• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Landasan Teori

2.2.8 Forum Konsultasi Penanggulangan Kemiskinan di

a. Keberadaan Forum Konsultasi hanya bersifat anjuran, bukan keharusan.

b. Forum ini anggotanya diharapkan terdiri atas wakil-wakil badan-badan pemerintahan, non pemerintah, organisasi masyarakat, badan keagamaan, dunia usaha, LSM, perguruan tinggi serta perorangan, yang mempunyai kepedulian terhadap penanggulangan kemiskinan di perkotaan.

c. Peran forum ini adalah menjembatani hubungan antara pelaksana program dengan pihak-pihak yang menjadi peserta forum dan melindungi prakarsa Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan dari intervensi inisiatif-inisiatif lain, baik dari kalangan lembaga pemerintah maupun non pemerintah, yang berperan pada bidang yang sama namun tidak sejalan sifat dan tujuannya dengan proyek ini.

Lokasi Sasaran Penerima Bantuan

Lokasi sasaran penerima bantuan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan difokuskan pada satuan pemukiman kelurahan

satuan pemukiman mempunyai makna yang penting mengingat disinilah muncul kebersamaan dan kesepakatan atas dasar kepentingan bersama.

Satuan hunian dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut :

a. Keberadaan satuan pemukiman tidak terlepas dari fungsi-fungsi sekitarnya serta struktur fisik prasarana dan sarana yang merupakan bagian dari sistem struktur yang lebih besar.

b. Seluruh kota (besar, sedang, kecil) dapat dijadikan lokasi sasaran Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan. Namun untuk tahap pertama, lokasi sasaran Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan dibatasi dan ditetapkan berdasarkan hasil pengolahan data dan pemetaan kelurahan-kelurahan miskin yang berlokasi di kota.

Strategi Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan memadukan beberapa strategi yang pernah diterapkan pada program-program penanggulangan kemiskinan terdahulu, khususnya yang diselenggarakan dikawasan perkotaan, diantaranya:

a. Penyelenggara konsep Tridaya (sosial, ekonomi dan lingkungan). b. Pemberian dana hibah untuk pembangunan prasarana dan sarana dasar

lingkungan, serta pinjaman dan bergulir untuk modal kerja kegiatan produktif.

c. Penyelenggaraan pelatihan keterampilan yang dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk dapat membuka usaha baru.

d. Peningkatan partisipasi aktif masyarakat agar inisiatif mereka dapat ditumbuhkan dan diwujudkan.

e. Pendampingan pada KSM.

Asas Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

Dalam penyelenggaraan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan semua pihak terkait harus menjunjung tinggi dan berpedoman pada asas-asas sebagai berikut :

a. Keadilan b. Kejujuran

c. Kesetaraan kaum laki-laki dan perempuan d. Kemitraan

e. Kesederhanaan

Prinsip Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

Setiap pihak yang terkait dan terlibat dalam pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan harus pula bertindak dengan mengingat prinsip-prinsip berikut :

a. Demokrasi b. Partisipasi c. Transparasi d. Akuntabilitas

Organisasi Pelaksana

Dalam pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan, dibentuk beberapa tim pada tingkatan sebagai berikut :

a. Tingkat Pusat : tim koordinasi Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan pusat dibantu oleh secretariat pusat dengan unsur departemen terkait dan Konsultan Manajemen Pusat (KMP) serta Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) di daerah.

b. Tingkat Kabupaten : tim koordinasi daerah kabupaten atau kota dibentuk untuk membina PJOK di wilayah bersangkutan.

c. Tingkat Kelurahan : dikembangkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) beranggotakan tokoh masyarakat, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan warga kelurahan.

KSM selaku penerima bantuan dan pelaksana pembangunan didampingi fasilitas kelurahan. KMW sebagai bantuan teknis pada masyarakat bekerja di Satuan Wilayah Kerja (SWK) yang terdiri dari beberapa kabupaten dan kota (Anonim, 1999:15).

Pengelompokan SWK dilakukan atas dasar beberapa pertimbangan antara lain :

a. Keterpaduan dengan kawasan pengembangan daerah, dan b. Jangkauan geografis agar memudahkan koordinasi program

Tahap I pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan dibagi dalam beberapa SWK, antara lain :

b. Jawa Barat : SWK III dan SWK IV c. Jawa Tengah : SWK V dan SWK VI d. D.I. Yogyakarta : SWK VII

e. Jawa Timur : SWK VIII dan SWK IX

Dalam pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan, dibentuk tim koordinasi pada beberapa tingkatan, yaitu sebagai berikut :

1. Ditingkat pusat dibentuk tim koordinasi Program penanggulangan Kemiskinan Perkotaan pusat terdiri atas unsur-unsur Badan Pembangunan Nasional (Bappenas), Departemen Pemukiman dan pengembangan Wilayah.

2. Dan untuk keperluan operasional dan administrasi, tim koordinasi Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan pusat membawahkan secretariat Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan pusat yang terdiri atas unsur-unsur departemen terkait.

3. Pengolahan proyek dilakukan oleh Project Management Unit (PMU) yang dibantu oleh pemimpin proyek. Untuk membantu koordinasi dan pengolahan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan pada tingkat pusat, dipilih lembaga konsultan yaitu Konsultan Manajemen Pusat (KMP).

4. Dan untuk koordinasi dan pengolahan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan pada tingkat wilayah atau Satuan Wilayah Kerja (SWK) yaitu Konsultan Manajemen Wilayah (KMW). Dan

KMW dibantu oleh Faskel (Fasilitator Kelurahan) yang bertugas sebagai pemilih dan pembina kader masyarakat untuk dijadikan sebagai anggota Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) ataupun Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KSM).

5. Dan pada tingkat kelurahan dibentuk BKM dan KSM sebagai penggerak, pengelola dan pelaksana Program serta sebagai penerima bantuan dan diawasi serta disahkan oleh PJOK.

Pendanaan

Ada beberapa ketentuan mengenai pendanaan subproyek, yaitu sebagai berikut :

1. Keberadaan UPK (Unit Pengelola Keuangan) yang merupakan dari bagian BKM yang bertugas sebagai pengelola dana di kelurahan.

2. Kantor Bank yang ditunjuk sebagai penyalur dana diberi tahu oleh PJOK tentang jumlah lokasi dana sebuah kelurahan. BKM akan membuka rekening dan menyerahkan contoh tanda tangan ketua bendaharanya di kantor Bank yang bersangkutan. Dan Bank akan menerima penyaluran dana tahap I setelah stelah BKM dan PJOK menendatangani lampiran-lampiran, dan menyampaikan pada KPPKN meminta BI untuk mentransfer dana yang diperlukan ke kantor Bank yang dituju.

3. Pencairan dana dilakukan secara tiga tahap yaitu dana tahap awal 40 %, tahap II 40 %, dan terakhir 20 %.

4. Bank dapat mencairkan dana setelah contoh tanda tangan yang dimiliki cocok dengan tanda tangan ketua dan bendaharawan BKM.

5. Pembayaran untuk KMP dan KMW dilakukan di KPPKN Jakarta atas pengesahan pimpinan proyek, dan

6. PJOK didanai dari APBN yang disediakan dari proyek ini.

Peran Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

Peran serta pelaksana Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan pada dasarnya dibagi dalam 2 (dua) kelompok yaitu stake holder pemerintah dan stake holder masyarakat.

Namun dari sisi funsi masing-masing pelaku Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan, maka stake holder masyarakat dapat dibagi menjadi 2 kelompok, antara lain : stake hoder professional (konsultan, perguruan tinggi, dan LSM) bergabung dalam KMW, KMP, KME dan stake holder masyarakat penerima bantuan.

Peran masing-masing stake holder secara umum dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Peran stake holder pemerintah :

1. Menyukseskan pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan sebagai program pemberdayaan yang diprakarsai oleh pemerintah.

2. Memberikan legitimasi pada pelakunProgram Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

3. Menjadi wasit apabila timbul persoalan yang memerlukan fungsi penengah

4. Mendorong dan menerapkan para pelaku

5. Memberikan masukan dan mengendalikan khusus pembangunan fisik agar terintegrasi dengan program pembangunan lainnya. b. Peran stake holder professional :

1. Membantu tim koordinasi pusat dalam aspek teknis dan manajerial untuk tercapainya sasaran program

2. Memfasilitasi dan koordinasi kegiatan BKM dan KSM 3. Manyiapkan system manajemen informasi berbasis komputer

4. Memfasilitasi pelayanan konsultan serta menjami agara setiap masukan dapat terintegrasi ke dalam proyek

c. Peran stake holder masyarakat :

1. Melakukan koordinasi dan pemantauan kegiatan KSM 2. Evaluasi dan menetapkan kegiatan-kegiatan KSM

3. Mengelola dana bantuan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan

4. Menyebarluaskan informasi (Anonim, 1999:16).

Sistem Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan pelaksanaan kegiatan masyarakat baik bersifat fisik maupun non fisik dalam Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan diupayakan tidak mengganggu upaya pemandirian masyarakat mengatasi kemiskinan melalui pengokohan kelembagaan di komunitas.

Namun pelaksanaan kegiatan harus tetap berjalan dengan prinsip akuntabilitas sehingga para pelaku bertanggung jawab terhadap hasil kegiatannya. Hal ini juga dilakukan merspon tuntutan dari lembaga honor untuk dapat memperoleh informasi seluas-luasnya dengan cepat.

a. Sistem pengawasan dan pengendalian (Wasdal)

Dalam sistem pengawasan dan pengendalian masing-masing stake holder (pemerintah – professional – penerima bantuan – masyarakat) melakukan wasdal sesuai dengan peran dalam Program Penanggulangan Kemiskinan Perkoataan. Khususnya untuk masyarakat, program pemberdayaan ini sangat mengandalkan peran “social control” dalam masyarakat yang dirasakan bermanfaat mendukung keberhasilan sasaran program.

b. Sistem pelaporan pelaksanaan

Dalam rangka penyebarluasan informasi dan pengendalian sasaran program diperlukan system pelaporan yang sesuai dengan kebutuhan program, baik dari sisi jenis laporan dan frekuensi laporan.

1. Lembaga struktural pemerintah : laporan berkala struktural

2. Lembaga fungsional Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan : laporan khusus, laporan dua mingguan dan laporan pelaksanaan.

Khusus untuk laporan keuangan sesuai dengan kewajiban Executive Agency, maka PMU Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan diharuskan mengirimkan laporan-laporan ke lembaga donor.

Frekuensi pengiriman laporan pemeriksaan ini ditetapkan dalam perjanjian pinjaman paling lambat 6 bulan setelah tahun anggaran berjalan.

Dokumen terkait