannya tidak lebih dari satu tahun.
Tiap kelurahan dapat menetapkan suatu pola kredit kecil untuk
digulirkan kepada perorangan atau kelompok. Dalam P2KP,
pembangunan warung baru tidak dianjurkan. Hal-hal yang tidak dapat
didanai P2KP: pembuatan/ penjualan senjata, obat-obatan terlarang,
deposito dana di lembaga keuangan, pembebasan tanah, pembangunan
rumah ibadah, pembiayaan administrasi pemerintah, dan pembuatan
produk-produk yang membahayakan lingkungan.
b. Persyaratan kelompok
Kelompok-kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang
dibentuk untuk menjalankan kegiatan-kegiatan ekonomi harus
beranggotakan minimal tiga orang dari rumah tangga yang berbeda.
Pendapatan per keluarga (jika beranggota empat orang) anggota KSM
itu tidak boleh lebih dari Rp250.000,00 per bulan (jumlah ini dapat
disesuaikan dengan memperhitungkan inflasi pada tahun 2 dan
ke-3).
Dalam P2KP, tiap kelompok/ orang mendapatkan dana hanya
sekali (setidak-tidaknya sampai tidak ada lagi usulan KSM yang dinilai
layak, namun belum pernah mendapatkan bantuan). Kaum perempuan
sangat dianjurkan untuk terlibat dan harus mendapatkan kesempatan
c. Pinjaman
Pinjaman harus dikembalikan dalam waktu satu tahun dengan
bunga minimal 11/2% per bulan. Jadwal pembayaran kembali harus
mencerminkan keadaan kas kegiatan yang dibiayai itu. Dana
pembayaran kembali harus dimasukkan ke dalam rekening atas nama
BKM di bank penyalur. Dana ini harus digulirkan kembali dengan
prinsip yang sama.
Setengah penghasilan dari bunga yang dibebankan kepada
penerima pinjaman digunakan untuk membiayai pemeliharaan
prasarana dan sarana dasar lingkungan, sementara setengahnya lagi
digunakan untuk membantu pembiayaan administrasi BKM.
d. Prasarana dan Sarana Dasar Lingkungan
Masyarakat dapat memilih penggunaan dana P2KP untuk
membangun/ memperbaiki prasarana dan sarana dasar lingkungan
(dengan jenis-jenis seperti prasaran dan sarana dasar yang lazim
diperbaiki dalam proyek KIP), perbaikan taman lingkungan,
penghijauan, dan perbaikan lingkungan (Anonim, 1999:2).
2.2.3 Peran Aparatur dan Masyarakat Sebagai Penerima Bantuan
Dengan melihat arah baru pendekatan pembangunan yang
berorientasi pada masyarakat, maka pemerintah harus dapat menjalankan
perannya sesuai kondisi perubahan tersebut dengan menyelenggarakan
pemerintahannya dengan baik dengan berlandaskan pada azaz-azaz
Disamping itu peran pemerintah juga harus berubah antara lain :
a. Pelaksana menjadi fasilitator
b. Memberikan instruksi menjadi melayani masyarakat
c. Mengatur menjadi memberdayakan masyarakat
d. Bekerja untuk memenuhi aturan menjadi bekerja untuk mewujudkan
visi.
2.2.4 Masyarakat Penerima Bantuan
Masyarakat penerima bantuan yang menjadi sasaran adalah
keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1 (Pra KS dan KS 1) pada
tingkat kelurahan sebagai lokasi kantor Program Penanggulangan
Kemiskinan Perkotaan, bantuan Program Penanggulangan Kemiskinan
Perkotaan tersebut berupa pinjaman modal usaha, peningkatan sumber
daya manusia dan perbaikan prasarana dan sarana dasar lingkungan.
BKM sebagai lembaga pengelola Program Penanggulangan
Kemiskinan Perkotaan dalam menyalurkan dana bantuan Program
Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan melakukan beberapa pengujian
kelayakan pada calon penerima bantuan sehingga dana bantuan yang
dipinjamkan dan digulirkan tepat sasaran kepada masyarakat yang
membutuhkan (Pra KS dan KS 1) diantaranya uji kelayakan tersebut
a. Uji kelayakan Administrasi diantaranya adalah :
1) Memberitahu tanggal pembentukan Kelompok Swadaya
Masyarakat dan berapa jumlah Kelompok Swadaya
Masyarakatnya.
2) Membuat berita acara pembentukan Kelompok Swadaya
Masyarakatnya.
3) Mentaati aturan dan tata tertib pelaksanaan program.
b. Uji kelayakan ekonomi diantaranya adalah :
1) Melihat omset dari usaha.
2) Pendapatan lain disamping usahanya.
3) Pengeluaran untuk biaya usahanya.
4) Pengeluaran rumah tangga.
c. Uji kelayakan sosial adalah :
1) Moralitas anggota KSM
2) Status kependidikan
Kriteria dana Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
yang diberikan per KSM dan per orang apabila sudah menerima syarat
dari uji kelayakan tersebut, yakni :
a. KSM Aneka Usaha beranggotakan 3 sampai dengan 20 orang, besar
pinjaman yang diperoleh adalah Rp500.000 sampai dengan
Rp1.000.000.
b. KSM Kube beranggotakan 3 sampai dengan 20 orang, besar pinjaman
c. KSM Fisik Hunian beranggotakan 3 sampai dengan 20 orang, besar
pinjaman yang diperoleh maksimal adalah Rp5.000.000.
d. KSM Fisik Lingkungan beranggotakan 3 sampai dengan 20 orang,
besar pinjaman yang diperoleh sesuai dengan pengajuan proposal yang
diajukan.
2.2.5 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
KSM adalah sebagai lembaga non formal yang dibentuk oleh
warga Pra KS dan KS 1 sebagai peserta Program Penanggulangan
Kemiskinan Perkotaan untuk menampung aspirasi. Kebutuhan serta
tempat mengembangkan pemberdayaan sesama anggota kelompok untuk
mengatasi berbagai masalah pokok.
Pembentukan kelompok swadaya masyarakat (KSM) adalah
kegiatan pengorganisasian warga yang berhak menjadi peserta P2KP di
tiap kelurahan ke dalam kelompok-kelompok usaha atau kegiatan.
Jenis-jenis Kelompok Swadaya Masyarakat dalam Program
Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan :
a. KSM Aneka Usaha (AU)
b. KSM Kube (Kelompok usaha bersama)
c. KSM Fisik Lingkungan (Pendanaan hibah)
2.2.6 Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)
Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) adalah forum
musyawarah dan pengambilan keputusan tertinggi warga masyarakat
setempat, yang berhak menilai rencana/ usulan kegiatan-kegiatan yang
tercakup dalam jenis kegitan P2KP. Sebagai konsep generik, BKM dapat
berupa lembaga (atau lembaga-lembaga) masyarakat yang telah ada, yang
berfungsi dan diterima secara meluas dalam masyarakat kelurahan itu.
Dengan demikian LKMD, misalnya, dapat difungsikan sebagai BKM jika
LKMD tersebut diterima secara meluas oleh masyarakatnya atau sudah
disusun (kembali) sesuai Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.
411.2/2441/SJ tentang Pemberdayaan LKMD (Anonim, 1999:7).
Terbentuk dan berfungsinya BKM merupakan prasyarat bagi
disalurkannya dana bantuan P2KP kepada masyarakat kelurahan sasaran.
Dalam jangka panjang, BKM merupakan forum yang bertugas mengelola
berbagai persoalan kehidupan masyarakat yang bersangkutan, khususnya
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan upaya-upaya penanggulangan
kemiskinan secara berkelanjutan.
Tujuan pembentukan BKM adalah untuk menumbuhkan kembali
solidaritas sosial sesama warga agar dapat bekerja sama secara demokratis,
sehingga mampu membangun kembali masyarakat yang mandiri.
2.2.7 Unit Pengelola Keuangan (UPK)
a. Merupakan salah satu unit pelaksana yang dibentuk oleh BKM dan
b. UPK bertugas sebagai pengelola keuangan BKM.
c. UPK bertugas melayani peminjam kelompok (KSM).
d. Ketua UPK adalah bendahara BKM, sangat dianjurkan ketua UPK
adalah seorang perempuan.
2.2.8 Forum Konsultasi Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
a. Keberadaan Forum Konsultasi hanya bersifat anjuran, bukan
keharusan.
b. Forum ini anggotanya diharapkan terdiri atas wakil-wakil badan-badan
pemerintahan, non pemerintah, organisasi masyarakat, badan
keagamaan, dunia usaha, LSM, perguruan tinggi serta perorangan,
yang mempunyai kepedulian terhadap penanggulangan kemiskinan di
perkotaan.
c. Peran forum ini adalah menjembatani hubungan antara pelaksana
program dengan pihak-pihak yang menjadi peserta forum dan
melindungi prakarsa Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
dari intervensi inisiatif-inisiatif lain, baik dari kalangan lembaga
pemerintah maupun non pemerintah, yang berperan pada bidang yang
sama namun tidak sejalan sifat dan tujuannya dengan proyek ini.
Lokasi Sasaran Penerima Bantuan
Lokasi sasaran penerima bantuan Program Penanggulangan
satuan pemukiman mempunyai makna yang penting mengingat disinilah
muncul kebersamaan dan kesepakatan atas dasar kepentingan bersama.
Satuan hunian dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut :
a. Keberadaan satuan pemukiman tidak terlepas dari fungsi-fungsi
sekitarnya serta struktur fisik prasarana dan sarana yang merupakan
bagian dari sistem struktur yang lebih besar.
b. Seluruh kota (besar, sedang, kecil) dapat dijadikan lokasi sasaran
Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan. Namun untuk tahap
pertama, lokasi sasaran Program Penanggulangan Kemiskinan
Perkotaan dibatasi dan ditetapkan berdasarkan hasil pengolahan data
dan pemetaan kelurahan-kelurahan miskin yang berlokasi di kota.
Strategi Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan
Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan memadukan
beberapa strategi yang pernah diterapkan pada program-program
penanggulangan kemiskinan terdahulu, khususnya yang diselenggarakan
dikawasan perkotaan, diantaranya:
a. Penyelenggara konsep Tridaya (sosial, ekonomi dan lingkungan).
b. Pemberian dana hibah untuk pembangunan prasarana dan sarana dasar
lingkungan, serta pinjaman dan bergulir untuk modal kerja kegiatan
produktif.
c. Penyelenggaraan pelatihan keterampilan yang dibutuhkan dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk dapat membuka